Anda di halaman 1dari 30

Petunjuk Praktikum

EKSPERIMEN FISIKA LANJUT I

OLEH : I MADE YULIARA, S.SI, M.T

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Udayana
Tahun 2020
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa atas
rahmatNya modul praktikum ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Petunjuk
Praktikum Eksperimen Fisika Lanjut I ini disusun untuk dipergunakan sebagai
pedoman bagi mahasiswa dalam melakukan kegiatan laboratorium pada
Laboratorium Optik Gelombang, Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Udayana.
Terimakasih kami sampaikan kepada rekan-rekan dosen yang telah banyak
meluangkan waktu dalam mendiskusikan petunjuk praktikum ini.
Petunjuk praktikum ini tidaklah sempurna, untuk itu segala bentuk kritik dan
saran yang konstruktif sangat diharapkan untuk memperbaiki petunjuk praktikum ini.
Akhirnya kami ucapkan terimakasih semoga dapat menambah cakrawala
ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi pembaca.

September 2020
Penyusun,

I Made Yuliara
DAFTAR ISI

Kata pengantar …………………………………………………………..…………...i


Daftar isi ………………………………………………………………….………….ii
1. Percobaan Difraksi Celah Tunggal...................……..………..….…….......…1
2. Percobaan Hukum Pemantulan Bunyi.......………..........................................5
3. Percobaan Interferensi Fresnel................………………………………..... ...9
4. Percobaan Hukum Radiasi Lambert..................……………..….…....….....13
5. Percobaan Polarisasi......................................................................................17
6. Percobaan Prisma (Indeks bias/ dispersi).......................................................21
TATA CARA DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Petugas Praktikum
1.1. Kepala Laboratorium
> Merencanakan dan melakukan pengembangan laboratorium untuk tujuan
pendidikan dan penelitian
> Memimpin penyelenggaraan kegiatan praktikum
> Mempersiapkan satuan-satuan praktikum
> Merencanakan dan membuat jadwal penggunaan laboratorium
> Membuat pembagian tugas pembimbing/pengawas praktikum
1.2. Teknisi Laboratorium
> Mempersiapkan tempat dan peralatan serta menyediakan bahan-bahan praktikum
> Melayani mahasiswa selama praktikum
> Membantu mengawasi jalannya praktikum
> Memeriksa kembali peralatan praktikum pada setiap akhir praktikum
> Menyelenggarakan administrasi di laboratorium
> Melakukan inventarisasi laboratorium
> Melakukan pemelibaraan peralatan dan laboratorium
1.3. Pembimbing/Pengawas Praktikum
> Membimbing dan mengawasi penyelenggaraan praktikum
> Memeriksa dan mengusahakan kelengkapan alat dengan bantuan teknisi
> Melakukan evaluasi : membuat soal, memeriksa dan menetapkan nilai akbir
> Memberikan laporan hasil evalusi kepada dosen pengajar/ kepala laboratorium

2. Pelaksanaan Praktikum
2.1. Sebelum Pelaksanaan Praktikum
> Sebelum praktikum, dibentuk kelompok kerja praktikum
> Mabasiswa wajib dan harus mempelajari petunjuk praktikum
> Mahasiswa terlebih dahulu memeriksa kelengkapan praktikum. Bila tidak
lengkap, mabasiswa secepatnya melakukan peminjaman alat pada teknisi dengan
mengisi blangko peminjaman alat
2.2. Dalam Pelaksanaan Praktikum
> Mahasiswa diharapkan telah dapat menyusun/ merangkai peralatan sesuai
dengan petunjuk praktikum
> Mahasiswa disarankan membawa alat-aiat tulis, kertas grafik, kalkulator
scientific function
> Bila peralatan telah siap, sebelum menghubungkan dengan listrik PLN mintalah
pembimbing/pengawas memeriksa kembali kebenaran jusunan peralatan
> Selama praktikum, mahasiswa melakukan mengamatan dan mencatat data
lengkap dengan ketidakpastian
> Selama praktikum, masiswa dapat bertanya' minta petunjuk kepada pengawas
> Mahasiswa tidak diperkenankan pindah-pindah kelompok lain
2.3. Akhir Pelaksanaan Praktikum
> Setiap kelompok kerja harus menyerahkan satu hasil pengamatan/ data
praktikum tanpa disertai perhitungan
> Menyerahkan kembali peralatan kepada teknisi
> Bila terjadi kerusakan peralatan karena kesalahan/ kelalaian mahasiswa
(kelompoknya), maka kelompoknya harus memperbaiki/ mengganti/
membayar beaya perbaikan paling lambat 2 minggu sebelum seluruh
praktikum selesai
2.4. Tata Tertib Dalam Ruangan/ Laboratorium
> Selama praktikum, mahasiswa wajib berlaku sopan
> Mahasiswa tidak diperkenankan merokok, membuat gaduh dan
melakukan kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan praktikum yang
sedang berlangsung

3. Laporan Praktikum
> Laporan diketik dengan spasi 1,5 pada kertas A4 dan disusun dengan kalimat
jelas
> Tidak perlu menuliskan semua proses perhitungan secara berulang
> Diserahkan paling lambat satu minggu setelah praktikum
> Format laporan mencakup :
1. Bagian Halaman Depan
> Nomor/ Kode praktikum dan judulnya
> Tanggal, Bulan dan Tahun
> Nama, NIM
2. Bagian Utama
> Obyek Praktikum : Pernyataan singkat tujuan pratikum
> Teori : Ungkapan-ungkapan dan persamaan yang relevan yang
menghubungkan variabel praktikum dan definisi-definisi variabel yang
terlibat
> Tabulasi Data : Data dapat berupa hasil pengukuran maupun hasil
perhitungan. Data lengkap dengan ketidakpastiannya disajikan dalam
bentuk tabel
> Grafik : Grafik dapat dibuat pada kertas grafik linier maupun semilog
(sesuai keperluan) dengan disertai trend (garis/kurva) yang
sesuai. Grafik dilengkapi keterangan bagi setiap simbul yang terlibat.
> Perhitungan : Memulai perhitungan dengan memperbhatkan hubungan
yang jelas diantara parameter yang ada
> Kesalahan, error : Nilai ketidakpastian yang diperoieh baik dari
peralatan maupun secara statistik
> Kesimpulan : Dapat diperoleh dari hasil evaluasi pengamatan
3. Bagian Akhir
> Lampiran
> Daftar Pustaka
Format Laporan :
Bagian Depan

Judul Praktikum
(Kode Praktikum)

Nama :
N IM :
Kelompok :
Tanggal :
Dosen Pengajar :
Pembimbing/Pengawas :

Jurusan/ Program Studi


Fakultas
Universitas Udayana
Tahun
Bagian Utama

I. Tujuan dan Obyek Percobaan : Uraikan secara singkat obyek dan tujuan
percobaan
II. Tinjauan Teori: Teori yang relevan dengan percobaan
III. Peralatan yang digunakan
IV. Hasil Pengamatan/ Percobaan : Data; Tabulasi data
V. Analisa :
Tugas
Grafik
Pembahasan
Perhitungan
Kesalahan/Ralat
Hasil Analisis
VI. Kesimpulan
1. PERCOBAAN DIFRAKSI CELAH TUNGGAL

I. TUJUAN
1. Memahami fenomena difraksi oleh celah tunggal dan menentukan lebar celah
tunggal.

II. ALAT-ALAT
1 diaphragm with 3 single slits 469 91
1 diaphragm with 3 diffraction holes 496 96
1 diaphragm with 3 diffraction objects 469 97
1 He-Ne laser, linearly polarized 471 830
1 holder with spring clips 460 22
1 lens in frame, f = +5 mm 460 01
1 lens in frame, f = +50 mm 460 02
1 precision optical bench, 1 m 460 32
4 riders, H = 60 mm/B = 36 mm 460 353
1 translucent screen 441 53
1 saddle base 300 11

III.DASAR TEORI
Pada tahun 1690, Christian Huygens menafsirkan cahaya sebagai sebuah fenomena
gelombang dan sementara itu, pada 1704, Isaac Newton menggambarkan cahaya sebagai
partikel. Pendapat tentang dualisme gelombang partikel ini dapat diselesaikan dengan
mekanika kuantum. Percobaan difraksi memberikan bukti untuk karakter gelombang
cahaya. Fenomena difraksi selalu terjadi jika perambatan cahaya diubah oleh suatu
diafragma iris atau celah.
Pada kasus difraksi Fraunhofer, muka (front) gelombang cahaya paralel yang
dipelajari di depan objek difraksi dan belakangnya. Hal ini terkait dengan sumber cahaya
dan layar yang berada pada jarak tak terbatas dari obyek difraksi. Percobaan ini dapat
dilakukan dengan bantuan lensa konvergen yang ditempatkan pada jalur/lintasan sinar
antara sumber cahaya dan obyek difraksi.
Pada kasus difraksi Fresnel, sumber cahaya dan layar berada pada jarak yang terbatas
dari objek difraksi. Dengan menambahkan jarak, pola difraksi Fresnel semakin mirip
dengan pola Fraunhofer. Pola difraksi Fraunhofer lebih mudah diamati. Oleh karena itu
percobaan yang dilakukan adalah berdasarkan sudut pandang Fraunhofer.
Cahaya sejajar (laser) yang masuk ke celah menyebabkan cahaya merambat (warna
abu-abu dalam Gambar. 1) dari celah/ diafragma dan akan terjadi pola-pola terang/ gelap
(frinji) pada layar. Hukum-hukum optik geometris tidak dapat menjelaskan fenomena
seperti ini. Penjelasan hanya mungkin jika sifat gelombang dikaitkan dengan cahaya dan
pola difraksi yang diamati pada layar dianggap sebagai superposisi dari sejumlah cahaya
yang dibelokkan/ dilenturkan/ didifraksikan oleh obyek difraksi (lebar celah/ iris
diafragma). Dalam arah tertentu, intensitas superposisi dari semua berkas cahaya dapat
bersifat destruktif (minimum/ gelap) atau konstruktif (maksimum/ terang).

1
Gambar 1. Pendekatan jalannya sinar-sinar pada fenomena difraksi

Gambar 1 diatas, dapat ditunjukkan suatu pendekatan sederhana, bahwa frinji gelap
terjadi pada posisi di mana setiap setengah bagian berkas cahaya dikaitkan dengan
setengah bagian berkas cahaya lainnya, sehingga mereka saling meniadakan satu sama
lain. Untuk bagian berkas yang berasal dari celah di bawah sudut αn, maka beda lintasan
Δsn merupakan perkalian integer n dengan setengah panjang gelombang, yang diberikan
oleh :


sn  n (1)
2
dengan n = 1,2,3,…

Secara geometri, terlihat bahwa tan αn = xn / L. Untuk sudut difraksi kecil ( αn << ) dan
jarak layar ( L ) besar, maka dapat digunakan pendekatan, yaitu : tan αn ≈ sin αn ≈ αn :

 sn x
2  n  n (2)
b L

Dengan demikian, untuk kondisi interferensi destruktif ( minimum/ gelap), maka panjang
gelombang sumber cahaya diberikan oleh :

xn b
  (3)
n L

Dari persamaan (3) terlihat bahwa, jika lebar celah (b) diketahui, maka panjang
gelombang cahaya dapat ditentukan atau sebaliknya.

2
Eksperimen difraksi dengan gelombang monokromatik memungkinkan juga untuk
menentukan ukuran dari obyek difraksi. Fenomena difraksi pada iris diafragma, juga dapat
secara jelas ditunjukkan dengan bantuan sinar laser.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Atur jarak antara Laser He-Ne dengan Layar S kira-kira 1,9 meter
2. Tempatkan holder obyek difraksi H pada meja optik ( the optical bench) dengan
jarak kira-kira 50 cm dari laser
3. Aturlah tinggi laser, sehingga berkas sinar laser ada ditengah-tengah diafragma
4. Letakkan lensa speris L1 ( f = +5 mm) di depan laser pada jarak kira-kira 1 cm
5. Pindahkan holder obyek difraksi H
6. Tempatkan lensa konvergen L2 (f = +50 mm) di sebelah lensa L1 pada jarak kira-
kira 55 mm dan geser L1 sampai berkas sinar laser yang terbentuk pada layar
tampak sangat terang/ jelas/ tajam.
7. Atur/ geser lensa L2 terhadap L1 hingga tampak pada layar diameternya kira-kira
6 mm (profil sinar laser bundar sepanjang sumbu optik, dapat dicek dengan kertas
sepanjang jalur/ lintasan sinar)
8. Letakkan kembali holder obyek difraksi H pada jalur sinar dan atur/ geser hingga
jarak antara layar dan obyek difraksi kira-kira 1,50 m
9. Jika perlu, geser/ atur lensa L2 sampai diperoleh pola difraksi yang tajam seperti
rangkaian pada gambar di bawah ini.

10. Masukkan salah satu celah (mis. b = 0,48), dan amati fenomena difraksi pada
layar, kemudian tandai dengan pensil setiap lokasi/ jarak intensitas minimum
(gelap). Ukur jarak tersebut terhadap titik terang pusat (x0). Catat hasilnya pada
table pengamatan yang telah disediakan.

3
11. Ulangi langkah (10) untuk celah-celah yang lain (b=0,24 dan b=0,12). Catat hasil
pengamatan pada tabel yang telah disediakan.

Tabel Pengamatan. Jarak xn intensitas minimum dari intensitas maksimum


orde ke 0
No. Intensitas minimum ke-n xn (mm) xn/n (mm)
1 1
2 .
. .
. .
8 8

V. TUGAS
1. Dari data yang diperoleh, hitunglah lebar celah obyek difraksi (b)
2. Analisa hasil yang diperoleh dan berikan kesimpulan.

4
2. PERCOBAAN HUKUM PEMANTULAN BUNYI

I. TUJUAN
Menunjukkan bahwa sudut sumber bunyi ( ) dan sudut pemantulan (  )
adalah sama ketika gelombang bunyi dari sumber bunyi dipantulkan oleh
permukaan bidang datar (verifikasi hukum pemantulan).

II. ALAT-ALAT
1. 1 Bangku optik kecil 460 43
2. 1 Mikrofon universal 586 26
3. 1 Tweeter loudspeaker 587 07
4. 1 Pasang cermin cekung 389 24
5. 1 Analog DC, 1 V, seperti E-instrumen pengukuran D 31 88
6. 1 Function generator D 522 55
7. 1 Baja pita pengukur 311 77
8. 1 Plat pemantul 587 66
9. 2 large stand bases 300 01
10. 1 Pasang dari berhenti selama bola penyimpangan 461 61
11. 2 stand rods, 25 cm 300 41
12. 1 stand rods, 10 mm  50 cm 301 27
13. 4 Leybold multiclamps 301 01
14. 1 Pemutar lengkap dengan skala busur derajat 460 40
15. 1 connecting lead, 1 m, merah 501 30
16. 1 connecting lead, 1 m, biru 501 31
Tambahan yang diperlukan:
Paper clip, Selotip

III. DASAR TEORI


Sudut datang sumber bunyi dan sudut pemantulan akan sama ketika gelombang
dipantulkan oleh permukaan yang datar. Hukum ini dikenal dalam bidang optik dan
juga berlaku untuk gelombang bunyi.
Dalam percobaan yang akan dilakukan, suatu titik sumber bunyi terletak di titik
fokus cermin cekung, yang kemudian gelombang bunyi ini akan dipancarkan
(dipantulkan). Gelombang bunyi yang terpantulkan dan mengarah ke probe mikrofon
akan terdeteksi oleh mikrofon (probe mikrofon pada titik fokus cermin cekung
kedua).
Sumber bunyi dan mikrofon terletak di ujung bangku optik (lihat Gambar 1/gambar
2) dan kedua bangku optik dihubungkan dengan suatu poros. Sebuah plat pemantul
terletak sedemikian, sehingga dapat diputar dari titik pusat. Skala busur derajat di
sekitar sumbu rotasi digunakan untuk memperoleh sudut-sudut  dan ` =  + .
Gambar 1 memperlihatkan sudut sumber  , sudut pantulan  , sudut  dan
beberapa sudut yang diukur dalam percobaan, yaitu  dan `.

5
Gambar 1. Pemantulan gelombang bunyi pada permukaan bidang datar
 = Sudut datang
 = Sudut pantul
 dan ’ = Sudut-sudut yang diukur dalam percobaan
(1) = Sumber bunyi ( loudspeaker )
(2) = Mikrofon
(3) = Plat pemantul

Jika sumber bunyi dan mikrofon berada dalam satu garis lurus (berlawanan
satu sama lain), berarti  = 0. Hal ini berarti, bahwa:
 +  +  = 180O , atau dapat ditulis  = 180O - ’ (1)
Sudut antara plat pemantul dan kedua bangku optik adalah :
 +  = 90O (2)
 dan  dapat dihitung dari  dan . Hubungan sudut  dengan  adalah:
 = 90O -  (3)
Dan
 = 180O -  -  = 180O - (90O - ) - 
= 90O -  +  (4)
1
Jika pada percobaan menunjukkan bahwa    , maka menurut persamaan (3)
2
akan berlaku :
1
  90 O  
2
Dan juga menurut persamaan (4) kita dapatkan :
1
  90 O    
2
1
 90 O  
2

6
Dengan demikian, dapat ditunjukkan bahwa sudut datang sama dengan sudut pantul,
atau  = .

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


A. SETING PERALATAN
1. Susunlah peralatan seperti gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Susunan peralatan untuk percobaan pemantulan bunyi

2. Plat pemantul jangan dipasang dulu. Luruskan/ ratakan bangku optik,


sehingga probe mikrofon berada dalam satu garis lurus ( sudut  = 0 )
3. Tempatkan ujung probe mikrofon tepat pada titik fokus cermin cekung
pertama (sekitar 36,33 cm dari pusat permukaan cermin) dan tempatkan juga
loudspeaker (lubang diafragma loudspeaker) tepat pada titik fokus cermin
cekung yang kedua.
4. Aktifkan mikrofon, set amplifikasi minimum dan set ke " = "
5. Aktifkan fungsi generator untuk sinus, atur f = 20 kHz, dan tegangan ke 1
Volt
6. Pilih amplitudo suara sedemikian, sehingga alat ukur tidak overdrive. Jika
instrumen pengukuran menunjukkan defleksi negatif, tukar polaritas kabel
output mikrofon
7. Atur bergiliran kedua cermin cekung sampai sistem instrumen pengukuran
menunjukkan defleksi maksimum. Jika perlu, perbaiki juga posisi mikrofon
dan loudspeaker pada titik fokus dari cermin cekung.
8. Atur/ ubah frekuensi agar diperoleh amplitudo maksimum ( gelombang
stasioner antara cermin cekung dan mikrofon ).
9. Tempatkan plat pemantul sejajar pada bangku optik. Atur dan kencangkan
sekrup di plat pemantul sedemikian, sehingga dapat dengan mudah plat
berputar terhadap sumbu vertikal.

7
10. Gunakan selotip, untuk melekatkan potongan kawat (misalnya penjepit
kertas) di sisi kanan dari plat pemantul, sehingga pada skala busur ujung
pointer menunjuk ke sudut  (lihat Gambar 3).
11. Balikkan skala busur derajat 180°, sehingga penanda persis di bawah kawat
pointer. Atur juga pointer dari meja busur derajat dengan skala 180°, tandai
sehingga sudut  dapat diukur (Gambar 3).

Gambar 3. Busur derajat

Catatan :
Pointer tidak boleh bersentuhan satu sama lain. Kawat pointer tidak boleh
terhambat pada skala. Plat pemantul tidak boleh menyentuh meja skala atau
pointer, karena akan dilakukan penyesuaian ketika plat pemantul berbalik.

B. PERCOBAAN
1. Jangan menyentuh busur skala atau pointer saat melakukan percobaan,
karena hal ini akan dapat mengurangi efek penyesuaian sudut .
2. Pilih dan tetapkan sudut  (dari 140°) dengan cara memindahkan bangku
optik ( ’ = 40°). Perlahan-lahan putar plat pemantul.
3. Catat sudut  dan tegangan maksimum pada tabel pengamatan yang telah
disediakan ( = 180° - posisi kawat pointer).
4. Kurangi sudut  setiap 5O . Catat  dan tegangan (UM) pada tabel.
5. Ulangi langkah kerja 4 sampai sudut  = 0.

Tabel Pengamatan Hukum Pemantulan Bunyi


No Sudut  (O) Sudut ’ (O) Sudut  (O) UM (Volt)
1 140 40 .... ....
2 135 45 .... ....
3 ... .... .... ....
... .... .... .... ....

V. TUGAS
1. Plot tegangan output mikrofon (UM) sebagi fungsi dari sudut 
2. Plot sudut  sebagai fungsi dari sudut 
3. Analisa dan evaluasi hasil percobaan ini dan berikan kesimpulan

8
3. PERCOBAAN INTERFERENSI FRESNEL

I. TUJUAN
1. Mempelajari interferensi cahaya dengan menggunakan cermin Fresnel
2. Menentukan panjang gelombang cahaya laser He-Ne, (), dari jarak garis-garis
interferensi (d), jarak citra (A) yang diproyeksikan sumber cahaya virtual

II. ALAT-ALAT
1 He-Ne Laser 471 83
1 Small Optical bench 460 43
1 Large stand base 300 01
1 Fresnel's mirror 471 05
4 Leybold multiclamps 301 01
1 Lens, f = 200 mm 460 04
1 Vernier calipers 311 52
1 Steel tape measure 311 77
1 Lens, f = 5 mm 460 01
1 Translucent screen 441 53

III.DASAR TEORI
Interferensi adalah perpaduan antara dua gelombang cahaya atau lebih pada suatu
titik atau daerah tertentu pada suatu waktu tertentu pula. Peralatan yang digunakan untuk
menunjukkan adanya interferensi cahaya disebut interferometer.
Cermin Fresnel terdiri dari dua buah cermin datar, yang letaknya sedikit miring
antara satu dengan yg lainnya. Sebuah sumber titik cahaya S yang dipantulkan oleh cermin
Fresnel akan muncul sebagai sepasang cahaya virtual, L1 dan L2 yang koheren dan terletak
saling berdekatan.

Dalam eksperimen ini, untuk memperluas sinar laser, sumber cahaya S terletak pada
tiitk fokus lensa. Untuk menentukan panjang gelombang  sinar laser yg digunakan,
pertama-tama kita harus menentukan jarak antara dua intensitas maksimum (d). Kemudian,
mengukur jarak A dari dua sumber cahaya virtual L1 dan L2 yang dicitrakan pada layar
pengamatan menggunakan lensa kedua.

Gambar 2. Jalannya berkas sinar tanpa lensa 200 mm untuk 2 berkas sinar

9
Gambar 3. Jalannya berkas sinar untuk proyeksi sumber cahaya virtual pada
layar menggunakan lensa 200 mm.

Untuk jarak antara sumber cahaya dengan layar pengamatan, L yang besar,
makadapat dihitung panjang gelombang cahaya  yang digunakan dari kuantitas a dan d.
Dua gelombang koheren yang diamati yang berasal dari L1 dan L2 dan merambat ke arah 
(gambar 1 diatas). Sudut  merupakan arah dari intensitas maksimum ke-n, ketika beda
lintasan s  a sin  . Untuk dua gelombang berlaku s  n , sehingga :
n = a sin 
Untuk jarak Dn antara maksimum ke-0 dan ke-n, hubungan secara geomerik dapat kita
tulis :
D
tan   n
L
Jika jarak L besar, maka sin   tan , sehingga kita dapatkan :
D
a n
nL
d
a
L
yang mana a adalah jarak antara sumber cahaya virtual

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

10
1. Susunlah peralatan seperti pada gambar 2 di bawah ini.

2. Aturlah posisi lensa 2 (5 mm) dan cermin, sehingga sinar laser yang lebih luas
pertama kali terpantulkan dari tengah-tengah kedua cermin yang terpisah akan
menuju bagian tengah lensa (4). (Ikuti jalannya berkas cahaya dengan selembar
kertas).
3. Aturlah posisi lensa (4) untuk memperolah citra dari kedua sumber cahaya virtual
yang jelas, terfokus pada layar. Jika terjadi distorsi, putar lensa (4).
4. Atur jarak A dari gambar-gambar yang diproyeksikan sumber cahaya virtual
dengan memvariasikan kemiringan cermin (atur skrup pada cermin!). Nilai yang
direkomendasikan: A = 1 cm dan jarak dari cermin Fresnel ke layar sekitar 2 m.
5. Amati pola-pola interferensi pada layar, jika perlu, atur kecerahan dengan
menggeser tegak lurus cermin Fresnel.
6. Ukur jarak antar frinji (pola-pola interferensi) d, catat hasilnya pada tabel
7. Ukur jarak A dengan kaliper Vernier, catat hasilnya pada tabel
8. Ukur jarak l1 , jarak antara citra yang diproyeksikan dengan lensa (4), catat
hasilnya pada tabel
9. Ukur jarak l2 , jarak antara lensa (4) dengan lensa 5 mm, catat hasilnya pada tabel
10. Ulangi langkah kerja sampai dengan cara merubah jarak sumber cahaya virtual
sebanyak 10 kali

Tabel Pengamatan.
No. d (mm) A (mm) l1 (cm) l2 (cm)
1 1 .... .... ....
2 .... .... .... ....
.. .... .... .... ....
.. .... .... .... ....
10 .... .... .... ....

Data hasil pengolahan :

11
No. L = l1 + l2 a = A(l1/l2)  = a(d/L) (nm)
1 .... .... ....
2 .... .... ....
.. .... .... ....
.. .... .... ....
10 .... .... ....

V. TUGAS
1. Dari data yang diperoleh, hitunglah panjang gelombang laser yang digunakan
2. Analisa hasil yang diperoleh dan berikan kesimpulan.

12
4. PERCOBAAN HUKUM RADIASI LAMBERT

I. TUJUAN

1. Menyelidiki secara kuantitatif pengaruh sudut radiasi yang datang ke

permukaan pemantul

II. ALAT-ALAT

1 Microvoltmeter 532 13

1 Moll’s Thermocouple 557 36

2 Bangku optik kecil 460 43

1 Holder lampu Halogen 100W 450 64

1 Lampu Halogen; 12V/100W 450 63

1 Trafo; 12V/10A 591 07

1 Holder dengan jepitan pegas 460 22

2 Kaki statif besar 300 01

4 Jepitan Leybold 301 01

1 Lensa, f = 100 mm 460 03

1 Selaput diafragma 466 26

2 Kabel penghubung, 2m, kuning 501 39

2 Kabel penghubung, 2m, hitam 501 38

1 Swivel joint dengan protector scale 460 40

III.DASAR TEORI

Pada kenyataannya bahwa, ciri permukaan pemantul ( reflector ) adalah

menyebarkan sinar datang secara menyeluruh ke segala arah. Suatu permukaan bidang

13
yang dilapisi oleh kristal-kristal lapisan tipis dan tembus cahaya jika dikenai sinar

maka akan memantulkan cahaya berulang-ulang ke segala arah. Hal ini juga terjadi

pada selembar kertas yang dilapisi serat-serat selulosa yang tipis dan tembus pandang.

Pada gambar 1 terlihat lintasan cahaya yang akan diamati pada percobaan ini. Berkas-

berkas cahaya bidang A memancarkan cahaya ke permukaan bidang pemantul yang

akan diamati bervariasi terhadap sudut (A*). Pada sudut 90o (arah pengamatan

tangensial) bidang sinar A* tampak akan kecil dan kuat penyinaran Ee akan menjadi

nol. Secara umum berlaku :

Ee()  Cos

Gambar 1.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Rangkailah peralatan seperti pada gambar 2.

14
Pemantul mempergunakan kertas putih yang tidak mengkilap ( 5cm x 5cm )

yang dipasang pada penjepit/holder. Atur letak lensa sehingga pemantul

diterangi cahaya dengan baik.

Gambar 2.

2. Atur posisi sudut sehingga sudut antara termokopel Moll’s dengan bidang
o
normal dari pemantul membentuk sudut 90 (jarum skala pada 90o). Catat

tegangan pada voltmeter.

3. Kurangi sudut pandang sudut 5o , catat tegangan.

4. Lakukan langkah percobaan 3 berulang kali hingga mencapai sudut terkecil,

15 o.

15
V. TUGAS

U Φ  Cos 
1. Buatlah grafik hubungan antara
 
U 15 0
vs
Cos 15 0
dan tentukan slope/

gradiennya.

2. Analisis grafik yang anda dapatkan dan berikan kesimpulan mengenai

percobaan ini.

16
5. PERCOBAAN POLARISASI

I. TUJUAN
Memverifikasi hukum Malus : I = I0.cos2 

II. ALAT-ALAT
1 Holder lampu Halogen 100 W 45064
1 Lampu Halogen, 12 V/100 W 45063
1 Picture slider 45066
1 Iris diafragma 46026
1 Pasang filter polarisasi 47240
1 Bangku optis kecil 46043
6 Leybold multiclamps 30101
1 Batang statif 25 cm 30041
1 Lensa, f = 100 mm 46003
1 Holder untuk plug-in unit 46021
1 Photocell BPY 47 57862
1 Microvoltmeter 53213
1 Resistor 10 ohm, 2 W 57720
2 Kabel penghubung 100 cm (merah) 50130
2 Kabel penghubung 100 cm (biru) 50131

III. DASAR TEORI


Cahaya alami/ natural (cahaya tidak terpolarisasi) merupakan gelombang elektromagnetik
dengan medan magnet dan medan listrik mengarah ke segala arah dan saling tegak lurus dengan
arah rambatan gelombang serta ditampilkan dalam derajat sama. Setiap deretan gelombangnya,
dipancarkan oleh suatu atom dalam suatu pancaran terpolarisasi bidang. Kumpulan radiasi spontan
beberapa atom menghasilkan cahaya alami. Pada semua metode polarisasi cahaya, setiap
komponen dengan arah bidang polarisasi terpisah secara keseluruhan atau sebagian. Ilustrasi
cahaya tidak terpolarisasi dan cahaya terpolarisasi disajikan pada Gambar 1.

17
(a) (b)

Gambar 1. (a) cahaya tidak terpolarisasi; (b) cahaya terpolarisasi

Instrumen untuk mengubah cahaya tidak terpolarisasi (alami) menjadi cahaya terpolarisasi
disebut dengan Polarisator (Polarizer). Bila suatu cahaya alami dengan intensitas (I0) datang
mengenai filter polarisasi, maka intensitas cahaya yang ditransmisikan (I) adalah :

I = I0 cos2
yang mana  adalah sudut antara bidang getar cahaya datang pada analyzer dengan bidang
filter polarisasi.
Dalam hal ini filter polarisasi hanya mentransmisikan komponen vektor listrik dalam arah
polarisasi. Komponen listrik ini sebanding dengan cos . Karena rapat energi medan sebanding
dengan kuadrat kuat medan, maka intensitas cahaya (energi yang mengalir per satuan waktu)
sebanding dengan kuadrat cosinus.
Dalam percobaan ini, intensitas cahaya diukur menggunakan elemen solar silicon yang
mempunyai arus hubungan pendek sebanding dengan intensitas cahaya datang pada sel. Arus
rangkaian pendek ini diukur melalui penurunan tegangan melalui resistor kecil. Bila U0 merupakan
tegangan pada sudut =0, dan tegangan U pada sudut ,

𝑈𝛼 𝐼
= = 𝑐𝑜𝑠 2 𝛼
𝑈0 𝐼0

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Susunan peralatan
(a) Susunlah peralatan seperti Gambar 1.

18
Gambar 1. Seting eksperimen Polarisasi (hukum Malus), pengukuran dalam cm
diambil dari ujung sebelah kiri.

(1) Lampu halogen (0); (2) Pictures slider


(3) Iris diafragma (17); (4) Lensa, f=100 mm (31)
(5) Filter polarisasi (7); (6) Analyzer (52)
(7) Holder komponen fotosel (70); (8) Micromultimeter
(9) Resistor

(b) Hidupkan multimeter dan atur pada batas ukur 0,15 V.


(c) Hubungkan kabel ke bagian input multimeter, kemudian pasang tahanan seperti
tampak pada gambar. Hubungkan kabel ke fotosel.
(d) Dengan menggeser holder lampu, bentuklah bayangan lampu tepat di tengah lensa.
(e) Geser lensa (4) sedemikian, sehingga bayangan tajam diafragma terbentuk pada
fotosel.
(f) Pasanglah kedua filter polarisasi pada 0o (kedua penggesernya menunjuk keatas).
(g) Tutup iris diafragma sedemikian, sehingga pada multimeter terbaca 10 mV.
2. Pelaksanaan Percobaan
(a) Mulailah pengukuran bila lampu sudah dinyalakan paling tidak selama 5 menit
(fluks cahaya memancar konstan). Gelapkan ruangan.
(b) Ubahlah sudut analyzer (filter polarisasi yang berada disebelah fotosel) sebesar 10o
dan catat nilai tegangan yang ditunjukkan multimeter pada Tabel 1.
(c) Ulangi langkah (b) dengan menaikkan sudut analyzer 10o dan sampai terakhir pada
sudut 90o.

19
Catatan :
Fluks cahaya lampu akan berubah, hal ini disebabkan oleh fluktuasi sumber
tegangan selama pengukuran. Untuk itu, sebaiknya laksanakan percobaan dengan
cepat !
Tabel 1. Tegangan (U) sebagai fungsi dari sudut analyzer ()
Tegangan, U (Volt)
No. Sudut,  (o) Rata-rata U (Volt)
1 2 3 4 5
1 0
2 10
3 20
... ...
10 90

V. TUGAS
1. Dari data hasil pengukuran yang diperoleh :
(a) Buat grafik tegangan U sebagai fungsi dari sudut . U=tegangan pada sudut  dan
U0=tegangan pada sudut =90 o
(b) Buat grafik rasio tegangan U/Umax sebagai fungsi dari sudut . U=tegangan pada
sudut  dan U0=tegangan pada sudut =90 o serta Umax= tegangan pada sudut =0o
2. Analisa dan evaluasi kedua grafik yang diperoleh pada tugas no. 1.
Catatan :
Tegangan yang ditunjukkan oleh multimeter merupakan intensitas yang melewati
analyzer. Hal ini berarti bahwa, rasio tegangan U/Umax merupakan koefisien transmisi
yang sebanding dengan cos2
3. Kemungkinan terdapat residu nilai intensitas cahaya yang rendah yang tidak hilang pada
sudut 90o. Hal ini disebabkan oleh rendahnya proporsi cahaya yang tidak terpolarisasi
oleh filter polarisasi yang pertama. Cahaya residu ini menyebabkan suatu nilai tegangan
dari voltmeter, yaitu Umin. Kurangkanlah nilai tegangan hasil pengukuran dengan nilai
ini, sehingga diperoleh nilai tegangan terkoreksi (Ucorr), yaitu :
Ucorr = U - Umin
4. Buat grafik rasio tegangan Ucoor/Umax.coor sebagai fungsi cos2. Analisis grafik ini !

20
6. PERCOBAAN PRISMA (INDEKS BIAS DAN DISPERSI)

I. TUJUAN
1. Menentukan indeks bias prisma kaca plint, dihitung dengan sudut deviasi minimum
2. Membuktikan hubungan antara indeks bias dengan warna (panjang gelombang) pada
cahaya monokromatik dengan panjang gelombang yang berbeda
II. ALAT-ALAT
1 Lamp housing dengan kabel
1 Bulbs, 6 V/30 W
1 Condenser dengan diaphragm holder
1 Transformer, 6V/120V, 30W
1 Holder dengan spring clips
1 Bangku optis kecil
5 Leybold multiclamps
1 Lensa, f = 150 mm
1 Meja prisma + prisma flint glass
1 Filter monokromatik (red)
1 Filter monokromatik (green)
1 Filter monokromatik (blue)
1 Alat ukur

III. DASAR TEORI


Prisma merupakan suatu zat optic/ medium yang dibatasi oleh 2 bidang permukaan
yang saling berpotongan dan membentuk sudut 𝜙. Bila indeks bias prisma (bahan medium)
adalah n dan indeks bias diluar prisma adalah udara, maka ilustrasi sinar datang dengan sudut
1 terhadap normal pada satu sisi prisma disajikan pada Gambar 1.

𝜙 = sudut pembias
prisma
 = sudut deviasi

Gambar 1. Lintasan simetris sinar yang melalui sebuah prisma

21
Dengan menerapkan sifat simetris dari lintasan, maka :
𝜙
𝛽1 = 𝛽2 = (1)
2

Sudut deviasi, 𝛿 = 𝛼1 + 𝛼2 − 𝜙. Sudut deviasi akan minimum bila 𝛼1 = 𝛼2 , sehingga


dapat ditulis 𝛿𝑚𝑖𝑛 = 2𝛼1 − 𝜙 atau,
𝛿𝑚𝑖𝑛 +𝜙
𝛼1 = 𝛼2 = (2)
2
sin 𝛼1
Dari hukum pembiasan Snellius, yaitu = 𝑛, maka indeks bias prisma n menjadi :
sin 𝛽1
1
sin (𝛿𝑚𝑖𝑛 +𝜙)
2
𝑛= 1 (3)
sin 𝜙
2

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Susunan peralatan
a) Susunlah peralatan seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Susunan percobaan Prisma


Keterangan :
(1) Lamp housing (2) Iris diafragma
(3) Holder untuk filter (4) Filter
(5) Lensa, f=150 mm (6) Meja prima dan kaca prisma

b) Atur celah diafragma (2), sehingga sinar yang keluar tajam/ terang
c) Bentuk citra (gambar) pada layar proyeksi (tembok) dengan mengatur letak
lensa (5), kemudian tandai gambar tanpa defleksi ini
d) Tempatkan filter kromatik merah (4) pada holder penjepit (3), kemudian
tempatkan kaca prisma pada meja prisma (6)

22
2. Percobaan
a) Dapatkan sudut defleksi (deviasi),  minimum dengan cara memutar prisma
pada meja prisma secara perlahan hingga terbentuk citra defleksi pada layar.
Tandai citra defleksi ini.
b) Lihat Gambar 3 !. Ukur jarak a, yaitu jarak antara citra tanpa defleksi (titik
A) dengan citra defleksi (titik B). Catat jarak a pada tabel pengamatan yang
telah disediakan

Gambar 3. Geometri penentuan sudut defleksi


c) Ukur jarak b, yaitu jarak antara titik A dengan pusat prisma (S). Catat b pada
tabel yang telah disediakan
d) Lakukan langkah percobaan a) sampai c) untuk filter lainnya.

Tabel pengamatan eksperimen Prisma


No. Filter a (cm) b (cm)
1 Merah
2 Hijau
3 Biru
4 Tanpa filter

Sudut defleksi/ deviasi () diperoleh secara geometri dari Gambar 3, yaitu :
𝑎
tan 𝛿 =
𝑏
𝑎
δ = arctan
𝑏
V. TUGAS
1. Tentukan sudut defleksi/deviasi minimum untuk masing-masing filter
2. Tentukan indeks bias untuk masing-masing filter
3. Analisa hasil percobaan ini dan berikan kesimpulan

23

Anda mungkin juga menyukai