Anda di halaman 1dari 9

4.

Bentuk-Bentuk Desain Eksperimen

Menurut Solso & MacLin (2002), penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang di
dalamnya ditemukan minimal satu variabel yang dimanipulasi untuk mempelajari hubungan
sebab-akibat. Oleh karena itu, penelitian eksperimen erat kaitanya dalam menguji suatu hipotesis
dalam rangka mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan perubahan terhadap kelompok
yang dikenakan perlakuan.

Menurut Prof. Dr. Sugiyono dalam bukunya “Metode Penelitian Pendidikan” tahun 2010,
beliau membagi desain penelitian ekperimen kedalam 3 bentuk yakni pre-experimental design,
true experimental design, dan quasy experimental design.

1. Pre-experimental design
Desain ini dikatakan sebagai pre-experimental design karena belum merupakan
eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh
terhadap terbentuknya variabel dependen. Rancangan ini berguna untuk mendapatkan
informasi awal terhadap pertanyaan yang ada dalam penelitian. Bentuk Pre- Experimental
Designs ini ada beberapa macam antara lain :
a. One – Shoot Case Study (Studi Kasus Satu Tembakan)
Dimana dalam desain penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi treatment
(perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment adalah sebagai
variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel dependen). Dalam
eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis perlakuan lalu diukur
hasilnya.
b. One – Group Pretest-Posttest Design (Satu Kelompok Prates-Postes)
Kalau pada desain “a” tidak ada pretest, maka pada desain ini terdapat pretest
sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih
akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
c. Intact-Group Comparison
Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi
dibagi dua yaitu; setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan)
dan setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).
2. True Experimental Design
Dikatakan true experimental (eksperimen yang sebenarnya/betul-betul) karena dalam
desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya
eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan
penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true experimental adalah bahwa, sampel
yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara
random (acak) dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan
sampel yang dipilih secara random. Desain true experimental terbagi atas :
a. Posstest-Only Control Design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random
(R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok
yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi
perlakuan disebut kelompok kontrol.
b. Pretest-Posttest Control Group Design.
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random, kemudian
diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
c. The Solomon Four-Group Design.
Dalam desain ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih secara random. Dua
kelompok diberi pratest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari kelompok
pratest dan satu dari kelompok nonpratest diberi perlakuan eksperimen, setelah itu
keempat kelompok ini diberi posttest.

3. Quasi Experimental Design


Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design,
yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontol, tetapo tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk dapat mengontrol variable-veriabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari pre-experimental
desain. Quasi experimental desain digunakan karena pada kenyataannya sulit
mendapatkan kelompok kontol yang digunakan untuk penelitian. Dalam suatu kegiatan
administrasi atau manajemen misalnya, sering tidak mungkin menggunakan sebagian
para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan
prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan dalam
menentukan kelompok kontrol dalam penelitian, maka dikembangkan desain Quasi
Experimental. Desain eksperimen model ini diantaranya sebagai berikut :
a. Time Series Design
Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat
dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest
sampai empat kali dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan
keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat
kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya
labil, tidak menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan
kelompok dapay diketahui dengan jelas, maka baru diberi
treatment/perlakuan. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok
saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol.
b. Nonequivalent Control Group Design
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya
pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih
secara random. Dalam desain ini, baik kelompok eksperimental maupun
kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan
ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada diberi pretes,
kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes.
c. Conterbalanced Design
Desain ini semua kelompok menerima semua perlakuan, hanya dalam urutan
perlakuan yang berbeda-beda, dan dilakukan secara random.

5. Validitas Eksperimen

Menurut tulisan Hadi (1977), Masrun (1979), Azwar (1997) serta Suryabrata (2000).
Pengertian validitas pada keempat tulisan tersebut mengacu pada pengertian yang dihasilkan
oleh komisi gabungan antara APA (American Psychological Association), AERA (American
Educational Research Association) dan the National Council on Measurement Used in Education
yang membagi tiga macam validitas, yakni (a) Validitas isi (content validity), (b) Validitas
konstruk (construct validity) serta (c) Validitas berdasarkan kriterium (criterion-related validity)
(Kerlinger, 1986; Kerlinger & Lee, 2000). Ketiga macam validitas tadi berkaitan dengan masalah
pengukuran (measurement) yang inti pokoknya menyangkut sejauh mana sebuah alat ukur
psikologis dapat dipercaya mengukur apa yang seharusnya diukur (Suryabrata, 2000). Uraian
berikut akan membahas validitas dalam bidang lain, yaitu validitas eksperimen.

Validitas adalah ancar-ancar mengenai kebenaran sebuah inferensi sebab dalam sebuah
eksperimen psikologi kebenaran mutlak sebuah kesimpulan tidak ada sehingga penggunaan
istilah valid atau benar dan invalid atau salah senantiasa dipahami dengan memakai tambahan
kata “tentatif” atau “bersifat kira-kira”. Meskipun demikian penggunaan sehari-hari dalam
penelitian eksperimen kata tambahan itu dihilangkan. Shadish, dkk (2002) menegaskan bahwa
validitas merupakan properti inferensi, bukan properti rancangan eksperimen (design) atau
metode oleh karena rancangan yang sama mungkin akan memiliki inferensi yang lebih valid atau
kurang valid tergantung situasinya. Misalnya, sebuah rancangan eksperimen acak (randomized
experiment) tidak menjamin peneliti untuk membuat inferensi yang valid mengenai adanya
hubungan kausal deskriptif.

Shadish dkk (2002) berargumen bahwa validitas berkaitan erat dengan kebenaran sebab
ada tiga prinsip filosofis yang mendasarinya, yaiti :

1. Teori korespondensi yang menyatakan bahwa sebuah klaim pengetahuan adalah benar
jika klaim itu berhubungan dengan dunia kenyataan.
2. Teori koherensi yang menyatakan bahwasebuah klaim adalah benar jika klaim itu
merupakan bagian dari sekumpulan klaim yang saling bertalian/koheren.
3. Teori pragmatisme yang menyatakan bahwa sebuah klaim adalah benar jika bermanfaat
untuk meyakini klaim itu.

Suatu eksperimen dikatakan valid jika hasil yang diperoleh hanya disebabkan oleh variable
bebas yang dimanipulasi, dan juka hasil tersebut dapat digenerasikan pada situasi diluar setting
eksperimen (Emzir : 2009) sehingga ada dua kondisi yang harus diterima yakni faktor internal
dan faktor eksternal.

Untuk meyakinkan bahwa desain penelitian eksperimen layak untuk pengujian hipotesis
penelitian, maka dilakukan pengendalian terhadap validitas internal dan validitas eksternal.
1. Validitas Internal
Pengendalian terhadap validitas internal di,aksud agar hasul penelitian yang diperoleh
dapat mencerminkan hasil perlakuan yang diberikan dan dapat di generalisasikan ke
populasi pensampelan. Pengendalian validitas internal dari suatu desain penelitian
sangat dibutuhkan agar hasil penelitian yang diperoleh benar-benar merupakan akibat
dari perlakuan yang diberikan. Beberapa variable yang mengancam validitas internal
sehingga harus dikendalikan adalam penelitian eksperimen adalah :
a. Presedensi temporal yang kabur: Kurangnya kejelasan variabel mana yang terjadi
lebih dahulu mungkin akan menghasilkan kebingungan mengenai variabel mana
yang menjadi penyebab dan mana yang menjadi efek/akibat.
b. Seleksi: Perbedaan sistematik ciri responden diantara kelompok eksperimen dan
kontrol yang dapat juga menghasilkan efek yang teramati.
c. Sejarah: Kejadian yang berlangsung pada saat bersamaan dengan perlakuan dapat
menghasilkan efek yang teramati.
d. Maturasi: Perubahan yang terjadi secara alamiah sepanjang waktu dapat keliru
dikira sebagai efek perlakuan.
e. Regresi: Jika unit diseleksi berdasar sekor ekstrim, mereka seringkali akan
mempunyai sekor yang kurang ekstrim pada variabel lain (termasuk sekor pada
pemberian tes ulang), sebuah kejadian yang dapat keliru dikira sebagai efek
perlakuan.
f. Atrisi atau mortalitas: Mundurnya / hilangnya responden saat perlakuan atau saat
pengukuran dapat menghasilkan efek artifaktual jika peristiwa kehilangan tersebut
secara sistematis berkorelasi dengan kondisi perlakuan
g. Pengujian: Paparan sebuah tes dapat mengubah sekor pada paparan tes
selanjutnya, sebuah peristiwa yang dapat keliru dikira sebagai efek perlakuan.
h. Instrumentasi: Sifat-dasar sebuah instrumen pengukuran mungkin berubah dalam
cara tertentu sesuai dengan perubahan waktu atau kondisi sehingga perubahan
tersebut dapat keliru dikira sebagai efek perlakuan. Beberapa ancaman yang
terkait dengan instrument antara laian : penggunaan instrument yang tidak valid
dan tidak relibel, penskoran yang tidak objaktif, penggunaan instrument yang
berbeda pada kelompok subjek penelitian, dan lain sebagainya.
i. Efek aditif dan interaktif ancaman terhadap validitas internal: Pengaruh sebuah
ancaman dapat ditambahkan dengan pengaruh ancaman lain.

2. Validitas Eksternal

Validitas ini mengacu pada kemampuan generalisasi suatu penelitian. Dimana dibutuhkan
kemampuan suatu sampel populasi yang benar-benar bisa di generalisasikan ke populasi yang
lain pada waktu dan kondisi yang lain. Campbell dan Stanley dalam Gay (1981) yang dikutip
Emzir (2009) mengidentifikasi beberapa ancaman terhadap validitas eksternal, diantaranya :

a. Interaksi Prates-Perlakuan, dimana biasanya sering muncul bila respons subjek


berbeda pada setiap perlakuan karena mengukuti prates.
b. Interaksi Seleksi – Perlakuan, dimana akibat yang muncul bila subjek tidak dipilih
secara acak sehingga seleksi subjek yang berbeda diasosiasikan dengan ketidak
validan internal.
c. Spesifitas Variabel, adalah suatu ancaman terhadap yang tidak mengindahkan
generalisabilitas dari desain eksperimental yang digunakan.
d. Pengaturan Reaktif, mengacu pada fakto-faktor yang diasosiasikan dengan cara
bagaimana penelitian dilakukan dan perasaan serta sikap sebjek yang dilibatkan.
e. Interferensi perlakuan jamak, biasanya sering muncul bila subjek yang sama
menerima lebih dari satu perlakuan dalam pergantian.
f. Kontaminasi dan bias pelaku eksperimen, sering muncul bila ke akraban subjek
dan peneliti mempengaruhi hasil penelitian.

Pengendalian terhadap validitas eksternal dimaksudkan agar hasil penelitian dapat di


generalisasikan atau diberlakukan ke situasi lain yang belum diteliti. Validitas eksternal ini
terdiri atas validitas populasi dan validitas ekologis. Validitas populasi berarti suatu hasil
penelitian dapat di generalisasikan kepada populasi pensampelan atau kepada populasi lain yang
memiliki ciri khas yang sama meskipun populasi itu belum diteliti. Validitas ekologis berarti
suatu hasil penelitian harus menguraikan secara lengkap tentang kondisi pelaksanaan eksperimen
itu, sehingga para pembaca dapat menilai sejauh mana hasil eksperimen itu dapat diterapkan ke
situasi lain.
6. Kelebihan dan Kekurangan Eksperimen

1. Kelebihan Metode Eksperimen


a. Eksperimen didesain untuk dapat mengendalikan secara ketat pada variable-variabel yang
tidak berhubungan dengan variable yang sedang diamati.
b. Penelitian eksperimen memiliki efisiensi yang tinggi. Penelitian eksperimen dapat
dilakukan pada populasi yang terbatas, sehingga tidak banyak membutuhkan subjek
untuk terlibat dalam proses eksperimen.
c. Memberikan kesimpulan yang spesifik, karena penelitian eksperimen memberikan
tingkat control yang tinggi, penelitian ini dapat memberikan hasil spesifik dan relevan
dengan konsisten. Keberhasilan dan kegagalan dapat ditentukan, sehingga
memungkinkan unuk memahami validitas suatu produk, teori atau ide dalam waktu yang
jauh lebih singkat dibandingkan dengan metode verivikasi lainnya.
d. Memungkinkan diketahuinya hubungan sebab dan akibat dari variabel yang diteliti.
Manipulasi variabel memungkinkan peneliti untuk dapat melihat berbagai hubungan
sebab-akibat yang dapat dihasilkan oleh suatu produk, teori, atau ide. Ini adalah proses
yang memungkinkan peneliti untuk menggali lebih dalam apa yang mungkin,
menunjukkan bagaimana berbagai hubungan variabel dapat memberikan manfaat
tertentu.Sebagai gantinya, pemahaman yang lebih besar tentang hal-hal spesifik dalam
penelitian dapat dipahami, meskipun pemahaman tentang mengapa hubungan tersebut
ada tidak diketahui dalam penelitian ini.
e. Dikombinasikan dengan metode penelitian lain.
Kita dapat mengombinasikan penelitian eksperimen dengan metode lain untuk
memastikan bahwa data yang diterima dari proses ini seakurat mungkin. Hasil yang
diperoleh peneliti harus bisa berdiri sendiri untuk diverifikasi agar ada temuan yang
valid. Kombinasi faktor-faktor tersebut memungkinkan untuk memberikan informasi
yang sangat spesifik sambil menawarkan ide-ide baru ke format penelitian lain secara
bersamaan.

2. Kekurangan Metode Eksperimen


Menurut Cambell dan Stanley dalam Ross dan Morrison (2003 : 1024) ada beberapa
kelemahan dalam validasi internal antara lain : history, maturation, testing, instrumentation,
selection, statistical regretion, experiment mortality, dissfusion of treatment. Kelemahan-
kelemahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. History
Banyak kejadian dimasa lampau yang dapat mempengaruhi validitas penelitian
eksperimen yang disebabkan oleh adanya interaksi antar individu.
b. Maturation
Beberapa perubahan dapat terjadi pada dependent variable yang berfungsi dalam kurun
waktu dan bukan kejadian yang spesifik ataupun kondisi tertentu.
c. Testing
Proses pengujian juga dapat menimbulkan distorsi yang akan mempengaruhi hasil-hasil
eksperimen.
d. Instrumentation
Instrumen yang digunakan dalam penelitian eksperimen kadang kala sudah tidak sesuai
lagi dengan standart yang berlaku.
e. Selection
Peneliti kadang masih menggunakan unsur subjektifitas dalam memilih orang yang akan
dijadikan objek eksperimen yang baik.
f. Stastistical regretion
Peneliti kadang kala dihadapkan pada kesulitan apabila hasil yang diperoleh dalam
penelitian menghasilkan skor yang ekstrim.
g. Experiment mortality
Dalam penelitian ekperimen sering kali terjadi perubahan komposisi kelompok yang
diobservasi. Ada anggota kelompok yang harus di drop karena tidak sesuai dengan situasi
pengetesan saat tertentu.
h. Memakan waktu
Ahar dapat terlaksana dengan baik, penelitian eksperimen harus mengisolasi setiap
variable dan melakukan pengujian terhadapnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://fatkhan.web.id/jenis-jenis-penelitian-eksperimen/ (diakses pada 18 september
2021)

http://bukanketerbatasan.blogspot.com/2016/11/metode-penilitian-eksperimen.html?m=1
( diakses pada 18 september 2021 )

Campbell, D. T. (1957). Factor relevant to the validity of experiments in social settings.


Psychological Bulletin, 34(4), 297-312.

Campbell, D. T., & Stanley, J. C. (1966). Experimental and quasi-experimental designs


for research. Chicago: Rand McNally & Co.

Kerlinger, F. N., & Lee, H. B. (2000). Foundations of behavioral besearch. 4 th Edition.


Fort Worth: Harcourt College Publisher

Shadish, W. R., Cook, T. D., & Campbell, D. T. (2002). Experimental and


quasiexperimental designs for generalized causal inference. Boston: Houghton Mifflin

Sugiyono, Dr.2010. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, Penerbit Alfabeta.

Suryabrata, S. (2000). Pengembangan alat ukur psikologis. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Anda mungkin juga menyukai