Anda di halaman 1dari 8

IMPLEMENTASI TEKNIK DE-ESKALASI TERHADAP PENURUNAN

RESPON MARAH KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

Wahyu Indrono 1, Endang Caturini 2


Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

Abstract: Decrease Response Angry, Violent Behavior, De-Escalation


Techniques. The purpose of this study was to determine the effect of techniques
for de-escalation of the mad changes in mental patients with violent behavior.
This research is a quasi experimental design with pre-post test with control group
"with the intervention de-escalation techniques. How is the total sampling
sampling with a sample of 28 clients divided into 2 groups: a group of 14 clients
get de-escalation techniques and 14 client groups that do not get the technique de-
eskalasi.Pada group that received de-escalation techniques, a meeting 2 times span
of 2 days. The statistical test used was the t test with a 95% confidence level. The
results of this study demonstrate implementation techniques de-escalation in
patients angry with violent behavior provide a more significant effect than those
not given the de-escalation techniques that proved the value of ρ value = 0.00

Keywords: Decrease Response Angry, Violent Behavior, De-Escalation


Techniques.

Abstrak: Penurunan Respon Marah, Perilaku Kekerasan, Teknik De-


Eskalasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui pengaruh teknik
de-eskalasi terhadap perubahan marah pada pasien gangguan jiwa dengan
perilaku kekerasan. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain
pre post test with control group ” dengan intervensi teknik de-eskalasi. Cara
pengambilan sampel adalah total sampling dengan sampel sebanyak 28 klien
dibagi 2 kelompok yaitu 14 klien kelompok yang mendapatkan teknik de-
eskalasi dan 14 klien kelompok yang tidak mendapatkan teknik de-eskalasi.Pada
kelompok yang mendapat teknik de-eskalasi dilakukan pertemuan sebanyak 2 kali
dalam rentang waktu 2 hari. Uji statistik yang digunakan adalah dengan t test
dengan derajat kepercayaan 95%. Hasil penelitian ini menunjukkan Implementasi
teknik de-eskalasi pada pasien marah dengan perilaku kekerasan memberikan
pengaruh lebih signifikan dibanding dengan yang tidak diberikan teknik de-
eskalasi yang dibuktikan nilai ρ value = 0.00

Kata Kunci : Penurunan Respon Marah, Perilaku Kekerasan, Teknik De-


Eskalasi.

77
78 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Jilid 2, November2012, hlm. 1-94

PENDAHULUAN marah meliputi asertif, frustasi, pasif,


Gangguan jiwa adalah suatu agresif dan amuk Stuart & Laraia,
sindrom atau pola psikologis atau 2005). Perilaku kekerasan, agresif
perilaku yang penting secara klinis merupakan bagian dari respon marah
yang terjadi pada seseorang dan (Stuart dan Sunden,1995). Perilaku
dikaitkan dengan adanya distress kekerasan atau agresif merupakan
(misal: gejala nyeri) atau disabilitas suatu bentuk perilaku yang bertujuan
(kerusakan pada satu atau lebih area untuk melukai seseorang secara fisik
fungsi yang penting) atau disertai dan psikologis (Berkowitz,1993
peningkatan resiko kematian yang dalam Caturini 2009). Perilaku
menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau kekerasan merupakan respon
sangat kehilangan kebebasan ( terhadap stressor yang dihadapi
American Psychiatrc Assosiation individu yang ditunjukkan dengan
Dalam NIC,2005). Hasil Kesehatan melakukan perilaku aktual berupa
Mental Rumah Tangga (SKMRT) melakukan kekerasan pada diri
tahun 2009 didapatkan sebesar185 sendiri, orang lain maupun
per 1.000 penduduk rumah tangga lingkungan secara verbal atau non
dewasa menunjukkan adanya gejala verbal (Stuart dan Laraia,2005 dalam
gangguan kesehatan jiwa baik yang Caturini 2009).
ringan maupun berat (Kemenkes, Penanganan klien dengan
2010). perilaku kekerasan secara konsep
Gangguan jiwa berat ada tiga prinsip-prinsip menangani perilaku
macam yaitu skizofrenia, gangguan kekerasan menurut Stuart dan Laraia
bipolar dan psikosis akut. Dengan (2005) ada tiga strategi tindakan
skizofrenia yang paling dominan keperawatan pada klien dengan
yaitu sejumlah 1% hingga 3% dari perilaku kekerasan yaitu strategi
total populasi warga dunia. Tanda pencegahan, strategi antisipasi dan
skizofrenia yang ditinjau dari strategi pengekangan lingkungan,
perilaku penderita yaitu menarik diri perilaku dan psikofarmaka. Menurut
dari aktifitas sehari-hari, gelisah Petit, (2005) menjelaskan bahwa
tidak bisa diam, perilaku aneh, defisit manajemen klien dengan gangguan
perawatan diri, menjawab pertanyaan perilaku kekerasan terdiri meliputi
yang tak berhubungan, bertindak manipulasi lingkungan, de-eskalasi,
agresif dan tanpa sebab yang jelas pengikatan / pengasingan intervensi
penderita sering marah (NIC,2005). farmakologi.
Kemarahan adalah salah satu bentuk Teknik de-eskalasi dalam hal
emosi manusia yang sepenuhnya ini masuk dalam strategi antisipasi
bersifat normal dan setiap individu dan jika berhasil maka klien tidak
pasti pernah mengalaminya dengan perlu menjalani tindakan berikutnya
berbagai alasan, tapi jika marah tidak yaitu berupa pengekangan/restrain.
dapat dikendalikan dengan tepat dan Teknik de-eskalasi mengandalkan
bersifat destruktif maka akan kemampuan berkomunikasi dan
berpotensi menimbulkan masalah kemampuan interpersonal. De-
baru di keluarga dan hubungan eskalasi atau “talking down” yaitu
interpersonal (Papu,2003 dalam mengembangkan teknik psikososial
Widodo, 2009). Rentang respon disaat perilaku klien yang tidak
Wahyu Indrono, implementasi teknik de-eskalasi terhadap penurunan 79

tenang dan mengembalikan klien de-eskalasi dengan kelompok dengan


menjadi tenang lagi atau umpan balik kelompok yang tidak mendapatkan
klien dengan harapan klien kembali teknik de-eskalasi . Setiap kelompok
menjadi individu yang tenang berjumlah 14 orang. Pada kelompok
(Dix,2001 dalam Nau,2009). Selama yang mendapat teknik de-eskalasi
penanganan klien agresif diperlukan dilakukan pertemuan sebanyak 2
tim dengan anggota tiga orang yang pertemuan dalam rentang waktu 2
mampu menerapkan komunikasi hari. Respon marah meliputi respon
terapetik, bekerja dengan aman, letak fisik, emosional, respon perilaku
tidak terlalu jauh dan tidak terlalu diukur menggunakan kuesioner,
dekat. Implementasi dilakukan tidak observasi, dan pemeriksaan fisik
jauh dari pintu keluar (Irine,2010). serta dianalisis menggunakan
Kesuksesan implementasi teknik de- dependent t-test, independent t-test,
eskalasi dipengaruhi oleh seringnya dan chi-square dengan tampilan
berlatih, kemampuan memahami dalam bentuk tabel dan distribusi
klien agresif dan pengelolaan serta frekwensi. Sedangkan analisa
penatalaksanaannya. bivariat pada penelitian ini
Karakteristik marah perilaku menggunakan yaitu independent t
kekerasan, dapat diobservasi, dicatat, test Independent pada signifikansi
diukur secara fisik, emosional, 95% dengan bantuan program SPSS.
kognitif, sosial dan dapat diberi
tindakan terapetik serta dievaluasi. HASIL PENELITIAN
Tindakan terapetik yang bermanfaat Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
dalam mengatasi perilaku kekerasan Distribusi frekuensi jenis
salah satunya adalah teknik de- kelamin responden sebagaian besar
eskalasi. laki-laki sebesar 19 orang (67,8%)
dan sisanya perempuan sebesar 9
METODE PENELITIAN orang (32,2%). Distribusi frekuensi
Penelitian ini menggunakan jenis kelamin responden dapat
metode “quasi experiment pre-post dijelaskan pada tabel 1.
test with control group dengan Tabel 1.
implementasi teknik de-eskalasi pada Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
bulan April sampai dengan Juni
2012. Sampel penelitian ini adalah No Sex Jumlah Persen
klien dengan gangguan jiwa yang 1 Laki-laki 19 67,8
mengalami perilaku kekerasan yang 2 Wanita 9 32,2
berjumlah 28 orang, yang diambil Jumlah 28 100
dengan metode “Total Sampling”.
Penelitian dilakukan untuk Distribusi Frekuensi Pendidikan
menganalisa penerapan de-eskalasi Distribusi Frekuensi tingkat
terhadap penurunan respon marah pendidikan sebagian besar
pada klien gangguan jiwa dengan mempunyai pendidikan SD sejumlah
perilaku kekerasan sebelum dan 11 (39,2%), SMP sejumlah 10
sesudah perlakuan teknik de-eskalasi (35,8%) dan lulusan SMA sebesar 7
serta membandingkan antara orang (25%). Distribusi Frekuensi
kelompok yang mendapatkan teknik
80 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Jilid 2, November2012, hlm. 1-94

pendidikan dapat dijelaskan pada Hasil analisis perbedaan


tabel 2. selisih penurunan respon marah
Tabel 2. berdasar pada pasien perilaku
Distribusi Frekuensi Pendidikan kekerasan setelah dilakukan tindakan
No Pendidikan Frekuensi % teknik de-eskalasi diperoleh bahwa
1 SD 11 39,2 pada alpha 5 % didapatkan adanya
2 SMP 10 35,8 penurunan marah secara bermakna
3 SMU 7 25,0 pada kelompok yang mendapatkan
Jumlah 28 100 perlakuan teknik de-eskalasi dalam
respon fisik lebih rendah sebesar
Distribusi Frekuensi Marah secara 2,21 (p value= 0,004). Sedangkan
Keseluruhan pada kelompok kontrol lebih rendah
Kelompok intervensi sebelum sebesar 2,5 (p value 0,008). Respon
dilakukan tindakan terdapat 8 emosi pada kelompok intervensi
responden dengan marah berat, 6 lebih rendah sebesar 2,57 (p value
responden dengan marah sedang. =0,001) sedangkan pada kelompok
Sesudah dilakukan tindakan terdapat kontrol lebih rendah sebesar 0,35 (p
1 responden dengan marah berat, 7 value 0,486), Dalam respon perilaku
responden dengan marah sedang dan lebih rendah sebesar 3,85 (p value
6 responden dengan marah ringan =0,000) sedangkan pada kelompok
dengan p-value = 0,000 dan selisih kontrol lebih rendah sebesar 0,42 (p
mean = 9,93. Pada kelompok kontrol value 0,212). Berdasarkan hasil uji
sebelum dilakukan tindakan terdapat statistik dapat dijelaskan penurunan
10 responden dengan marah berat, 4 respon marah baik respon fisik,
responden dengan marah sedang. emosi dan perilaku menunjukan
Sesudah dilakukan tindakan terdapat lebih rendah secara bermakna
6 responden dengan marah berat, 8 sesudah perlakuan antara kelompok
responden dengan marah sedang yang mendapatkan perlakuan teknik
dengan p-value= 0,485 dan selisih de-eskalasi dengan kelompok yang
mean=1,14. Distribusi Frekuensi tidak mendapatkan teknik de-
Respon Marah secara Keseluruhan eskalasi (p value <0.005)
Sebelum dan sesudah Perlakuan di
jelaskan pada tabel 3. PEMBAHASAN
Tabel 3 Berdasarkan hasil penelitian
Distribusi Frekuensi Marah secara menunjukkan bahwa kategori marah
Keseluruhan pada kelompok intervensi berdasar
Intervensi Kontrol respon fisik terdapat 9 responden
Ket, Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah marah ringan berdasar respon emosi
Berat 8 1 10 6
Sedang 6 7 4 8
didapatkan 10 responden dengan
Ringan 0 6 0 0 kategori marah sedang dan respon
Mean 24,35 34,28 23,21 24,35
perilaku 9 responden marah ringan.
Pada kelompok kontrol masing-
p-value 0,000 0,485
masing 7 marah berat, 11 marah
Selisih 9,93 1,14 ingan dan 11 marah sedang. Pasien
gangguan jiwa dengan perilaku
kekerasan mengalami kesulitan
Wahyu Indrono, implementasi teknik de-eskalasi terhadap penurunan 81

mengontrol emosi sehingga mudah Caturini (2009) ada dua dari tiga
marah yang bila tidak bisa di strategi penatalaksanaan perilaku
kendalikan akan menjadi perilaku kekerasan yaitu strategi antisipasi
kekerasan. Menurut Vedebeck strategi pencegahan yang efektif bila
(2008) pasien dengan gangguan jiwa diterapkan. Rumah Sakit Grhasia
dan penderita autisma mengalami menerapkan dua strategi tersebut.
gangguan pada sistem limbik yang Selisih penurunan marah pada pasien
mengakibatkan kesulitan dalam gangguan jiwa dengan perilaku
mengendalikan emosi. Hal ini kekerasan yang mendapatkan
diperkuat oleh Keliat (2003) bahwa tindakan teknik de-eskalasi dengan
perilaku kekerasan merupakan yang tidak mendapatkan teknik de-
marah yang tak terkendali. Menurut eskalasi.
Irine (2010), de-eskalasi adalah Dari hasil penelitian berdasar
tindakan mengurangi konflik, respon fisik kelompok intervensi
mendinginkan atau menenangkan lebih baik dengan selisih rerata 2,21
agar tidak berkelanjutan. dan t-hitung 3,51 tingkat signifikasi
Pada kelompok intervensi 0,004. Berdasarkan respon emosi
sebelum dilakukan de-eskalasi kelompok intervensi lebih baik
responden dengan marah berat dengan selisih rerata 2,57 dan t
berdasar respon fisik emosi dan hitung 4,50 dengan tingkat
perilaku masing-masing 14, 8 dan signifikasi 0,001. Berdasar respon
14 menjadi 9 marah ringan, 10 perilaku kelompok intervensi lebih
marah sedang dan 9 marah ringan. baik dengan selisih rerata 3,85 dan t-
Menurut University Of Colorado hitung 5,55 dan tingkat signifikasi
(2004), de-eskalasi adalah tindakan 0,000. Berdasarkan hasil penelitian
mengurangi konflik, mendinginkan diatas bahwa respon emosi dan
atau menenangkan agar tidak respon perilakut menunjukan lebih
berkelanjutan.Peneliti menyimpulkan rendah secara bermakna sesudah
bahwa teknik de-eskalsi berpengaruh perlakuan antara kelompok yang
terhadap penurunan marah pada mendapatkan de-eskalasi dengan
pasien dengan perilaku kekerasan. yang tidak mendapatkan teknik de-
Hasil penelitian didapatkan eskalasi (p value <0.005) Hal ini
bahwa berdasar respon fisik diperkuat oleh Stokowski (2007)
didapatkan 7 responden dengan dalam Irine (2010) penerapan teknik
marah berat, berdasar respon emosi de-eskalasi secara terus menerus
terdapat 9 responden dengan marah yang berkesinambungan saat bekerja
sedang dan berdasar respon perilaku merawat pasien lebih dominan
terdapat 11 dengan marah sedang. daripada yang tidak diberikan teknik
Kesimpulan yang dapat diambil de-eskalasi.
peneliti bahwa SOP penatalaksanaan
perilaku kekerasan di Rumah Sakit KESIMPULAN DAN SARAN
Grhasia yang diterapkan pada Pada kelompok intervensi
kelompok kontrol masih efektif sebelum dilakukan tindakan teknik
diterapkan pada pasien dengan de-eskalasi responden yang marah
perilaku kekerasan. Hal ini perkuat berat sejumlah 13 dan yang marah
teori Stuart dan Laraia (2005) dalam sedang. Pada kelompok kontrol
82 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Jilid 2, November2012, hlm. 1-94

terdapaat klien dengan marah berat Fortinash & Holoday (2000).


sebesar 14. Penurunan marah pada Psikiatric mental health
klien dengan perilaku kekerasan nursing. (2ndendition). St.
setelah diberikan tindakan teknik de-
Louis, Missouri : Mosby
eskalasi menuju ke kategori marah
lebih baik daripada yang tidak diberi Inc.
tindakan de-eskalasi. Implementasi
Hermawan, Andreas Hadi(2009).
teknik de-eskalasi pada klien marah
perilaku kekerasan memberikan Persepsi Pasien Tentang
pengaruh lebih signifikan dalam Pelaksanaan Komunikasi
menurunkan marah pada klien Terapeutik Perawat Dalam
dengan perilaku kekerasan dibanding Asuhan Keperawatan Pada
dengan yang tidak diberikan teknik Pasien Di Unit Gawat
de-eskalasi. Saran yang diajukan Darurat RS. Mardi Rahayu
adalah menetapkan sebagai standar
Kudus. Diperoleh
operasional teknik de - eskalasi
sebagai salah satu program dalam www.wordpress.com/komu
meningkatkan kualitas asuhan nikasiterapetik diakses
keperawatan jiwa, khususnya untuk tanggal 30 Januari 2012.
klien perilaku marah.
. Irene.J.Su(2010) De-escalating the
DAFTAR PUSTAKA aggressissive patient.
www.ncbi.nlm.nih.gov/
Barry, Patricia D (1998). Mental m/pubmed/ diunduh tanggal
health and mental 18 Nopember 2011.
illness.New York,
Philadelpia:Lippincott. Kaplan & Sadock. (1997). Sinopsis
psikiatri ilmu pengetahuan
Davison, Sophie E. (2010). perilaku psikiatri klinis.
Advances in Psychiatric (Edisi 7). Jakarta : Binarupa
Treatment The management Aksara.
of violence in general
psychiatry South London Kaplan & Sadock. (2002). Sinopsis
and Maudsley, London, UK. psikiatri jilid2. (Edisi 7).
NHS Trust diakses pada Jakarta : Binarupa Aksara.
www.ncbi.nlm.nih.gov/
Keliat, B.A dkk.( 1996). Marah
m/pubmed/ pada tanggal 18
akibat penyakit yang diderita.
Desember 2011.
Jakarta : EGC.
Depkes RI. (2005). Keperawatan
Keliat, B.A dkk. (1998), Proses
jiwa teori dan tindakan
keperawatan kesehatan jiwa.
keperawatan. (Cetakan ke2).
Jakarta EGC.Krisanty, P.
Jakarta: Depkes RI.
(2009). Asuhan
Wahyu Indrono, implementasi teknik de-eskalasi terhadap penurunan 83

keperawatan gawat darurat. North America diakses pada


Jakarta : Trans Info Media. www.ncbi.nlm.nih.gov/
m/pubmed/ pada tanggal 18
Keliat, B.A. & Akemat. (2004). Desember 2011.
Keperawatan jiwa : terapi
aktifitas kelompok. (Cetakan Rawlings, William & Beek. (1993).
ke1) .Jakarta : EGC. Mental health psychiatric
nursing A holistic life cycle
Kusuma, W. (1997). Kedaruratan approach. Third Edition.
psikiatrik dalam praktek. USA : Mosby Years Book
Jakarta : Profesional Books.
Riskesda. (2007). Jumlah gangguan
Murniati, R. (2008). Hubungan jiwa di indonesia. dari
Dukungan Keluarga dengan htpp://www.harianhalauan.c
Kekambuhan Skizofrenia om/.index.php?...indonesia-
yang Berperilaku Kekerasan gangguan jiwa diakses 8
di RS Grhasia Provinsi DIY, Desember 2011.
tidak dipublikasikan.
Riwidikdo, H. (2008). Statistik
Notoatmojo, (2010). Metodologi Kesehatan. Yogyakarta : Mitra
penelitian kesehatan (edisi Cendikia Press.
revisi.).jakarta : Rineka
Cipta. Setianti, Yanti (2007) Komunikasi
Terapetik Antara Perawat Dan
Nursalam, (2011). Konsep dan Pasien, Bandung, Makalah
penerapan metodologi Ilmiah Universitas Padjajaran
penelitian ilmu keperawatan Jatinangor.
(edisi2).Jakarta :Salemba
Medika. Stuart, W & Sundeen, S.J. (1995).
Principle and practice of
Nau, Johannes (2009). Student psychiatric nursing.
nurses’ de-escalation of th.
(5 .Ed.) St. Louis: Mosby
patient aggression: A Year Book.
pretest– posttestintervention
study, Internationa Journal Sulistyowati, E.C. (2009). Pengaruh
Of Nursing Studies diakses Terapi Musik terhadap
dari www.elsevier.com/ijns Perubahan Perilaku pada
pada tanggal 20 November Klien Skizofrenia dengan
2011. Perilaku Kekerasan di
Rumah Sakit Jiwa Daerah
Petit, Jorge R (2005). Management Surakarta. Jakarta :
Of The Acutely Violent
Patient, Psyciatry Clinic Of
84 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Jilid 2, November2012, hlm. 1-94

Universitas Indonesia, tidak


dipublikasikan

Videbeck,S.L. (2008). Buku ajar


keperawatan jiwa (edisi 1).
Jakarta : EGC.

Wasis. (2008). Pedoman riset praktis


untuk profesi perawat. Jakarta :
EGC.

Widodo, S. (2009). Pengaruh Latihan


Asertif terhadap Kemampuan
Mengekspresikan Marah pada
Pasien skizofrenia dengan
Riwayat Perilaku kekerasan di
RS Grhasia Propinsi DIY, tidak
dipublikasikan

Yosep, I. (2010). Keperawatan jiwa


(edisi revisi). Bandung : Refika
Aditama.

Anda mungkin juga menyukai