Anda di halaman 1dari 20

PANDUAN KETERAMPILAN MEDIK

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN

KOMUNIKASI DAN
ANAMNESIS
PADA USIA LANJUT

PENYUSUN :
drg. Sylvia Agustin

Program Studi Pendidikan Dokter Gigi


Fakultas Kedokteran
Universitas
Mulawarman Samarinda
KATA PENGANTAR
Keterampilan komunikasi ini merupakan kelanjutan dari keterampilan komunikasi pada
semester lalu dengan perbedaan berupa penekanan pada kemampuan melakukan komunikasi
pada pasien lanjut usia. Aspek komunikasi disini meliputi petunjuk anamnesis yang dilakukan
untuk menggali permasalahan/penyakit yang diderita pasien dan komunikasi yang berkaitan
dengan aspek terapi pada pasien lanjut usia.
Pencapaian hasil dari keterampilan komunikasi dasar ini akan ditinjau dari 2 aspek, yaitu :
aspek medis dan aspek keterampilan komunikasi. Aspek medis adalah kemampuan menggali
informasi untuk melakukan diagnosis dan kemampuan memberikan informasi terkait dengan
terapi terhadap pasien. Aspek keterampilan komunikasi adalah keterampilan yang harus dikuasai
dalam rangka menggali informasi/dalam memberikan informasi terapi sehingga tercipta
hubungan pasien dokter yang sewajarnya.
Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang berperan dalam penyusunan
panduan dan pelaksanaan keterampilan medik komunikasi dan anamnesis pada ibu hamil.
Semoga panduan ini dapat membantu proses belajar dan penguasaan kompetensi mahasiswa
Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.

Samarinda,

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................4
1. PENDAHULUAN dan PEMETAAN................................................................................5
2. LANDASAN TEORI.........................................................................................................7
3. ALAT dan BAHAN..........................................................................................................15
4. TAHAPAN KERJA..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................16
LAMPIRAN
Check List.................................................................................................................................17

3
1. PENDAHULUAN
PEMETAAN

Keterampilan Medik –
Nama Kegiatan Pembelajaran
KOMUNIKASI DAN ANAMNESIS
PADA USIA LANJUT

Jadwal Pelaksanaan Keterampilan :


1. Rabu, 23 Mei 2018
Pkl. 09.00- 11.30 WITA

Penanggung Jawab dan Instruktur drg. Masyhudi, M.Si.


drg. Sinar Yani, M.Kes.
drg. Silvia Anitasari, M.Si
drg. Musnar Munir, Sp.KGA.
Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu:
1. Membina sambung rasa, memiliki
penampilan pewawancara yang
baik seperti layaknya dokter dan
pasien yang baik, serta membina
hubungan dokter-pasien secara
wajar.
1. membina sambung rasa,
ramah, memperlihatkan
sikap menerima;
1. menjaga suasana serius tapi tetap
santai;
2. berbicara dengan lafal yang jelas;
3. mempersilahkan duduk;
4. mengetahui bahasa non verbal;
2. Menggali dan memberikan informasi
medis yang efektif pada pasien lanjut
usia :
1. meluangkan lebih banyak waktu
untuk pasien lansia
2. meminimalisir adanya gangguan
visual dan pendengaran
3. duduk berhadap-hadapan dengan
pasien
4. menjadi pendengar yang baik
dengan tidak menyela
pembicaraannya
5. berbicara perlahan, jelas dan

4
cukup keras
6. menggunakan kata-kata dan

5
kalimat yang pendek dan
sederhana
1. menulis secara urut dan sederhana
instruksi medis yang diberikan
2. memberikan informasi dengan
kartu, model atau gambar
3. sering mengulang bagian-bagian
yang penting
4. memberikan kesempatan bertanya
1. Untuk membangun hubungan
antara pasien dan dokter gigi
2. Untuk mengumpulkan
informasi secukupnya agar dapat
menentukan diagnosa
3. Memberikan informasi terapi secara
efektif pada pasien lanjut usia
Metode Pembelajaran Pretest

Pengarahan dan pengantar

Demonstrasi

Self practice dengan bimbingan

Feed back dan evaluasi

Tata Tertib Kegiatan 1. Hadir tepat waktu dan tetap berada di


dalam ruangan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Tidak
ada toleransi keterlambatan
2. Memakai pakaian dan alas kaki
sesuai aturan institusi, dilengkapi
dengan jas praktikum warna putih
terkancing rapi dan tanda pengenal
3. Membawa log book, alat dan bahan
yang diperlukan
4. Mengumpulkan work plan kegiatan
sebelum pelaksanaan keterampilan
medik
5. Mengikuti setiap tahap dengan tertib
dan melaksanakan kegiatan
dibawah bimbingan dan
pengawasan instruktur
6. Setiap pengambilan bahan dan tahap
kegiatan/pekerjaan keterampilan
dalam self practice selalu
ditunjukkan kepada instruktur dan
mendapat tanda tangan
6
1. Hasil pekerjaan/ self practice
dikumpulkan kepada instruktur di
akhir kegiatan
2. Merapikan kembali alat, bahan dan
ruangan setelah kegiatan
pembelajaran
3. Segala tindakan pemalsuan,
ketidakjujuran dan pelanggaran
profesionalisme akan dikenakan
sanksi

7
1. LANDASAN TEORI

Proses komunikasi pada umumnya adalah kompleks dan jauh lebih rumit karena faktor
usia. Salah satu dari problem besar dokter adalah ketika berhubungan dengan pasien lanjut
usia, dimana mereka lebih heterogen dibanding orang-orang yang lebih muda. Luasnya
pengalaman hidup dan latar belakang budaya sering mempengaruhi persepsi mereka tentang
penyakitnya, kepatuhan untuk mengikuti aturan-aturan medis dan kemampuan untuk
berkomunikasi efektif dengan penyedia layanan kesehatan. Komunikasi dapat
terganggu/terhambat karena proses penuan normal dan komunikasi yang tidak jelas dapat
menyebabkan keseluruhan pengobatan menjadi gagal sehingga komunikasi yang efektif
dengan pasien lanjut usia sangat diperlukan. Komunikasi yang efektif dapat terjadi jika
sebelumnya kita mengetahui latar belakang dan kondisi pasien lansia tersebut.
Kondisi dan latar belakang yang perlu diketahui pada pasien lansia:
1. Perubahan fisik
Beberapa perubahan fisik pada lansia dapat mempengaruhi komunikasi diantaranya
hilangnya pendengaran, berkurangnya ketajaman penglihatan dan perubahan kemampuan
bicara dan artikulasi. Perubahan kemampuan bicara ini dapat diamati dari perubahan suara
menjadi bergetar, lemah, parau dan sulit untuk dimengerti.
2. Perubahan psikologis
Perubahan psikologis mayor yang berpengaruh terhadap komunikasi meliputi
kemunduran/hilangnya memori dan daya tangkap terhadap informasi lebih lambat.
Hilangnya memori yang paling sering adalah memori jangka pendek yang mengakibatkan
pasien lansia ini kesulitan untuk mengingat kejadian yang baru terjadi. Kedua hal tersebut
menyebabkan lambatnya proses komunikasi dan mengecilkan hati orang muda untuk
berbicara dengan orang lansia.
3. Perubahan status dan peran sosial
Perubahan sosial seperti pensiun dari pekerjaan yang mengakibatkan hilangnya pendapatan
dan perubahan status dapat mempengaruhi kondisi psikis terutama harga diri orang lanjut
usia, khusus untuk kelompok yang berorientasi pada kerja, kekuasaan akan hilang karena
tua, tidak produktif dan tidak kompeten. Hal-hal tersebut diatas dapat mempengaruhi
kemauan dan keengganan untuk berkomunikasi.
4. Latar Belakang
Kondisi politik dan social ekonomi pada zaman mereka dengan kita berbeda. Beberapa
diantaranya pernah mengalami kekurangan atau kerugian dan memperoleh pendidikan
formal yang rendah. Kondisi tersebut akan menyebabkan idiologi dan pandangan mereka
mungkin tidak dapat kita pahami dan terima. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap
komunikasi.
Ketika dokter berkomunikasi dengan pasien lansia, latar belakang, perubahan hidup dan
fisiologis tersebut membuat lebih sulit. Dokter harus memberikan perhatian lebih pada aspek-
aspek tersebut karena komunikasi yang tidak jelas dapat menyebabkan keseluruhan
pengobatan menjadi gagal.
8
Sebelum kita berkomunikasi dengan pasien lansia, buatlah kontak baik secara fisik
maupun emosi dengan mereka. Jika kita sudah bisa melakukan kontak dengannya maka
selanjutnya kita dapat berkomunikasi tentang beberapa informasi yang kita diperlukan dan
sampaikan instruksi-intruksi yang kita berikan. Untuk memperoleh hal tersebut ada beberapa
hal yang harus kita perhatikan dan kita lakukan yaitu:
1. Alokasikan waktu lebih untuk pasien lanjut usia
Penelitian menunjukkan bahwa pasien tua kurang menangkap informasi dibandingkan
dengan pasien yang lebih muda yang kemungkinan karena gugup atau berkurangnya
fokus. Hal ini mengakibatkan perlunya tambahan waktu untuk pasien tua. Jika dokter
kelihatan sibuk dan kurang interest, mereka akan merasakannya sehingga komunikasi
menjadi tidak efektif.
2. Hindari Gangguan
Pasien ingin merasakan bahwa dokter meluangkan waktu baginya dan mereka dianggap
penting. Penelitian menunjukkan bahwa jika dokter memberikan perhatian utuh tanpa
terbagi selama 60 menit akan memberikan kesan betapa berartinya waktu bersama
mereka Kita harus memberi perhatian penuh terhadap pasien selama mereka datang
berkunjung dan jika mungkin kurangi gangguan-gangguan visual dan pendengaran
seperti adanya orang lain atau suasana yang bising/gaduh.
3. Duduk berhadap-hadapan.
Beberapa pasien lanjut usia mempunyai gangguan pendengaran dan penglihatan dan
membaca gerakan bibir dokter merupakan hal yang penting agar dapat menerima
informasi secara benar. Duduk didepannya mungkin dapat mengurangi adanya gangguan.
Tindakan ini memberikan kesan bahwa apa yang akan dokter sampaikan ke mereka dan
apa yang mereka sampaikan ke dokter adalah sesuatu yang penting. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kepatuhan pasien terhadap pengobatan meningkat setelah dokter
memberikan informasi tentang penyakitnya dengan bertatap muka langsung dengan
pasien.
4. Menjaga kontak mata
Kontak mata adalah salah satu bentuk komunikasi non-verbal yang langsung dan penting.
Kontak mata menunjukkan kepada pasien bahwa anda perhatian terhadapnya dan mereka
dapat mempercayai anda. Menjaga kontak mata memberikan suasana yang nyaman dan
positif yang dapat membuat pasien membuka diri dan bersedia terhadap informasi
tambahan.
5. Mendengarkan
Keluhan pasien yang paling sering mengenai dokternya adalah bahwa mereka tidak
mendengarkannya Komunikasi yang baik tergantung pada kesadaran kita untuk benar-
benar mendengar apa yang pasien katakan pada kita tanpa menyela. Beberapa problem
yang berkaitan dengan ketidakpatuhan dapat dikurangi dengan cara sederhana yaitu
dengan menyediakan waktu untuk mendengar apa yang pasien katakan.

9
6. Berbicara dengan perlahan, jelas dan cukup keras
Kecepatan bicara yang dapat dicerna pasien lanjut usia lebih lambat dibanding dengan
orang muda. Sehingga kecepatan bicara saat menyampaikan informasi dapat memberikan
efek yang besar pada seberapa banyak informasi yang dapat diambil, dicerna dan
diingat oleh pasien lanjut usia. Jangan mendesak pasien terus-menerus dengan instruksi-
intruksi. Berbicara secara jelas dan cukup keras untuk didengar tetapi jangan berteriak.
7. Gunakan kata-kata dan kalimat yang singkat dan sederhana
Menyederhanakan informasi dan cara berbicara sehingga lebih mudah dimengerti adalah
salah satu cara terbaik untuk memastikan bahwa pasien akan mengikuti instruksi kita.
Jangan menggunakan istilah-istilah medis atau teknis yang susah untuk dimengerti.
Jangan berasumsi bahwa pasien mengerti pada istilah-istilah medis dasar. Yakinkanlah
bahwa kita menggunakan kata-kata yang familiar pada pasien.
8. Fokuskan satu topik pada satu pertemuan
Informasi yang berlebihan akan membingungkan pasien. Untuk menghindarinya, berilah
penjelasan yang lama dan detail pada pasien. Cobalah memberikan informasi dalam
bentuk outline, yang dapat mengarahkan kita untuk menerangkan informasi penting
dalam tahapan-tahapan.
9. Menyederhanakan instruksi-instruksi dan menuliskan secara urut
Ketika memberikan instruksi pada pasien, hindari yang rumit dan membingungkan. Oleh
karena itu tulis urut instruksi yang mendasar dan mudah untuk diikuti.
10. Gunakan kartu, model atau gambar
Bantuan visual akan membantu pasien untuk mengetahui lebih baik tentang kondisinya
dan pengobatan
11. Sering meringkas dan mengulang informasi pada bagian yang paling penting
Ketika kita membicarakan poin-poin paling penting dengan pasien, mintalah padanya
untuk mengulang pernyataan atau instruksi kita. Jika setelah mendengar apa yang pasien
katakan dokter berkesimpulan bahwa dia belum mengerti terhadap pernyataan dan
instruksi kita, pengulangan sederhana dapat dilakukan karena pengulangan akan
menambah ingatan.
12. Berikan pasien satu kesempatan untuk bertanya
Saat doker menerangkan tentang pengobatan dan memberikan semua informasi yang
diperlukan, berikan kesempatan untuk bertanya. Hal ini akan mengarahkannya untuk
mengungkapkan beberapa pemahaman yang mereka miliki dan lewat pertanyaannya,
dokter dapat menentukan apakah mereka memahami secata keseluruhan instruksi dan
informasi yang diberikan dokter.
ANAMNESIS / TANYA JAWAB TERSTRUKTUR
Keadaan sistemik pasien sebelum dilakukan perawatan gigi sangat penting untuk
diperhatikan. Sebelum melakukan suatu perawatan gigi pada pasien, sebagai dokter gigi
hendaknya memperhatikan keadaan kondisi tubuh pasien sebelum datang maupun pada saat
datang dengan menganamnesis. Dengan anamnesis, dokter gigi bisa waspada dan hati – hati

10
saat perawatan gigi pasien serta dapat memikirkan tindakan yang cepat dan tepat bila
kemungkinan terburuk yang terjadi disaat pertengahan perawatan gigi pasien. Untuk itu
dokter gigi harus mengetahui dan memahami segala macam penyakit serta tindakan dokter
gigi dari tiap – tiap penyakit yang ada.
Dalam melakukan anamnesis harus mampu berinteraksi dengan pasien. Kita juga harus
mampu membedakan mana pasien yang membutuhkan perhatian khusus dan harus dapat
menggali informasi melalui beberapa tahap, yaitu:
1. RIWAYAT KELUHAN UTAMA
Merupakan riwayat kronologis perkembangan keluhan pasien, yang dapat digali
informasinya dengan pertanyaan-pertanyaan. Merupakan riwayat penyakit saat ini / saat
sekarang.
Riwayat penyakit sekarang menunjukkan perubahan dalam kesehatan akhir-akhir ini
yang membuat pasien mencari bantuan medis sekarang. Pasien menguraikan informasi yang
relevan dengan keluhan utama. Pasien harus dapat menjawab pertanyaan apa, kapan,
bagaimana, dimana, yang mana, siapa dan mengapa, bukan kata tanya yang mendesak
sehingga pasien hanya dapat menjawab ya dan tidak, kecuali bila akan memperjelas sesuatu
yang kurang jelas. Riwayat penyakit sekarang juga merupakan cerita riwayat perjalanan
penyakit yang kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum
keluhan utama sampai pasien berobat. Riwayat penyakit sekarang disusun dalam bahasa
Indonesia yang baik sesuai dengan apa yang diceritakan pasien, tidak boleh menggunakan
bahasa kedokteran, apalagi melakukan interprestasi dari apa yang dikatakan oleh pasien.
Pasien harus dibiarkan bercerita sendiri dan jangan terlalu banyak disela pembicarannya.
Dalam melakukan anamnesis, harus diusahakan mendapatkan data-data dengan
mengajukan pertanyaan sebagai berikut :
1. Waktu / kapan dimulai dan lamanya keluhan dirasakan.
2. Sifat dan beratnya serangan, misalnya mendadak tanpa stimulus, perlahan, terus menerus,
hilang timbul, cenderung bertambah berat atau berkurang dan sebagainya.
3. Penyebab dari keluhan utama
4. Lokalisasi dan penyebarannya sampai dimana.
5. Apakah ada perubahan rasa keluhan sejak saat ini? Apakah makin parah, lebih baik atau
sama saja?
6. Apakah ada sesuatu yang menyebabkan keluhan kelainan itu timbul ? atau membuatnya
makin parah ( misalnya panas dingin, atau saat makan dapat memperparah sakit gigi )
7. Apakah ada sesuatu yang dapat mengurangi keluhan ? ( misalnya obat analgesik yang dapat
dibeli bebas )
8. Apakah keluhan baru pertama kali atau sudah berulang kali

11
Kemudian lanjutkan dengan pertanyaan yang berhubungan dengan gejala tambahan dan
keberhasilan perawatan atau perawatan yang pernah dilakukan sebelumnya,
Hindari pertanyaan “terarah”, pasien yang sudah terpengaruh akan setuju saja dengan gejala
yang mereka tidak ketahui. Misalnya apakah merasa sakit bila makan makanan panas atau
dingin? Pertanyaan ini dihindari melainkan ditanyakan “Apa yang membuat rasa sakit gigi?”
Apabila terpaksa bertanya dengan pertanyaan terarah, maka dapat dengan memberikan
beberapa kemungkinan yang dapat dipilih oleh pasien.
2. RIWAYAT MEDIS
Adapun beberapa alasan pentingnya riwayat medis, yaitu:
1. Untuk menemukan manifestasi oral dari kondisi sistemik tertentu seperti leukimia, diabetes
meilitus, gangguan hormonal, dan lain-lain. Seorang dokter gigi yang teliti selain dapat
mengelola pasien dengan baik, juga harus menemukan kondisi yang penting dampaknya
bagi kesehatan pasien
2. Untuk memastikan adanya kondisi sistemik seperti kelainan darah, defisiensi nutrisi yang
dapat mengubah respon hospes terhadap bakteri.
3. Untuk menentukan ada atau tidaknya kondisi sistemik tertentu yang membutuhkan
modifikasi
1. RIWAYAT KESEHATAN GIGI
Mencari riwayat kesehatan gigi secara lengkap bagi dokter gigi, mendapatkan
kesempatan untuk menilai perilaku pasien, membangun hubungan dan mempelajari penyakit
gigi yang telah berlalu serta respon pasien terhadap keberlangsungan perawatan.
Kesehatan dan fungsi rongga mulut umumnya mengalami kemunduran dengan
berlangsungnya penuaan. Meski demikian, faktor usia saja belum tentu menimbulkan kondisi
patologis pada rongga mulut ataupun kesehatan umum (Gershen, 1991).
Penyakit kronis seperti penyakit kardiovaskuler, hipertensi, kanker dan diabetes memiliki
prevalensi yang tinggi pada lansia. Penyakit-penyakit ini menjadi penyebab utama
ketidakmampuan dan mortalitas. (Peterson dan Yamamoto, 2005).
Penyakit-penyakit kronis tersebut mempunyai potensi keterlibatan pada rongga mulut,
terutama pada lansia dan individu dengan status medis kompromi. Lebih lanjut lagi,
perawatan terhadap penyakit ini dengan pengobatan, kemoterapi dan radioterapi yang
diterima mempunyai implikasi terhadap perawatan kesehatan rongga mulut.
Ketidakmampuan degeneratif kronis juga memiliki prevalensi tinggi pada lansia, antara
lain pendengaran, penglihatan dan berbicara. Lansia mengalami penurunan fungsi sensoris
seperti indera pembau dan pengecap, termasuk fungsi motoris seperti mastikasi, berbicara dan
penelanan. Kondisi kronis ini dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan mulut dan
perawatan gigi geligi (Ship, 2003).
Kesehatan umum dan kesehatan rongga mulut saling berkaitan. Sebagai contoh,
penyakit periodontal parah diasosiasikan dengan diabetes mellitus, penyakit jantung iskemik
dan penyakit paru-paru kronis. Kehilangan gigi juga dikaitkan dengan peningkatan resiko
stroke iskemik dan kesehatan mental yang buruk (Petersen dan Yamamoto, 2005).

12
Menurut Ship (2003), perubahan gigi geligi dalam proses penuaan dipengaruhi oleh
proses fisiologis dan patologis. Perubahan gigi geligi dapat kerena perubahan eksternal,
termasuk diskolorisasi dan pengikisan struktur gigi karena abrasi, atrisi dan erosi. Gingivitis
banyak ditemukan pada lansia, baik akibat faktor lokal kalkulus maupun adanya latar
belakang sistemik. Hilangnya gigi mempengaruhi kualitas asupan nutrisi. Pemakaian gigi
tiruan dapat memperbaiki kualitas diet, namun bila tidak diimbangi dengan perawatan
kebershian mulut yang baik akan menimbulkan gangguan atau lesi pada rongga mulut (Mojon
dkk., 1999).
Mulut kering sering dikeluhkan oleh geriatri. Individu dengan xerostomia sering
mengalami beberapa kondisi oral termasuk karies, kesulitan mengunyah, makan dan
berkomunikasi. Curah saliva yang menurun diasosiasikan dengan penuaan. Selain itu, obat-
obatan dapat menginduksi xerostomia (Peterson dan Yamamoto, 2005).
Gambaran klinis jaringan mukosa mulut lansia sehat tidak berbeda jauh dibandingkan
dengan individu muda, meski demikian riwayat adanya trauma, penyakit mukosa, kebiasaan
merokok dan adanya gangguan pada kelenjar ludah dapat mengubah gambaran klinis dan
karakter histologis jaringan mulut lansia. Penipisan epitel, menghilangnya gambaran rete-peg,
penurunan proliferasi seluler, hilangnya lemak dan elastin submukosa ekstra, meningkatnya
jaringan ikat fibrotik disertai perubahan degeneratif kolagen merupakan gambaran histologis
jaringan mulut yang sering ditemui pada lansia. Secara klinis, perubahan struktural tersebut
disertai dengan permukaan yang halus, kering, dan tampak tipis serta hilangnya stippling dan
elastisitas mukosa. Perubahan tersebut meningkatkan predisposisi mukosa mulut terhadap
trauma dan infeksi, terutama jika berhubungan dengan pemakaian gigi tiruan dan hiposalivasi
(Ship, 2003).
Perubahan pada gigi geligi pada proses penuaan berkaitan dengan proses fisiologis
normal, dan proses patologis akibat tekanan fungsional dan lingkungan. Gigi geligi
mengalami diskolorisasi menjadi lebih gelap dan kehilangan email akibat atrisi, abrasi dan
erosi. Secara umum ruang pulpa menyempit dan sensitivitas berkurang karena adanya
deposisi dentin sekunder. Resesi gingiva, hilangnya perlekatan periodontal dan tulang
alveolar merupakan perubahan jaringan periodontal yang umum ditemukan pada lansia.
Degenerasi tulang alveolar menyebabkan gigi geligi tampak lebih panjang daripada
sebelumnya. Resesi gingiva yang terjadi secara signifikan tidak diikuti oleh peningkatan
kedalaman poket periodontal. Massa tulang, baik pada tulang alveolar dan sendi rahang
menurun pada lansia akibat menurunnya asupan kalsium dan hilangnya mineral tulang.
Perubahan terkait penuaan tersebut tidak sampai terlepasnya gigi pada lansia dengan
kesehatan mulut baik (Ship, 2003).
Menurut Ship (2003) dan Expinosa dkk. (2003), perubahan pada mukosa mulut dengan
bertambahnya usia dapat menimbulkan kesalahan penetapan diagnosis. Varikositas pada
ventral lidah akan tampak jelas pada lansia (Langlais dan Miller, 2000). Berkurangnya jumlah
gigi geligi seiring dengan proses penuaan menyebabkan lidah terlihat lebih besar atau

13
makroglosia, tampak berce lah dan beralur (fissured tongue) atau dapat pula tampak berambut
(hairy tongue).
Perubahan Morfologis Dan Fisiologis Jaringan Rongga Mulut Pada Usia Lanjut
Penderita usia lanjut biasanya mengalami :
1. Penurunan higiene mulut
2. Berkurangnya jumlah gigi
3. Penurunan sensifitas mukosa rongga mulut
4. Kelemahan jaringan penyangga gigi
5. Terjadi infeksi rongga mulut
6. Kadang-kadang terjadi keganasan rongga mulut
Organ Tubuh Perubahan Fisik Perubahan Fungsi
- Konsentrasi Na dan F - Gigi cenderung mudah
pada enamel meningkat patah
- Komposisi bahan - Ketahanan terhadap
penyusun gigi berubah karies meningkat
- Pembentukan dentin - Dimensi veetikal rahang
sekunder terutama di berkurang
atap dan ruang dasar
pulpa, ketebalan dentin
bertambah
- Pembetukan dentin - Sensitifitas dentin

Gigi
peritubular: ruang pulpa berkurang
menyempit, jumlah
pembuluh darah
berkurang sehingga
sirkulasi darah ke pulpa
berkurang
- Peningkatan jumlah - Ketahanan terhadap
serabut-serabut kolagen radang berkurang
terutama di daerah
mahkota
- Sklerosis/kalsifikasi akar
- Ketebalan sementum
bertambah

14
Organ Tubuh Perubahan Fisik Perubahan Fungsi
- Jumlah lamela interstitial - Resorbsi tulang alveolar
meningkat meningkat
- Jumlah sel berkurang
- Permukaan periodontal,
Tulang Alveolar
tulang alveolar bergerigi
- Serabut-serabut kolagen
kurang melekat baik
pada tulang
Organ Tubuh Perubahan Fisik Perubahan Fungsi
- Epitel rongga mulut - Perlindungan terhadap
berkurang, keratinisasi gigi berkurang sehingga
sedikit, densitas sel gigi muda bergerak
bertambah, perlekatan (lepas), resesi gingiva,
epitel dengan sementum sementum terbuka,
semakin ke apikal plakmudah melekat dan
mudah terserang karies
- Jaringan ikat berkerut, terutama karies akar
elastisitas jaringan
berkurang, jumlah lemak
subkutan dan jumlah sel
Jaringan berkurang
- Komponen serabut dan
Periodontal sel jaringan periodontal
berkurang, struktur
ligamen tidak teratur,
densitas sel, produksi
matriks organik dan
aktivitas miosis
berkurang, lebar
periodontal ligamen
bertambah
- Sementum menebal,
permukaan tidak teratur

15
Organ Tubuh Perubahan Fisik Perubahan Fungsi
- Proliferasi sel dan - Sel mukosa rongga mulut
ketebalan epitel mudah rusak

Mukosa -
berkurang
Proses keratinisasi yang - Sensifitas dan rasa

Rongga Mulut -
berjalan sangat lambat
Serabut elastin pada
menurun

lamina propria
ketebalannya meningkat
Organ Tubuh Perubahan Fisik Perubahan Fungsi
- Produksi saliva menurun - Mulut kering
(sindroma mulut kering) - Kesulitan bicara
- Sukar
mengunyah/menelan
Kelenjar ludah - Sakit pada lidah/mukosa
- Karies yang cepat
(kehilangan gigi)
- Gangguan pengecapan
Organ Tubuh Perubahan Fisik Perubahan Fungsi
- Ukuran dan jumlah - Kecepatan kontraksi
serabut otot berkurang (membuka dan menutup

Otot
mulut) menurun
- Jumlah motor unit - Waktu kontraksi semakin
berkurang panjang
- Jumlah jaringan lemak - Kekuatan kontraksi
otot meningkat (mengunyah) menurun

Masalah Rongga Mulut Lansia


1. Kelenjar ludah (serostomia)
Volume ludah berkurang, makanan terselip di sela gigi, rasa terbakar, sariawan,
glosodinia, glositis atrofik, gangguan pengecapan, susah menggunakan gigi palsu, iritasi
dan ulserasi mulut
5. Gigi (karies, atrisi, ompong)
Efisiensi mengunyah berkurang, sndi rahang terganggu, nyeri dalam mulut, gigi
hipersensitif, pengecapan tak nyaman
6. Periodontium (gingivitis, periodontitis)
Efisiensi mengunyah berkurang, sendi rahang terganggu, gigi goyah dan tanggal
7. Tulang Alveolar (osteoporosis)
Sulit menggunakan gigi palsu, nyeri sendi, trismus, efisiensi mengunyah berkurang
8. Sendi Rahang (TMJ Disorder)
Efisiensi mengunyah berkurang, disfagia, sulit menggunakan gigi palsu

16
9. Otot Mulut dan Muka
Efisiensi mengunyah berkurang, disfagia, kemampuan mengecap hilang, nyeri mulut,
odinofagia
10.Lidah (Glositis)
Efisiensi mengunyah berkurang, glosodinia, daya kecap berkurang
1. RIWAYAT KELUARGA
Riwayat keluarga memberikan informasi mengenai kesehatan seluruh keluarga yang
hidup atau mati. Harus diberi perhatian khusus terhadap kemungkinan aspek genetik dan
lingkungan dari penyakit yang mungkin berdampak terhadap pasien. Umur dan kesehatan
semua anggota keluarga dekat harus diketahui. Jika seorang anggota keluarga meninggal
dunia, umur orang tersebut dan penyebab kematian harus dicatat. Penting untuk ditanyakan
bagaimana dampak penyakit seorang anggota keluarga terhadap pasien.
Bila dicurigai adanya diagnosa yang melibatkan kondisi herediter, perlu ditanyakan
panyakit / kelainan yang bersifat herediter dan perlu ditambahkan catatan rinci terhadap
kesehatan, usia dan riwayat medis dari orang tua, kakek-nenek, saudara kandung, dan anak
anak.
2. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Riwayat psikososial mencakup informasi pengalaman hidup dan hubungan pribadi pasien
yang meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan dan kebiasaan. Bagian ini mencakup
gaya hidup pasien, orang lain yang tinggal dengan pasien, pekerjaan, dan keluarga.
Meskipun penyakit bersifat universal, pasien dapat memberikan respon yang berbeda
terhadap penyakitnya. Suatu pertanyaan tertentu yang diajukan pasien yang berbeda akan
dijawab, dengan gaya yang dipengaruhi oleh latar belakang etnik, emosi, kebiasaan, umur,
riwayat sosial dan riwayat keluarga pasien. Faktor-faktor ini menentukan cara pasien
menerima dan bereaksi terhadap suatu pertanyaan. Bagian ini menguraikan pentingnya
memahami latar belakang pasien sebagai bantuan untuk mengadakan komunikasi yang lebih
baik.
Edentoulisme memiliki prevalensi yang tinggi pada geriatri di seluruh dunia dan
berkaitan erat dengan status sosial ekonomi. Studi epidemologis menunjukkan bahwa
individu dengan status sosial ekonomi bawah dan individu dengan sedikit menerima edukasi
lebih sering mengalami edentulisme daripada individu status ekonomi lebih tinggi.
Keparahan penyakit periodontal pada lansia diperparah oleh berbagai faktor, antara lain
kedalaman poket periodontal, kebiasaan merokok, tekanan psikososial, mengabaikan
perawatan dental rutin dan rendahnya status sosial ekonomi (Yamamoto dan Peterson,
2005).

17
2. ALAT dan BAHAN

BAHAN
ALAT

Pulpen Kertas/ Buku catatan

3. TAHAPAN KERJA
1. Membina sambung rasa, ramah, memperlihatkan sikap menerima;
2. Menjaga suasana serius tapi tetap santai;
3. Berbicara dengan lafal yang jelas;
4. Mempersilahkan duduk;
5. Mengetahui bahasa non verbal;
6. Meluangkan lebih banyak waktu untuk pasien lansia
7. Meminimalisir adanya gangguan visual dan pendengaran
8. Duduk berhadap-hadapan dengan pasien
9. Menjadi pendengar yang baik dengan tidak menyela pembicaraannya
10. Berbicara perlahan, jelas dan cukup keras
11. Menggunakan kata-kata dan kalimat yang pendek dan sederhana
12. Menulis secara urut dan sederhana instruksi medis yang diberikan
13. Memberikan informasi dengan kartu, model atau gambar
14. Sering mengulang bagian-bagian yang penting
15. Memberikan kesempatan bertanya

18
UNIT PELATIHAN KETERAMPILAN MEDIK NAMA :
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI NIM :
FAKULTAS KEDOKTERAN TANDA TANGAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN

CHECK LIST

KOMUNIKASI LANSIA
SEMESTER II
MAHASISWA
NILAI
No ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
KETERAMPILAN MEMBINA SAMBUNG RASA
1 Memberikan salam pembuka dengan memperlihatkan
sikap menerima dan bersahabat
2 Memperkenalkan diri dengan sikap ramah dan
tersenyum
3 Mempersilahkan duduk pasien
4 Menunjukkan empati pada pasien
5 Menggunakan bahasa verbal yang mudah dipahami
pasien dengan lafal dan suara yang jelas
6 Menggunakan bahasa non verbal (sebagai alat bantu
untuk berkomunikasi kepada Pasien Lansia dengan
gangguan pendengaran)
KETERAMPILAN MENGGALI IDENTITAS DAN LATAR BELAKANG
7 Menanyakan nama lengkap pasien
8 Menanyakan umur pasien
9 Menanyakan jenis kelamin pasien
10 Menanyakan alamat pasien
11 Menanyakan pekerjaan pasien
12 Menanyakan pendidikan terakhir pasien
13 Menanyakan suku pasien
14 Melakukan cross-check
KETERAMPILAN ANAMNESIS
15 Menanyakan keluhan utama & meyakinkan keluhan
tersebut sebagai keluhan utama
16 Menanyakan riwayat medis umum
17 Menanyakan riwayat kesehatan gigi
18 Menanyakan riwayat perawatan gigi yang sudah pernah
dilakukan sebelumnya
19 Menanyakan riwayat keluarga
20 Menanyakan riwayat psikososial
21 Berkomunikasi dengan menggunakan alat peraga agar
lebih jelas pada lansia
KETERAMPILAN MENJAGA PROSES ANAMNESIS
22 Menjadi pendengar yang baik
23 Penampilan sopan dan ramah
24 Mencatat ringkasan wawancara/anamnesis
25 Memberikan bimbingan dan konseling (KIE) dengan
bahasa yang sesuai dengan latar belakang pasien (lebih
pada proses penyampaian)
26 Memberikan bimbingan sesuai dengan keluhan utama
(lebih pada isi bimbingan) atau kondisi gigi geliginya
27 Memberikan anjuran untuk menjaga oral
higine/kebersihan mulut
28 Memberikan anjuran untuk pemeriksaan kesehatan gigi
dan mulut secara rutin
29 Memberikan nasehat sesuai dengan kesehatan gigi dan
mulut
30 Menutup wawancara dengan mengucapkan salam
JUMLAH
KETERANGAN :
1. 0 : Tidak dilakukan
2. 1 : Dilakukan tetapi tidak benar
3. 2 : Dilakukan dengan benar

NILAI = TOTAL SKOR x 100


= 60
CATATAN OBSERVER : NAMA OBSERVER :

TANDA TANGAN :

Anda mungkin juga menyukai