Kimia Analisis I
2022
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................2
TATA TERTIB PRAKTIKUM................................................................3
PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN PRAKTIKUM......................6
KATA PENGANTAR ...........................................................................15
PETUNJUK UMUM..............................................................................16
BAB I ASIDI-ALKALIMETRI.............................................................20
BAB II ANALISIS GRAVIMETRI.......................................................23
BAB III TITRASI KOMPLEKSOMETRI.............................................27
BAB IV ARGENTOMETRI..................................................................31
BAB V PENETAPAN KADAR BESI SECARA
SPEKTROFOTOMETRI ......................................................37
2
TATA TERTIB PRAKTIKUM
5
PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN PRAKTIKUM
6
tersebut. Praktikan yang melakukan copy paste akan dipanggil
oleh tim asisten dan kemungkinan terburuk nilai laporan
bersangkutan sama dengan NOL.
7
dirujuk pertama kali dalam uraian. Selanjutnya, cantumkan nama
8
akhir pengarang pertama diikuti dengan dkk. disertai tahun
publikasi.
Contoh:
a) Pertama kali: Utarini, Kumara, Prihaswan, Prabandari, dan
Anwar (2010)…
b) Selanjutnya: Utarini dkk. (2010)
3. Untuk referensi yang ditulis oleh 6 pengarang atau lebih,
cantumkan nama akhir pengarang pertama diikuti dengan dkk.
4. Kutipan kedua dilakukan apabila penulis mengalami kesulitan
dalam memperoleh artikel asli dari bahasan yang diacu. Kutipan
kedua sebaiknya dibatasi untuk menghindari pengulangan
kesalahan penulisan nama penulis, tahun publikasi ataupun
materi tulisan.
Contoh:
Menurut Prasetyo (menurut Prasetyo dalam Wijayanti, 2010)…(artinya artikel
asli ditulis oleh Prasetyo, kemudian dikutip oleh Wijayanti pada tahun 2010)
9
dimasukkan kedalam beker glas 50 mL dan timbahkan aquadest
sedikit demisedikit
10
Nama belakang penulis, singkatan Nama Depan., tahun
terbit, Judul Buku, jilid, edisi, Nama Penerbit, Kota,
nomor halaman yang diacu (kecuali seluruh buku).
Contoh:
3) Dokumen Lembaga
Resmi Contoh:
United States Pharmacopeial Convention, 2005, The
United States Pharmacopia, 28 th edition, United
States Pharmaopeial Convention Inc., Rockville,
pp. 2748-2751.
4) Terjemahan
Penulisan mengikuti cara penulisan daftar pustaka butir buku,
menggunakan tahun penerbitan
13
Contoh:
Munson, J.W., 1991, Pharmaceutical Analysis Modern Method,
diterjemahkan oleh Harjana, Parwa B., Hal. 15, 33-34, Universitas
Airlangga Press, Surabaya.
7) Laporan Penelitian
Harnita, A.N.I., 2005, Analisis Tiamin, Riboflavin dan Piridoksin dalam
Beral Bumipol 50 dari hasil Pertanian Organik dengan Metode High
Perfomance Liquid Chromatography, Laporan Penilitian, Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Catatan :
1. Laporan sementara harus mendapatkan pengesahan dari
dosen/assisten pendamping.
2. Laporan resmi : point A-I (sebagai syarat mengikuti praktikum
minggu berikutnya).
15
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Hidayangan har-Nya, sehingga
penyusunan penuntun praktikum “ KIMIA ANALISIS I” ini dapat terlaksana sesuai dengan
Kami dari Tim Penyusun menyadari, bahwa dalam penulisan Penuntun Praktikum
Kimia Analisi I ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan, olehnya itu kritik dan
saran yang bersifat untuk menyepurnakan penuntun ini sangat kami butuhkan.
Akhirnya, akhir kata kami mengucapakan banyak terimakasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu dalam penyusunan Penuntun Praktikum Kimia Analisis I ini.
Kendari, 2022
Tim Penyusun
16
PETUNJUK UMUM
A. Tata Tertib
mengikuti praktikum.
mengenakan kaos oblong (tanpa krah) dan memakai sendal. Praktikan harus
melaksanakan praktikum.
5. Praktikan yang 3 kali berturut-turut tidak hadir tanpa keterangan yang sah,
B. Peralatan
1. Jika akan dimulai praktikum, siapkanlah alat-alat yang akan dipakai diatas
16
2. Jika diperlukan, praktikan dapat meminjam alat tambahan kepada laboran
3. Periksalah alat yang dipinjam dengan seksama pada waktu menerima alat.
1. Zat yang akan dianalisis supaya ditempatkan dalam wadah tertutup supaya
analisis.
apakah jernih atau keruh. Jika keruh mintalah ganti kepada laboran jaga.
4. Zat padat harus diambil dengan sendok atau spatel yang bersih dan kering.
17
6. Tiap mahasiswa maksimum hanya boleh menurunkan 3 botol pereaksi di meja
kerja. Jika akan mengambil botol yang keempat, satu botol harus
D. Bahan-bahan Berbahaya
1. Hindarkan dari api bahan-bahan yang mudah terbakar seperti eter, methanol,
dan lain-lain.
bakar seperti asam-asam kuat (HCl, H2SO4, HNO3), basa-basa kuat (KOH,
Klor).
1. Jagalah agar pipet yang digunakan untuk mengambil larutan pereaksi tetap
dengan menguji cairan yang bening diatas endapan, ditambah 1 tetes pereaksi.
18
3. Cara menyaring: Pada waktu menyaring, jagalah supaya saringan tidak sampai
penuh, cairan hanya boleh sampai 1 cm dibawah pinggir kertas saring. Tepi
4. Cara mencuci endapan pada kertas saring: Arahkan aliran air dari botol
spiral menuju dan setiap pencucian, kertas saring terisi antara separuh sampai
sepertiganya.
a. Buat lubang kecil pada bagian bawah kertas saring dengan batang
b. Ambil kertas saring dari corong, buka diatas kaca arloji, endapan diambil
7. Pengenceran asam kuat atau basa kuat yang mempunyai bobot jenis lebih
besar dari air, lakukan dengan cara menuangkan larutan asam atau basa
tersebut ke dalam air, buka sebaliknya (hati-hati dengan asam sulfat pekat).
8. Jika melakukan pemanasan dengan tabung reaksi, maka mulut tabung jangan
diarahkan ke muka sendiri atau orang lain, akan tetapi arahkan ke tempat
19
penjepit.
20
BAB I ASIDI-ALKALIMETRI
A. Tujuan
C. Prosedur
menjadi merah jambu. Tiap 1 ml larutan NaOH 0,1 N setara dengan 6,183 mg
H3BO3.
Perhitungan :
A. Tujuan
dalam air
C. Prosedur
dengan larutan baku NaOH 0,1 N menggunakan indikator merah fenol hingga
warna larutan berubah dari kuning menjadi merah. Tiap 1 ml larutan NaOH
22
23
BAB II
ANALISIS GRAVIMETRI
Analisis gravimetri adalah salah satu cara analisis kuantitatif dengan penimbangan
berat zat setelah diperlakukan sedemikian rupa sehingga zat tersebut diketahui rumus
molekul dengan pasti dan berada dalam keadaan stabil. Komponen yang akan ditentukan
diubah menjadi suatu endapan yang stabil dan selanjutnya dapat diubah menjadi bentuk
senyawa yang mudah untuk ditimbang. Penentuan suatu zat dengan cara gravimetri
umumnya dilakukan dengan reaksi kimia, dimana senyawa yang dihasilkan mempunyai
kelarutan yang kecil dalam pelarut yang digunakan. Senyawa ion dipisahkan dari
pemijaran, bentuk asli dapat diubah menjadi bentuk lain tetapi komposisinya diketahui,
kemudian ditentukan kadarnya. Sebagai contoh, ion kalsium diendapkan sebagai kalsium
oksalat, tetapi setelah dipijarkan dapat ditimbang sebagai CaC2O4 atau sebagai CaCO3 atau
Agar analisis tersebut dapat berlangsung dengan baik, harus dipenuhi beberapa
a. Proses pemisahan harus sempurna dan sisa analit (zat yang akan ditentukan) yang
tertinggal dalam larutan harus cukup sedikit untuk dapat diabaikan, dengan kata lain
harus kuantitatif.
b. Endapan yang terbentuk harus dapat dipisahkan dengan mudah dari larutannya.
c. Zat yang ditmbang harus mempunyai susunan stoikiometri tertentu dan harus bersifat
d. Suatu analisis berat endapan yang diperoleh dihitung jumlah atau banyaknya analit yang
24
diinginkan, sehingga untuk menghitung ini diperlukan faktor kimia atau faktor gravimetri yaitu
jumlah gram analit persatu gram endapan atau dapat juga dikatakan sebagai angka banding
banyaknya analit setara dengan banyaknya endapan yang diperoleh. Misalnya pada endapan
BaSO4.
B. Tujuan
Untuk menentukan jumlah mol air kristal yang terikat dalam suatu senyawa
C. Teori
Suatu pemanasan dan pemijaran hingga 800-900oC maka molekul air yang terikat
Jika BaCl2.XH2O sebelum dipanaskan ditimbang dengan berat tertentu, maka setelah
25
D. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Oven Pemijar
b. Cawan Porselin
c. Gegep
d. Eksikator
e. Neraca analitik
2. Bahan
BaCl2.XH2O
E. Prosedur
(konstan).
F. Perhitungan
26
BM BaCl2 = 208
BM BaCl2.n XH2O
(b – a) gram = (c – a) gram
27
BAB III
TITRASI KOMPLEKSOMETRI
A. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar kalsium secara
kompleksometri.
B. Landasan Teori
dalam titrimetri. Cara titrimetri ini didasarkan pada kemampuan ion-ion logam untuk
membentuk senyawa kompleks yang mantap dan dapat larut dalam air. Karena itu
cara ini sering disebut titrasi kompleksometri. Atas dasar ini, sejumlah cara titrasi
untuk menentukan kadar ion-ion logam dalam cuplikan telah dikembangkan oleh para
ahli. Dewasa ini, perekasi yang paling sering digunakan dalam titrasi kompleksometri
besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Ternyata bila
beberapa ion logam ada dalam suatu larutan, maka titrasi dengan EDTA akan
menujukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut. Oleh karena
campuran ion-ion logam secara selektif dengan EDTA. Salah satu cara meningkatkan
28
digunakan komplekson III (EDTA) sebagai zat pembentuk ketal, dimana EDTA
bereaksi dengan ion logam yang polyvalent seperti Al3+, Bi2+, Ca2+, Cu2+ membentuk
dari kompleks adalah kompleks logam dengan EDTA. Demikian juga titrasi dengan
merkuro nitrat dan perak sianida juga dikenal sebagai titrasi kompleksometri.
mengingat kecenderungan suatu ion untuk mengendap sebagai hidroksida atau oksida
pada pH yang diperlukan untuk titrasi. Oleh karena itu, pemakaian sering masking
agent sering digunakan untuk menjaga ion tetap dalam larutan. Misalnya Zn 2+ yang
dititrasi pada pH=10 dengan konsentrasi ion ammonium yang tinggi. Amoniak tidak
29
hidrolisis. Berarti kesempurnaan reaksi dan titik akhir tidak hanya bergantung pada
sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang
Perubahan warna dari indicator logam yang terikat dengan logam dan warna
indicator bebas. Indicator logam membentuk suatu kompleks dengan logam yang
mempunyai warna yang berbeda dengan warna indicator itu sendiri, bila stabilitas
EDTA).
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Alat
- Buret 50 ml
- Gelas ukur 50 ml
- Labu ukur 50 ml
- Erlenmeyer 250 ml
- Pipet volume 25 ml
30
- Botol semprot
2. Bahan
- Eriochrom Black T
- Sampel air
- Aquades
D. Prosedur Kerja
3. Tambahkan 25 ml aquades
31
BAB IV
ARGENTOMETRI
A. Tujuan
metode argentometri.
B. Dasar Teori
nitrat (AgNO3) sebagai larutan standard. Dalam titrasi argentometri, larutan AgNO3
digunakan untuk menetapkan garam-garam halogen dan sianida karena kedua jenis
garam ini dengan ion Ag+ dari garam standard AgNO3 dapat membentuk suatu
endapan atau suatu senyawa kompleks sesuai dengan persamaan reaksi berikut ini:
halogen, ion perak, ion tiosianat serta ion-ion lainnya yang dapat diendapkan oleh
yaitu:
32
1. Metode Mohr
cara ini, kedalam larutan yang akan dititrasi ditambahkan sedikit larutan kalium
kromat (K2CrO4) sebagai indikator. Pada akhir titrasi, ion kromat akan bereaksi
dengan kelebihan ion perak membentuk endapan berwarna merah dari perak kromat,
dengan reaksi:
Konsentrasi ion klorida dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan cara titrasi
dengan larutan standard perak nitrat. Endapan putih perak klorida akan terbentuk
selama proses titrasi berlangsung dan digunakan indikator larutan kalium kromat
encer. Setelah semua ion klorida mengendap maka kelebihan ion Ag+ pada saat titik
akhir titrasi dicapai akan bereaksi dengan indikator membentuk endapan coklat
kemerahan Ag2CrO4 (lihat gambar). Prosedur ini disebut sebagai titrasi argentometri
33
2. Metode Volhard
Atau nama lainnya metode dengan cara pembentukan ion kompleks berwarna.
Dalam cara ini, larutan standard perak nitrat ditambah secara berlebih ke dalam
larutan analit, kemudian kelebihan ion perak dititrasi dengan larutan standard
ammonium atau kalium tiosianat dengan menambahkan ion feri (Fe3+) sebagai
indicator. Pada akhir titrasi, ion feri akan bereaksi dengan kelebihan ion tiosianat
3. Metode Fajans
Fajans). Titik akhir titrasi dalam titrasi dengan cara ini ditandai dengan
berubahnya warna endapan AgX sebagai akibat dari adanya adsorpsi endapan
dalam keadaan bermuatan negative dalam larutan titrasi akan teradsorbsi sebagai
counter ion pada permukaan endapan yang bermuatan positif. Dengan terserapnya
ini maka warna indicator akan berubah dimana warna diklorofluorescein menjadi
34
C. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Buret 50 ml
2. Corong gelas
3. Erlenmeyer
5. Label
7. Pipet tetes
9. Sendok tanduk
10. Statif
1. Aquadest (H2O)
35
D. Cara Kerja
2. Pembakuan AgNO3
2. Timbangan dengan seksama NaCl 100 mg dan masukan ke dalam labu ukur
100 ml
hingga larut
larut
merah bata
37
BAB V
PENENTUAN KADAR BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI
A. Tujuan
B. Teori
membentuk senyawa yang berwarna jingga, warna ini cukup stabil dalam kondisi
ph 2,9. Dalam besi (III) haruslah besi ini direduksi dengan hidroksi ammonium
dalam larutan tersebut. Intensitas sinar yang diserap tergantung pada jenis senyawa
yang ada, konsentrasi dan tebal atau panjang larutan tersebut. Makin tinggi
konsentrasi suatu senyawa dalam larutan, makin banyak sinar yang diserap.
Hubungan antara konsentrasi, panjang larutan dan jumlah sinar yang diserap
Ketetangan:
A = absorbansi
a = absorrtivitas
38
c = konsentrasi
a. Spektrofotometer UV-VIS
c. Pipet ukur 10 ml
e. o-fenantrolin 0,025%
f. Hidroksilamin klorida10% 50 ml
D. Prosedur kerja
o-fenantrolin 0,25 %
d. Cara sama diatas, dibuat larutan Fe (II)-fenantrolin dengan 0,4 ml, 0,6 ml,
e. Buat larutan blanko dengan cara yang sama datas, tetapi tidak mengandung
a. Ambil 100 mL sampel air dengan gelas ukur dan tuangkan kedalam gelas
piala 250 mL
e. Kocok dengan baik sampai homogen dan biarkan selama 1 jam, kemudian
40
41