Anda di halaman 1dari 9

Latar Belakang

Saat ini ilmu pengetahuan, khususnya matematika, berkiblat ke negeri Barat (Eropa dan
Amerika). Kita hampir tidak pernah mendengar ahli matematika yang berasal dari negeri
Timur (Arab Muslim, India, Cina). Yang paling populer kita dengar sebagai matematikawan
Arab Muslim yang mempunyai kontribusi terhadap perkembangan matematika adalah Al-
Khawarizmi. Beliau dikenal sebagai bapak Aljabar dengan memperkenalkan bilangan nol
(0) dan penerjemah karya-karya Yunani kuno. Kisah angka nol telah berkembang sejak
zaman Babilonia dan Yunani kuno, yang pada saat itu diartikan sebagai ketiadaan dari
sesuatu. Konsep bilangan nol dan sifat-sifatnya terus berkembang dari waktu ke waktu.

Hingga pada abad ke-7, Brahmagupta seorang matematikawan India memperkenalkan


beberapa sifat bilangan nol. Sifat-sifatnya adalah suatu bilangan bila dijumlahkan dengan
nol adalah tetap, demikian pula sebuah bilangan bila dikalikan dengan nol akan menjadi
nol. Tetapi Brahmagupta menemui kesulitan dan cenderung ke arah yang salah ketika
berhadapan dengan pembagian oleh bilangan nol. Hal ini terus menjadi topik penelitian
pada saat itu, bahkan sampai 200 tahun kemudian. Misalnya tahun 830, Mahavira (India)
mempertegas hasil-hasil Brahmagupta, bahkan menyatakan bahwa “Sebuah bilangan
dibagi oleh nol adalah tetap”. Tentu saja ini suatu kesalahan fatal. Tetapi hal ini tetap
harus sangat dihargai untuk ukuran saat itu. Ide-ide brilian dari matematikawan India
selanjutnya dipelajari oleh matematikawan Muslim dan Arab. 

Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah matematika hindu (India)?


2. Siapa saja Tokoh Matematika Hindu (India)?          
3. Bagaimana Sistem Bilangan Hindu (India)?
4. Apa saja penemuan yang berhubungan dengan matematika di India?

Tujuan Pembahasan

1. Dapat mengetahui perkembangan sejarah matematika hindu (India)


2. Dapat mengetahui tokoh-Tokoh Matematika Hindu (India)
3. Dapat mengetahui Sistem Bilangan Hindu (India)  
4. Mengetahui penemuan yang berhubungan dengan matematika di India

PEMBAHASAN

Matematika Hindu (India)Sejarah Matematika Hindu (India)

Matematika India atau juga bisa disebut Matematika Hindu muncul pada abad ke-26 SM
dan berakhir pada abad ke-14 M. Matematika India ini berkembang setelah matematika
China dan berakhir tepat sebelum munculnya matematika Eropa abad pertengahan.
Matematika India dimulai sejak munculnya sebuah peradaban yang terletak di daerah
aliran Sungai Indus. Peradaban ini biasa disebut Peradaban Lembah Indus. Kota-kota
yang mereka tempati kala itu diatur secara geometris.

Menurut Ismail (2004:265), Tradisi budaya ilmu di India sangat tua usianya. Penataan kota
yang terancang memperlihatkan tataan yang menggunakan unsur segi tiga dan segi
empat. Gambar grafik geometri yang sepadu menunjukkan bahwa penduduknya
mempunyai pengetahuan yang mendalam dalam geometri. Kedatangan orang Aryan
sekitar tahun 1500 SM memperlihatkan mereka membawa pengetahuan astronimi.
Mereka menggunakan konsepjiwa dalam pengukuran sudut. Dalam tradisi lain, istilah ini
dihubungkan dengan garis silang itu dengan lingkaran yang menentukan sudut yang
dibuat oleh garis silang itu dengan pusat lingkaran. Tradisi ini disebut sulbasutras, yakni
teknik mengukur kuantiti sudut menggunakan konsep jiwa. Tradisi sulbasutras juga
menyebutkan segi empat sama yang dilukis pada segi tiga lainnya. Ini merupakan defenisi
Teorema Pithagoras.

Tokoh-Tokoh Matematika Hindu (India)

 Pāṇini (±abad ke-5 SM)

Pāṇini  yang merumuskan aturan-aturan tata bahasa Sanskerta. Notasi yang dia gunakan
sama dengan notasi matematika modern, dan menggunakan aturan-aturan meta,
transformasi, dan rekursi.

 Surya Siddhanta (kira-kira abad ke-400 SM)

Surya Siddhanta memperkenalkan fungsi trigonometri sinus, kosinus, dan balikan sinus,
dan meletakkan aturan-aturan yang menentukan gerak sejati benda-benda langit, yang
bersesuaian dengan posisi mereka sebenarnya di langit. Daur waktu kosmologi dijelaskan
di dalam tulisan itu, yang merupakan salinan dari karya terdahulu, bersesuaian dengan
rata-rata tahun siderik 365,2563627 hari, yang hanya 1,4 detik lebih panjang daripada nilai
modern sebesar 365,25636305 hari. Karya ini diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan
bahasa Latin pada Zaman Pertengahan.

Surya Siddhanta adalah salah satu buku astronomi terawal India, meskipun karya
tersebut dalam bentuk yang kita kenal sekarang berasal dari sekitar setelah tahun 400 M.
Dalam Siddhanta terdapat peraturan-peraturan yang menjelaskan pergerakan benda-
benda angkasa yang sesuai dengan letak asli mereka di langit. Tidak diketahui siapa
penulis Siddhanta atau kapan buku ini pertama kali disusun, namun umumnya versi-versi
yang ditemukan berasal dari sekitar abad ke-4. Matematikawan dan astronom India dari
periode-periode selanjutnya, misalnya Aryabhata merujuk kepada naskah ini, sementara
terjemahan-terjemahan dalam bahasa Arab dan Latin kelak menjadi berpengaruh di
Timur Tengah dan Eropa.

 Aryabhata (abad ke-499)


Aryabhata adalah matematikawan dan astronom India yang lahir pada tahun 475 M dan
meninggal pada tahun 550 M. Dia hidup di zaman yang sulit untuk mengembangkan
matematika. Bahkan, pada masa itu dia merupakan satu-satunya orang yang menemukan
rumus-rumus matematika sebelum lahirnya ahli-ahli matematika pada masa modern kini.

Pada tahun 499 M, saat usianya baru 23 tahun ia sudah berhasil membuat sebuah karya
besar. Karyanya itu adalah sebuah Kitab yang ia beri judul mirip dengan namanya yakni
Aryabhatiya. Kitab ini begitu populer karena didalamnya ia memperkenalkan fungsi
versinus, menghasilkan tabel trigonometri India pertama tentang sinus, mengembangkan
teknik-teknik algoritma aljabar, infinitesimal, dan persamaan diferensial, serta
memperoleh solusi seluruh bilangan untuk persamaan linear oleh sebuah metode yang
setara dengan metode modern. Tak hanya matematika, di dalam kitab ini ia juga
menuliskan perhitungan astronomi yang akurat berdasarkan sistem heliosentrisgravitasi.
Saking populernya, kitab ini diterjemahkan kedalam bahasa Arab pada abad ke-8 M, dan
kemudian dalam bahasa Latin pada abad ke-13 M.

Penemuannya yang lain dalam matematika adalah penemuan rumus π (phi). Ia


memberikan nilai π yang bersesuaian dengan 62832/20000 = 3,1416. Ia juga membuat
rumus untuk menemukan luas segitiga, lingkaran, dll. Dalam rumus lingkaran, ia
membuat peraturan yang menyatakan komponen utama pemecahan keliling sebuah
lingkaran ada pada diameternya.

 Brahma Gupta

Brahma Gupta adalah matematikawan besar India berikutnya, ia hidup dari tahun 598
sampai 660 M. Karyanya yang terkenal adalah Brahma Siddhanta yang terdiri dari dalil
dan peraturan. Pada tahun 628 M Brahma Gupta menulis sebuah buku berjudul Brahma
Gupta Siddhanta sebagai perbaikan dari buku sebelumnya. Dalam buku barunya ini ia
menulis 2 bab tentang matematika, yaitu bab 12 dan 18 yang didalamnya terdapat
teorema-teorema yang sudah diakui sebagai teorema yang benar. Namun ada pendapat
beberapa ahli yang mengatakan bahwa teorema Brahma Gupta tidak benar. Disamping
itu terdapat terdapat pula teorema-teorema Brahma Gupta yang eksak yaitu dengan
memanfaatkan rumus-rumus Archimedes Heron untuk menentukan jari-jari lingkaran luar
suatu segitiga. Salah satu contohnya adalah saat Brahma Gupta membuat rumus yang
ekivalen dengan rumus trigonometri yang kita pakai sekarang yakni:

2R= a/sin A= b/sin B =c/sin

Yang merupakan formulasi kembali dari hasil karya ptolami barangkali hasil yang paling
menarik dari Brahma Gupta adalah menggeneraisasikan dari rumus beron untuk
menentukan luas segi empat yakni :

K=√(s-a)(s-b)(s-c)(s-d)

 Sistem Bilangan Matematika Hindu (India)


Penomoran India berdasarkan basis 10. Ada beberapa macam angka di India yaitu angka
Brahmi, angka Gupta dan angka Nagari.

 Angka Brahmi

Angka Brahmi ditemukan pada prasasti di gua dan kuil di daerah dekat Poona, Bombay
dan Uttar Pradesh, prasasti yang berbeda, berbeda pula bentuk simbolnya. Angka Brahmi
sudah digunakan lebih lama sampai abad 4M.

 Angka Gupta

Periode Gupta adalah selama dinasti Gupta memerintah sampai ke Magadha di Timur laut
India pada awal abad 4M sampai akhir abad 6M. Angka Gupta dibangun dari angka Brahmi
dan tersebar luas oleh kerajaan Gupta

Angka Gupta lalu berkembang menjadi angka Nagari kadang-kadang juga disebut angka
Devahagari.

 Angka Nagari
Angka Nagari sering disebut-sebut oleh Al-Biruni sebangai “kebanyakan bilangan” karena
banyak dikirim ke dalam dunia Arab. Angka Nagari sering disebut angka Devanagari.
Angka India menyebar ke bagian dunia antara abad 7 sampai 16 M dan sudah menyebar
sampai di Eropa diakhir abad 5 M.

Berdasarkan angka-angka yang ditemukan di India kita dapat mengetahui perkembangan


sistem angka India yaitu dari angka Brahmi menuju angka Gupta kemudian kedalam
angka Nagari dan selanjutnya angka-angka India tersebut dikembangkan di bangsa Arab
dan berkembang menjadi angka modern yang kita gunakan sekarang ini.

 Sejarah Nol

Sekitar 650M penggunaan nol sebagai angka sudah masuk pada matematika India.
Bangsa India juga menggunakan sistem tempat nilai dan nol untuk menandakan tempat
yang kosong. Bahkan ada buktinya penyangga tempat yang kosong pada posisi angka
dari awal 200M di India tetapi beberapa sejarawan menyangkal hal tersebut karena
dianggap tidak asli.

Sekitar tahun 500M Aryabhata merancang sistem angka yang belum terdapat angka nol.
Ia menggunakan kata “kha” untuk posisi dan selanjutnya digunakan untuk menandakan
tempat yang kosong pada sistem penulisan. Cukup menarik ketika dokumen yang sama
kadang-kadang menggunakan titik untuk menandakan hal yang tidak diketahui yang
biasanya kita menggunakan x. Belakangan matematika India mensahkan nol pada posisi
angka namun belum ada simbol yang mewakilinya.

Brahmagupta mencoba memberikan aturan pada aritmatika dengan melibatkan angka


nol dan negative pada abad ke-7. Ia menjelaskan bahwa menentukan angka dan jika
kamu mensubtrasikannya sendiri maka kamu mendapat nol. Ia memberikan peraturan
tambahan yang berhubungan dengan nol :

“The sum of zero and a negative  number is negative, the sum of a positif number and zero is
positive, the sum of zero and zero is zero”
“Jumlah angka nol dan negatif adalah negatif, jumlah angka nol dan positif adalah positif,
jumlah nol dan nol adalah nol.”

Subtraksi terlihat lebih keras:

“A negative number subtracted from zero is positive, a positive number subtracted from zero
is negative, zero subtracted from a negative number is negative, zero subtracted from
positive number is positive, zero subtracted from zero is zero”

Angka negatif disubtraksikan dari nol adalah positif, angka positif disubtraksikan dari nol
adalah negatif, nol disubtraksikan dari angka negatif adalah negatif, nol disubtraksikan
dari nol adalah nol.

Sebenarnya Brahma Gupta berkata sangat sedikit ketika ia mengemukakan bahwa n


dibagi nol adalah n/0. Ia salah ketika ia mengklaim bahwa nol dibagi nol adalah nol. Akan
tetapi, suatu percobaan yang jenius dari orang pertama yang kita tahu mencoba untuk
mengembangkan aritmatika pada angka negatif dan nol. Pada 830 Mahavira menulis
Ganita Sara Samgraha yang dibuat untuk memperbaharui buku Brahmagupta. Ia
menyatakan bahwa :

“a number multiplied by zero is zero, and a number remain the same when zero is
substracted from it”

“Angka yang dikalikan nol hasilnya nol, dan angka akan tetap sama apabila nol
disubtraksikan dengan angka tersebut.”

Bagaimanapun juga ia mencoba untuk memperbaiki pernyataan Brahmagupta tentang


pembagian nol yang terlihat banyak membuat kesalahan. Ia menulis: 

“A number remains unchanged when divided by zero”

“Angka akan tetap sama jika dibagi dengan nol.”

Bhaskara menulis lebih dari 500 tahun setelah Brahmagupta. Ia menulis:

“A quantity devided by zero becomes a fraction the denominator of which is zero. This
fuction is termed an infinite quantity. In this quantity consisting of that which has zero for its
divisor, there is no alteration, though many may be inserted  or extracted; as no change take
place in the infinite and  immutable God when worlds are created or destroyed, though
umerous orders of beings are absorbed or put fourth”

“Banyaknya pembagian nol menjadi penyebut bilangan pecahan adalah nol. Bilangan
pecahan ini mempunyai batas yang tidak terbatas. Dalam jumlah ini terdiri dari nol
sebagai penyebut tidak ada perubahan, walaupun banyak yang dimasukkan atau
dikeluarkan tidak ada perubahan Tuhan yang tidak terbatas dan tidak dapat digantikan
ketika dunia diciptakan atau dihancurkan, walau banyak sekali pesanan yang diserap
maupun dikeluarkan.”

Maka Bhaskara mencoba untuk memecahkan masalah dengan menulis         n/0 = ∞ di


lihat pertama kali mungkin kita terbujuk untuk percaya Bhaskara benar, tetapi tentu saja
dia tidak benar. Apabila benar bahwa waktu nol adalah harus sejajar dengan semua angka
n, maka semua angka adalah sejajar. Matematika India tidak menyimpulkan pada hal
pembenaran bahwa sesuatu tidak dapat dibagi dengan  nol. Akan tetapi, Bhaskara juga
mempunyai pernyataan yang benar seperti 02 = 0 dan 0 = 0.

Bangsa Maya yang hidup di Amerika Tengah, yang sekarang dikenal Meksiko Selatan,
Guetemala, dan Utara Belize. Pada tahun 665 mereka menggunakan sistem angka nilai-
tempat dengan nilai dasar 20 dengan menggunakan simbol 0.

Suatu kerja yang jenius dari matematikawan India dikirimkan matematikawan Islam dan
Arab jauh ke barat. Inilah awal bagi Al’Khwarizmi yang menulis Al’Khwarizmi on the Hindu
Art of Reckoning. Yang menggambarkan sistem angka place-value dengan nilai dasar 1, 2,
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 0. Hasil inilah yang digunakan Irak dimana 0 dianggap awal dari sistem
penulisan.

Penemuan yang berhubungan dengan Matematika di India

 The Sulba Sutra

Catatan berisi lampiran teks-teks agama yang memberikan aturan sederhana untuk
membangun altar berbagai bentuk, seperti kotak, persegi panjang, dan lain-lain.
 The Siddhanta Surya

Catatan yang memperkenalkan fungsi trigonometri sinus, kosinus, dan sinus invers, dan
meletakkan aturan untuk menentukan gerakan yang sebenarnya posisi benda-benda
langit.

 Naskah Bakhshali
Naskah yang diberikan pada pekerjaan matematika yang ditulis pada pelapah pohon
ditemukan pada musim panas tahun 1881 di dekat kampong Bakhshali Yusufzai Peshawar
(sekarang Pakistan). Kampong tersebut berada di Mardhan Tsanil 50 mil dari kota
Peshawar.

Kesimpulan

1. Karakteristik Matematika Hindu (India) : Matematika India merupakan matematika yang


berkembang di daratan India yang memiliki rentan waktu cukup lama yaitu, abad ke-26
SM sampai abad ke-14 M. Matematikawan India membuat kontribusi awal untuk
mempelajari konsep nol sebagai angka, angka negatif, aritmatika, dan aljabar. Selain itu,
trigonometri yang lebih maju di India, dan khususnya definisi modern sinus dan cosinus
dikembangkan di sana.
2. Tokoh-tokoh Matematika India di antaranya : Pāṇini (±abad ke-5 SM), Surya Siddhanta
(kira-kira abad ke-400 SM), Aryabhata (abad ke-499), dan Brahma Gupta.

Anda mungkin juga menyukai