Anda di halaman 1dari 30

Disusun Oleh:

Nindya Sekar Mayuri, S.Pd., M.Si

Program Studi D3 Farmasi


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, sehingga buku petunjuk praktikum Anatomi
Fisiologi Manusia untuk mahasiswa D3 Farmasi Politeknik Meta Industri ini dapat terselesaikan.
Petunjuk praktikum ini dibuat untuk membantu mahasiswa dalam memahami Anatomi Fisiologi
Manusia.

Buku petunjuk ini hanya memuat beberapa kegiatan yang secara operasional masih mungkin
dilaksanakan. Topik-topik dari seluruh acara yang dipraktikumkan merupakan beberapa contoh
gejala-gejala anatomi fisiologi manusia yang dapat daimati dan dilakukan. Adanya keterbatasan
waktu menyebabkan hanya sebagian topik yang dapat dilakukan dalam praktikum Anatomi
Fisiologi Manusia, oleh karena itu, mahasiswa harus membaca buku-buku lain sehingga saling
melengkapi. Topik-topik yang diberikan diharapkan cukup membantu mahasiswa untuk
memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang anatomi fisiologi manusia.

Agar petunjuk praktikum ini lebih baik dan sesuai dengan harapan pemakai maka masih diperlukan
perbaikan dan penambahan acara praktikum yang meungkinkan dapat dilakukan di masa yang
datang. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan
buku ini. Akhir kata kami ucapkan terimakasih, semoga buku ini dapat bermanfaat sesuai dengan
yang kami harapkan.

Cikarang, Januari 2019

Tim Penyusun

1|Modul praktikum Anatomi Fisiologi Manusia


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................................... 1


Daftar Isi ........................................................................................................................................ 2
Tata Tertib Pelaksanaan Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia................................................... 3
Panduan Penyusunan Jurnal dan Laporan Praktikum..................................................................... 5
Format Cover Laporan Praktikum ................................................................................................. 7
Praktikum I. Pemeriksaan Kualitas Fisik, Kandungan Protein, Glukosa, dan Amonia dalam
Urin……………….................................................................................................. 8
Praktikum II. Pengukuran Kapasitas Vital Paru-Paru dan Kecepatan Pernapasan ................... 12
Praktikum III. Pengaruh Aktivitas dan Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah
serta Pengamatan Pembuluh Darah pada Ikan ....................................................15
Praktikum IV. Uji Golongan darah dan Waktu Koagulasi......................................................... 18
Praktikum V. Indera Pengecap, Penciuman, dan Penglihatan.....................................................22
Praktikum VI. Sistem Endokrin………………………………………………………….…..…26
Daftar Pustaka............................................................................................................................... 29

2|Modul praktikum Anatomi Fisiologi Manusia


TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

Kelancaran dan keberhasilan dalam pelaksanaan praktikum Anatomi Fisiologi Manusia tentunya
sangat diharapkan, untuk itu praktikan diwajibkan mematuhi tata tertib sebagai berikut :
1. Praktikan (mahasiswa peserta praktikum) wajib hadir tepat waktu. Keterlambatan lebih dari 10
menit tidak diperkenankan mengikuti pretest. Praktikan tidak diperkenankan mengikuti
praktikum apabila keterlambatan lebih dari 15 menit.
2. Praktikan diharuskan memakai jas praktikum berwarna putih yang bersih (sebelum memasuki
laboratorium) dan nametag (berisi nama panggilan dan NIM).
3. Dilarang makan di dalam laboratorium.
4. Setiap praktikan harus mempelajari dan memahami teori dan prosedur kerja sebelum
praktikum berlangsung.
5. Praktikan bekerja secara berkelompok sesuai pengelompokan yang telah ditentukan dan
diharapkan proaktif untuk belajar.
6. Setiap kelompok praktikum dibagi menjadi 5 kelompok kecil. Tiap-tiap kelompok kecil
bekerja bersama-sama dalam satu meja untuk tiap acara praktikum
7. Ada kelompok piket, tugasnya :
- Mempersiapkan, mengecek kelengkapan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
praktikum bersama-sama dengan dosen/asisten praktikum, dikerjakan sebelum jam
praktikum.
- Mengecek kebersihan laboratorium di akhir jam praktikum.
8. Praktikan diharuskan bekerja secara terencana, hati-hati dan teliti. Setelah selesai praktikum,
alat-alat maupun bahan yang digunakan harus dikembalikan dalam kondisi bersih dan utuh.
Semua praktikan bertanggung jawab terhadap kebersihan dan keamanan ruang praktikum,
serta alat-alat yang digunakan.
9. Praktikan yang memecahkan, merusakkan dan atau menghilangkan alat diharuskan melapor
kepada dosen/asisten praktikum dan mengganti alat tersebut secepatnya.
10. Praktikan diharuskan menjaga kemurnian bahan-bahan yang dipakai dan menjauhkan segala
macam kontaminan yang dapat mengganggu kevalidan hasil praktikum.
11. Tidak ada inhal.

3|Modul praktikum Anatomi Fisiologi Manusia


12. Setelah selesai pelaksanaan dan pengamatan praktikum, praktikan wajib membuat data
sementara dalam laporan sementara yang akan dikoreksi oleh dosen/asisten praktikum. Data
sementara yang sudah disetujui asisten bisa langsung dibawa pulang untuk dibuat Laporan
Resmi acara praktikum pada hari itu. Pengamatan dilakukan sesuai kebutuhan dan waktu yang
telah ditentukan.
13. Setiap kali selesai praktikum, setiap orang diwajibkan menyerahkan jurnal praktikum.
14. Setiap kelompok menyerahkan satu laporan praktikum di minggu berikutnya.
15. Untuk mengikuti praktikum minggu berikutnya diharuskan sudah menyerahkan Laporan
Resmi dari acara praktikum minggu sebelumnya. Bila pada saat itu tidak menyerahkan laporan,
nilai laporan sama dengan NOL.
16. Bila praktikan berhalangan dan tidak dapat mengikuti acara praktikum yang menyebabkan
nilai-nilainya kosong, maka nilai akhir adalah seluruh nilai yang ada dan kemudian dikonversi
berdasar standar nilai yang telah ditetapkan.

4|Modul praktikum Anatomi Fisiologi Manusia


PANDUAN PENYUSUNAN JURNAL DAN LAPORAN PRAKTIKUM

1. Masing-masing praktikan diwajibkan memahami isi acara praktikum sebelum melaksanakan


praktikum, seperti Judul, Prinsip Dasar, Alat dan Bahan yang digunakan, Cara Kerja, serta
Hipotesis (dugaan sementara hasil praktikum) agar mengetahui secara pasti kegiatan apa yang
akan dilaksanakan dan untuk mempersiapkan pretest.
2. Masing-masing praktikan membuat jurnal praktikum dengan sistematika:
A. Judul
B. Tujuan
C. Prinsip Dasar
D. Skema Kerja
E. Hasil Pengamatan
F. Jawaban Pertanyaan
G. Kesimpulan
Dikumpulkan di akhir praktikum dan dibuat ditulis tangan.
3. Laporan/Data sementara dibuat oleh masing-masing kelompok kecil sebanyak 1 file boleh
ditulis tangan atau diketik dan diperlihatkan pada dosen/asisten praktikum di akhir praktikum.
4. Setelah pengamatan hasil, laporan sementara digunakan sebagai acuan pembuatan laporan
resmi. Laporan resmi diketik pada kertas A4 dengan batas tepi 2 cm (atas, bawah, kanan,
dan kiri) dan dibuat secara kelompok.
5. Copy paste laporan tidak diperbolehkan. Praktikan yang melakukan copy paste akan dipanggil
dosen dan kemungkinan terburuk nilai laporan bersangkutan sama dengan NOL.

CONTOH FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM:


A. JUDUL PRAKTIKUM : (sesuai dengan buku petunjuk praktikum)
B. TINJAUAN PUSTAKA : (berisi tentang pustaka mengenai prinsip dasar praktikum)
C. ALAT DAN BAHAN : (berisi tentang alat dan bahan apa saja yang digunakan dalam
praktikum)
D. SKEMA KERJA : (berisi tentang langkah-langkah kerja secara berurutan dalam bentuk
skema)

5|Modul praktikum Anatomi Fisiologi Manusia


E. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN : (tulis hasil pengamatan dan sertakan
gambar, bila perlu dapat dibuat grafik, diagram, kurva, dsb beserta keterangannya,
kemudian hasil pengamatan dibahas dan dituliskan sumber pustakanya)
F. KESIMPULAN : (menjawab tujuan praktikum disesuaikan dengan
G. DAFTAR PUSTAKA): (tulis pustaka yang dijadikan acuan).
H. LAMPIRAN : (berisi fotocopy data sementara dan jawaban pertanyaan di buku petunjuk
praktikum).

6|Modul praktikum Anatomi Fisiologi Manusia


(contoh cover laporan)
LAPORAN PRAKTKUM
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PRAKTIKUM I/II/III,dst
(JUDUL) ........

Disusun oleh:
Kelompok 1/2/3 dst

Nama anggota 1 Nim


Nama anggota 2 Nim

Nilai Laporan Tanggal dan Paraf Dosen

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


POLITEKNIK META INDUSTRI
CIKARANG BEKASI
2019

7|Modul praktikum Anatomi Fisiologi Manusia


PRAKTIKUM I
PEMERIKSAAN KUALITAS FISIK, KANDUNGAN PROTEIN, GLUKOSA, DAN
AMONIA DALAM URIN

A. TUJUAN:
- Mengamati warna, kejernihan, dan derajat keasaman (pH) urin.
- Melakukan pemeriksaan terhadap kandungan protein dalam urin.
- Melakukan pemeriksaan terhadap kandungan glukosa dalam urin.
- Melakukan pengujian terhadap kandungan ammonia dalam urin.

B. PRINSIP DASAR:
Ginjal sebagai organ terpenting dalam proses ekskresi tersusun atas berjuta-juta Nephron.
Pada ginjal, urin akan terbentuk dan disimpan dalam kandung kemih yang kemudian dikeluakan
melalui uretra.Pada pembentukan urin di dalam nephron terjadi tiga proses. Pertama, terjadi
Filtrasi glomerulus, dimana darah yang mengandung sisa-sisa metabolisme difiltrasi oleh
glomerulus. Pada saat terjadi filtrasi, sel sel darah merah dan protein plasma tidak dapat melewati
pori-pori glomerulus, tetapi molekul kecil seperti air, glukosa, creatinin, asam urat dapat
melewatinya dengan mudah. Proses yang kedua adalah Reabsorpsi tubuler, dalam proses ini terjadi
penyerapan kembali zat-zat yang masih digunakan seperti Na +, Cl-, asam amino, glukosa, asam
urat, dll. Proses yang terakhir adalah Sekresi tubuler, dimana terjadi sekresi zat-zat (biasanya yang
tidak berguna bagi tubuh) dari darah kedalam cairan tubulus. Zat-zat yang biasanya disekresikan
antara lain ialah H+, NH4-, K+, asam urat, catecholamin, acetyl cholin, serotonin, obat-obatan
seperti penicilin, aspirin, morphin, dll (Kurnadi, 2011).
Komposisi, pH, volume dari urin yang terbentuk sangat bervariasi tergantung kepada
kebutuhan tubuh (homeostatis) akan zat-zat tertentu, pengeluaran racun, dan pengeluaran asam
tubuh yang tergantung jenis makanan, volume air minum, dan sebagainya. Urin normal berwarna
kuning jernih, atau kuning kecoklatan karena mengandung zat warna urobilinogen. Urin yang
keruh biasanya menunjukkan adanya kristal-kristal garam atau adanya lendir. Perubahan warna
urin dapat digunakan sebagai indikasi bahwa terdapat gangguan ginjal atau fungsi organ lain.
Adanya gangguan keseimbangan asam dan basa dalam tubuh dapat diketahui dengan pemeriksaan
pH urin, juga kelainan yang terdapat pada ginjal dan saluran kencing. Pada infeksi oleh bakteri
tertentu misalnya E. coli urin akan bersifat asam. Demikian juga makanan dapat berpengaruh

8|Modul praktikum Anatomi Fisiologi Manusia


terhadap pH urin, misalnya pada hewan karnivora urinnya bersifat asam, sedang pada herbivora
umumnya bersifat basa (alkalis). Pada manusia normal pH berkisar antara 5- 7,5 (Harjana, 2008:
1-3; Kurnadi, 2011).
Uji protein dan glukosa dalam urin perlu dilakukan sebagai salah satu indikator untuk
mengetahui fungsi fisiologis seseorang. Pemeriksaan protein dalam urin dapat dilakukan melalui
berbagai uji, uji Robert dan uji Asam Sulfosalisilat merupakan salah satunya. Kedua uji ini
memiliki prinsip kerja yang sama yakni menggunakan kemampuan asam kuat untuk
mempresipitasikan protein yang terdapat dalam urin (Nurcahyo dan Harjana, 2013: 53-54). Hasil
dari uji Robert dikatakan positif mengandung protein apabila terdapat cincin putih pada batas
antara urin dan reagen Robert. Sedangkan untuk pemeriksaan glukosa dalam urin dapat
menggunakan uji Fehling dan uji Benedict. Pada prinsipnya, dalam suasana basa kuat dan
pemanasan, glukosa yang terdapat di dalam urin akan mereduksi kupri menjadi kupro sulfat, yang
selanjutnya akan menjadi kuprodioksida yang mengendap dan berwarna kuning sampai merah bata
(Riyani, 2007). Perkiraan kadar glukosa jika endapan yang terbentuk berwarna hijau adalah 1%,
merah = 1,5%, orange = 2%, dan kuning = 5% (Winatasasmita dkk., 2011).

C. ALAT DAN BAHAN:


1. Tabung reaksi 9. Penjepit tabung reaksi
2. Pipet tetes 10. Urin
3. Gelas ukur 10 ml 11. Glukosa
4. Rak tabung reaksi 12. Albumin/putih telur
5. Pembakar spirtus 13. Beaker glass 50 ml
6. Korek api 14. Kertas pH universal
7. Reagen Robert/ asam nitrit pekat 15. Pinset
8. Reagen Benedict

D. PROSEDUR KERJA:
a. Mengamati Kualitas Fisik Urin
1. Masukkan urin ke dalam tabung reaksi, kemudian cari arah datangnya cahaya (sumber cahaya).
2. Amatilah dengan agak memiringkan tabung reaksi tersebut.

9|Modul praktikum Anatomi Fisiologi Manusia


3. Nyatakan warna urin dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning tua, kuning bercampur
merah, merah, coklat kehijauan, atau putih seperti susu. Kejernihan urin: jernih, agak keruh,
keruh atau sangat keruh.
4. Untuk pengujian terhadap pH, masukkan kertas pH universal ke dalam tabung reaksi yang
berisi urin, angkat, kemudian cocokkan dengan warna standard dan catat.

b. Uji Protein dalam Urin


1. Masukkan 2 ml reagen Robert/ asam nitrit pekat ke dalam tabung reaksi.
2. Tambahkan 2 ml urin dalam tabung reaksi dengan pipet tetes melalui dinding tabung reaksi
secara perlahan
3. Gunakan latar belakang hitam/gelap kemudian amati apa yang terjadi pada urin tersebut.
4. Lakukan cara yang sama pada urin pembanding, yaitu urin yang ditambahkan 1 mL
albumin/putih telur. Amati apa yang terjadi dan bandingkan dengan urin praktikan.
5. Jika terdapat cincin putih pada batas antara urin dan reagen Robert/asam nitrit pekat, maka
reaksi positif (+). Artinya dalam urin tersebut terdapat protein.

c. Uji Glukosa dalam Urin


1. Didihkan 3 mL larutan Benedict dalam tabung reaksi menggunakan pembakar spirtus,
gunakan penjepit tabung reaksi.
2. Tambahkan 8 tetes urin ke dalam larutan tadi dan panaskan lagi selama 1-2 menit (sampai
mendidih) kemudian biarkan dingin.
(Catatan: arahkan mulut tabung reaksi ke tempat yang bebas/tidak ada orang di
depannya/bahan kimia lain).
3. Untuk pembanding, lakukan hal serupa pada campuran urin dengan 1 ml glukosa.
4. Jika terjadi endapan warna merah bata atau larutan berubah menjadi kuning kemerahan,
maka reaksi positif (+) artinya dalam urin terdapat glukosa.

d. Uji Kandungan Ammonia dalam Urin


1. Masukkan 1 mL urine kedalam tabung reaksi
2. Jepitlah tabung reaksi dengan penjepit tabung reaksi dan bakar menggunakan pembakar
spirtus
3. Ciumlah bau yang keluar

10 | M o d u l p r a k t i k u m A n a t o m i F i s i o l o g i M a n u s i a
E. HASIL PENGAMATAN:
Tabel Pengamatan
Uji Uji Uji Bau
Nama
No Warna Kejernihan pH Protein Glukosa Amonia
Praktikan
Urin Urin
1
2
3
4
5

F. PERTANYAAN:
1. Apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi warna, kejernihan, dan pH pada urin?
Jelaskan!
2. Apa yang menyebabkan urin yang positif mengandung protein menunjukkan adanya cincin
putih di antara urin dan reagen Robert?
3. Apa yang menyebabkan urin yang positif mengandung glukosa menunjukkan endapan merah
bata jika diuji dengan reagen Benedict?
4. Menurutmu bagian apa dari ginjal yang kerjanya tidak optimal jika terdapat glukosa dan
protein dalam urin?

11 | M o d u l p r a k t i k u m A n a t o m i F i s i o l o g i M a n u s i a
PRAKTIKUM II

PENGUKURAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU DAN KECEPATAN PERNAPASAN

A. TUJUAN
- Mengetahui kapasitas vital paru-paru manusia
- Mengukur kecepatan pernapasan manusia

B. TINJAUAN PUSTAKA
Volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan
napas paling kuat disebut kapasitas vital paru-paru. Diukur menggunakan alat spirometer.
Pada seorang laki-laki, normal 4-5 liter dan pada seorang perempuan, 3-4 liter. Kapasitas
itu berkurang pada penyakit paru-paru, penyakit jantung, dan kelemahan otot pernapasan
(Pearce, 2017).
Kecepatan pernapasan adalah banyaknya seseorang bernapas (inspirasi-ekspirasi)
dalam satu menit. Menurut Syaifudin (2012). Volume respirasi permenit adalah jumlah
total udara baru yang masuk ke dalam saluran pernapasan setiap menit, sama dengan
volume tidal kecepatan respirasi. Pada wanita kecepatan pernapasan lebih tinggi
dibandingkan dengan pria. Jika bernapas secara normal, ekspirasi akan menyusul inspirasi,
dan kemudian ada istirahat sebentar. Inspirasi-ekspirasi-istirahat. Pada bayi yang sakit
urutan ini ada kalanya terbalik dan urutannya menjadi : inspirasi-istirahat-ekspirasi. Hal ini
disebut pernapasan terbalik. Pada bayi yang baru lahir kecepatan normal adalah 30-40 kali
per menit, sedangkan pada orang dewasa kecepatan pernapasan sebesar 10-20 kali per
menit (Pearce, 2017). Seseorang dapat hidup untuk waktu singkat dengan volume respirasi
permenit sedikitnya 1,5 liter dan kecepatan pernapasan serendahnya 2-4 kali permenit
Syaifudin (2012).

C. ALAT DAN BAHAN


- Jirigen kosong
- Baskom
- Air
- Corong

12 | M o d u l p r a k t i k u m A n a t o m i F i s i o l o g i M a n u s i a
- Double tape
- Spidol
- Beaker Glass/Gelas Kimia 500 mL
- Stopwatch

D. PROSEDUR KERJA
- Siapkan baskom yang berisi air
- Masukkan 250 mL air menggunakan corong ke dalam jirigen kosong, dan beri tanda
garis pada jirigen setiap 250 mL air yang dimasukkan sampai jirigen terisi penuh
- Masukkan selang pada bagian mulut jirigen
- Balikkan jirigen yang berisi air ke dalam baskom yang berisi air
- Tariklah napas dalam-dalam dan tiuplah (dalam satu tiupan napas) air dalam jirigen
menggunakan selang
- Ukur berapa mL air yang keluar dari jirigen dan catatlah di buku pengamatanmu
- Ulangi kegiatan tersebut setelah Anda berlari-lari di sekitar kampus
- Untuk mengitung kecepatan pernapasa, hitunglah jumlah kali napas permenit sebelum
dan setelah berolahraga

Gambar. Contoh alat sederhana pengukuran kapasitas vital paru-paru

13 | M o d u l p r a k t i k u m A n a t o m i F i s i o l o g i M a n u s i a
E. HASIL PENGAMATAN
Tabel Pengamatan
Volume vital paru-paru Kecepatan penapasan
Nama Merokok/Tidak (mL) (kali per menit)
No Usia L/P
Praktikan merokok Sebelum Setelah Sebelum Setelah
berolahraga berolahraga berolahraga berolahraga

F. PERTANYAAN
1. Berapakah rata-rata kapasitas vital paru-paru praktikan?
2. Apakah terdapat perbedaan kapasitas vital paru-paru praktikan sebelum dan setelah
berolahraga? Mengapa demikian?
3. Apakah terdapat perbedaan kecepatan pernapasan praktikan sebelum dan setelah
berolahraga? Mengapa demikian?
4. Apa saja factor yang mempengaruhi kapasital vital paru-paru seseorang?
5. Apa saja factor yang mempengaruhi kecepatan pernapasan seseorang?

14 | M o d u l p r a k t i k u m A n a t o m i F i s i o l o g i M a n u s i a
PRAKTIKUM III
PENGARUH AKTVITAS DAN POSISI TUBUH TERHADAP DENYUT NADI DAN
TEKANAN DARAH SERTA PENGAMATAN PEMBULUH DARAH PADA IKAN

A. TUJUAN:
 Menghitung denyut nadi (pulsus) pada arteri radialis.
 Menghitung tekanan darah
 Mengetahui jenis-jenis pembuluh darah pada ekor ikan

B. PRINSIP DASAR:
Jantung merupakan organ yang berperan sebagai pompa, sehingga darah dapat mengalir
melalui pembuluh darah (vasa) menuju ke seluruh jaringan tubuh. Jantung sebagai pompa darah
ke seluruh jaringan tubuh memiliki mekanisme khusus yang menjaga irama jantung dan
menjalarkan potensial aksi ke seluruh otot jantung, sehingga menimbulkan denyut jantung yang
berirama (Pratiwi, 2013: 19). Menurut Guyton dan Hall (2005), denyut jantung berasal dari sistem
penghantar jantung yang khusus dan menyebar melalui sistem ini ke semua bagian miokardium.
Darah yang didorong ke aorta selama sistole tidak hanya bergerak maju dalam pembuluh darah
tetapi juga menimbulkan gelombang bertekanan yang berjalan sepanjang arteri. Gelombang
bertekanan meregang dinding arteri sepanjang perjalanannya, dan regangan dapat diraba sebagai
denyut. Denyut yang diraba pada arteri radialis pada pergelangan tangan kira-kira 0,1 detik setelah
puncak ejeksi sistolik ke aorta. Inilah yang disebut nadi (Ganong, 2002). Frekuensi denyut nadi
menunjukkan frekuensi denyut jantung (Kurnadi, 2011). Frekuensi denyut jantung (heart rate,
HR), yaitu banyak denyut jantung permenit.
Tekanan darah umumnya diukur untuk suatu arteri di dalam lengan yang tingginya sama
dengan jantung. Untuk seorang manusia sehat berusia 20 tahun dalam kondiis istirahat, tekanan
darah arteri di dalam sirkuit sistemik biasanya sekitar 120 mmHg pada sistol, dan 70 mmHg pada
diastole, kombinasi yang dituliskan 120/70. Gravitasi memiliki efek yang signifikan pada tekanan
darah. Saat berdiri misalnya, kepala Anda kira-kira 0,35 m lebih tinggi tinggi daripada dada Anda,
dan tekanan darah arteri pada otak lebih rendah sekitar 27 mmHg daripada arteri di dekat jantung.
Jika tekanan darah pada otak terlalu rendah, akan menyebabkan pingsan. Dengan menyebabkan
tubuh Anda rebah ke tanah, pingsan secara efektif dapat menepatkan kepala Anda pada ketinggian

15 | M o d u l p r a k t i k u m A n a t o m i F i s i o l o g i M a n u s i a
yang sama dengan jantung, sehingga meningkatkan aliran darah ke otak secara cepat (Campbell
dkk., 2013).
Pembuluh darah mamalia terdiri dari pembuluh darah kapiler, arteri, dan vena. Pembuluh
kapiler memiliki dinding yang tipis dan berdimeter lebih besar sedikit dari sel darah merah.
Pembuluh arteri dan vena memiliki dua lapisan, yaitu lapisan jaringan ikat dan sel otot polos.
Secara struktur ukuran diameter pembuluh darah vena lebih besar dibandingkan arteri, tetapi
memiliki tingkat elastisitas yang lebih rendah dibandingkan arteri (Campbell dkk., 2013).

C. ALAT DAN BAHAN:


1. Stopwatch
2. Tally counter
3. Sphygnomanometer
4. Ikan
5. Tisu basah
6. Mikroskop
7. Cawan petri
8. Objek glass

D. PROSEDUR KERJA:
a. Pengaruh aktivitas terhadap denyut nadi
1. Tempelkan ketiga jari pada pergelangan tangan kiri di atas arteri radialis dengan sedikit
tekanan kemudian sedikit kurangi tekanan tersebut hingga terasakan adanya denyut nadi.
2. Hitung banyaknya denyut nadi selama 1 menit.
3. Lakukan aktivitas fisik tambahan berupa lari-lari kecil selama ± 10 menit.
4. Hitunglah kembali banyaknya denyut nadi selama 1 menit.
5. Bandingkan jumlah denyut nadi sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.
b. Pengaruh posisi tubuh terhadap tekanan darah
1. Ukurlah tekanan darah Anda menggunakan Sphygnomanometer dalam keadaan berdiri dan
berbaring
2. Bandingkan tekanan darah yang telah diukur
c. Pengamatan pembuluh darah pada ikan

16 | M o d u l p r a k t i k u m A n a t o m i F i s i o l o g i M a n u s i a
1. Ambillah ikan dan letakkan di atas cawan petri
2. Tutuplah tubuh bagian atas ikan menggunakan tisu basah
3. Posisikan ekor ikan agar tidak saling tumpang tindih
4. Amati dibawah mikroskop pembuluh darah yang terlihat pada ekor ikan

E. HASIL PENGAMATAN:
Tabel Pengamatan
Usia Tekanan darah
HR (denyut /menit)
(tahun) (mm/Hg)
No Nama Praktikan
Sebelum Setelah Posisi Posisi
aktivitas aktivitas Berdiri Berbaring
1
2
3
4
Rata-rata

Gambar Pengamatan Pembuluh Darah Pada Ekor Ikan

F. PERTANYAAN:
1. Apa yang terjadi terhadap denyut nadi kalian setelah melakukan aktivitas tambahan?
Mengapa hal itu bisa terjadi?
2. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi frekuensi denyut nadi seseorang? Sebutkan dan
Jelaskan.
3. Apakah terdapat perbedaan tekanan darah seseorang jika diukur dalam posisi tubuh yang
berbeda?Jelaskan
4. Jelaskan perbedaan pembuluh darah kapiler, arteri dan vena!

17 | M o d u l p r a k t i k u m A n a t o m i F i s i o l o g i M a n u s i a
PRAKTIKUM IV
UJI GOLONGAN DARAH DAN WAKTU KOAGULASI

A. TUJUAN:
- Menentukan golongan darah dengan sistem “ABO”.
- Menentukan waktu koagulasi darah.

B. PRINSIP DASAR:
Golongan darah dapat diturunkan secara genetik dari kedua orang tua kepada
keturunannya. The International Society Transfusion mencatat dan mengakui 29 macam
penggolongan darah (termasuk ABO system dan Rhesus system). Golongan darah sistem ABO
dibedakan hanya oleh sel darah merahnya berdasarkan pada respon antigen-antibodi
(Winatasasmita, 2011). Sel-sel darah lain tidak mempengaruhi penggolongan darah ABO. Sistem
penggolongan darah ABO dan rhesus merupakan sistem penggolongan darah yang paling sering
digunakan dalam menentukan golongan darah seseorang (Sasmita, 2008:6-10). Penggolongan
darah dengan sistem ABO dimaksudkan untuk mencegah terjadinya reaksi hemolisis dan
aglutinasi ketika dilakukan transfusi darah di antara donor dan resipien (Latief, dkk., 2011:1).
Pemeriksaaan golongan darah manusia dilakukan dengan mengencerkan sel darah merah dengan
saline. Kemudian satu bagian dicampur dengan serum aglutinin anti-A, sedangkan bagian yang
lain dicampur dengan aglutinin anti-B. Setelah beberapa menit, campuran tersebut diperiksa. Bila
sel darah merah menggumpal berarti teraglutinasi karena terjadi reaksi antibodi dengan antigen.
Penentuan golongan darah dengan sistem ABO ini dapat dilihat dari adanya gumpalan yang terjadi
pada darah bila ditetesi serum tertentu. Penggumpalan ini pada dasarnya disebabkan karena adanya
reaksi yang diperlihatkan aglutinogen (antigen) dalam masing-masing golongan darah terhadap
serum yang diteteskan.
Tabel 1. Golongan darah dengan genotipnya dan unsur pokok aglutinogen serta
aglutininnya

Sumber: Elvita dkk., 2008:10-12

18 | M o d u l p r a k t i k u m A n a t o m i F i s i o l o g i M a n u s i a
Salah satu komponen elemen darah yang ditunjukkan di atas adalah trombosit atau keping
darah. Trombosit memiliki peran dalam proses penjendalan (koagulasi) darah. Proses koagulasi
darah dimaksudkan agar apabila terjadi kerusakan pembuluh darah, maka tidak terjadi kehilangan
darah secara berlebihan (Nurcahyo dan Harjana, 2013:29). Pembekuan darah (koagulasi) adalah
suatu proses kimiawi dimana protein protein plasma berinteraksi untuk mengubah molekul protein
plasma besar yang larut, yaitu fibrinogen menjadi gel stabil yang tidak larut yang disebut fibrin.
Pasien yang mengalami gangguan dalam menghentikan pendarahannya dapat disebabkan karena
faktor Vascularis (yakni ketidakmampuan pembuluh darah di tempat luka melakukan kontraksi
dan retraksi atau tidak dilepaskannya serotonin oleh benda-benda darah yang kerjanya membantu
kontraksi pembuluh darah). Pembekuan darah terjadi melalui proses bertahap yang sangat rumit
yang menyangkut berbagai faktor-faktor pembekuan darah (Winatasasmita dkk., 2011).
Pemeriksaan waktu pembekuan adalah pemeriksaan untuk mengukur tahap pembekuan
darah pada jalur intrinsik. Memeriksa atau mengukur waktu pembekuan darah artinya mengukur
lamanya waktu yang diperlukan darah untuk membeku setelah dikeluarkan dari tubuh dan
berkontak dengan kaca atau gelas, pada suhu 37ºC (Riyani, 2007).

C. ALAT DAN BAHAN:

1. Blood lancet steril (disposable)


2. Kapas
3. Alkohol 70%
4. Gelas benda
5. Tusuk gigi
6. Kertas tissue
7. Serum anti-A dan serum anti-B
8. Stopwatch

D. PROSEDUR KERJA:
a. Uji Golongan Darah:
1. Beri tanda A dan B pada gelas benda.
2. Letakkan gelas benda di atas kertas tissue.
3. Bersihkan ujung jari dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 70%.

19 | M o d u l p r a k t i k u m A n a t o m i F i s i o l o g i M a n u s i a
4. Tusuklah ujung jari praktikan dengan menggunakan Blood lancet steril (disposable).
5. Teteskan 2 - 3 tetes darah di atas gelas benda A dan B.
6. Usap bekas luka dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 70%.
7. Teteskan anti serum A pada gelas benda A dan anti serum B pada gelas benda B.
8. Dengan tusuk gigi, campur hati-hati masing-masing tetesan. Gunakan tusuk gigi yang
berbeda.
9. Amati setelah 3 menit ada tidaknya aglutinasi.

a. Waktu pembekuan:
1. Bersihkan ujung jari dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 70%.
2. Tusuklah ujung jari praktikan (pada saat itu waktunya dicatat) dengan menggunakan Blood
lancet steril (disposable).
3. Darah yang pertama keluar diisap dengan kapas kering.
4. Teteskan 2 - 3 tetes darah di atas gelas benda.
5. Usap bekas luka dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 70%.
6. Tusuklah darah tersebut dengan ujung tusuk gigi dan kemudian angkat setiap 30 detik sekali
sampai tampak adanya benang fibrin.
7. Catat waktunya.

E. HASIL PENGAMATAN:
Tabel Pengamatan
Waktu Total
Koagulasi waktu
Golongan
No Nama Praktikan Anti A Anti B Darah koagulasi
Darah
(30 detik darah
ke-) (menit)
1
2
3
4
5
Ket : (+) = terjadi aglutinasi, (-) = tidak terjadi aglutinasi

20 | M o d u l p r a k t i k u m A n a t o m i F i s i o l o g i M a n u s i a
F. PERTANYAAN:
1. Buatlah diagram hubungan transfusi antara golongan darah ABO, mana yang dimaksud
donor universal dan resipien universal?
2. Buatlah skema pembekuan darah.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan antigen, antibodi, aglutinogen dan aglutinin?
4. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi waktu koagulasi darah?

21 | M o d u l p r a k t i k u m A n a t o m i F i s i o l o g i M a n u s i a
PRAKTIKUM V

INDERA PENGECAP, PENCIUMAN, PENGLIHATAN

A. TUJUAN

- mengetahui hubungan indera pengecap dan penciuman

- mengetahui adanya bintik buta pada mata

B. TINJAUAN PUSTAKA

Persepsi gustasi/kecapan dan olfaksi/penciuman sama-sama bergantung pada


kemoreseptor yang mendeteksi zat kimia spesifik di lingkungan. Pengecapan merupakan
deteksi zat kimia disebut tastan, yang terdapat dalam cairan. Penciuman merupakan deteksi
odoran yang terbawa oleh udara. Manusia bisa merasakan rasa karena memiliki sel-sel
reseptor pengecapan. Sel-sel reseptor pengecapan pada manusia adalah sel epitel termodifikasi
yang terorganisasi menjadi kuncup pengecap (taste bud), yang tersebar di sejumlah area lidah
dan mulut. Satu sel pengecap individual mengekspresikan satu tipe reseptor dan mendeteksi
tastan-tastan yang hanya mempresentasikan salah satu dari kelima rasa (asam, asin, manis,
pahit, dan umami).

Pada olfaksi, tidak seperti gustasi, sel-sel sensoris adalah neuron. Sel-sel reseptor
olfaktori melapisi bagian atas rongga hidung dan mengirimkan impuls melalui akson langsung
ke gelembung olfaktori di otak. Ujung penerima sel-sel tersebut mengandung silia yang
menjulur ke dalam lapisan mucus yang menyelaputi rongga hidung. Walaupun reseptor-
reseptor dan jalur otak unutk pengecapan dan penciuman terpisah, kedua indera itu
berinteraksi. Bahkan sebagian rasa kompleks yang kita alami sewaktu makan disebabkan oleh
indera penciuman kita. Jika sistem olfaktori terhalang, misalnya akibat pilek, persepsi rasa
pun berkurang secara tajam.

Benda yang terkena cahaya akan membiaskan cahayanya melalui kornea dan
diteruskan ke aqeus humor, pupil, lensa mata, vitrous humor, kemudian retina. Cahaya yang
masuk ke bagian bintik kuning retina akan mengenai sel-sel batang dan kerucut. Sel kerucut
sebagai fotoreseptor yang peka cahaya akan menangkap rangsang dan mengubahnya menjadi
impuls yang dihantarkan ke saraf optik ke otak besar bagian belakang (lobus oksipitalis). Pada
lobus oksipitalis ini terjadi asosiasi berupa kesan melihat benda

22 | M o d u l p r a k t i k u m A n a t o m i F i s i o l o g i M a n u s i a
Pembiasan cahaya dari suatu benda akan membentuk bayangan benda jika cahaya
tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada retina, karena cahaya yang jatuh pada bagian ini
akan mengenai sel-sel batang dan kerucut yang meneruskannya ke saraf optik dan saraf optik
meneruskannya ke otak sehingga terjadi kesan melihat. Sebaliknya, bayangan suatu benda
akan tidak nampak, jika pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik
buta pada retina

C. ALAT DAN BAHAN

- berbagai macam makanan

- berbagai macam minuman

- air putih

- pisau

- sendok

- cotton bud

- karton putih

- alat tulis

D. PROSEDUR KERJA

a. Hubungan indera penciuman dan pengecap

1. Siapkan syal, kemudian tutuplah kedua mata temanmu yang berperan sebagai responden.
2. Potonglah setiap bahan yang telah kamu siapkan/siapkan minuman pada gelas, kemudian
berikan satu persatu dari bahan tersebut pada responden untuk dimakan atau diminum.
3. Dalam waktu yang bersamaan ketika memberi makanan/minuman, untuk mengecoh
responden, dekatkan makanan/minuman yang sama atau berbeda ke hidung responden
4. Setelah itu, mintalah responden tersebut menyebutkan nama bahan makanan/minuman
yang dicobakan
5. Tulislah hasil pengamatanmu pada table pengamtan.

23 | M o d u l p r a k t i k u m A n a t o m i F i s i o l o g i M a n u s i a
b. Pengamatan bintik buta pada mata

1. Siapkan kertas karton putih ukuran panjang 14 cm dan lebar 3 cm.


2. Buatlah tanda silang (x) dan tanda (y) pada kertas tersebut dengan jarak antara (x) dan (y)
sejauh 10 cm
3. Peganglah kertas dengan tangan kiri sejauh 50 cm didepan mata, tanda (y) dipasang di
sebelah dalam
4. Pusatkan pandangan mata kiri pada tanda y dan tutup mata kanan.
5. Dengan mata kiri tetap terpusat pada tanda y, dekatkan kertas perlaha-lahan hingga tanda
silang (x) hilang dan kemudian tampak kembali
6. Ukur dan catatlah dalam table pada jarak berapa tanda silang (x) hilang dan pada jarak
berapa tanda silang (x) muncul kembali
7. Baliklah letak tanda (y) dan ulangi prosedur di atas dengan mata kanan juga sebanyak 3
kali
.

E. HASIL PENGAMATAN

Tabel Pengamatan 1

No Nama Nama Nama bahan Nama Kesesuaian Yang dirasakan


Responden bahan yang bahan dengan (manis,asam,asin
(makanan/ didekatkan ke yang bahan yang , pahit, umami)
minuman) hidung ditebak dicobakan
1 Benar/Salah
2 Benar/Salah
3 Benar/Salah
4 Benar/Salah
Dst.

Tabel Pengamatan 2

No Nama Mata Kanan Mata Kiri


Responden Jarak tanda X Jarak tanda X Jarak tanda Jarak tanda
hilang muncul X hilang X muncul
1
2

24 | M o d u l p r a k t i k u m A n a t o m i F i s i o l o g i M a n u s i a
3
4
Rata-rata

F. PERTANYAAN

1. Mengapa seseorang bisa merasakan berbagai macam rasa?


2. Mengapa seseorang bisa mencium bau yang berbeda?
3. Berdasarkan hasil praktikum, adakah hubungan antara indera penciuman dan pengecap?
4. Mengapa seseorang bisa merasakan rasa’umami’?
5. Mengapa seseorang dapat melihat?
6. Berdasarkan hasil praktikum, mengapa pada saat jarak tertentu, responden tidak dapat
melihat benda?

25 | M o d u l p r a k t i k u m A n a t o m i F i s i o l o g i M a n u s i a
PRAKTIKUM VI
SISTEM ENDOKRIN
A. TUJUAN:
 Mengetahui mekanisme kerja insulin dalam menurunkan kadar gula darah
 Mengetahui mekanisme homeostasis di dalam tubuh
B. PRINSIP DASAR:
Insulin adalah hormone yang dihasilkan oleh pancreas untuk menurunkan kadar gula dalam
darah, ditemukan pada semua vertebrata. Ketika makanan dicerna, molekul glukosa akan masuk
ke pembuluh darah dan jika makanan yang dimakan mencukupi, maka akan terjadi peningkatan
kadar gula dalam darah. Tanpa insulin, kadar glukosa dalam darah dapat terus mengalami
peningkatan, dan akan menyebabkan kerusakan sel dan jaringan, khususnya pada sistem syaraf.
Tetapi terlalu tingginya insulin dapat menyebabkan penurunan kadar glukosa dalam darah di
bawah normal. Gejala yang ditimbulkan biasanya pusing, gelisah, tremor, dan lapar.
Seseorang dapat mengalami syok insulin apabila kadar glukosa dalam darah turun,
sehingga terdapat pada level yang rendah. Memiliki terlalu banyak insulin dalam darah Anda dapat
menyebabkan tingkat glukosa yang lebih sedikit. Jika gula darah Anda turun terlalu rendah, tubuh
Anda tidak lagi memiliki cukup energi untuk melaksanakan fungsi regular, sehingga otak dapat
mengalami malfungsi. Gejala yang ditimbulkan seperti disorientasi, kejang-kejang bahkan bisa
mengalami kematian. Bagi seseorang yang memiliki penyakit diabetes mellitus, mereka
membutuhkan suntikan insulin untuk mengatur homeostasis gula dalam darah.

C. ALAT DAN BAHAN:


9. Gelas Kimia/baskom
10. Alat Suntik
11. Hormone insulin 100 UI/ml
12. Glukosa/Sukrosa 20%
13. Aquades
14. Ikan kecil

26 | M o d u l p r a k t i k u m A n a t o m i F i s i o l o g i M a n u s i a
D. PROSEDUR KERJA:
1. Tempatkan seekor ikan kecil pada gelas kimia yang berisi 200 mL air
2. Masukkan ikan, lakukan aklimatisasi terlebih dahulu dengan membiarkannya selama 5
menit dalam air
3. Perhatikan kecepatan mulut ikan membuka dan menutup, operculum membuka dan
menutup, serta gerakan sirip pectoral pada ikan.
4. Kemudian tetesi dengan hormone insulin sebanyak 1 ml pada air tersebut.
5. Amati baik-baik saat insulin dan air berdifusi melalui membrane insang menuju aliran
darah
6. Amati yang terjadi pada ikan kemudian, perhatikan kembali kecepatan mulut ikan
membuka dan menutup, operculum membuka dan menutup, serta gerakan sirip pectoral
pada ikan.
7. Bandingkan kecepatannya sebelum dan setelah ditetesi insulin
8. Kemudian perhatikan dan catat pada menit ke berapa ikan menunjukkan gejala iritabilita,
konvulsi (kejang), atau koma.
9. IkSaat gejala-gejala di atas terjadi, pindahkan ikan ke gelas kimia yang berisi 200 mL air
dan 50 mL sukrosa/glukosa 20%.
10. Kemudian perhatikan kembali, apa yang terjadi pada ikan, bagaimana kecepatan mulut
ikan membuka dan menutup, operculum membuka dan menutup, serta gerakan sirip
pectoral pada ikan.

E. HASIL PENGAMATAN:
Tabel Pengamatan 1
Sebelum diberi insulin Setelah diberi Dimasukkan dalam
insulin larutan Glukosa
Gejala ikan yang diamati
(mulut, operculum, sirip
pektoral)
Tabel Pengamatan 2
Iritabilita Konvulsi Koma Sadar
Ikan 1
Ikan 2
Ikan 3
Rata-rata

27 | M o d u l p r a k t i k u m A n a t o m i F i s i o l o g i M a n u s i a
F. PERTANYAAN:
1. Berdasarkan hasil pengamatan, tuliskanlah peran insulin dalam tubuh!
2. Buatlah bagan yang menunjukkan proses homeostasis kadar gula darah dalam tubuh!

28 | M o d u l p r a k t i k u m A n a t o m i F i s i o l o g i M a n u s i a
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., Reece,J.B, dan Mitchell,L.G. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga


Elvita, A., dkk.. 2008. Genetika Dasar. Riau: Universitas Riau.
Ganong, W. F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Guyton A,C., dan Hall J,E. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Harjana,T. 2008. Modul Praktikum Struktur dan Fungsi Hewan (Sistem Ekskresi). Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Isnaeni, W. 2010. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.
Kurnadi, K.A. 2011. Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Latief, F., dkk.. 2011. Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Perambatan-Balik Untuk Mendeteksi
Golongan Darah Pada Manusia. [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro.
Nashirotul, K. 2012. Peristiwa Suhu di Dalam Tubuh Manusia. Diunduh pada hari jumat 16 Mei
2014 dari http://khodijahnashirotul.student.esaunggul.ac.id/2012/12/24/ peristiwa suhu-di-
dalam-tubuh-manusia.
Nurcahyo, H dan Harjana,T. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta: UNY.
Pratiwi,K.R. 2013. Fisiologi Jantung, Biologi Manusia dan Gizi. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Pearce, E.C. 2017. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia: Jakarta.
Riyani,A. 2007. Penntun Praktikum Bio Kimia. Bandung: Politeknik Kesehatan Bandung
Sasmita, C. 2008. Pengenalan Golongan Darah Jenis ABO dengan Mempergunakan Pemodelan
Hidden Markov. [Skripsi]. Depok: Universitas Indonesia.
Syaifudin. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Keperawatan dan
Kebidanan. EGC : Jakarta.
Soewolo, dkk.. 1999. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sonjaya. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi Ternak. Bogor: IPB Press.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Winatasasmita,D., Soesilawaty, S.A., Saefudin., Hernawati. 2011. Penuntun Praktikum Fisiologi
Hewan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

29 | M o d u l p r a k t i k u m A n a t o m i F i s i o l o g i M a n u s i a

Anda mungkin juga menyukai