Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

DEMOKRATISASI, HAM, DAN CIVIL SOCIETY DALAM


PENDIDIKAN ISLAM

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Filsafat Pendidikan Islam”

Dosen Pengampu :

Moch. Faizin Muflich, M.Pd.

Disusun oleh :
Firda Nor Andriana : 012110014
Inayah Masrurotul Wahdaniyah : 012110016
Imam Hifni : 012110038

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Demokratisasi, Ham, dan Civil
Society Dalam Pendidikan Islam”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Moch. Faizin Muflich, M.Pd. selaku
dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang ditekuni.

Terwujudnya makalah ini juga tidak terlepas dari dukungan para anggota kelompok
satu dan teman-teman sekalian.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam di
Universitas Islam Lamongan. Kami mohon maaf apabila ada salah kata atau kurang kata dalam
penyusunan ini. Kami sadar bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna. Kami
juga menerima kritikan dan saran dari pembaca dengan hati terbuka sebagai bentuk apresiasi
pembaca terhadap makalah ini.

Semoga makalah ini bisa menjadi manfaat untuk pembaca dan menjadi bahan referensi
dalam menyelesaikan tugas.

Lamongan, 10 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
C. Tujuan .............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 2
A. Pengertian Demokratisasi, HAM, dan Civil Society........................................ 2
B. Demokratisasi Pendidikan dan Permasalahannya .......................................... 6
C. Peran Pendidikan Islam Dalam Upaya Mewujudkan Civil Society ................ 12
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 15
A. Kesimpulan .................................................................................................... 15
B. Saran .............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Demokrasi merupakan istilah yang hangat diperbincangkan oleh berbagai


kalangan baik kalangan politisi, akademisi, maupun rakyat kalangan atas sampai
kalangan bawah. Istilah ini seringkali dikaitkan dengan berbagai persoalan dalam
kehidupan, baik dalam kehidupan bernegara bahkan kehidupan beragama pula. Dalam
kaitannya dengan agama, khususnya agama islam, demokrasi marak diperbincangkan.
Wacana tentang demokrasi seringkali dikaitkan dengan berbagai persoalan kehidupan.
Tidak hanya demokrasi, hak asasi manusia juga menjadi perbincangan yang serius,
mengingat konsep demokrasi yang semakin memberi kebebasan terhadap masyarakat
sehingga penegakkan ham disepelekan dengan embel-embel demokrasi.
Hak asasi manusia merupakan hak yang dimiliki setiap manusia yang melekat
didalam dirinya yang wajib untuk dijaga dan dihormati. Selain pembahasan mengenai
ham juga terdapat pembahasan mengenai civil society atau yang biasa disebut
masyarakat madani. Masyarakat madani menjadi penting untuk dijadikan sebuah
usulan perubahan yang dicita-citakan semua bangsa. Bangunan masyarakat madani
membutuhkan berbagai material yang kokoh dan tangguh yang berlandasan pada
pondasi agama. Makalah ini akan menyingkap semua mengenai demokratisasi, ham,
dan juga civil society dalam pendidikan Islam.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Demokratisasi, HAM, dan Civil Society?
2. Bagaimana Demokratisasi Pendidikan dan permasalahannya?
3. Bagaimana peran pendidikan Islam dalam upaya mewujudkan Civil Society?

C. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian Demokratisasi, HAM, dan Civil Society.
2. Menjelaskan Demokratisasi Pendidikan dan permasalahannya.
3. Menerangkan peran pendidikan Islam dalam upaya mewujudkan Civil Society.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DEMOKRATISASI, HAM, DAN CIVIL SOCIETY

1. Pengertian Demokratisasi
Secara etimologis istilah demokratisasi berasal dari kata demokrasi yang
mana demokrasi ini berasal dari kosa kata Yunani, yakni demos yang berarti
rakyat dan kratos yang berarti pemerintahan. Jadi demokrasi adalah
pemerintahan rakyat. Tetapi dalam perkembangannya, istilah demokrasi itu
mengandung pengertian yang berbeda-beda. Demokrasi dijelaskan sebagai
bentuk pemerintahan dimana warga negara menggunakan hak yang sama tidak
secara pribadi tetapi melalui para wakil yang duduk di lembaga Dewan
Perwakilan Rakyat.1
Secara normatif, demokrasi diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat. Menurut Hendry B. Mayo demokrasi adalah suatu
sistem yang menjamin bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas
oleh wakil-wakil yang diawasi oleh rakyat secara efektif dalam pemilihan-
pemilihan berkala yang didasarkan atas dasar prinsip kesamaan politik dan
diselenggarakan dalam susunan terjaminnya kebebasan politik.2
Demokrasi dipahami sebagai ruang lingkup yang luas. Apapun bentuknya,
fenomena demokrasi sangat menarik untuk dibicarakan. Apalagi jika dikaitkan
dengan kenyataan, bahwa negara Indonesia merupakan negara yang masih
menjalankan proses demokratisasi sebagai sebuah tumpuan. Mengutip teori
Jean Jaque Rousseau, demokrasi adalah sebuah tahapan atau sebuah proses
yang harus dilalui oleh sebuah negara untuk mendapatkan kesejahteraan.
Menurut Hans Kelsen yakni uraiannya tentang demokrasi menjadi lebih tertata
dan terstruktur. Ini membuktikan bahwa demokrasi adalah sebuah proses yang
berkelanjutan menuju kesempurnaan.3
Demokrasi merupakan suatu bentuk pemerintahan dimana kekuasaan
tertinggi berada di tangan rakyat, dilaksanakan secara langsung oleh mereka,

1
Ellya Rosana. Negara Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Jurnal Tapis. Vol. 12. No. 1. 2016.
2
Naili Rohmah Iftitah. Islam dan Demokrasi. Jurnal Islamuna. Vol. 1. No. 1. 2014.
3
HM. Thalhah. Teori Demokrasi dalam Wacana Ketatanegaraan Perspektif Pemikiran Hans Kelsen.
Jurnal Hukum. Vol.16. No. 3. 2009.

2
atau sistem oleh wakil terpilih dalam sistem pemilu yang bebas. Menurut Fahmi
Huwaidi, demokrasi adalah sangat dekat dengan Islam dan substansinya sejalan
dengan Islam. Muhammad Husein Heikal berpendapat bahwa kebebasan,
persaudaraan, dan persamaan merupakan semboyan demokrasi yang termasuk
kedalam prinsip-prinsip utama Islam.4
Setelah dipahami tentang demokrasi, maka kita akan paham mengenai kata
demokratisasi. Jadi demokratisasi ini merupakan proses daripada demokrasi itu
sendiri atau proses pendemokrasian. Demokratisasi adalah proses menuju
demokrasi. Demokrasi dan demokratisasi atau usaha pendemokrasian mrupakan
suatu ide dan usaha yang sangat baik dan terpuji, terlebih lagi bila dikaitkan
dengan pendidikan. melalui pendidikan, sekelompok orang atau satu bangsa
dapat meningkatkan kualitas dirinya, baik secara kognitif, afektif maupun
psikomotorik.
Demokrasi pendidikan merupakan sistem pendidikan yang memberikan
kesempatan pendidikan yang sama kepada semua orang, tanpa membedakan
ras, kepercayaaan, warna, dan status sosial. Jadi setiap individu punya hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Demokratisasi pendidikan
Islam adalah proses menuju demokrasi terhadap pendidikan Islam dengan
tujuan memberikan kesempatan yang sama bagi setiap umat Islam untuk
menempuh pendidikan Islam dan menanamkan nilai-nilai ajaran Islam sehingga
setiap umat Islam punya bekal ilmu didalam dirinya demi kelangsungan
hidupnya di dunia dan di akhirat kelak.

2. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)


Secara teoritis HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang
bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus
dihormati, dijaga, dan dilindungi. Menurut Undang-Undang Nomor 39 tahun
1999, HAM diartikan sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakikat
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah, dan setiap harkat dan martabat manusia. Hakikat

4
Kiki Muhammad Hakiki. Islam dan Demokrasi: Pandangan Intelektual Muslim dan Penerapannya di
Indonesia. Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya. Vol. 1. 2016.

3
HAM sendiri adalah upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh
melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan
kepentingan umum. HAM ada dan melekat pada setiap manusia, oleh karena itu
bersifat universal, artinya berlaku dimana saja dan untuk siapa saja serta tidak
dapat diambil oleh siapapun. Pada setiap hak melekat kewajiban. Karena itu
selain ada HAM, juga ada kewajiban yang harus dilaksanakan demi tegaknya
HAM.5
Deklarasi Universal mengenai hak asasi manusia (DUHAM) atau Universal
Declaration of Human Right pada tahun 1948 mengandung prinsip-prinsip
dasar kemanusiaan, yakni menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan6. Menurut Jan Materson dalam ungkapan yaitu HAM adalah hak-
hak yang secara inheren melekat dalam diri manusia, dan tanpa hak itu manusia
tidak dapat hidup sebagai manusia. Roselvet mengemukakan, bahwa dalam
hidup bermasyarakat dan bernegara manusia memiliki empat kebebasan (The
Four Freedoms), yaitu:7
a. Kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat (Freedom of
Speech);
b. Kebebasan beragama (freedom of religie);
c. Kebebasan dari rasa takut (freedom from fear);
d. Kebebasan dari kemlaratan (freedom from want).

Jadi disimpulkan bahwa hak asasi manusia adalah hak dasar yang
melekat pada individu sejak ia lahir secara kodrat yang diberikan langsung oleh
Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat dicabut dan dirampas keberadaannya
dan wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah, dan setiap manusia demi kehormatan perlindungan harkat dan
martabat.

3. Pengertian Civil Society


Istilah civil society pada mulanya menurut beberapa tokoh yang mendalami
tentang masalah ini sulit menterjemahkannya padanannya ke kamus Bahasa

5
Susani Triwahyuningsih. Perlindungan dan Penegakkan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.
Jurnal Hukum Legal Standing. Vol. 2. No. 2. 2018.
6
Louisia Yesani Krisnalita. Perempuan, Ham, dan Permasalahannya di Indonesia. Jurnal Binamulia
Hukum. Vol. 7. No. 1. 2018.
7
Eko Hidayat. Perlindungan HAM dalam Negara Hukum Indonesia. Jurnal Asas. Vol. 8. No. 2. 2016

4
Indonesia. Dalam berbagai literatur bahasa Indonesia, istilah civil society diberi
padanan arti yang cukup beragam, yaitu: (1) Masyarakat Sipil; (2) Masyarakat
Kewargaan; (3) Masyarakat Madani.
“Masyarakat Madani” sebagai terjemahan civil society yang kemudian
banyak dipakai dan populer di kalangan intelektual muslim Indonesia, pertama
kali diperkenalkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahum, ketika itu Menteri Keuangan
dan Timbalan Perdana Menteri Malysia, dalam ceramahnya pada Simposium
Nasional dalam rangka forum Ilmiah pada acara Festival Istiqlal, 26 September
1995.8
Menurut Zbigniew Rau mendefinisikan civil society adalah suatu
masyarakat yang berkembang dari sejarah, yang mengandalkan ruang dimana
individu dan perkumpulan tempat mereka bergabung, bersaing satu sama lain
guna mencapai nilai-nilai yang mereka yakini. Sedangkan menurut Anwar
Ibrahim, civil society atau masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur
yang dirasakan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara
kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat.
Dalam konteks masyarakat Islam, istilah masyarakat madani merujuk
kepada masyarakat secara keseluruhan, baik itu individu, keluarga, maupun
negara yang semuanya memiliki sifat dan budaya teras, yaitu berperadaban.
Keseluruhan komponen masyarakat madani bergerak bersama-sama untuk
mewujudkan suatu masyarakat yang menegakkan nilai-nilai kebaikan demi
terbentuknya masyarakat yang beradab.
Menurut Nurcholish, masyarakat madani sebenarnya adalah merujuk pada
masyarakat Islam yang pernah dibangun oleh Nabi SAW di negeri Madinah.
Masyarakat Madani tersebut bertujuan untuk mendirikan dan membangun
masyarakat yang berperadaban berlandasan ajaran Islam dan masyarakat yang
bertakwa kepada Allah SWT. Dasar-dasar masyarakat madani ini tertuang
dalam Piagam Madinah. Nurcholish menyatakan bahwa masyarakat madani
diperlukan dalam membangun tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang demokratis, karena masyarakat madani adalah sebuah sistem
sosial yang tumbuh berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, civility

8
Masduki. Civil Society: Mencari Titik Temu Antara Islam dan Barat. Al-Qalam. Vol. 24. No. 2. 2007.

5
(berkeadaban), keadilan, egaliter, dan juga prinsip moral yang menjamin
keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat.9
Madinah merupakan negara yang didirikan untuk membangun peradaban
baru. Para sejahrawan menyatakan bahwa madani berarti Madinah yaitu sebuah
kota tujuan hijrah Rasulullah SAW bersama pengikutnya yang sebelumnya
bernama Yastrib. Secara konvensional, perkataan Madinah berarti kota, tetapi
menurut Ilmu Kebahasaan perkataan Madinah mengandung makna peradaban.
Dengan demikian, masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab yang
mmebangun kehidupan sosial yang sopan, ditegakkan diatas dasar hak,
kewajiban dan kesadaran umum untuk patuh pada peraturan dan hukum.
Negara baru yang dibangun Rasulullah SAW adalah negara teologis yang
didasarkan kepada asas kemanusiaan yang terbuka sesuai dengan firman Allah
dalam al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 256. Penataan negaar yang digagas
Rasulullah SAW:10
a. Pertama, mebangun infrastruktur negara dengan masjid sebagai
simbol dan perangkat utamanya.
b. Kedua, menciptakan kohesi sosial melalui proses persaudaraan
antara dua komunitas yang berbeda komunitas Muhajirin dan
komunitas Anshor dalam satu agama.
c. Ketiga, mmbuat nota kesepakatan untuk hidup bersama komunitas
lain sebagai sebuah masyarakat yang pluralistik yang mendiami
wilayah yang sama.
d. Keempat, Merancang sistem negara dengan konsep jihad fi
sabilillah.

B. DEMOKRATISASI PENDIDIKAN DAN PERMASALAHANNYA


1. Demokratisasi Pendidikan Islam
Konsep demokrasi dalam Islam adalah bahwa Islam tidak mengenal
istilah demokrasi. Islam hanya mengenal istilah musyawarah sebagai fondasi
utama dalam kehidupan sosial. Sebagaimana firman Allah yang artinya:

9
Nur Fazilah. Konsep Civil Society Nurcholish Madjid dan Reelevensinya dengan Kondisi Masyarakat
Indonesia Kontemporer. Jurnal Al-Lubb. Vol. 2. No. 1. 2017.
10
Masroer C. Jb. Wacana Civil Society (Masyarakat Madani) di Indonesia. Sosiologi Reflektif. Vol. 10.
No. 2. 2016.

6
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertakwa kepada-Nya.” (QS. Ali-Imran [3]: 159).

Beranjak dari konsepsi musyawaran inilah Islam memperkenalkan


gagasan demokrasi, yakni gagasan yang mengharuskan seluruh proses politik
melandaskan diri pada partisipasi, kebebasan, dan persamaan. Islam adalah
sitem nilai yang membenarkan dan mendukung sistem politik demokrasi seperti
yang dipraktikan dinegara maju.11Seperti contohnya dengan Mendirikan
pesantren bagi para kyai merupakan manifestasi dari pelaksanaan perintah
Allah (ibadah) yang berkenaan dengan upaya mendidik dan mencerdaskan
umatnya (nasyrul ‘ilmi wa tahdzibul-Ummah) atau menyebarluaskan ilmu dan
mendidik umat.
Demokratisasi pendidikan adalah satu ide gagasan konseptual penting
yang berkenaan dengan usaha terpuji dalam rangka memberi kesempatan
kepada setiap individu/warga negara untuk menggunakan haknya dalam
memperoleh pendidikan yang layak. Bahwa meskipun di Indonesia
demokratisasi pendidikan mempunyai landasan konstitusional pada pasal 31
ayat 1 UUD 1945, namun pelaksanaannya masih jauh dari kata sempurna,
dikarenakan masih banyak kebocoran pada anggaran peruntukannya dan
lemahnya sistem penanganannya, sehingga banyak anak usia sekolah yang tidak
dapat bersekolah dikarenakan adanya pungutan-pungutan uang diluar
ketentuan.12
Islam diyakini oleh umatnya sebagai agama pungkasan yang berisi
petunjuk-petunjuk hidup dengan al-Qur’an dan As-Sunnah yang meliputi
berbagai aspek termasuk pendidikan, baik secara teoritis, metodik maupun

11
Irawan. Konseptual Model Pendidikan Demokratis Perspektif Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan
Islam. Vol. 8. No. 2. 2019.
12
Noor Rahman. Perspektif Islam Tentang Demokratisasi Pendidikan. Jurnal Tarbawi. Vol. 2. No. 2.
2014.

7
praktikal di mana Nabi SAW dan para sahabatnya serta para pengikutnya telah
melakukan peran-perannya dalam sejarah pendidikan Islam. Islam dengan jelas
memandang demokratisasi pendidikan sebagai sesuatu yang imperatif.
Mengingat Islam adalah agama yang pertama kali mengakui bahwa setiap
manusia berhak dan malah diperintahkan untuk menuntuk ilmu pengetahuan
dan mempelajari kemahiran menurut kesukaannya dan Islam mencela bahkan
mengancam orang-orang yang menyembunyikan Ilmu pengetahuan.13
Sebagaimana Allah telah berfirman dalam surat At-Taubah ayat 122
yang artinya:
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”

Dikatakan pula dalam sabda Rasulullah Saw yang berbunyi:


“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan
mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, No. 2699).

Dalam riwayat yang lainnya Imam Muslim juga menerangkan mengenai


ilmu yakni:
“Jika seseorang manusia mati, maka terputuslah darinya semua
amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah, ilmu yang diambil
manfaatnya, dan anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim, No. 1631).

Prinsip demokrasi pendidikan Islam dijiwai oleh prinsip demokrasi


dalam Islam, atau dengan kata lain demokrasi pendidikan Islam merupakan
implementasi prinsip demokrasi Islam terhadap Pendidikan Islam. Pendidikan
Islam menurut Ramayulus dapat dibagi menjadi dua yakni sebagai berikut:14

13
Noor Rahman. Perspektif Islam Tentang Demokratisasi Pendidikan. Jurnal Tarbawi. Vol. 2. No. 2.
2014.
14
Irawan. Konseptual Model Pendidikan Demokratis Perspektif Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan
Islam. Vol. 8. No. 2. 2019.

8
1) Kebebasan bagi pendidik dan peserta didik: kebebasan disini
meliputi kebebasan berkarya, kebebasan mengembangkan potensi
dan kebebasan berpendapat.
2) Persamaan terhadap peserta didik dalam pendidikan: karena Islam
memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik untuk
mendapatkan pendidikan atau belajar.

Pengembangan sekolah menuju model sekolah demokratis relevan


untuk dilakukan. Menurut Lyn Hans menjelaskan bahwa sekolah-sekolah
sekarang harus dapat memenuhi beberapa kualifikasi ideal untuk mencapai
sekolah yang demokratis yaitu:15

a) Pendidikan untuk semua; semua siswa mendapatkan perlakuan


sama untuk mencaapi kompetensi keilmuwan, basis skill dan
keterampilan yang ingin dicapai oleh kurikulum.
b) Memberikan skill dan keterampilan yang sesuai dengan
kemajuan teknologi yang menjadi tuntutan pasar.
c) Penekanan pada kerja sama; memberikan pengalaman pada
siswa dalam bekerja sama dengan yang lain, melalui penugasaan
kelompok dalm pembelajaran.
d) Pengembangan kecerdasan ganda; memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengmbangkan multiple intelligence
mereka, dengan memberikan peluang mangembangkan skill dan
ketrampilan yang beragam.
e) Integrasi program dengan pengabdian pada masyarakat, agar
mereka memiliki kepekaan sosial.
f) Pengembangan kurikulum yang fleksibel dan memenuhi target
pasar.

2. Permasalahan Demokratisasi Pendidikan Islam


Pendidikan Islam di Indonesia merupakan salah satu variasi dari
konfigurasi sistem pendidikan nasional. Tetapi pada kenyataanya pendidikan
Islam tidak memiliki kesempatan yang luas untuk bersaing dalam membangun

15
Teguh Sihono. Upaya Menuju Demokratisasi Pendidikan. Jurnal ekonomi dan Pendidikan. vol. 8.
No. 1. 2011.

9
umat yang besar ini. Selain itu, paardigma birokrasi tentang pendidikan selama
ini lebih didominasi pendekatan sektoral dan bukan pendekatan fungsional,
sebab pendidikan Islam tidak dianggap bagian dari sektor pendidikan lantaran
urusannya tidak dibawah Depdiknas. Maka perhatian pemerintah yang
dicurahkan pada pendidikan Islam sangat kecil porsinya, padahal masyarakat
Indonesia selalu diharapkan pada lingkungan sosialis religius.16
Masalah mendasar pendidikan Islam ialah tidak jelasnya paradigma
pendidikan Islam. Antara paradigma idiologis dan paradigma ilmiah bercampur
sedemikian komplek sehingga berkembang kemudian adalah paradigma
ideology ilmiah atau pseudo ilmiah. Akhirnya, tradisi pemikiran ilmiah yang
kreatif, dinamis, dan terbuka dalam tradisi Islam sebagaimana hakikat wahyu
benar-benar sulit berkembang. Berikut adalah sejumlah tantangan yang harus
dibenahi oleh Pendidikan Islam antara lain:
1. Cintra lembaga dan kualitas pendidikan Islam relative
rendah.
2. Kualitas dan kuantitas guru yang belum memadai.
3. Gaji guru yang secara umum masih kecil.
4. Tuntutan kompetensi dan kompetisi yang semakin
meningkat.
5. Harapan masyarakat terhadap pendidikan Islam agar dapat
melahirkan orang-orang yang intelek tetapi alim, dan orang-
orang yang alim tetapi intelek.
Dalam menciptakan pendidikan Islam yang lebih demokratis dan dalam
rangka menghadapi perubahan masyarakat global, ada beberapa persoalan
mendasar internal pendidikan Islam yang harus diselesaikan terlebih dahulu,
yaitu:17
1) Pertama harus mengikis habis wawasan sejarah pendidikan
Islam yang tidak sesuai dengan gagasan yang di bawa Al-
Qur’an, berupa persoalan dikotomik pendidikan Islam yang
merupakan persoalan mendasar dari perkembangan pendidikan
Islam selama ini. Pendidikan Islam harus di jauhkan dari

16
Hujar. A. H. Sanaky. Permasalahan dan Penataan Pendidikan Islam Menuju Pendidikan yang
Bermutu. Jurnal Tarbawi. Vol. 1. No. 1. 2008
17
Siti Romlah. Demokrasi Pendidikan Islam. Jurnal Studi Islam. Vol.13, No.2, Desember 2018.

10
dikotomik, menuju pada integrasi antara ilmu agama dan ilmu
umum, sehingga tidak melahirkan jurang pemisah antara ilmu
agama dan ilmu bukan agama.
2) Kedua, perlu pemikiran kembali tujuan dan fungsi lembaga-
lembaga pendidikan Islam. Artinya lembaga-lembaga
pendidikan tidak hanya berorientasi untuk memenuhi keinginan
kepentingan akhirat saja dengan mengajarkan keterampilan
beribadah saja. lembaga-lembaga pendidikan Islam harus
menjadikan pendidikannya tersebut sebagai tempat untuk
mempelajari ilmu ilmu agama [spiritual ilahiyah], ilmu
pengetahuan, teknologi, keterampilan atau kemahiran, seni dan
budaya serta etika dan moral ilahiyah.
3) Ketiga, pendidikan Islam sekarang ini juga di hadapkan pada
persoalan-persoalan yang cukup kompleks, yakni bagaimana
upaya untuk membangun paradigma baru pendidikan,
manajemen dan organisasi.
4) Keempat, metode pembelajaran untuk dapat mempersiapkan
manusia yang berkualitas, bermoral tinggi dalam menghadapi
perubahan masyarakat global yang begitu cepat, sehingga
produk pendidikan Islam tidak hanya melayani dunia modern,
tetapi mempunyai pasar baru atau mampu bersaing secara
kompetetif dan proaktif dalam dunia masyarakat modern, global
dan informasi.

Solusi Demokrasi Pendidikan Islam.

Perubahan yang perlu di lakukan pendidikan Islam, yaitu:

a. Membangun sistem pendidikan Islam yang mampu mengantisipasi


kemajuan iptek untuk menghadapi tantangtan dunia global menuju
masyarakat indonesia baru yang di landasi dengan nilai-nilai ilahiyah,
kemanusiaan [insaniyah], dan masyarakat, serta budaya.
b. Menata manajemen pendidikan Islam dengan berorientasi pada
manajemen berbasis sekolah agar mampu menyerap aspirasi
masyarakat, yang dapat mendayagunakan potensi masyarakat, dan

11
daerah [otonomi daerah] dalam rangka penyelenggaran pendidikan
Islam yang berkualitas.
c. Meningkatkan demokratisasi penyelenggaraan pendidikan Islam secara
berkelanjutan dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat agar dapat
menggali serta mendayagunakan potensi masyarakat.

Dari uraian diatas, menegaskan bahwa lembaga-lembaga pendidikan Islam


harus mendesain model-model pendidikan alterntif yang lebih demokratis yang sesuai
dengan kebutuhan perkembangan sekarang ini.

C. PERAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM UPAYA MEWUJUDKAN CIVIL


SOCIETY
Pendidikan memiliki posisi yang penting dalam kehidupan manusia.
Mengingat pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia, maka Islam sebagai
agama yang rahmatan lil ‘alamin, memberikan perhatian serius terhadap
perkembangan pendidikan bagi kelangsungan hidup manusia. Metode-metode
dalam pendidikan Islam bukan hanya transformasi ilmu pengetahuan, tetapi
juga meningkatkan dan meninggikan moral/akhlak. Sedangkan masyarakat
madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip moral yang
menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan
masyarakat.
Pendidikan ini sangat penting untuk meningkatkan mutu dan kualitas
sumber daya manusia. Sekolah mempunyai peranan penting dalam membentuk
baik kepribadian, sikap, karakter, dan peningkatan prestasi akademik. Sekolah
adalah tempat terjadinya proses belajar mengajar. Sebelum membentuk
masyarakat madani, terlebih dahulu perlu memetakan peran pendidikan agama
Islam dengan analisis swot, dengan mengetahui peluang dan tantangannya
pendidikan Islam agar dapat memposisikan diri secara tepat dalam pergaulan
sosio kultural.18
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membentuk masyarakat
madani (civil society) yaitu:
1) Peningkatan mutu sumber daya manusia, dengan penguasaan
sains dan teknologi.

18
Ismatul Izzah. Peran Pendidikan Islam dalam Membentuk Masyarakat Madani. Jurnal Pedagogik.
Vol. 5. No. 1. 2018.

12
2) Menyiapkan kurikulum yang handal yang berwawasan masa kini
dan masa depan; dengan tujuan menyiapkan manusia yang
berkualitas dan kemampuan yang cakap dalam kehidupan.
3) Sarana dan prasarana yang memadai; demi keberhasilan proses
pendidikan.
4) Mendekonstruksi metode dan manajemen; yakni membangun
kembali metode dan manjemen pendidikan yang modern.
5) Pengembangan ilmu sosial yang profetik. Ilmu ini merupakan
ilmu sosial yang dalam pengembangannya ilmu, didasarkan
dengan keilahian. Dengan ilmu ini kita bisa menghadapi
dominasi sains barat dan arus globalisasi yang terjadi saat ini.

Pilar-pilar pendidikan Islam dibangun atas dasar tauhid, hubungan yang


harmonis antara Allah SWT, manusia, dan alam, berorientasi pada moralitas
Islam dan akhlak mulia, kesucian manusia dan menjadikan masjid sebagai pusat
peradaban. Hal ini merupakan perwujudan untuk menciptakan masyarakat
madani (civil society) yang mana telah menjadi cita-cita Islam sedari dulu.

Masyarakat madani (civil society) menekankan, sebuah masyarakat


yang setiap individu warganya terbebas dari belenggu dalam
mengaktualisasikan jati dirinya dan potensinya. Dari keadaan ini terbentuk
ruang psikis seluas-luasnya dalam mengekspresikan setiap pandangan yang
dinilainya menjadi sarana baginya dalam mencapai harkat dan martabatnya
dalam semua bidang kehidupan.19

Agar mewujudkan paradigma yang civil society perlu ada paradigma


baru pendidikan yang akan membawa angin perubahan mendasar dalam dunia
pendidikan, sebagaimana ditawarkan oleh Waras Kamdi yaitu:20

a. Perubahan visi kurikulum; dari visi kurikulum efisiensi sosial ke


kurikulum yang fleksible dan egaliter, atau dari kurikulum
berwatak industrial-kapitalistik ke demokratistik.

19
M. Nasri Hamang. Peranan Pendidikan Islam Dalam Membentuk Masyarakat Madani. Jurnal
Istiqra’. Vol. 1. No. 1. 2013.
20
Muhandis Azzuhri. Pendidikan Berkualitas (Upaya Menuju Perwujudan Civil Society). Jurnal
Trbiyah. Vol. 7. No. 2. 2009.

13
b. Perubahan pada ranah pembelajaran; praktik pembelajaran yang
kini didominasi teori belajar asosiasi dan behavioristik akan
digeser ke teori belajar kognitif dan konstruktivistik.
Pembelajaran akan terfokus pada pengembangan kemampuan
intelektual yang berlangsung secara sosial kultural.
c. Perubahan strategi dan fungsi penilaian. Penilaian akan lebih
terintegrasi dengan pembelajaran untuk mendukung proses
belajar, dan siswa aktif mengevaluasi belajarnya sendiri.

Jadi pada dasarnya peran pendidikan ini sangat penting demi terciptanya
civil society yang mana melalui pendidikan manusia akan dididik jasmani dan
rohaninya sehingga mampu mencipatakan peradaban manusia yang maju yang
berdasarkan intelektualitas dan kemampuan yang dimiliki setiap manusia.

Pada hakikatnya masyarakat madani merupakan komunitas masyarakat


yang berperadan yang punya moral yang tinggi sehingga melalui pendidikan
Islam tidak hanya moralitas dan kereligiusan manusia yang dibentuk melainkan
seluruh aspek didalamnya dengan diimbangi oleh kreatifitas dan kecerdasan
intelektualnya. Sehingga nantinya civil society yang berlandasan agama Islam
tidak hanya pandai dalam bidang agama saja melainkan pandai dalam bidang
baik agama maupun ilmu umum.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Demokratisasi pendidikan adalah satu ide gagasan konseptual penting
yang berkenaan dengan usaha terpuji dalam rangka memberi kesempatan
kepada setiap individu/warga negara untuk menggunakan haknya dalam
memperoleh pendidikan yang layak. Secara teoritis HAM adalah hak yang
melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu
anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi. Civil society atau
masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur yang dirasakan kepada
prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan
dengan kestabilan masyarakat.
lembaga-lembaga pendidikan Islam harus mendesain model-model
pendidikan alterntif yang lebih demokratis yang sesuai dengan kebutuhan
perkembangan sekarang ini. Pilar-pilar pendidikan Islam dibangun atas dasar
tauhid, hubungan yang harmonis antara Allah SWT, manusia, dan alam,
berorientasi pada moralitas Islam dan akhlak mulia, kesucian manusia dan
menjadikan masjid sebagai pusat peradaban. Hal ini merupakan perwujudan
untuk menciptakan masyarakat madani (civil society) yang mana telah menjadi
cita-cita Islam sedari dulu.

B. SARAN
Kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak yang
perlu diperbaiki. Kami berharap mekalah ini mampu memberikan wawasan
kepada pembaca dan mampu mengapresiasi pembaca untuk menulis karya yang
bermanfaat. Kami menerima kritikan dan saran untuk perbaikan makalah kami
menjadi lebih sempurna lagi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Azzuhri, M. (2009). Pendidikan Berkualitas (Upaya Menuju Perwujudan Civil Society).


Tarbiyah, 7, 2.

Fazillah, N. (2017). Konsep Civil Society Nurcholish Madjid dan Reelevensinya dengan
Kondisi Masyarakat Indonesia Kontemporer. 2, 1.

Hakiki, K. M. (2016). Islam dan Demokrasi: Pandangan Intelektual Muslim dan Penerapannya
di Indonesia. . Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya, 1.

Hamang, M. N. (2013). Peranan Pendidikan Islam Dalam Membentuk Masyarakat Madani.


Istiqra', 1, 1.

Hidayat, E. (2016). Perlindungan HAM dalam Negara Hukum Indonesia. Asas, 8, 2.

Iftitah, N. R. (2014). Islam dan Demokrasi. Islamuna, 1, 1.

Irawan. (2019). Konseptual Model Pendidikan Demokratis Perspektif Pendidikan Islam. Jurnal
Pendidikan Islam, 8, 2.

Izzah, I. (2018). Peran Pendidikan Islam dalam Membentuk Masyarakat Madani. Pedagogik,
5, 1.

JB, M. C. (2016). Wacana Civil Society (Masyarakat Madani) di Indonesia. Sosiologi Reflektif,
10, 2.

Krisnalita, L. Y. (2018). Perempuan, Ham, dan Permasalahannya di Indonesia. Binamulia


Hukum, 7, 1.

Masduki. (2007). Mencari Titik Temu Antara Islam dan Barat. Al-Qalam, 24, 2.

Rahman, N. (2014). Perspektif Islam Tentang Demokratisasi Pendidikan. Jurnal Tarbawi, 2,


2.

Romlah, S. (2018). Demokrasi Pendidikan Islam. Jurnal Studi Islam, 13, 2.

Rosana, E. (2016). Negara Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Jurnal Tapis, 12, 1.

Sanaky, H. A. (2008). Permasalahan dan Penataan Pendidikan Islam Menuju Pendidikan yang
Bermutu. Tarbawi, 1, 1.

Sihono, T. (2011). Upaya Menuju Demokratisasi Pendidikan. Ekonomi dan Pendidikan, 8, 1.

16
Thalhah, H. (2009). Teori Demokrasi dalam Wacana Ketatanegaraan Perspektif Pemikiran
Hans Kelsen. . Jurnal Hukum, 16, 3.

Triwahyuningsih, S. (2018). Perlindungan dan Penegakkan Hak Asasi Manusia (HAM) di


Indonesia. Hukum Legal Standing, 2, 2.

17

Anda mungkin juga menyukai