Anda di halaman 1dari 50

MODUL PRAKTIKUM

Keperawatan Gerontik

SEMESTER 7

Penyusun:

Yeni Isnaeni, S. Kep, Ns., M. Kep

Fauna Andriyani, S.Kep., Ns

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2020/2021
MODUL PRAKTIKUM

Keperawatan Gerontik

SEMESTER 7

Penyusun:

Yeni Isnaeni, S. Kep, Ns., M. Kep

Fauna Andriyani, S.Kep., Ns

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum wr wb,
Segala puji syukur kehadirat ALLAH SWT tuhan Yang Maha Esa, buku panduan proses
pembelajaran perkuliahan dan praktikum Keperawatan Gerontik telah tersusun. Buku ini
disusun sebagai pegangan mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Surya Global Yogyakarta dalam melakukan proses pembelajaran praktikum
keperarawatan gerontik

Semoga buku panduan praktikum ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Surya Global Yogyakarta. Tentu saja dalam penyusunan buku panduan ini masih
terdapat banyak kekurangan, untuk itu kami harapkan masukan, saran dan kritik yang
membangun untuk menyempurnakan buku ini. Akhir kata, kepada berbagai pihak yang telah
membantu terealisasinya Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gerontik ini, kami ucapkan
banyak terima kasih.

Wassalaamu’alaikum wr wb.

Yogyakarta, 28 Agustus 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i

Daftar Isi .......................................................................................................... ii

Deskripsi modul ............................................................................................... iv

Visi dan Misi .................................................................................................... vi

Daftar Isi .......................................................................................................... vi

Proses kegiatan praktikum ...............................................................................

 Komunikasi pada Usia Lanjut .................................................................... 3

 Posyandu Lansia ........................................................................................ 5

 Senam Lansia ............................................................................................ 6

 Pendidikan Kesehatan pada Usia Lanjut.................................................... 8

 Identifikasi Risiko Jatuh ............................................................................ 9

 Penilaian Fungsi Keseimbangan ................................................................ 9

 Asuhan Keperawatan pada Usia Lanjut …………………………………. 10

Daftar pustaka
VISI, MISI, DAN TUJUAN PROGRAM STUDI

 Visi
Menjadi program studi yang menghasilkan Ners berkarakteragamis, humanis dan
berwawasan global ditingkat nasional pada tahun 2021.
 Misi
Misi utama program studi Ners STIKes Surya Global Yogyakarta adalah sebagai berikut:
 Menyelenggarakan kegiatan pendidikan keperawatan yang berkualitas berlandaskan
pada keimanan, ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan akhlak mulia untuk
membentuk Ners yang berkarakter agamis dan humanis.
 Menyelenggarakan penelitian keperawatan dengan mengangkat isu terkini dan tepat
guna yang bermanfaat bagi masyarakat berdasarkan Evidence Based Nursing
Practice.
 Menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat berdasarkan hasil-hasil penelitian.
 Menjalin dan mengembangkan kerjasama dengan institusi dalam dan luar negeri
dalam meningkatkan mutu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.
INFORMASI MATA KULIAH

 Nama, bobot dan kode mata kuliah


Nama Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik
Bobot SKS : 4 SKS (3T, 1P)
Kode Mata Kuliah : MKB 362
Jumlah Pertemuan :

 Deskripsi Modul

Keperawatan Gerontik adalah cabang ilmu keperawatan yang membahas tentang konsep
dasar gerontik, teori bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual pada proses penuaan, kebutuhan
nutrisi, istirahat/tidur, seksual lanjut usia, masalah fisik dan psikososial pada lanjut usia
dan penerapannya pada asuhan keperawatan lansia dengan penekanan pada peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemeliharaan lanjut usia. Cabang ilmu ini akan
berguna dalam melaksanakan pelayanan/ asuhan keperawatan pada lanjut usia diberbagai
tatanan pelayanan kesehatan, khususnya dikeluarga dan masyarakat.
Tujuan Umum : Memberikan kemampuan pada mahasiswa untuk melaksanakan asuhan
keperawatan pada lansia.
Tujuan Khusus :
Mahasiswa mampu mempraktikkan keterampilan:
 Komunikasi Pada Usia Lanjut
 Senam Lansia
 Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia
 Pendidikan Kesehatan Usia Lanjut
 Identifikasi Resiko Jatuh
 Penilaian fungsi keseimbangan lansia

 Karakteristik Mahasiswa

Mahasiswa adalah mahasiswa STIKes Surya Global semester VII tahun Keempat.
 Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti mata kuliah Keperawatan gerontik, diharapkan mahasiswa mampu:

Hard skill

Setelah mengikuti mata kuliah keperawatan gerontik diharapkan mahasiswa mampu:

 Menguasai filosofi, paradigma, teori keperawatan, khususnya konseptual model dan


middle range theories;

 Menguasai teknik, prinsip dan prosedur pelaksanaan asuhan/ praktik keperawatan


yang dilakukan secara mandiri atau berkelompok , pada bidang keilmuan
keperawatan gerontik

 Menguasai konsep, prinsip, dan teknik penyuluhan kesehatan pada lansia sebagai
bagian dari upaya pencegahan penularan penyakit pada level primer, sekunder dan
tertier

 Menguasai pengetahuan faktual tentang sistem informasi asuhan keperawatan dan


kesehatan

 Mampu melaksanakan praktik keperawatan dengan prinsip etis dan peka budaya
sesuai dengan Kode Etik Perawat Indonesia;

 Menguasai konsep Evidence Based Nursing

 Mampu memberikan asuhan keperawatan pada area spesialisasi (keperawatan


gerontik) sesuai dengan delegasi dari ners spesialis.

Soft skill

Setelah mengikuti mata kuliah keperawatan gerontik diharapkan mahasiswa memiliki


sikap:

 Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius;

 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan


agama,moral, dan etika;

 Bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri;

 Bertanggung gugat terhadap praktik profesional meliputi kemampuan menerima


tanggung gugat terhadap keputusan dan tindakan profesional sesuai dengan lingkup
praktik di bawah tanggungjawabnya, dan hukum/peraturan perundangan;

 Melaksanakan praktik keperawatan dengan prinsip etis dan peka budaya sesuai
dengan Kode Etik Perawat Indonesia;

 Menghormati hak privasi, nilai budaya yang dianut dan martabat klien, menghormati
hak klien untuk memilih dan menentukan sendiri asuhan keperawatan dan kesehatan
yang diberikan, serta bertanggung jawab atas kerahasiaan dan keamanan informasi
tertulis, verbal dan elektronik yang diperoleh dalam kapasitas sesuai dengan lingkup
tanggungjawabnya.

 Sarana Penunjang

 Ruang Perkuliahan, ruang praktikum

 Sarana perkuliahan : LCD, Vidio, Speaker, dan Sarana Praktikum yang lain

 Tata Tertib Praktikum


1. Kehadiran Praktikum 100 %

2. Sepuluh menit sebelum jam praktikum, mahasiswa harus sudah siap di depan
laboratorium

3. Toleransi waktu keterlambatan 10 menit

 Jika mahasiswa terlambat lebihdari 10 menit tanpa alasan yang rasional maka tidak
dapat mengikuti praktikum

 Jika mahasiswa terlambat lebih dari 10 menit dengan alasan yang rasional maka dapat
mengikuti praktikum namun tidak dapa tmendapatkan kesempatan pretest, jika pretes
telah selesi.
4. Setiap kali akan praktikum mahasiswa wajib menggunakan pakaian seragam dan jas
praktikum, sepatu pantofel warna hitam (tidak boleh menggunakan sepatukets/olah
raga/sepatu berhak tinggi kaos oblong, bajuketat, anting-anting, dan rambut gondrong),
bagi mahasiswi yang berjilbab wajib menggunakan jilbab putih bersih seragam dari
institusi, bagi yang tidak berjilbab rambut wajib diikatrapi ( menggunakan pita rambut
dan kap ). Kuku harus pendek dan tidak menggunakan cat kuku/kutek, dan pewarna
kuku lainnya.

5. Mahasiswa wajib untuk mendemonstrasikan skill yang di pelajari pada saat itu dan
memberikan feed back bagi teman yang mencoba

6. Bagi mahasiswa yang menghilngkan da nmerusak alat laboratorium maka wajib


mengganti alat tersebut sesuai batas waktu yang dikesepakatan dengan Kepala Mini
hospital.

7. Mahasiswa wajib membeersihkan dan mengecek alat bahan setelah selesai digunakan.

8. Pada saat praktikum, mahasiswa tidak boleh meninggalkan laboratorium tanpa seijin
Instruktur lab atau assisten lab

9. Pada saat praktikum mahasiswa tidak di perbolehkan bermain gadget/HP Tanpa seijin
instruktur

10.Mahasiswa wajib memiliki kartu praktikum untuk disahkan sebelum praktikum dan
sebelum OSCE

11.Apabila mahasiswa tidak mengikuti praktikum maka tidak di perkenankan mengikuti


praktikum di kelompok lain dan mahasiswa wajib mengganti di minggu inhal sesuai
jadwal yang sudah di tentukan

12.Mahasiswa boleh mengganti praktikum yang di tinggalkan maksimal 3x ketidakhadiran


baik sakit/ijin dan melampirkan surat resmi dari dokter, (ijin kegiatan institusi
melampirkan surat keterangan yang sah).

13.Tidak ada perbaikan nilai pre-post tes.


 Evaluasi Hasil belajar
MATERI 1
KOMUNIKASI PADA USIA LANJUT

Capaian Pembelajaran :
- Mahasiswa memahami cara berkomunikasi dengan pasien usia lanjut
- Mahasiswa mampu melakukan komunikasi pada usia lanjut
Islamic Relation Knowledge (IRK) :

‫ص ُمت‬ ِ ْ‫اَّللِ َو ْاليَ ْو ِم ا‬


ْ َ‫آلخ ِر فَليَقُ ْل َخي ًْرا أ َ ْو ِلي‬ ‫َم ْن َكانَ يُؤْ ِم ُن بِ ه‬
“ Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata
baik atau hendaklah ia diam”(Mutafaq’alaih : Al Bukhori,no 608. Muslim, no 47)

Definisi
Komunikasi meruapakan bagian yang penting dalan kehidupan dan menyatu
dengan kehidupan kita, setiap saat manusia berkomunikasi dan menggunakannya dalam
berinteraksi dengan manusia lain.
Berikut beberapa definisi komunikasi :
 Komunikasi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan atau
kegiatan saling bertukar pendapat, pikiran, pengalaman baik itu secara individu atau
kelompok (Potter & Perry, 2005).
 Komunikasi adalah pertukaran keseluruhan perilaku dari komunikator kepada
komunikan, baik yang disadari maupun tidak disadarai, ucapan verbal atau tulisan,
gerakan, ekspresi wajah, dan semua yang ada dalam diri komunikator dengan tujuan
memperngaruhi orang lain (Anjaswarni, 2016)
Lanjut usia atau lansia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh manusia
yang dkarunia usia panjang. Lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupanya. (Anjaswarni, 2016)
Proses penuaan /menua adalah suatu proses menghilangnya secara berahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita.(Contastantanides, 1994 dalam Siti Bandiyah 2009)
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda,
berikut batasan usia menurut WHO :
 Usia pertengahan (middle age) yaitu usia 45-59 tahun.
 Lanjut usia (elderly) yaitu usia 60-74 tahun.
 Lanjut usia tua (old) yaitu usia 75-90 tahun.
 Usia sangat tua yiatu usia > 90 tahun.
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip menjadi tiga kelompok :
 Kelompok lansia dini (55 - 64) merupakan kelompok yang baru memasuki lansia
 Kelompok lansia ( >65 tahun)
 Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu berusia lebih dari 70 tahun.
Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia, perubahan-
perubahan akibat usia tersebut telah dapat teridentifikasi. Perubahan pada aspek fisik
berupa perubahan neurologis dan sensorik, perubahan viasual dan perubahan pendengan.
Perubahan-perubahan tersebut menyebabkan pasien lansia mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi
Tujuan komunikasi dalam (Anjaswarni,2016) :
 Menyampaikan ide/informasi/berita
 Mempengaruhi orang lain
 Mengubah perilaku orang lain
 Memberikan pendidikan.
 Memahami ide orang lain
Bentuk/ Jenis komunikasi menurut Chitty (1997 dalam buku Anjaswarni (2016)
menyebutkan terbagi menjadi dua yaitu komunikasi verbal dan non verbal.
 Komunikasi verbal adalah pertukaran informasi menggunakan kata-kata yang
diucapkan secara oral/lisan dan kata-kata yang dituliskan baik secara manual maupun
elektronik.
 Komunikasi non verbal adalah pertukaran informasi tanpa menggunakan kata-kata,
macam-macam komunikasi nonverbal adalah kontak mata, ekspresi wajah, postur
atau sikap tubuh, gaya berjalan, gerakan/bahasa isyarat tubuh waktu berbicara,
penampilan secara umum, suara dan sikap diam, atau symbol-simbol lainmisalnya
model pakaian, dan cara menggunakanya.
Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan beberapa factor:
 Faktor fisik, yaitu denagan mencari informasi tentang kesehatanya, kebutuhn,
kejadian yang dialami, perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih
bias dicapai dan dikemangkan, serta penyakit yang dapat dicegah progresivitasnya.
 psikologi, dalam melaksanakan pendekatan ini perawat berperan sebagai konselor,
avokat, supporter dan interpreter terhadap segala sesuatu yang asig atau sebagai
penampung masalah-masalah rahasia yang pribadi.
 Sosial, pendekatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan ketrampilan berinteraksi
dengan lingkungan.
 Spiritual, perawat harus mampu memberikan kepuasan batin dalam hubunganya
dengan Tuhan atau agama yang dianutnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dengan lansia
 Faktor klien meliputi kecemasan dan penurunan sensori (penurunan pendengaran dan
penglihatan, kurang hati-hati, tema yang menetap, misal kepedulian terhadap
kebugaran tubuh, kehilangan reaksi, mengulangi kehidupan, takut kehilangan kontrol,
dan kematian).
 Faktor perawat meliputi perilaku perawat terhadap lansia dan ketidak pahaman
perawat.
 Faktor lingkungan: lingkungan yang bising dapat menstimulasi kebingungan lansia
dan terganggunya penerimaan pesan yang disampaikan. (Anjaswarni, 2016)
Teknik komunikasi yang dapat digunaka perawat dalam berkomunikasi dengan
lansia adalah sebagai berikut :
 Teknik asertif
Teknik asertif adalah menyatakan dengan sesungguhnya, menerima klien apa adanya.
Perawat bersikap menerima yang menunjukkan sikap peduli dan sabar
untukmendengarkan dan memperhatikan klien serta berusaha untuk
mengerti/memahami klien.
 Responsif
Reaksi spontan perawat terhadap perubahan yang terjadi pada klien dan segera
melakukan klarifikasi tentang perubahan tersebut. Teknik ini merupakan bentuk
perhatian perawat kepada klien yang dilakukan secara aktif untuk memberikan
ketenangan klien
 Fokus
Upaya perawat untuk konsisten pada topic pembicaraan untuk mencapai tujuan
komunikasi yang dilakukan.
 Suportif
Merupakan perwujudan penguatan perawat pada lansia yang menunjukkan sikap labil
atau berubah-ubah sehingga lansia mengalami kestabilan emosi.
 Klarifikasi
Tekhnik yang digunakan oleh perawat untuk memperjelas informasi yang
disampaikan pasien. Klarifikasi dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan ulang
atau meminta pasien member penjelasan ulang dengan tujuan menyamakan persepsi.
 Sabar dan Ikhlas
Perubahan yang terjadi pada lansia terkadang merepotkan dan seperti
kekanakkanakan. Perubahan ini harus disikapi dengan sabar dan ikhlas agar
hubungan antara perawat dan klien lansia dapat efektif. Sabar dan ikhlas dilakukan
supaya tidak muncul kejengkelan perawat yang dapat merusak komunikasi dan
hubungan perawat dank lien.
Hambatan komunikasi yang efektif pada lansia berhubungan dengan keterbatasan
fisik yang terjadi akibat dari proses menua (aging process), antara lain fungsi
pendengaran yang menurun, mata yang kabur, tidak adanya gigi, suara yang mulai
melemah, dan sebagainya. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas berkomunikasi
dengan lansia, diperlukan penguasaan terhadap cara-cara mengatasi hambatan
komunikasi.
Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi dengan lansia

 Gangguan neurology sering menyebabkan gangguan bicara dan berkomunikasi


 Penurunan daya pikir sering menyebabkan gangguan dalam mendengarkan,
mengingat dan respon pada pertanyaan seseorang.
 Perawat sering memanggil dengan “nenek”, dan lain-lain. Hal tersebut membuat
tersinggung harga dirinya dianjurkan memanggil nama panggilannya.
 Dianjurkan menegur dan mendengarkan dengan penuh perhatian.
 Perbedaan budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan saling percaya
 Gangguan sensoris dalam pendengarannya
 Gangguan penglihatan sehingga sulit menginterprestasikan pesan-pesan non-verbal.
 “Overload” dari sensoris : terlalu banyak informasi dalam satu waktu atau banyak
orang berkomunikasi dalam yang sama sehingga kognitif berkurang.
 Gangguan fisik yang menyebabkan sulit berfokus dalam pembicaraan misalnya focus
pada rasa sakit, haus, lapar, capek, kandung kemih penuh, udara yang tidak enak, dan
lain-lain.
 Hambatan pada pribadi : penurunan sensoris, ketidaknyamanan fisik, efek
pengobatan dan kondisi
Berikut teknik yang digunakan untuk mengatasi hambatan tersebut :
 Tekhnik verbal
Dalam melakukan komunikasi pada lansia kecepatan dan tekanan suara yang tepat
dengan topik pembicaraan, berbicara dengan lansia yang mengalami dimensia yang
kurang pendengarannya dengan berbicara lebih keras, tetapi hati-hati karena tekanan
yang tidak tepat akan merubah arti pembicaraan. Berikan kesempatan pada lansia
untuk berbicara, hindari untuk mendominasi pembicaraan
 Teknik non verbal
 perilaku : ramah tamah, sopan dan menghormati, cegah supaya tidak acuh tak
acuh dan membedakan.
 Kontak mata : jaga tetap kontak mata
 Ekspresi wajah : merefleksikan perasaan yang sebenarnya
 Postur tubuh : mengangguk, gerakan tubuh yang tepat, meletakan kursi dengan
tepat
 Sentuhan : memegang tangan, menjabat tangan
Teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan lansia
 Memulai kontak dengan memperkenalkan diri dan berjabat tangan
 Jelaskan tujuan wawancara dan hubungan dengan intervensi keperawatan yang
akan diberikan
 Memulai topik dengan tidak mengancam
 Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif
 Mempertahankan kontak mata dan mendengar dengan baik
 Jangan berespon yang menonjol rasa simpati
 Minta ijin bila ingin bertanya hal-hal yang pribadi
MATERI II
POSYANDU LANSIA

Capaian Pembelajaran :
- Mahasiswa memahami tentang posyandu lansia
- Mahasiswa mampu melakukan pengisian KMS Lansia
Islamic Relation Knowledge (IRK) :

ِ ‫الناس أ َ ْنفَعُ ُه ْم ِل‬


‫لناس‬ ِ ‫َخي ُْر‬
“Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain”.( HR. Ahmad, ath-
Thabrani, ad-Daruqutni).
Peningkatan angka harapan hidup dan bertambahnya jumlah lanjut usia disatu sisi
merupakan salah satu keberhasilan dalam pembangunan sosial dan ekonomi, namun keberhasilan
tersebut mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab baik pemerintah maupu masyarakat untuk
memberikan perhatian lebihserius, karena bertambahnya usia, kondisi dan kemampuan lanjut
usia untuk beraktivitas semakin menurun. (KomNas Lansia, 2010)
Dalam rangka menurunkan angka masalah kesehatan lanjut usia dan meningkatkan
ketersediaan fasilitas pelayanan lanjut usia pemerintah melakukan upaya peningkatan dan
pemerataan layanan layanan kesehatan melalui posyandu lansia.(Indayati dkk, 2018)
Posyandu lansia adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat, yang
proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya
masyarakat (LSM), lintas sector pemerintah dan non pemerintah, swasta, organisasi sosial dll
dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. (KomNas
Lansia, 2010).
Posyandu lansia menurut UU No.13 tahun 1998 merupakan wadah pelayanan kepada
lansia di masyarakat yang menitikberatkan pelayanan kesehatan, psikologis, rohani, pemenuhan
gizi agar lansia dapat memenuhi kebutuhanya dan kesejahteraan sosial yang memadai. Kegiatan
yang dilakukan posyandu lansia meliputi :
 Pelayanan kesehatan agar lansia dapat mengetahui kondisi tubuhnya dan melakukan
pencegahan apabila sudah terdapat gejala suatu penyakit. Kegiatan pelayanan kesehatan
seperti conttohnya pengukuran tinggi badan, berat badan, pengukuran tekanan darah, dll.
 Pelayanan psikologis merupakan pelayanan yang bertujuan untuk membuat psikologis
lansia selalu bahagia dan senang sehingga selalu percaya diri, dan tidak merasa takut,
stress, depresi, dengan tujuan agar tidak mudah sakit.
 Pelayanan rohani adalah pemeberian bimbingan rohani yang dilakukan dengan system
tutor sebaya
 Pelayanan pemenuhan gizi yaitu dengan pemberian makanan dan minuman tambahan
bagi lansia.
Dalam pelaksanaan posyandu lansia terbagi menjadi 5 tahapan atau sering dikenal
dengan system 5 meja, adapun tahapanya adalah sebagai berikut :
 Tahap pendaftaran, sebelum pelaksanaan pelayanan dilakukan pendaftaran anggota
kelompok lansia, tahap pendaftaran ini dapat dilakukan oleh kader posyandu.
 Tahap pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh lansia, penimbangan berat
badab dan pengukuran tinggi badan. Kegiatan ini dilakukan oleh kader yang
didampingi oleh petugas kesehatan.
 Tahap pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan status
mental. Pelayanan ini dilakukan oleh petugas kesehatan dan jika diperlukan dapat
dibantu dengan kader.
 Pemeriksaan air seni dan kadar darah, kegiatan ini dilakukan oleh petugas kesehatan.
 Pemberian penyuluhan dan konseling oleh petugas kesehatan.
Dalam posyandu lansia untuk mencatat perkembangan dari lansia dilakukan di Kartu
Menuju Sehat Lansia.
KMS lansia merupakan sebuah catatan yang berisi catatan kesehatan pribadi orang-
orang lanjut usia baik secara fisik maupun mentalnya. KMS ini diisi tiap bulan oleh petugas
kesehatan yang bekerja sama dengan kader pada kegiatan kelompok Lansia/kunjungan
puskesmas. KMS ini disimpan oleh lansia berserta keluarga dan selalu dibawa pada setiap
kunjungan ke Puskemas atau Posyandu Lansia. KMS diisi setiap bulan. Hal ini tentu saja
sangat memudahkan kita dalam memantau kesehatan para Lansia agar bisa menghindari hal-hal
yang tidak kita inginkan
Kegunaan KMS lansia :
 Memantau dan menilai kemajuan kesehatan pada lansia. Kita bisa memantau apakah para
lansia semakin sehat atau justru semakin menurun kesehatannya. Ketika kita tahu bahwa
kesehatannya menurun, kita bisa segera mencari tahu apa saja penyebabnya sehingga kita bisa
menanggulanginya secara dini.
 Menemukan secara cepat penyakit yang diderita pada lansia. Ketika penyakit cepat kita
ketahui, maka kita bisa segera menanggulanginya bahkan bisa mencegahnya untuk menjadi
semakin parah.

 Sebagai bahan informasi bagi usia lanjut dan keluarganya dalam memlihara dan
meningkatkan kesehatannya. Kartu ini membuat kita bisa mengevaluasi bagaimana pola
hidup yang dijalani para lansia. Apakah mereka cukup sehat atau terjadi kekurangan gizi.
Hal ini tentu menjadi evaluasi para keluarga sebagai pemantau para lansia.

Bagian-bagian KMS lansia antara lain :

 Bagian kanan. Berisi judul, nama puskesmas/puskesmas pembantu, nomor register dan
identitas lengkap Lansia pemiliki kartu.

 Bagian tengah. Bertuliskan ruang catatan untuk mencatat keluhan yang dirasakan dan
perlu diperhatikan sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan penyakit yang
diderita lansia.

 Bagian kiri. Berisi pesan dan isian untuk hidup sehat serta keluhan yang perlu
diperhatikan sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan penyakit yang diderita
lansia.

 Halaman dalam. Memuat catatan pemantauan yang meliputi tanggal kunjungan, kegiatain
sehari-hari, status kesehatan mental, masalah emosional, indeks masa tubuh, tekanan
darah, nadi, hasil pengukuran Hb, hasil pemeriksaan reduksi urine dan protein urine,
disertai nilai normal dari indeks masa tubuh, tekanan darah, dan jumlah Hb.

KMS lansia
CEKLIST PENGISIAN KMS LANSIA

TINDAKAN SCORE
0 1 2
Tahap Prainteraksi
 Melihat status kesehatan klien sebelumnya
 Mempersiapkan diri perawat: pengetahuan, mental, fisik, dan
ketrampilan.
 Mempersiapkan ruangan
 Persiapan alat : bolpoint, KMS lansia
Tahap Orientasi
Ucapkan salam, dan menyapa pasien

Memperkenalkan diri

Melakukan kontrak waktu

Memberikan kesempatan bertanya dan meminta persetujuan


pasien

Tahap Kerja
Isi identitas lansia. Tulis identitas lengkap lansia pemilik KMS
yang terdapat pada halaman luar bagian kanan. Coretlah data
yang tidak sesuai. Lalu ukur tinggi dan catat semua identitas
sesuai tempat yang disediakan

Isilah tanggal berkunjung. Isi tanggal dan bulan pada kolom


kunjungan pertama, dan seterusnya setiap bulannya. Apabila
lansia berhalangan hadir pada salah satu bulan, kosongkan
kolom untuk bulan tersebut dan isi di bulan berikutnya.

Kegiatan hidup sehari-hari. Isilah kolom ini sesuai dengan


pertanyaan yang diajukan. Ada 3 kategori bagi lansia yaitu :

 Mandiri (kategori C), keadaan ketika lansia sanggup


melakukan kegiatan sehari-hari tanpa bantuan dari
keluarga sama sekali.

 Ada gangguan (kategori B), keadaan lansia dimana ada


gangguan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
sehingga butuh bantuan.
 Ketergantungan (kategori A), berisi ketika lansia sama
sekali tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari

Beri tanda cek (V) pada kolom yang sesuai kondisi lansia.
Pemeriksaan ini rutin dilakukan setiap bulannya

Status mental. Lakukan pemeriksaan status mental yang


berhubungan dengan keadaan mental dan emosional. Catatan
ini dilakukan setiap 3 bulan sekali atau bila diperlukan saja

Indeks Masa Tubuh. Berupa pengisian masa tubuh tanpa


menggunakan alas kaki yang titik temunya disesuaikan dengan
garis bantu yang menghubungkan berat badan dengan tinggi
badan. Ada 3 kategori pada bagian ini yaitu : Grafik merah
yang berarti IMT berlebih, grafik hijau yang berarti normal dan
grafik kuning yang berarti IMT kurang. Berilah tanda cek (V)
pada kolom yang sesuai.

Tekanan darah. Berisi tentang data mengenai tekanan darah


lansia. Ada 3 kategori, tekanan darah tinggi, normal atau
rendah. Isilah dengan kondisi yang sesuai :

 Berisi tentang status hemoglobin lansia

 Kadar gula darah. Berisi tentang kondisi kadar gula darah


 Protein dalam urine. Berisi tentang status protein lansia
Catatan keluhan atau tindakan, berisi tentang keluahn dan
bagimana tindak lanjut dari keluhan

Tahap Terminasi
Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan

Melakukan kontrak tindakan selanjutnya

Membereskan alat-alat

Mencuci tangan

Mengakhiri pertemuan dengan baik, dan kontrak waktu

Dokumentasi : hasil dari pengisian hasil KMS

0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tidak sempurna
2 = dilakukan sempurna
MATERI III
SENAM LANSIA
Capaian Pembelajaran :
- Mahasiswa mampu melakukan senam lansia
Islamic Relation Knowledge (IRK) :

‫ٍوٍة‬ ِ ‫طعتُم‬ ِ ِ ِ ‫ٍمن‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫و ِمن‬


َّ ‫ٍم ْنٍُق‬ ْ ْ َ َ‫ااست‬
ْ ‫ٍم‬ ُ ْ ‫آخ ِرْي َن‬
َ ‫ٍد ْونهٍْم َوأَعُّد ْواٍَل ُه ْم‬ َ ‫ٍِو‬
َ ‫ٍو َعُد َّوُكم‬ َ ‫ٍرَباطٍاْل َخ ْيلٍتُ ْرِهُب ْو َنٍِبه‬
َ ‫ٍعُد َّوٍهللا‬ ْ َ
“ Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang
kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-
orang selain mereka”(QS. Al Anfal/8,60)

Definisi :
Senam Lansia adalah satu bentuk latihan fisik yang memberikan pengaruh baik terhadap tingkat
kemampuan fisik manusia, bila dilaksanakan dengan baik dan benar. Senam atau latihan fisik sering
diidentifikasi sebagai suatu kegiatan yang meliputi aktifitas fisik yang teratur dalam jangka waktu
dan intensitas tertentu. Senam merupakan bagian dari usaha menjaga kebugaran termasuk kesehatan
jantung dan pembuluh darah, dan sebagai bagian dari program retabilitas bagi mereka yang telah
menderita (Puslitbang Depkes RI,2003:6).

Tujuan Senam Lansia :


Untuk menjaga tubuh dalam keadaan sehat dan aktif untuk membina dan meningkatkan
kesehatan serta kebugaran kesegaran jasmani dan rokhani. Tujuan lain adalah:

 Memperbaiki pasokan oksigen dan proses metabolisme.

 Membangun kekuatan dan daya tahan.

 Menurunkan lemak.

 Meningkatkan kondisi otot dan sendi.

Manfaat senam lansia :


 Sebagai pencegah
Pada usia 40 tahun keatas senam sangat baik untuk mengatasi proses-proses degenerasi
tubuh. Setelah umur 40 tahun ternyata olahraga yang bersifat endurance sangat baik untuk
mengatasi proses degenerasi tubuh, sehingga orang akan kelihatan lebih muda. Kekurangan
gerak juga menyebabkan otot dan tulang tidak tumbuh dengan baik, otot yang lemah akan
menyebabkan kelainan posisi badan yang nantinya akan menjadi kelainan tulang
 Sebagai pengobatan
Penyakit yang dapat disembuhkan dan dikurangi dengan senam lansia adalah
kelemahan/kelainan sirkulasi darah, DM, kelainan infark jantung, kelainan insufisiensi
koroner, kelainan pembuluh darah tepi, thromboplebitis dan osteoporosis
 Sebagai rehabilitas
Dengan senam yang baik akan mempengaruhi hal-hal sebagai berikut:

 Memperkuat degenerasi karena telah mengalami perubahan usia.

 Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan.

 Fungsi melindungi yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam bertambahnya


tuntutan (sakit).

Prinsip Senam Lansia :


 Gerakannya bersifat dinamis (berubah-ubah)
 Bersifat progresif (bertahap meningkat)
 Adanya pemanasan dan pendinginan pada setiap latihan
 Lama latihan berlangsung 15-60 menit
 Frekuensi latihan perminggu minimal 3x dan optimal 5x
Indikasi Senam Lansia :

Dilakukan pada semua lansia sehat

Kontraindikasi :

 AMI

 Angina Pectoris

 Decompensasi Cordis

 Lansia dengan hipertensi dengan systol > 170 mmHg, dan diastol > 100 mmHg.
MATERI IV
PENDIDIKAN KESEHATAN PADA USIA LANJUT
Capaian Pembelajaran :
- Mahasiswa mampu membuat SAP pada pasien usia lanjut
- Mahasiswa mampu memberikan pendidikan kesehatan pada pasien usia lanjut
Islamic Relation Knowledge (IRK) :
‫ع ِلّ ْمتَ ُر ْشدًا‬
ُ ‫س ٰى ه َْل أَتهبِعُكَ َعلَ ٰى أ َ ْن تُعَ ِلّ َم ِن ِم هما‬
َ ‫قَا َل لَهُ ُمو‬
“ Musa berkata kepada Khidr :”Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku
ilmu yang benar diantara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?”(Qs. Al-Kahf :66)

َ ‫َوأ َ ْنذ ِْر َع ِش‬


َ‫يرتَكَ ْاْل َ ْق َر ِبين‬

“ Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,”(QS. Asy Syuara:214)

Pendidikan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan menyebarkan


pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi
juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubunganya dengan kesehatan (Effendi,
2008). Fokus dan tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk menggambarkan masalah,
menyarankan perilaku koping, dan memfasilitasi penguasaan dan pengendalian klien.(Stanley,
Mickey.2007).

Dalam melakukan Pendidikan kesehatan untuk membantu pasien memahami dengan


menggunakan alat bantu. Alat bantu pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik
dalam menyampaikan bahan pengajaran dan biasanya dengan menggunakan alat peraga
pengajaran. Macam- macam alat bantu tersebut adalah sebagai berikut :

 Media auditif adalah media yang hanya dapat didengar saja atau media yang hanya
memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara

 Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung suara,
seperti film slide, foto, transparansi, lukisan, grafik, dan berbagai bentuk bahan yang
dicetak seperti media grafis.
 Media audio visual, adalah jenis media yang selain mengandung unsur suara juga
mengandung unsur grafik yang bisa dilihat, misalnya rekaman vidio, berbagai ukuran
film,dll.

 Media atau alat bantu berdasarkan pembuatanya yaitu

 Alat bantu elektronik yang rumit contohnya film, film slide,dan transparansi.
Jenis media ini memerlukan alat proyeksi khusus seperti film projector, slide
projector, uoperhead projector (OHP)

 Alat bantu sederhana, contohnya leafleat, model buku bergrafik, benda-benda


nyata, papan tulis, film chart, poster, boneka, phantom, dan spanduk. Ciri-ciri alat
bantu sederhana adalah mudah dibuat, mudah memperoleh bahan-bahan, ditulis
atau digrafik dengan sederhana, memenuhi kebutuhan pengajar, mudah
dimengerti serta tidak menimbulkan salah persepsi

Tugas Parktikum :

Dalam 1 kelompok kecil (3-5 orang) menyiapkan materi untuk melakukan pendidikan kesehatan
pada lansia yang terdiri dari

 SAP

 Materi

 alat peraga/alat bantu

 Format SAP

Tema :

Sasaran :

Hari/Tanggal :

Waktu :
Tempat :

 Tujuan

 Tujuan umum

 Tujuan Khusus

 Materi

 Metode

 Media

 Alat bantu

 Jadwal Kegiatan pembelajaran

 Evaluasi

 Sumber kepustakaan

 Kasus Penyakit pada Lansia

 Lanjut usia dengan masalah fisik

 Lanjut Usia dengan COPD

 Lanjut usia dengan Pneumonia hopostatik

 Lanjut usia dengan dekompensasio cordis

 Lanjut usia dengan Hipertensi

 Lanjut Usia dengan BPH

 Lanjut Usia dengan Kurang Energi Protein (KEP)

 Lanjut usia dengan Artritis

 Lanjut usia dengan Diabetes Militus


 Lanjut Usia Dengan Osteporosis

 Lanjut usia dengan Rheumatik

 Lanjut usia dengan masalah psikososial spiritual

 Lanjut usia dengan masalah gangguan konsep diri

 Lanjut usia dengan masalah dimensia

 Lanjut usia dengan masalah spiritual

 Lanjut usia dengan masalah ismonia


MATERI V

IDENTIFIKASI RISIKO JATUH PADA LANSIA

Capaian Pembelajaran :
- Mahasiswa mampu melakukan identifikasi risiko jatuh pada lansia
Islamic Relation Knowledge (IRK) :

ُ‫غ‬
ٍ ‫ٍواْلَف َار‬
َ ‫ٍالص َّح ُة‬
ّ ‫اس‬ َّ ‫اٍكِث ْيٌرٍ ِم َن‬
ِ ِ ‫ٍالن‬ ِ ‫انٍم ْغبو ٌن‬
َ ‫ٍف ْي ِه َم‬ ِ
ْ ُ َ ِ َ‫ن ْع َمت‬.

“ Dua kenikmatan yang banyak manusia menjadi rugi(karena tidak diperhaikan), yaitu
kesehatan dan waktu luang”.(HR. Al-bukhori)

Jatuh sering dialami oleh usia lanjut. Setiap tahunnya sekitar 30% lansia yang tinggal
dikomunitas mengalami jatuh. Jatuh merupakan kegagalan manusia untuk mempertahankan
keseimbangan badan untuk berdiri. Definisi jatuh yaitu suatu kejadian yang menyebabkan
subjek yang sadar menjadi berada dipermukaan tanah tanpa disengaja (Stanley mickey, 2007 ).

Salah satu masalah fisik yang dapat mengakibatkan kecacatan atau kematian yang sering
terjadi pada lansia yang harus dicegah dan perlu mendapatkan perhatian dari masyarakat adalah
jatuh karena kecelakaan dan jatuh merupakan masalah yang sering menyebabkan kecacatan,
cidera, depresi dan cidera fisik terhadap lansia karena bertambahnya usia kondisi fisik, mental,
dan fungsi tubuh pun menurun. Pada lanjut usia terjadi perubahan kondisi fisik, kondisi
psikologis, serta perubahan kondisi sosial dan ekonomi (Achmanagara,2012).

Faktor risiko jatuh pada lansia dapat digolongkan dalam dua golongan yaitu faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik. Kedua jenis faktor tesebut harus dipertimbangkan dalam
mencegah jatuh (Stanley mickey, 2007). Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam
tubuh itu sendiri yang meliputi gangguan jantung dan sirkulasi darah, gangguan sistem anggota
gerak misal kelemahan otot-otot ekstremitas bawah, kekakuan langsung, sedangkan faktor
ekstrinsik yaitu lingkungan rumah yang berbahaya misalnya cahaya ruang yang buruk, lantai
yang licin, tersandung benda-benda lain dan lain sebagainya.

Perubahan-perubahan yang terkait dengan usia terjadi pada semua sistem dan
mengakibatkan peningkatan risiko jatuh untuk lansia. Pemeriksaan fisik secara teratur dan
seksama dapat mengidentifikasi masalah-masalah potensial dan perubahan-perubahan yang dapat
mempengaruhi risiko jatuh.

Berikut pengkajian untuk resiko jatuh (Stanley mickey, 2007).

 Pemeriksaan fisik :

perubahan-perubahan sensori, kardiovaskuler, muskuloskeletal, neurologis, urologi dan


nutrisi.

 Psikososial

Penyakit akut, kesehatan emosi, perilaku dan kemampuan koqnitif, keadaan tempat
tinggal, pemberi perawatan, pola aktivitas, dan jenis aktivitas.

 Penggunaan obat-obatan dan efeknya :

Jumlah obat obatan (termasuk obat yang dibeli bebas), penggunaan alkohol, interaksi
dan efek samping.

 Lingkungan

Inspeksi atau pembahasan tentang bahaya – bahaya dirumah

 Riwayat jatuh

Risiko jatuh pada lansia dapat dikaji dengan menggunakan beberapa Instrumen
seperti Morse Fall Scale (MFS), Hendrich II Fall Risk Model (HFR Model)

Morse Fall Scale/Skala Jatuh Morse


Nama Lansia :
Umur :
Tanggal Pemeriksaan :

No Pengkajian Skala Nilai Ket


1. Riwayat jatuh : apakah lansia pernah jatuh dalam Tidak 0
3 bulan terakhir Ya 25
2. Diagnosa sekunder : Apakah lansia memiliki Tidak 0
lebih dari satu penyakit? Ya 15
3. Alat Bantu Jalan :
Bedrest/Dibantu 0
Kruk/Tongkat/Walker 15
Berpegangan pada benda-benda sekitar (Kursi, 30
Meja, Lemari)
4. Terapi intravena : Apakah lansia mendapatkan Tidak 0
terapi cairan/terpasang infus? Ya 20
5. Gaya berjalan/berpindah :
Normal/bedrest/immobile (tidak dapat bergerak 0
sendiri)
Lemah (tidak bertenaga) 10
Gangguan/tidak normal (pincang/diseret) 20
6. Status mental
Lansia menyadari kondisi dirinya 0
Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15

Intepretasi Skor MFS


Tingkatan Risiko Skor Akhir Tindakan
Tidak berisiko 0-24 Perawatan dasar
Risiko rendah 25-50 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh
standar
Risiko Tinggi Lebih dari 50 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh
risiko tinggi.
MATERI VI
PENILAIAN FUNGSI KESEIMBANGAN
Capaian Pembelajaran :
- Mahasiswa mampu melakukan penilaian fungsi keseimbangan pada lansia
Islamic Relation Knowledge (IRK) :

ٍ‫ٍوِق َن‬ ِِ ِ ‫ٍالن ِارو ِمنهمٍمنٍيقولٍربَّن‬


ِ ‫اٍآتن‬
َ ‫ٍوِفيٍاآلخ َرة‬
َ ‫ٍح َس َن ًة‬ َ ‫اٍح َس َن ًة‬ ُّ ‫اٍفي‬
َ ‫ٍالد ْن َي‬ ْ َ َ َ ُ ْ َُ ْ َ ْ ُ ْ َ
َّ ‫اب‬َ ‫َع َذ‬
“ Dan diantara mereka ada yang berdoa “ Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan
kebaika di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.”(QS.All-Baqarah:201)

Keseimbangan (balance) adalah kemampuan untuk mempertahankan sistem saraf otot


tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efisien selagi kita bergerak (Prasetyo et all, 2015).
Lansia men;galami kemunduran fisik naupun psikis yang mengarah pada degeneratif (Kadir,
2007). Dengan keseimbangan yang baik, maka akan mengurangi risiko jatuh pada lansia.

Salah satu instrumen untuk menilai tingkat keseimbangan seseorang adalah Berg Balance
Scale/BBS. Tes keseimbangan BERG Balance Scale adalah instrumen yang paling umum
digunakan untuk menilai keseimbangan. Berg Balance Scale Test menggunakan 14 perintah,
setiap perintah dinilai berdasarkan kemampuan subyek untuk melakukan perintah dengan
mandiri dan atau memenuhi target waktu yang diberikan atau jarak yang ditentukan.

Alat yang digunakan :

 Stopwatch atau jam tangan

 Kayu/sedotan ukuran 5 cm,12,5 cm dan 25 cm sebagai penanda

 Anak tangga atau bangku kecil

 Kursi yang ada pegangan dan tidak ada pegangan tangan/tempat tidur

Berikut tahapan Penilaian Fungsi Keseimbangan Berg/Berg Balance Scale

No Deskripsi Instruksi Penilaian Skor


Tes
1. Berdiri dari Silahkan berdiri. Coba untuk 4 : dapat berdiri tanpa
posisi duduk tidak menggunakan tangan. menggunakan
tangan dan mantap
secara independen.
3 : dapat berdiri secara
independen dan
menggunakan
tangan
2 : dapat berdiri
menggunakan
tangan setelah
mencoba beberapa
kali
1 : memerlukan bantuan
satu tangan untuk
berdiri
0 : memerlukan bantuan
dua tangan untuk
berdiri

2. Berdiri tanpa Silahkan berdiri selama 2 menit 4 :dapat berdiri dengan


bantuan tanpa berpegangan aman selama 2 menit
3 : dapat berdiri selama 2
menit dengan
pengawasan
2 : dapat berdiri selama
30 detik tanpa
bantuan
1 : memerlukan beberapa
kali usaha untuk
berdiri selama 30
detik tanpa bantuan
0: tidak dapat berdiri
selam 30 detik tanpa
dibantu.

Jika lansia dapat berdiri


selama 2 menit tanpa bant
uan, berikan nilai penuh
untuk duduk tanpa
bantuan dan langsung ke
item no. 4.

3. Duduk tanpa Silahkan duduk dengan tangan 4 : dapat duduk dengan


bersandar terlipat di perut. aman selama 2 menit
tetapi kaki 3 : dapat duduk selama 2
bertumpu ke menit dengan
lantai pengawasan
2 : dapat duduk selama 30
detik
1 : dapat duduk selama 10
detik
0 : tidak dapat duduk
selama 10 detik tanpa
bantuan

4. Duduk dari Silahkan duduk 4 : duduk secara aman


posisi berdiri dengan menggunakan
satu tangan
3 : mengontrol gerakan
duduk dengan
menggunakan
duatangan
2 : menggunakan bagian
belakang kursi untuk
mengontrol gerakan
duduk
1 : duduk secara
independen tetapi
dengan gerakan
duduk yang tidak
terkontrol
0 : memerlukan bantuan
untuk duduk

5. Berpindah Kursi diatur berderet kemudian 4 : dapat pindah secara


tempat pe aman dengan
rintahkan lansia untuk pindah penggunaan
dari satutangan.
satu kursi yang ada pegangan ke 3 : dapat pindah secara
kursi tanpa pegangan atau bisa aman tapi harus
menggunakan tempat tidur. menggunakandua
tangan.
2 : dapat pindah dengan
pengawasan
1 : memerlukan bantuan
satu orang untuk
pindah
0 : memerlukan bantuan
dua orang agar aman
6. Berdiri tanpa Silahkan tutup mata dan berdiri 4 : dapat berdiri dengan
bantuan dengan tenang. aman selama 10 detik
dengan mata 3 : dapat berdiri selama
tertutup 10 detik dengan
pengawasan
2 : dapat berdiri selama 3
detik
1 : tidak dapat berdiri
selama 3 detik sambil
menutup mata tetapi
tetap stabil
0 :memerlukan bantuan
supaya tidak jatuh
7. Berdiri tanpa Silahkan rapatkan kedua kaki dan 4 : dapat merapatkan
bantuan berdiri tanpa berpegangan kedua kaki dan berdiri
dengan kaki dengan aman selama
dirapatkan 1 menit
3 : dapat merapatkan
kedua kaki dan berdiri
selama 1menit dengan
pengawasan
2 : dapat merapatkan
kedua kaki dan
bertahan selama30
detik
1 : memerlukan bantuan
untuk mencapai posisi
tetapidapat berdiri
selama 15 detik
dengan kaki
dirapatkan
0 : memerlukan bantuan
untuk mencapai posisi
dan tidak dapat
bertahan selama 15
detik

8. Menjangkau Angkat tangan sampai 90 derajat. 4 : dapat menjangkau ke


kayu/ sedotan Rentangkan jari-jari tangan dan depan dengan
dengan jangkau kayu/ sedotan sejauh mantap > 25 cm
tangan lurus mungkin. (Pemeriksa 3 : dapat menjangkau ke
ke depan menempatkan kayu/ sedotan depan > 12,5 cm
Pada posisi sesuai ukuran dan dapat dengan aman
berdiri menggunakan kedua tangan 2 : dapat menjangkau ke
ketika menjangkau kayu/ sedotan depan > 5 cm
untuk mencegah rotasi tubuh). dengan aman
1 : menjangkau ke depan
tetapi butuh
pengawasan
0 : hilang keseimbangan
ketika mencoba/
memerlukan bantuan
orang lain

9. Mengambil Ambil sepatu/ sandal yang 4 : dapat mengambil


barang di diletakkan didepan kaki. sepatu/ sandal dengan
lantai dari mudah danaman
posisi berdiri 3 : dapat mengambil
sepatu/ sandal tetapi
butuh pengawasan
2 : tidak dapat mengambil
sandal tapi mendekati
2-5cm dari sandal
sambil tetap menjaga
keseimbangannya
1 : tidak dapat mengambil
sandal dan butuh
pengawasan saat
mencoba
0 : tidak dapat mencoba/
perlu bantuan agar
tidak hilang
keseimbangan atau
jatuh

10. Menengok ke Silahkan melihat ke belakang 4 :dapat melihat ke


belakang melewati bahu kiri. Ulangi belakang dari kedua
melewati gerakannya melewati bahu kanan sisidengan
bahu kiri dan (Pemeriksa dapat memilih sebuah perpindahan yang
kanan ketika benda yang diletakkan di baik
Berdiri belakang untuk dilihat agar lansia 3 : dapat melihat ke
dapat berputar dengan baik). belakang hanya dari
satu sisi dengan
menunjukkan
perpindahan yang
kurang baik
2 : hanya dapat melihat
ke samping tetapi
dapat menjag
keseimbangan
1:memerlukan
pengawasan ketika
melihat ke belakang
0 : memerlukan bantuan
agar tidak hilang
keseimbangan atau
jatuh

11. Berputar 360 Berputar satu lingkaran penuh. 4 : dapat berputar 360
derajat Berhentisebentar. derajat dengan aman
Kemudian berputar ke arah yang ≤ 4 detik.
berlawanan. 3 : dapat berputar 360
derajat hanya pada
satu arahdengan
aman ≤4 detik.
2 : dapat berputar 360
derajat dengan aman
tetapi perlahan-lahan
1:memerlukan
pengawasan yang
ketat
0 : memerlukan bantuan
ketika berputar

12. Menempatkan Tempatkan kaki secara 4 : dapat berdiri stabil


kaki bergantian pada anak tangga/ dan aman serta
bergantian bangku kecil. melengkapi 8 kali
pada anak penempatan kaki
tangga/ dalam 20 detik.
bangku 3 : dapat berdiri stabil
Kecil ketika dan melengkapi 8 kali
berdiri tanpa penempatan kaki > 20
bantuan detik.
2 : dapat melengkapi
sampai 4 kali tanpa
bantuan dengan
pengawasan.
1 : dapat melengkapi > 2
kali penempatan
dengan bantuan
tangan.
0 : memerlukan bantuan
agar tidak jatuh atau
tidak dapat mencoba.

13. Berdiri tanpa Demonstrasikan terlebih dahulu. 4 : dapat menempatkan


bantuan Tempatkan satu kaki di depan kaki secara
dengan satu kaki bersamaan dengan
kaki di depan yang lain. Jika tidak dapat stabil selama 30
kaki lain menempatkannya persis di depan detik
kaki lain, cobalah untuk 3 : dapat menempatkan
menempatkan cukup jauh tumit kaki di depan kaki
kaki di depan jari kaki yang lain. lain dengan stabil
selama 30 detik
(dimana jaraknya
tidak melebihi
panjang kaki dan
lebar kedua kaki
tidak melebihi lebar
langkah normal)
2 : dapat mengambil
langkah kecil
dengan stabil selama
30 detik
1 : memerlukan bantuan
untuk melangkah
dan bertahanselama
15 detik
0 : hilang keseimbangan
ketika melangkah
atau berdiri
14. Berdiri Berdiri dengan satu kaki tanpa 4 : dapat mengangkat
dengan satu berpegangan satu kaki secara
kaki independen selama
> 10 detik
3 : dapat mengangkat
satu kaki secara
independen selama
5-10 detik
2 : dapat mengangkat
satu kaki secara
independen selama
3-5 detik
1 : berusaha mengangkat
satu kaki dan tidak
dapat bertahan
selama 3 detik tetapi
tetap berdiri secara
independen
0 : tidak dapat mencoba
atau memerlukan
bantuan untuk
mencegah jatuh.

Intepretasi hasil :

 Skor tertinggi adalah 56

 41-56 : Mandiri
 21-40 : Butuh bantuan

 0-20 : Membutuhkan alat bantu jalan

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Hari / Tanggal Pengkajian :


Jam Pengkajian :
Sumber :
Metode Anamnese. :

 PENGKAJIAN
 Identitas klien
 Nama :
 Umur :
 Jenis kelamin :
 Agama :
 Alamat :
 Pendidikan :
 Suku bangsa :
 Status :

 Riwayat Keluarga
Genogram

Keterangan :
: Klien ------- : Tinggal serumah

:Perempuan X : Meninggal
: Laki-laki : Ikatan Pernikahan

: Garis Keturunan

 Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama
 Riwayat Kesehatan Sekarang
 Riwayat Kesehatan Dahulu
 Riwayat Kesehatan Keluarga
 Riwayat Pekerjaan
 Riwayat pekerjaan saat ini :
 Riwayat pekerjaan sebelumnya :
 Sumber Pendapatan :
 Riwayat Lingkungan Hidup
 Tipe tempat tinggal :.
 Jumlah kamar :
 Kondsi tempat tinggal :
 Denah Rumah :

Keterangan :

 Sistem pendukung
 Sarana dan Prasarana :
 SDM :
 Pemeriksaan Kesehatan :
 Deskripsi kekhususan
 Aktivitas Hidup Sehari-hari (ADL)
Indeks Katz : A/B/C/D/E/F/G
No Kegiatan Keterangan Hasil
1. Mandi
2. Berpakaian
3. Berpindah
4. Toileting
5. Makan
6. Kontinensia

Keterangan :
Skore Kriteria
A Kemandirian dalam hal mandi, berpindah, kekamar kecil,
berpakaian dan makan
B Kemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali satu
fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali
mandi, dan fungsi tersebut
D Kemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian, dan satu fungsi tersebut
E Kemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tersebut
F Kemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali
mandi, berpindah, kekamar kecil, berpakaian dan satu fungsi
tersebut
G Ketergantungan dalam semua fungsi tersebut
Lain-lain Keretgantungan pada sedikitnya dua fungsi tersebut, tetapi
tidak dapat diklasifikasikan sebagai C,D,E,F. dan G
Interprestasi :

 Tinjauan Sistem
 Keadaan Umum :
 Tingkat Kesadaran :
 Glasgow Coma Scale :
 Tanda-Tanda Vital :
 Oksigen :
Nutrisi :
Eliminasi :
Aktivitas :
Istirahat dan tidur :
Personal Hygiene :
Seksual dan Reproduksi :
 Rekreasi

 Psikologi
 Persepsi klien :
 Konsep Diri
 Gambaran Diri :
 Harga Diri :
 Ideal diri :
 Identitas Diri :
 Peran diri :
 Emosi :
 Adaptasi :
 Mekanisme pertahanan diri
 Skala Jatuh Morse
Pengkajian N Skala Nilai
o
1. Riwayat jatuh : apakah lansia pernah jatuh dalam 3 Tidak 0
bulan terakhir Ya 25
2. Diagnosa sekunder : Apakah lansia memiliki lebih dari Tidak 0
satu penyakit? Ya 15
3. Alat Bantu Jalan :
Bedrest/Dibantu 0
Kruk/Tongkat/Walker 15
Berpegangan pada benda-benda sekitar (Kursi, Meja, 30
Lemari)
4. Terapi intravena : Apakah lansia mendapatkan terapi Tidak 0
cairan/terpasang infus? Ya 20
5. Gaya berjalan/berpindah :
Normal/bedrest/immobile (tidak dapat bergerak 0
sendiri)
Lemah (tidak bertenaga) 10
Gangguan/tidak normal (pincang/diseret) 20
6. Status mental
Lansia menyadari kondisi dirinya 0
Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15
TOTAL

Keterangan :

Tingkatan Risiko Skor Akhir Tindakan


Tidak berisiko 0-24 Perawatan dasar
Risiko rendah 25-50 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar
Risiko Tinggi Lebih dari 50 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko
tinggi.

 Pemeriksaan Fisik
 Kepala
 Rambut
 Mata
 Telinga
 Hidung
 Mulut
 Leher
 Dada dan punggung
Paru :
 Inspeksi :
 Palpasi :
 Perkusi :
 Auskultasi :
Jantung
 Inspeksi :
 Auskultasi :
 Palpasi :
 Perkusi :
 Abdomen dan pinggang
 Inspeksi :
 Ausukultasi :
 Perkusi :
 Palpasi :
 Ekstremitas
 Atas :
 Bawah :
 Kekuatan otot

Keterangan
 0 : Paralisis
 1 : Tidak ada gerakan terasa
 2 : Gerakan otot penuh menentang gravitasi dan sokongan
 3 : Gerakan normal menentang gravitasi dan sokongan
 4 : Gerakan normal menentang gravitasi dan sokongan dengan sedikit
tahanan
 5 : Gerakan normal menentang gravitasi dan sokongan dengan tahanan
penuh
 Sistem immune
 Genetalia
 Sistem Penginderaan
 Mata :
 Hidung :
 Telinga :
 Lidah :
 Perabaan :
 Status Kognitif
Skore Portable Mental Status Quesionnaire (SPMSQ)

Skore
No Pertanyaan Jawaban
+ -

1 Tanggal berapa hari ini?

2 Hari apa sekarang ?

3 Dimana anda sekarang?

4 Berapa anak anda?

5 Dimana alamat anda?

6 Berapa umur anda ?

7 Kapan anda dilahirkan?

8 Siapa presiden Indonesia sekarang?

9 Siapa presiden sebelumnya?

10 Siapa nama kecil ibu anda?

Jumlah kesalahan total

Penilaian SPMSQ
 Kesalahan 0-3 : fungsi intelektual utuh

 Kesalahan 4-5 : fungsi intelektual ringan

 Kesalahan 6-8 : fungsi intelektual sedang

 Kesalahan 9-10 : fungsi intelektual berat

Intepretasi :

Jadi klien termasuk penilaian SPMSQ dalam rentang fungsi intelektual

 Data Penunjang
 Terapi medis :
Nama obat Dosis Rute pemberian Indikasi
- - - -

 ANALISA DATA
Hari/tanggal Data Etiology Problem

 PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

 NURSING CARE PLAN


No DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN

 CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/Tanggal DX IMPLEMENTASI EVALUASI TTD


DAFTAR PUSTAKA

Anjaswarni.2016. Komunikasi Dalam Keperawatan.Jakarta :Kementerian Kesehatan RI


Badan Pengembangan dan emberdayaan Sumber Daya Manusia.

Indrayati et All.2018. Peran Posyandu Lansia dalam Meningkatkan Kesejahteraan Lansia


di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati.Semarang : Universitas Negri
Semarang. Diakses melalui http://journa.unnnes.ac.ad/sju/index.php/edugeo pada
tanggal 7 januari 2018

Kushariyadi.2010.Asuhan Keperawatan pada Klien Usia Lanjut.Jakarta:Salemba Medika

Bandiyah S. 2009. Lanjut Usia dan Kperawatan Gerntik. Yogyakarta:Nuha Medika

Undang-undang Republik IndonesiaNomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut


Usia 2010.Jakarta. Diperbanyak oleh Dinas kesehatan Provinsi Jawa tengah

Achmanagara, A. Andriyani.2012.Hubungan Faktor Internal dan Ekstenal dengan


Keseimbangan Lansia di Desa Pamijan Sokaraja Banyumas.Jakarta:Balai penerbit
UI
Akmarawati,Kadir.2007.Olahraga Pada Usia Lanjut (Lansia). Surabaya : FK Universitas
Wijaya Kusuma

Gunawan et All.2014.Hubungan Status Gizi dengan Risiko Jatuh pada Lansia Wilayah
Kerja Puskesmas Jagasatru Kota Cirebon. Cirebon : Universitas Swadaya Gunung
Jati
Stanley,Mickey.2007.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Jakarta:EGC
Prasetya et all.2015.Peningkatan Keseimbangan Postural Menggunakan Pengukuran
Berg Balance Scale(BBS) Pada Lansia Disasana Panti Mulyo Sragen.Semarang
: Universitas Negri Semarang.Diakses melalui
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jssf pada tanggal 26 Januari 2018
Nursalam & Effendi. 2007. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medik
Stanley,Mickey.2007.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai