Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL DISKUSI REFLEKSI KASUS

Topik : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Masalah Keperawatan Defisien


Nutrisi Dengan Hambatan Upaya Nafas

Hari/Tanggal : Sabtu, 02 Januari 2019

Waktu : 10.00 wita

Tujuan :

1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskusikan masalah yang belum teratasi.
b. Mendiskusiskan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim
kesehatan lain.
c. Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien.
d. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien.
Metode :

1. Resume pasien
2. Sarana diskusi : Kertas, pulpen
3. Materia skep yang dibawakan secara lisan
Materi :

A. Diskusi Refleksi Kasus (DRK)


1. Pengertian Diskusi Refleksi Kasus
Refleksi klinis merupakan alat yang sangat kuat untuk meningkatkan kemampuan
keterampilan klinis dan profesionalisme. Refleksi merupakan pendekatan pembelajaran
ketrampilan klinis dan metakognotif. Strategi pembelajaran dengan memperhatikan
refleksi fokus internal dan eksternal baik secara lisan maupun tertulis. Diskusi
berdasarkan kasus merupakan salah satu bentuk pelatihan klinik yang di setting untuk
membantu pembelajaran dalam assesmen dalam tatanan klinik. Tujuan utama dari diskusi
berdasarkan kasus adalah untuk memberikan pembelajaran klinik yang tersturktur dan
pemberian umpan balik terhadap partisipan dalam diskusi tersebut.
Diskusi yang berdasarkan kasus mampu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan
pemberian umpan balik selain itu juga meningkatkan kemampuan dalam pengambilan
keputusan klinis dan merupakan cara perubahan yang paling efektif dalam tatatnan klinis.
Diskusi berdasarkan (refleksi) kasus ini di desain untuk memberikan penilaian klinik,
pengambilan keputusan, penerapan ilmu pengetahuan terkini dibidang kesehatan serta
pemberian umpan balik dalam pembelajaran klinik. Diskusi berdasarkan kasus ini
merupakan program pembelajaran klinik yang terstuktur yang mebutuhkan alat bantu
(tool) yang digunakan sebagai panduan dari mentor dalam merefleksikan diskusi yang
akan membangun kemampuan keterampilan klinik.
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) adalah suatu metode pembelajaran dalam merefleksikan
pengalaman perawat yang aktual dan menarik dalam memberikan dan mengelola asuhan
keperawatan melalui suatu diskusi kelompok yang mengacu pemahaman standar yang
ditetapkan. DRK ini merupakan wahana untuk masalah dengan mengacu pada standar
keperawatan atau kebidanan yang telah ditetapkan. Selain itu, DRK dapat meningkatkan
profesionalisme perawat. Meningkatkan aktualisasi diri perawat dan bidan,
membangkitkan motivasi belajar perawat, belajar untuk menghargai kolega untuk lebih
asertif dan meningkatkan kerja sama, memberikan kesempatan individu untuk
mengeluarkan pendapat tanpa merasa tertekan serta memberikan masukan kepada
pimpinan sarana kesehatan untuk penambahan dan peningkatan SDM perawat (pelatihan,
pendidikan berkelanjutan, magang), penyempurnaan SOP dan bila memungkinkan,
pengadaan alat.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa refleksi diskusi kasus adalah
suatu metoda dalam merefleksikan pengalaman klinis perawat dan bidan yang mengacu
kepada pemahaman terhadap standar.
2. Tujuan Diskusi Refleksi Kasus
a. Untuk mengembangkan profesionalisme.
b. Meningkatkan aktualisasi diri.
c. Meningkatkan motivasi untuk belajar.
d. Meningkatkan pemahaman terhadap standar.
e. Memacu untuk bekerja sesuai standar.
3. Persyaratan Diskusi Refleksi Kasus
a. Suatu kelompok perawat atau kelompok bidan terdiri dari 5 - 8 orang.
b. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai fasilitator, satu orang lagi sebagai
penyaji dan lainnya sebagai peserta.
c. Posisi fasilitator, penyaji dan peserta lain dalam diskusi setara (equal).
d. Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan pengalaman klinis keperawatan atau
kebidanan yang menarik.
e. Posisi duduk sebaiknya melingkar tanpa dibatasi oleh meja atau benda lainnya, agar
setiap peserta dapat saling bertatapan dan berkomunikasi secara bebas.
f. Tidak boleh ada interupsi dan hanya satu orang saja yang berbicara dalam satu saat,
peserta lainnya memperhatikan proses diskusi.
g. Tidak diperkenankan ada dominasi, kritik yang dapat memojokkan peserta lainnya.
h. Membawa catatan diperbolehkan, namun perhatian tidak boleh terkikis atau tertumpu
hanya pada cataan, sehingga dapat mengurangi perhatian dalam berdiskusi.
4. Proses Diskusi Refleksi Kasus
a. Sistem yang didukung oleh manajer lini pertama (kepala ruangan atau supervisor di
puskesmas) yang mendorong serta mewajibkan anggotanya untuk melaksanakan
RDK secara rutin, terencana dan terjadwal dengan baik.
b. Kelompok perawat atau kelompok bidan berbagi (sharring) pengalaman klinis dan
iptek diantara sejawat masing-masing selama 1 jam, minimal setiap bulan sekali.
c. Setiap anggota secara bergilir mendapat kesempatan dan menimba pengalaman
sebagai fasilitator, penyaji dan sebagai anggota dalam diskusi tersebut.
d. Proses diskusi memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk menyampaikan
pendapat dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan sedemikian rupa yang
merefleksikan pengalaman, pengetahuan serta kemampuan masing-masing.
e. Selama diskusi berlangsung harus dijaga agar tidak ada pihak-pihak yang nerasa
tertekan ataupun terpojok. Yang diharapkan terjadi justru sebaliknya yaitu dukungan
dan dorongan bagi setiap peserta agar terbiasa menyampaikan pendapat mereka
masing-masing.
f. Refleksi Diskusi Kasus dapat dimanfaatkan sebagai wahana untuk memecahkan
masalah, namun tidak dipaksakan (tidak harus).
g. Adanya catatan kehadiran dan laporan RDK serta catatan tentang isu-isu yang
muncul tidak terjadi atau terulang lagi.
h. RDK merupakan salah satu metoda in-service training yang mengandung ciri-ciri
pembelajaran antar sejawat dalam satu profesi, sebagai salah satu sarana untuk
meningkatkan kemampuan perawat atau bidan.

5. Peran sebagai Penyaji, Fasilitator, dan Anggota


a. Pedoman Bagi Fasilitator
1) Membuka pertemuan dan mengucapkan selamat datang
2) Menyampaikan tujuan pertemuan, mengajak semua peserta untuk
merefleksikan pengalaman klinis masing-masing.
3) Meminta persetujuan tentang lamanya waktu diskusi (kontrak waktu).
4) Menyampaikan syarat-syarat selama pertemuan.
5) Mempersilakan penyaji untuk mempresentasikan kasusnya selama 10 - 20
menit.
6) Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan
pertanyaan secara bergilir selama 30 menit.
7) Mengatur lalu lintas pertanyaan - pertanyaan yang diajukan oleh peserta dan
klarifikasi bila ada yang tidak jelas.
8) Fasilitator boleh mengajukan pertanyaan sama seperti peserta lainnya.
9) Setelah pertanyaan berakhir, fasilitator bertanya kepada presenter, apa yang
bisa dipelajari dari diskusi tersebut, kemudian dilanjutkan kepada semua
peserta lainnya satu persatu, termasuk fasilitator sendiri juga memberikan
pendapatnya.
10) Fasilitator membuat kesimpulan dan menyampaikan issue-issue yang muncul
berdasarkan pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh semua peserta.
11) Fasilitator melengkapi catatan RDK meliputi materi, issue-issue yang muncul,
termasuk meminta tanda tangan semua peserta.
12) Selanjutnya fasilitator meminta kesepakatan untuk rencana pertemuan
berikutnya.
13) Fasilitator menutup pertemuan dan berjabat tangan.
14) Fasilitator menyimpan laporan RDK pada arsip yang telah ditentukan bersama.
b. Pedoman Bagi Penyaji
1) Memikirkan serta menyiapkan kasus klinis keperawatan atau kebidanan yang
pernah dialami atau pernah terlibat didalam perawatannya.
2) Menjelaskan kasus tersebut dan tetap merahasiaan identitas pasen.
3) Tujuan penyajian kasus memberikan kesempatan bagi penyaji untuk berfikir
atau berefleksi ulang tentang bagaimana pasen tersebut ditangani, hambatan
apa saja yang dialami serta keberhasilan apa saja yang telah dicapai.
4) Penyaji mempunyai kesempatan 10-20 menit untuk menyajkan kasus tersebut.
5) Bila penyajian telah selesai, peserta akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
berupa klarifikasi penanganannya. Mereka tidak akan mengatakan apa yang
harus anda lakukan atau memberi jawaban maupun saran apapun.
6) Penyaji menyimak pertanyaan dan memberikan jawaban sesuai dengan
pengetahuan serta pengalaman nyata yang telah dilakukan dan merujuk pada
standar yang relevan atau SOP yang berlaku.
7) Bila perlu mencatat esensi penting dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan,
atau hal-hal yang belum pernah diketahui sebelumnya sebagai informasi baru.
8) Bila tidak ada lagi pertanyaan, fasilitator akan meminta anda sebagai orang
pertama dalam kelompok untuk menyampaikan apa saja yang dapat dipelajari
dari kasus tersebut, terutama berhubungan dengan informasi baru yang
dianggap dapat memberikan tambahan pengetahuan atau sesuatu hal yang
pernah diketahui tetapi dilupakan. Semua hal tersebut diyakini akan dapat
dipergunakan untuk perbaikan kinerja pada waktu yang akan datang.
c. Pedoman Bagi Anggota atau Peserta
1) Setelah memperhatikan penyajian kasus tersebut , setiap peserta menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan, minimal satu pertanyaan. Kesempatan seluas - luasnya
diberikan untuk melakukan klarifikasi atas penanganan kasus tersebut.
2) Didalam mengajukan pertanyaan, cobalah merujuk pada standar atau SOP yang
berlaku, refleksi ulang bila anda mempunyai pengalaman dalam menangani
kasus semacam itu atau iptek terbaru yang diketahui.
3) Peserta tidak diperbolehkan untuk memberikan jawaban, saran secara langsung
atau memberitahukan bagaimana seharusnya perawatan pasen itu harus
dilakukan.
4) Bila anda berpikir bahwa penyaji melakukan perawatan dengan cara yang
berbeda, tidak sesuai standar atau tidak sesuai dengan SOP yang berlaku, anda
dilarang keras untuk melakukan kritik. Anda hanya dapat melakukan klarifikasi
kepada penyaji apakah dia telah memikirkan cara lain seperti apa yang anda
pikirkan.
5) Selama diskusi berlangsung semua peserta memberikan perhatian penuh,
karena sangat mungkin dari setiap pertanyaan atau klarifikasi yang muncul, ada
diantaranya yang belum pernah diketahui oleh peserta lainnya. Ini merupakan
kesempatan bagi semua anggota untuk belajar serta memperoleh informasi atau
pengetahuan baru dari proses diskusi ini dalam waktu yang relatif sangat
singkat.
6) Perlu diingat bahwa semua anggota kelompok juga akan belajar dari pemikiran
anda.
7) Peserta mempunyai waktu 20 - 30 menit untuk mengajukan pertanyaan, setelah
itu anda perlu menyimak kembali apa yang dapat anda pelajari dari proses
diskusi kasus tersebut, guna dapat menjawab dengan tepat pertanyaan dari
fasilitator pada akhir sesi tersebut.
8) Kesimpulan tentang issue-issue yang muncul dapat dijadikan cermin bagi
semua peserta, agar kejadian atau masalah yang sama tidak terulang dimasa
yang akan datang.
d. Pedoman Diskusi Refleksi Kasus
1) Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data perlu memperhatikan tentang riwayat masa lalu dari
kasus yang akan didiskusikan serta bagaimana perkembangan kasus tersebut
saat ini. Beberapa poin penting yang perlu dikaji dalam tahap pengumpulan
data adalah sebagai berikut :
a) Menilai bagaimana diagnosa medis pasien mempengaruhi wawancara
Anda.
b) Bagaimana bias pribadi Anda atau asumsi mungkin mempengaruhi
wawancara Anda?
c) Menilai informasi yang Anda kumpulkan, apa yang Anda lihat sebagai
pola atau hubungan antara gejala?
d) Berapa nilai data yang Anda kumpulkan?
e) Apakah beberapa pertimbangan yang dapat Anda simpulkan dari data?
Apakah ada alternatif solusi?
f) Apakah penilaian Anda mengenai pengetahuan dan pemahaman pasien
atau pemberi perawatan tentang diagnosis mereka dan kebutuhan untuk
terapi fisik?
g) Sudahkan Anda melakukan verifikasi tujuan pasien dan sumber daya apa
yang tersedia?
h) Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, apakah Anda dapat menilai
kebutuhan untuk rujukan kepada tenaga kesehatan profesional lainnya?
2) Menentukan Hipotesis Awal
Penentuan hipotesis awal didasarkan pada struktur kerangka atau fungsi,
gangguan yang dialami pasien, keterbatasan aktivitas harian pasien, dan
pembatasan partisipasi pasien. Berikut adalah poin refleksi yang perlu dikaji
dalam penentuan hipotesis awal :
a) Dapatkah Anda membangun hipotesis berdasarkan informasi yang
dikumpulkan?
b) Bagaimana Anda dapat menentukan hipotesis? Bagaimana Anda dapat
menjelaskan alasan Anda?
c) Bagaimana informasi dan data kondisi pasien yang telah dikumpulkan
dalam mendukung hipotesis Anda?
d) Apakah yang Anda antisipasi dapat menjadi hasil/outcome bagi pasien
(prognosis)?
e) Berdasarkan hipotesis Anda, bagaimanakah strategi Anda dalam
mempengaruhi pemeriksaan?
f) Apa pendekatan / urutan rencana / strategi Anda untuk melakukan
pemeriksaan?
g) Bagaimanakah faktor lingkungan dapat mempengaruhi pemeriksaan
Anda?
h) Bagaimanakah informasi diagnostik lainnya dapat mempengaruhi
pemeriksaan Anda?
3) Pemeriksaan
Tahapan pemeriksaan mempertimbangkn tes yang perlu dilakukan serta
pengukuran - pengukuran. Berikut adalah poin refleksi dari tahapan
pemeriksaan :
a) Menilai tes dan pengukuran yang Anda pilih untuk pemeriksaan,
bagaimana dan mengapa Anda memilihnya?
b) Menggambarkan dari tes ini, bagaimana tes tersebut dapat mendukung /
meniadakan hipotesis Anda?
c) Dapatkah identifikasi dari tes dan pengukuran tersebut membantu Anda
menentukan perubahan status? Apakah tes dan pengukuran itu setidaknya
mampu mendeteksi perbedaan klinis penting?
d) Bagaimana Anda mengatur pemeriksaan? Apa yang mungkin Anda
lakukan secara berbeda?
e) Jelaskan pertimbangan untuk sifat psikometrik tes dan pengukuran yang
digunakan.
f) Diskusikan sistem lain yang tidak diuji, apakah dapat mempengaruhi
masalah pasien.
g) Bandingkan pemeriksaan temuan Anda untuk pasien ini dengan pasien lain
dengan diagnosis medis serupa.
h) Bagaimana pilihan tes dan pengukuran berhubungan dengan tujuan pasien.
4) Evaluasi
a) Bagaimana Anda menentukan diagnosis Anda? Bagaimana pendapat
pasien tentang diagnosis yang Anda tentukan?
b) Bagaimana hasil pemeriksaan Anda dapat mendukung atau meniadakan
hipotesis awal Anda?
c) Apa penilaian Anda tentang masalah yang paling penting untuk
dikerjakan?
d) Bagaimana evaluasi ini berhubungan dengan tujuan pasien dan identifikasi
masalah?
e) Faktor-faktor apa yang mungkin mendukung atau mengganggu prognosis
pasien?
f) Bagaimana faktor lain seperti fungsi tubuh, faktor lingkungan, dan sosial
mempengaruhi pasien?
g) Apa alasan Anda untuk prognosis, dan apa indikator prognostik positif dan
negatif?
h) Bagaimana tindakan yang akan Anda untuk mengembangkan hubungan
terapeutik?
i) Bagaimana mungkin setiap faktor budaya memengaruhi perawatan Anda
dari pasien?
j) Apa pertimbangan Anda untuk perilaku, motivasi, dan kesiapan?
k) Bagaimana Anda dapat menentukan kapasitas untuk kemajuan menuju
tujuan?
5) Rencana Tindak Lanjut
a) Bagaimana Anda memasukkan tujuan pasien dan keluarga?
b) Bagaimana tujuan mencerminkan pemeriksaan dan evaluasi Anda?
c) Bagaimana Anda menentukan resep terapi fisik atau rencana perawatan
(frekuensi, intensitas, antisipasi layanan perawatan jangka panjang)?
d) Bagaimana elemen kunci dari rencana perawatan terapi fisik berhubungan
kembali dengan diagnosis awal?
e) Bagaimana faktor personal dan lingkungan pasien mempengaruhi rencana
perawatan terapi fisik?
6) Rencana Kegiatan
a) Diskusikan semua pendekatan terapi fisik atau beberapa strategi (misalnya,
pembelajaran motorik, penguatan).
b) Bagaimana Anda akan memodifikasi prinsip untuk pasien?
c) Apakah ada aspek yang spesifik tentang pasien yang perlu diingat?
d) Bagaimana pendekatan Anda berhubungan dengan teori dan bukti saat ini?
e) Ketika Anda merancang rencana intervensi Anda, bagaimana Anda
memilih strategi yang spesifik?
f) Apakah alasan Anda untuk strategi intervensi yang digunakan?
g) Bagaimana intervensi berhubungan dengan masalah utama yang telah
diidentifikasi?
h) Apakah mungkin Anda perlu mengubah intervensi untuk pasien tertentu
dan pemberi perawatan? Apa kriteria Anda untuk melakukannya?
i) Apa koordinasi dari aspek perawatan?
j) Apa kebutuhan komunikasi dengan anggota tim lainnya?
k) Apa aspek dokumentasi?
l) Bagaimana Anda akan memastikan keselamatan?
m) Pendidikan Pasien atau pemberi perawatan.
n) Apakah strategi keseluruhan yang Anda lakukan dalam mengajar?
o) Jelaskan gaya belajar atau hambatan dan setiap akomodasi yang mungkin
untuk pasien dan pemberi perawatan.
p) Bagaimana Anda dapat memastikan pemahaman?
q) Apa strategi komunikasi (verbal dan nonverbal) yang nantinya paling
efektif.
7) Pemeriksaan Ulang
a) Mengevaluasi efektivitas intervensi Anda. Apakah Anda perlu mengubah
apa pun?
b) Apa yang telah Anda pelajari tentang pasien atau perawat yang Anda tidak
tahu sebelumnya?
c) Bagaimana kemajuan pasien saat ini terhadap tujuan dibandingkan dengan
pasien lain dengan diagnosis yang sama?
d) Apakah ada sesuatu yang diabaikan, disalahartikan, dinilai terlalu tinggi,
atau dinilai rendah, dan apa yang mungkin Anda lakukan secara berbeda?
e) Akankah hal ini dapat menunjukkan setiap potensi kesalahan yang telah
Anda buat?
f) Bagaimana interaksi Anda dengan pasien atau pemberi perawatan dapat
diubah?
g) Bagaimana hubungan terapeutik Anda dapat diubah?
h) Apakah terdapat kemungkinan faktor-faktor baru yang mempengaruhi
kriteria hasil dari pasien?
i) Bagaimana karakteristik kemajuan pasien mempengaruhi tujuan Anda,
prognosis, dan pengantisipasian hasil?
j) Bagaimana Anda dapat menentukan pandangan pasien (kepuasan atau
frustrasi) tentang kemajuannya ke arah tujuan? Bagaimana
kemungkinannya dapat mempengaruhi rencana perawatan Anda?
k) Bagaimana terapi fisik mempengaruhi kehidupan pasien?
8) Hasil
a. Apakah terapi fisik yang efektif, dan apa ukuran yang Anda gunakan untuk
menilai hasilnya? Apakah ada perbedaan klinis minimum yang penting?
b. Mengapa iya atau mengapa tidak?
c. Kriteria apa yang Anda atau akan Anda gunakan untuk menentukan
apakah pasien telah mencapai tujuan nya?
d. Bagaimana Anda menentukan pasien siap untuk kembali ke rumah atau
masyarakat / kerja / sekolah / olahraga
e. Hambatan apa (fisik, pribadi, lingkungan), jika ada, apakah dapat
dipulangkan?
f. Apakah kebutuhan yang dapat diantisipasi terkait usia, dan apa yang
menjadi dasarnya?
g. Apakah peranan yang memungkinkan dari terapi fisik di masa yang akan
datang?
h. Apa pandangan pasien / pemberi perawatan dari kebutuhan terapi fisik di
masa yang akan datang?
i. Dapatkah Anda dan pasien atau pemberi perawatan yang lain secara
bersama-sama merencanakan rencana seumur hidup untuk sehat?
Resume Pasien

A. Identitas Pasien
Nama : Ni Nyoman Rampig
Umur : 89 Tahun
Agama : Hindu
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : Tidak Sekolah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Bongan pala, Tabanan
Tanggal MRS : 28 Januari 2019
B. Tanda-Tanda Vital
Keadaan umum : Ku Lemas
Kesadaran : Composmentis (GCS 15)
Suhu : 36,90C
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 92x/menit
Pernafasan : 24x/menit
C. Diagnosa Medis
Obs Dyspneu ec CHF + Susp Cardiac Serosis
D. Riwayat Penyakit
Pasien datang ke IGD BRSUD Tabanan diantar oleh keluarga dengan keadaan sadar. Pasien
mengeluh sesak sejak 3 hari yang lalu, RR : 28x/menit, batuk, nyeri pada ulu hati, mual,
muntah, dan sakit kepala.
E. Hasil Pengkajian Tanggal 31-1-2019
Pasien mengatakan sesak dan batuk sudah berkurang, pasien juga mengeluh lemas dan juga
nyeri pada ulu hati. Pasien makan hanya bisa menghabiskan ¼ dari makanan yang disediakan
Rumah Sakit, minum juga sedikit krang lebih satu hari 1 botol aqua tanggung. Hasil
laboratorium : Leokosit : 16,7 , Trombosit : 87,9.
F. Diagnosa Keperawatan
Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan
atau mengabsorsi zat-zat gizi berhubungan dengan factor biologis dan factor psikologis
ditandai dengan pasien hanya makan ¼ porsi dari makanan yang diberikan Rumah Sakit,
BB : 4kg, Tinggi : 170cm, IMT : 17,3, pasien tampak lemas, trombosit : 87,9.

G. Intervensi
1. Obs TTV dan Ku
2. Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering
3. Kaji adanya alergi makanan
4. Berikan substansi gula
5. KIE tentang kebutuhan nutrisi
6. Monitor adanya penurunan berat badan

Anda mungkin juga menyukai