Anda di halaman 1dari 3

AL WASHLIYAH DAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN ISLAM LAINNYA

A. Pengertian Organisasi.

Manusia merupakan makhluk sosial (Homo Socius) sekaligus sebagai Khalifah yang
senantiasa memerlukan interaksi dari orang lain secara personal maupun kelompok. Sehingga
dalam mewujudkan eksistensinya membutuhkan orang lain, karena manusia tidak akan mampu
hidup dengan sendiri tanpa melibatkan orang lain, oleh sebab itu eksisensi yang dimaksudkan
hanya bisa berkesinambungan dengan hubungan manusia yang satu dengan manusia yang
lainnya. Di dalam Al-Qur’an dijelaskan oleh Allah Swt, bahwa manusia diciptakan dalam bentuk
plural (jama’; banyak) bukan tunggal (mufrad; satu). Konsep “an-nãs” yang dijelaskan di dalam
Al-Qur’an surat Al-Hujurãt/49 ayat 13 memberikan interpretasi bahwa kata itu adalah dalam
bentuk plural (jama’;banyak), bukan sebaliknya,1 sebagaimana firman Allah Swt, yang artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Misalnya dalam sebuah rumah tangga, sejak dahulu hingga sekarang tidak akan dapat
berkesinambungan tanpa adanya suami, istri maupun anak sebagai estafeta penerus generasi.
Untuk itu, kehidupan rumah tangga sebagai salah satu komponen masyarakat yang secara
sadar atau tidak adalah bentuk lain dari organisasi, meskipun organisasi tersebut lebih
cendrung kepada organisasi nonformal.
Pengertian organisasi dapat ditinjau dari aspek bahasa (etimologi) dan istilah
(terminologi). Dari aspek bahasa, organisasi dapat dilihat dari sisi bahasa arab, yaitu: organisasi
disebut dengan jama’ah (kelompok, kumpulan, sekawanan, golongan); al-jam’iyyah
(perkumpulan, persekutuan, organisasi); al-jum’ah (persekutuan, persahabatan, kerukunan); al-
majma’ (tempat perkumpulan).2
Sedangkan pengertian organisai ditinjau dari aspek istilah dapat dilihat dari beberapa
pandangan para ahli, diantaranya: Jhon D. Millet (1954) mengartikan organisasi dengan “The

1
Hasnun Jauhari Ritonga, Manajemen Organisasi: Pengantar Teori dan Praktek (Medan: Perdana
Publishing, 2015), h. 16.
2
A. W. Munawwir, Kamus Al Munawwir: Arab-Indonesia Terlengkap, dalam Hasnun Jauhari Ritonga,
Manajemen Organisasi: Pengantar Teori dan Praktek (Medan: Perdana Publishing, 2015), h. 28.
structural framework within which the work of many individuals is carried for the realization of a
common. As Such, it is a system of work assignment among groups of persons specializing in
particular phases of general task” (organisasi adalah kerangka struktur dalam mana pekerjaan
dari banyak orang dilakukan untuk pencapaian maksud bersama. Sebagai demikian itu adalah
suatu system mengenai penugasan pekerjaan di antara kelompok-kelompok orang yang
mengkhususkan diri dalam tahap-tahap khusus dari suatu tugas brsama). Jhon D. Millet juga
mengatakan: “Organization is people working together, and so it takes on characteristics of
human relationship which are involved in group activity” (Organisasi adalah orang-orang yang
bekerjasama, dan dengan demikian ini mengandung cirri-ciri dari hubungan-hubungan manusia
yang timbul dalam aktifitas kelompok). Sementara itu, Richard A. Jhonson, Fremont E. Kast,
dan James E. Rosenweig (1973) menyebutkan: “The Organization is on assemblage of
people, materials, machines, and other resources geared to task accomplishment through a
series of interactions and integrated into a social system” (Organisasi adalah kumpulan orang,
barang, mesin, dan sumber-sumber lain yang menghubungkan penyempurnaan tugas melalui
rangkaian saling pengaruh dan tersatu padu ke dalam suatu sistem sosial).3
Dari pengertian-pengertian organisasi yang telah dikemukan di atas diketahui bahwa
dalam suatu organisasi harus terpenuhi beberapa hal, yaitu:
1. Adanya dua orang atau lebih sebagai anggota atau bagiannya;
2. Adanya maksud untuk saling bekerjasama diantara para anggotanya;
3. Adanya pengaturan hubungan dari interaksi para anggotanya;
4. Adanya tujuan yang hendak dicapai dari adanya organisasi tersebut.4

B. Organisasi ke-Islaman.

Organisasi Islam merupakan sebuah wadah atau lembaga yang terdiri dari orang-orang
yang beragama Islam, serta memiliki visi, misi bahkan strategi serta program-program yang
didasari oleh pemahaman-pemahaman yang merujuk dari sumber-sumber dalam ajaran-jaran
Islam itu sendiri, seperti Al Qur’an dan Hadits sebagai sumber hukum utama dalam Islam.5

Dalam lintasan sejarah kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, organisasi


ke-Islaman juga memberikan kontribusi yang sangat menentukan dalam memperjuangkan
kemerdekaan Republik Indonesia. Karena organisasi-organisasi Islam yang lahir sebelum

3
Sutarto, Dasar-Dasar Organisasi (Yogyakarta: UGM Press, 1983), h. 33.
4
Ritonga, Manajemen Organisasi, h. 29.
5
Lihat Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh (terj), (Semarang: Dina Utama, 1994), h. 13-14. Dan lihat
juga Husnel Anwar Matondang dalam buku Al-Islam: Pendidikan Agama Islam Untuk PerguruanTinggi (ed),
(Bandung: Ciptapustaka Media Perintis, 2010), h. 80.
kemerdekaan Republik Indonesia, yang diantaranya Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, dan
tak kalah pentingnya juga organisasi Islam yang lahir di Sumatera Timur yang saat ini dikenal
dengan Sumatera Utara adalah Al Jam’iyatul Washliyah atau yang disingkat dengan Al
Washliyah.

Organisasi Islam atau lembaga-lembaga keagamaan, termasuk lembaga Islam


merupakan bagian dari organisasi masyarakat/kemasyarakatan (ormas). Organisasi
kemasyarakatan adalah suatu wadah dimana berkumpul berbagai orang yang mempunyai
tujuan yang sama dan mempunyai basis kekuatan massa pendukungnya.6

Dengan demikian, organisasi Islam merupakan suatu gambaran bahwa organisasi itu
membawa suatu tujuan tertentu, yakni syiar Islam. Maksudnya, ketika orang-orang berkumpul
menetapkan suatu tujuan yang pencapaiannya diikat oleh etika dan prinsip Islam, maka itulah
yang disebut organisasi Islam.

Namun ada perbedaan yang mendarsar antara organisasi umum dengan organisasi
Islam, diantaranya adalah: (1) bahwa organisasi Islam memiliki komitmen yang jelas terhadap
kemajuan Islam; (2) bahwa organisasi Islam dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai
dengan prinsip, nilai dan etika Islam; (3) bahwa organisasi Islam mendasarkan mendasarkan
diri kepada Al-Qur’an dan Sunnah.7 Sebenarnya di Negara Kesatuan Republik Indonesia
memiliki banyak organisasi Islam, baik itu yang lahir jauh sebelum Indonesia merdeka, maupun
organisasi Islam yang lahir setelah Indonesia merdeka. Dan diantara organisasi Islam yang ada
di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini ada yang berbentuk organisasi Islam yang
berorientasi pada soaial kemasyarakatan yang salah satu diantaranya adalah Al Washliyah,
maupun organisasi Islam berorientasi pada profit (Profit Oriented).

6
Haidhor Ali Ahmad (ed), Dinamika Kehidupan Keagamaan di Era Reformasi (Jakarta: Badan Litbang dan
Diklat Kementrian Agama, 2010), h. 288.
7
Ritonga, Manajemen Organisasi, h. 44.

Anda mungkin juga menyukai