Praktikum
KIMIA DASAR
Dosen Pengampu : Dr. Ummy Mardiana, M.Si
Tim : Hesti Nita Hasanah
Vini Anggraeini
PETUNJUK UMUM PRAKTIKUM
I. SEBELUM MULAI PERCOBAAN
1. Pelajarilah petunjuk-petunjuk dan teori-teori yang berhubungan dengan
percobaan yang akan dilakukan
2. Pahami teori dan petunjuk tersebut, bila ada hal yang kurang jelas carilah di dalam
pustaka yang dianjurkan atau dapat ditanyakan kepada asisten yang bertugas.
3. Berfikir secara kritis terhadap petunjuk dan teori, ketidakberhasilan atas
percobaan yang dilakukan dapat dihindari dengan memperhatikan petunjuk-
petunjuk di atas.
4. Pembicaraan atau diskusi mengenai petunjuk dan teori suatu percobaan dengan
asisten, ketelitian bekerja dan keberhasila sudah berarti 50% dari hasil percobaan
yang dilakukan, janganlah bekerja secara terburu-buru, tapi bekerjalah dengan
teliti dan sistematik.
5. Pilihlah cara bekerja yang paling tepat sesuai dengan teorinya.
6. Buku yang memberikan petunjuk cara bekerja harus selalu ada didekat saudara
agar memudahkan membaca cara kerja di laboratorium.
7. Pelajari aturan kerja yang dianut, memanaskan, menambah pereaksi, melihat hasil
reaksi dsb. Dengan mengetahui bagian percobaan yang merupakan kebulatan
kerja ini, ada keuntungannya yaitu:
a. Percobaan dapat dihentikan sementara untuk kemudian dilanjutkan lagi,
karena kita tahu urutan kerja tadi.
b. Kemungkinan pekerjaan dilakukan bersamaan dari 2 bagian percobaan
(misalnya suatu percobaan cairan harus dikisatkan dan bagian lain pereaksi
harus segera jadi sekaligus dapat dilakukan sehingga dapat menghemat waktu
kerja)
8. Periksalah alat-alat zat yang akan dipakai dalam percobaan sudah lengkap, sebab
kekuranglengkapan alat dan zat yang diperlukan dan baru diketahui di tengah
percobaan akan mengganggu kelancaran praktikum, bila sebelum percobaan
dimulai ternyata ada alat dan zat yang tidak ada, maka bicarakanlah denga asisten.
9. Sediakanlah selalu buku catatan harian, “Jurnal Praktikum” untuk mencatat segala
sesuatu yang akan dikerjakan dan diamatu selama praktikum. Buku ini diisi
langsung pada waktu praktikum. Arti catatan harian ini sangat penting, karena
berdasarkan data-data yang dicatat nantinya dapat ditarik kesimpulan dan dibuat
suatu laporan. Jagalah kebersihan dan ketelitian buku tersebut.
10. Ingatlah bahwa sewaktu-waktu akan diadakan suatu test mengenai persiapan
saudara.
Waktu Praktikum
Mahasiswa harus hadir di laboratorium paling lambat 5 menit sebelum praktikum
dimulai.
Absensi
a. Sebelum praktikum dimulai, mahasiswa akan diabsen satu persatu
b. Jika mahasiswa tidak dapat mengikuti praktikum karena sakit atau hal lain,
maka harus melapor kepada asisten dengan membawa surat keterangan atau
surat keterangan dokter.
c. Mahasiswa yang 3x tidak mengikuti praktikum tanpa alasan yang jelas tidak
diperkenankan mengikuti ujian.
Alat-alat Praktikum
a. Sebelum praktikum setiap mahasiswa atau kelompok akan diberikan pinjaman
alat-alat sesuai dengan acara praktikum
b. Sebelum praktikum alat-alat harus diperiksa mengenai jumlah dan
keadaannya. Bila terdapat kekurangan atau kerusakan harap melapor kepada
petugas
c. Bersihkan alat-alat sebelum dan sesudah praktikum
d. Alat-alat yang dipinjamkan selama praktikum menjadi tanggung jawab penuh
mahasiswa. Bila ada yang pecah atau rusak mahasiswa harus mengganti
dengan alat yang sama.
e. Setiap selesai praktikum alat-alat harus dikembalikan dalam keadaan bersih
dan lengkap
b. Laporan Praktikum
1. Laporan ditulis dalam buku laporan
2. Di laboratorium mahasiswa harus membuat laporan sementara berupa jurna
praktikum dalam buku jurnal
3. Laporan harus lengkap, rapi, bersih, ilmiah dan berdasarkan literatur-literatur
yang harus digunakan untuk membuat laporan tersebut.
4. Laporan harus diserahkan kepada asisten paling lambat 7 hari sesudah percobaan
selesai sebelum percobaan berikutnya dimulai.
PERCOBAAN PENDAHULUAN PENGENALAN ALAT-ALAT DAN PENGGUNAANNYA
A. Tujuan
1. Mengenal berbagai jenis dan kegunan peralatan laboratorium kimia dasar.
2. Mampu menggunakan dengan benar berbagai peralatan sederhana laboratorium
kimia dasar
3. Mengetahui cara membersihkan dan cara menyimpan peralatan sederhana
laboratorium kimia dasar
B. Dasar Teori
Sebelum melakukan percobaan di laboratorium kimia dasar, kita harus
mengenal lebih dahulu alat-alat yang biasa digunakan yaitu mengenal fungsinya, cara
penggunaannya yang benar, cara membersihkannya dan cara menyimpannya.
Alat-alat yang digunakan untuk percobaan haruslah benar-benar bersih dan kering.
Semua alat harus segera dibersihkan, terutama yang terbuat dari gelas. Karena
kotoran yang masih basah akan lebih mudah dicuci daripada kotoran yang terlanjur
kering. Tabung reaksi yang sudah dicuci disimpan terbalik pada rak tabung dan
dibiarkan kering. Untuk alat-alat ini, setelah dicuci dan dibilas dengan aquades,
kemudian keringkan dengan lap yang sudah pernah dicuci sehingga tidak
mengandung kanji lagi. Alat gelas yang kotor sekali atau berlemak dapat dibersihkan
dengan merendamnya dengan kalium dikromat atau asam kromosulfat, kemudian
dicuci dengan air kran dan dibilas dengan aquades.
Peralatan sederhana laboratorium kimia dasar umumnya terdiri dari peralatan
gelas yang sering digunakan dan sangat diperlukan sebagai sarana dan alat bantu
untuk melakukan percobaan sederhana. Beberapa peralatan tersebut diantaranya:
Nama Alat Gambar Fungsi Penyimpanan
Di ruang timbang
dengan meja beton
Neraca Analitik (meja tidak
Mengukur massa
Digital dan Neraca terpengaruh
benda
Analitik Ayun getaran) dan
terhindar suhu
tinggi
Cabinet, kering,
elektroda,
Mengukur pH
pH meter digital terlindungi dan
larutan
tidak kering dari
larutan KCI jenuh
Mengukur jumlah
Gelas Ukur Lemari rak (shelves)
volume cairan
Gelas Kimia Penyimpan zat cair Lemari rak
Pengambil volume
Pipet gondok tertentu zat cair Rak pipet
pada tirasi
Penyimpan zat cair
Labu erlenmeyer Lemari rak
pada titrasi
Penyimpan zat cir
Labu dasar rata Lemari rak
saat destilasi
Penyimpan zat cair Lemari rak
Cawan petri
dalam jumlah kecil
Penyimpanan
Gelas arloji padatan yang akan Lemari rak
ditimbang
Wadah
Termometer Pengukur suhu termometer, baki
plastik
Rak tabung reaksi
Tempat
Tabung reaksi saat dipakai, baki
mereaksikan zat
plastik
Penyangga lipatan
Corong Lemari rak
kerjas saring
Pembakar spiritus Pembakar Lemari rak
Desikator Pengering Lemari asap
Pengambil anak Kotak anak
Pinset
timbangan timbangan
Penjepit/ tabung Pemegang tabung
Lemari rak
reaksi reaksi
Pengambil zat
Sendok spatula dan padat dari botol,
Baki Plastik
spatula penusuk padatan
keras dalam botol
Pembakar dengan
Pembakar bunsen Lemari rak
gas LPG
Pemegang buret
Klem Buret Fisher Lemari rak
pada statif
Pemegang benda
Klem Serbaguna Lemari rak
pada statif
Pemegang benda
Klem Tiga Jari Lemari rak
pada statif
Penyangga benda
Kaki Tiga yang akan Lemari rak
dipanaskan
Penyangga benda
Statif Lantai
yang dirangkai
Tang Krus Pemegang Krus Lemari rak
Penyimpan tabung
Rak tabung reaksi reaksi yang sedang
dipakai
Botol Reagen dan Penyimpan reagen,
Lemari rak
botol Cuci alat pencuci air
Lumpang dan alu Penghalus padatan Lemari rak
Pemanasan zat Baki plastik, Lemari
Cawan krus
suhu tinggi rak
Pengisap cairan,
Ball pipet Cabinet
dipasang pada pipet
Indikator Universal Penentu pH Laci meja
Hot plate &
Pemanas &
magnetic stirrer & Lemari rak / cabinet
pengaduk
Magnetic Stir Bar
Neraca analitik Pengukur massa Ruang timbang,
ayun dengan teliti meja beton
Pengukur massa Ruang timbang,
Neraca Triple Beam
agak teliti meja beton
Pengendap
Centrifuge Peja praktikum
endapan halus
PENGENALAN BAHAN DAN TATANAMA KIMIA
Identifikasi Asetat
B. Dasar Teori
Kebanyakan zat atau materi yang terdapat di bumi ini tidak murni, tetapi berupa
campuran berbagai komponen. Untuk memperoleh zat murni harus dilakukan
pemisahan.
Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika dan kimia. Pemisahan secara
fisika tidak mengubah zat selama proses, sedangkan pemisahan secara kimia satu
atau lebih komponen direaksikan dengan zat lain sehingga dapat dipisahkan
Yang akan dipelajari saat ini adalah proses pemisahan secara fisika. Cara
pemisahan ini bergantung pada jenis, wujud, dan sifat komponen dalam
campuran.
Beberapa teknik pemisahan tersebut antara lain:
1. Dekantasi, adalah proses pemisahan zat padat dari zat cair yang saling tidak
larut (pada temperature tertentu) dengan cara menuangkan zat cairnya. Cara
ini digunakan bila kedua zat yang tercampur sudah terpisah sendiri, zat cair
diatas dan zat padat dibawah
2. Penyaringan, adalah proses pemisahan zat padat cari campuran zat cairnya
melalui media kertas dengan pori besar, dimana zat padat tidak bisa melewati
pori-pori kertas sedangkan zat cairnya bisa lolos
3. Destilasi, adalah proses pemisahan berdasarkan perbedaan titik didik yang
cukup besar, biasanya campuran antara dua zat cair. Ada beberapa macam
destilasi, yaitu destilasi sederhana, destilasi fraksinasi (bila perbedaan titik
didik kecil), destilasi uap, dan destilasi vakum
4. Rekristalisasi, adalah proses pemisahan berdasarkan perbedaan titik beku
komponen. Perbedaan itu harus cukup besar dan sebaiknya komponen yang
akan dipisahkan berwujud padat dan lainnya cair pada suhu kamar
5. Ekstraksi, adalah proses pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan suatu
zat terhadap dua pelarut yang berbeda
6. Kromatografi, adalah proses pemisahan berdasarkan sifat adsorpsinya dan
partisi zat tersebut terhadap system lain
Kemurnian suatu zat ditentukan oleh beberapa sifat fisiknya, antara lain titik leleh,
kelarutan, titik didih, tekanan uap, dan kerapatan. Sifat fisika adalah karakteristik
zat yang bisa diamati dan diukur tanpa mengubah komposisi kimianya. Di
laboratorium kimia, sifat fisika ini sangat penting karena bisa digunakan sebagai
criteria kemurnian suatu zat.
C. Alat dan Bahan
- Gelas kimia
- Tabung reaksi dan tabung sentrifuga
- Corong dan kertas saring
- Cawan penguap
- Pembakar Bunsen
- Alat destilasi sederhana
- Bubuk kapur
- Garam gandu
- CuSO4 (s)
- Butiran yod
- CHCI3 (kloroform)
- Es batu
D. Prosedur
1. Masukkan 2 atau 3 sendok bubuk kapur ke dalam gelas kimia yang berisi 25 ml
air dan aduk. Ambil 5 ml campuran tersebut, masukkan ke dalam tabung
sentrifuga atau tabung reaksi, lalu disentrifuga. Pisahkan sentrat dari
endapannya dengan cara dekantasi. Bagian campuran lainnya dalam gelas
kimia disaring, filtratnya ditampung. Bandingkan filtrate dengan sentrat.
2. Larutkan garam gandu yang kotor dengan air sesedikit mungkin, saring dengan
menggunakan kertas saring dengan corong biasa, filtratnya diuapkan dalam
cawan penguap sampai kering. Jauhkan alat pembakar dan biarkan sampai
semua air habis menguap
3. Larutkan 5 gram CuSO4 dalam 25 ml air, saring bila perlu. Uapkan hingga
volumenya 10 ml. jauhkan alat pembakar dan biarkan dingin tanpa digoyang
4. Masukkan sebutir kecil yod ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 ml air, kocok
dan amati warna larutan. Ambil 1 ml kloroform dan amati warnanya,
masukkan ke dalam larutan yod. Amati, kemudian kocok dengan cara
membenturkan dasar tabung dengan telapak tangan
STOIKIOMETRI DAN PEMBUATAN LARUTAN
A. Tujuan
Dapat membuat larutan dengan berbagai konsentrasi dan pengenceran.
B. Dasar Teori
Campuran zat-zat yang homogeny disebut larutan, yang memiliki komposisi merata
atau serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan mengandung satu zat
terlarut atau lebih dari satu pelarut. Zat terlarut merupakan komponen yang
jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah
yang banyak.
Larutan jenuh adalah suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pda
temperature tertentu, sedangkan sebelum mencapai titik jenuh disebut larutan tidak
jenuh.
Kadang-kadang dijumpai suatu keadaan dengan jumlah zat terlarut dalam larutan
lebih banyak daripada zat terlarut yang seharusnya dapat melarut pada temperature
tersebut. Larutan yang demikian disebut larutan lewat jenuh.
Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh, dalam jumlah tertentu
pelarut pada temperature konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat sangan
bergantung pada :
o Sifat zat tersebut
o Molekul pelarut
o Temperature
o Tekanan
Meskipun larutan dapat mengandung banyak komponen, tetapi pada kesempatan ini hanya
dibahas larutan yang mengandung dua komponen yaitu larutan biner. Komponen dari larutan
biner adalah zat terlarut dan pelarut.
Konsentrasi Larutan
Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut setiap satuan larutan atau pelarut. Pada
umumnya konsentrasi dinyatakan dalam satuan fisik, misalnya satuan berat atau satuan
volume atau satuan kimia, misalnya mol, massa rumus, dan ekuivalen.
Satuan Konsentrasi :
Satuan Fisika:
% W/W (persen berat) : (gram zat terlarut / gram larutan) x 100
% V/W (persen volume) : (ml zat terlarut/ ml larutan) x 100
Satuan Kimia :
X (fraksi mol) : mol zat terlarut / (mol zat terlarut + mol pelarut)
F (formal) : masa rumus zat terlarut /Lt larutan
M (molaritas) : mol zat terlarut / Lt larutan
N (normalitas) : ekivalen zat terlarut / Lt larutan
Mol : gram / BM
Ekivalen : gr / BE
BE : BM / e
Berbeda dengan pembuatan H2SO4 untuk pembuatan larutan lain seperti HCI HNO3
dan yang lainnya tidak perlu memasukkan terlbih dahulu aquades dalam gelas ukur.
Contoh:
Hitung berapa gram NaOH yang harus ditimbang untuk membuat larutan NaOH 1N sebanyak
100 ml. Diketahui Ar Na = 23, O = 16, H = 1
Gram = N x BE x V = 1 N x 40 x 0,1 Lt
= 4 gram
Jadi timbang NaOH menggunakan kaca arloji sebanyak 4 gram, lalu dilarutkan dalam labu
ukur 100 ml menggunakan aquades sampai tepat tanda batas.
Untuk pereaksi yang akan digunakan pada pereaksi kuantitatif, melarutkan zat harus dalam
labu ukur karena kuantitatif, tetapi bila pereaksi tersebut tidak akan digunakan untuk analisa
kuantitatif, maka alat gelas yang akan digunakan adalah gelas ukur.
C. Alat dan Bahan
Alat – alat :
o Labu ukur
o Gelas arloji
o Pipet tetes
o Pipet volume
o Gelas kimia
o Corong
Bahan-bahan :
o NaCI
o NaOH
o HCI pekat
o H2SO4
D. Prosedur
Buatlah larutan di bawah ini :
a. NaOH 0,1 sebanyak 100 ml
b. H2SO4 1 N sebanyak 100 ml
c. HCI 1,2 N sebanyak 100 ml
d. Larutan NaCI 10% sebanyak 100 ml
e. Larutan NaOH sebanyak 5% sebanyak 100 ml
f. Laruan HCI 2 N sebanyak 100 ml dari pemipetan HCI pekat
g. Larutan HCI 10% (digunakan konsep pengenceran)
VOLUMETRI/TITRIMETRI
Analisa volumetri atau titrimeri merupakan suatu metode analisa kuantitatif didasarkan
pada volume titran yang bereaksi sempurna dengan analit. Analisa volumetric disebut juga
analisa titrimetric atau titrasi
1. Reaksi sederhana dan dapat ditulis persamaan reaksinya antara zat yang dititrasi dan
larutan standar
2. Larutan standar dan zat yang dititrasi bereaksi sempurna
3. Reaksinya harus cepat
4. Pada saat titik ekivalen ada gejala kimia/fisika
5. Aadanya suatu indicator yang cocok untuk membantu memperjelas bahwa titik
ekivalen telah tercapai
Pereaksi yang digunakan dinamakan titran dan larutannya disebut larutan
baku/standar.
Larutan standar adalah larutan yang sudah diketahui konsentrasinya pada suatu proses
titrasi. Larutan standar dibedakan atas :larutan standar primer dan larutan standar sekunder.
a. Standar primer:dibuat dengan meninbang sejumlah zat mjurni dan melarutkan
dengan aquades secara teliti dan konsentrasinya diketahui.
Contoh larutan standar primer : K2Cr2O7, KBrO3, Na2CO3, KI
Dalam titrasi dikenal, ada yang disebut Titik Akhir(TA) dan Titik Ekivalen (TE).
1. Netralisir : Asidimetri/Alkalimetri
2. Pengendapan : Argentometri
3. Redoks : Permanganometri, Iodometri, dan Iodimetri
4. Pembentukan Kompleks : Kompleksometri
I. ASAM BASA
C. Indiktaor
a. Indikator Phenoftalein 0.5%
Larutkan 500 mg Phenoftalein dalam 10 etanol dan tambahkan 10 ml aguades
dengan terus diaduk, saring jika terbentuk endapan
4. Pembakuan /Standarisasi
A. Pembakuan Larutan NaOH dengan larutan Asam Oksalat
Timbang teliti 60-70 mg asam oxalate (H2C2O4.2H2O)
Masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml, tambahkan ke dalamnya 50 ml
aquadest yang dididihkan da didinginkan (untuk melarutkan)
Tambahkan 2 tetes indicator phenoftalein
Titasi dengan NaOH 0.1 N dari buret sampai warna merah jambu
Hitung Normalitas NaOH yang sebenarnya
Berat asam oxalate (mgram)
Normalitas NaOH =
BE Asam oxalate x V NaOH(titrasi)
Untuk membakukan larutan NaOH dapat pula dipakai larutan baku asam
oksalat yang dibuat larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Pipet 10 ml
larutan baku asam oksalat, tambahkan 25 ml aquades dan 3 tetes indicator
phenoftalein, titrasi dengan larutan NaOH. Hitumg normalotas larutan
tersebut
V titrasi x N NaOH
Konsentrasi cuka (N) =
V NaOH (titrasi)
II. TITRASI KOMPLEKSOMETRI
1. Pendahuluan
Titrasi kompleksometri adalah suatu metode analisa berdasarkan reaksi pembentukan
senyawa kompleks antara ion logam dengan zat pembentuk kompleks(liganda). Liganda yang
banyak digunakan adalah Dinatrium Tetra Asetic Acid (Na2EDTA) , Larutan Na2EDTA
merupakan larutan baku sekunder sehingga harus dibakukan dulu dengan larutan baku
primer misalnya : Zn2 (dari logam Zn atau garam ZnSO4.7H2O)
Senyawa kompleks/senyawa koordinasi adalah senyawa yang terdiri atas satu ion
logam sebagai akseptor dan senyawa lain sebagai electron donor yang mengandung satu
atom atau lebih yang mempunyai pasangan electron bebas.
Contoh : Ag (NH3)2+
Ion Ag : ion logam (electron akseptor)
NH3 : senyawa (electron donor)
Ion logam dalam kompleks : atom pusat Gugus
yang terikat pada atom pusat : ligan
Banyaknya ikatan yang dibentuk oleh atom logam pusat : bilangan koordinasi
[Ag(NH3)]+
Atom pusat : Ag
Ligan : NH3
Bilangan koordinasi 2
Ikatan antar logam-ligan : ikatan kovalen
Ligan yang hanya memiliki satu pasangan electron menyendiri (NH3) disebut UNINDENTAT.
Ligan yang mengandung dua gugus yang mampu membentuk dua ikatan dengan atom sentral
disebut BIDENTAT contoh: Etilendiamin (NH 2CH2-CH2NH2). Ligan yang mengandung dari dua
gugus yang mampu membentuk ikatan : MULTIDENTAT
Contoh : EDTA (Etilendiamin tetraacetic acid)
Penentuan titik akhir titrasi kompleksometri dapat dilakukan dengan cara:
Cara visual
Sebagai indicator digunakan jenis indicator logam seperti: EBT, Murexide,
Xylenolorange, Dithizon, asam sulfosalisilat
Cara instrumental
a. Titrasi fotometri
b. Titrasi potensiometri
3. Pembakuan/Standarisasi
A. Pembakuan larutan standar sekunder EDTA
1. Timbang teliti 80-85 ZnSO4.H2O
2. Pindahkan secara kuantitatif ke dalam Erlenmeyer 250 ml
3. Tambahkan 50 ml aquades, kocok sampai larut
4. Tambahkan 2 ml buffer salmiak pH 10
5. Tambahkan 3 tetes indicator EBT atau 20 mg ind,EBT
6. Titrasi dengan menggunakan larutan standar EDTA sampai warna larutan
berubah dari warna ungu menjadi biru muda
Hitung normalitas EDTA dengan cara
4. Penetapan kadar
a. Pipet sebanyak 10 ml sampel menggunakan pipet volume
b. Masukkan secara kuantitatif ke daalm Erlenmeyer 250 ml
c. Tambahkan 50 ml aquades, 2 ml buffer salmiak dan 3 tetes indicator EBT
d. Titrasi dengan menggunakan larutan standar EDTA 0.05 M sampai warna berubah
dari merah ungu menjadi biru
e. Hitung konsentrasi ZnSO4 dengan cara
Koinsentrasi sampel:
M ZnSO4 = V EDTA x M EDTA
V ZnSO4
III. TITRASI PENGENDAPAN
1. Pendahuluan
Ag+ + X AgX
Penentuan titik akhir titrasi dapat dilakukan menurut cara-cara sebagai berikiut:
3. Pembuatan Pereaksi
d. Indikator
Kalium kromat (KCrO4) 5%
Larutan 5% b/v, dipakai 1 ml untuk volume akhir sekitar 50-100 ml
Ferriamoniumsulfat (ferialuin)
Larutan 40% Fe(NH4)(SO4) di dalam air tambahkan sedikit asam nkitrat 6N.
Dipakai 1ml untuk volume akhir sekitar 50-100 ml
Eosin
Larutan 0,1% di dalam alcohol 70%, tiap kali digunakan 10 tetes
Fluorescein
Larutan 0,1% di dalam alcohol 70% atau 0,1% natrium fluorescein di dalam air,
digunakan 5-010 tetes unruk setiap kali titrasi
4. Pembakuan/Standarisasi larutan
a. Pembakuan perak nitrat menurt cara Mohr
Pipet 10 ml larutan satndar NaCl, masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml,
tambahkan 1 ml indicator K2CrO4kemudian denga larutan AgNO3 (dikocok kuat-
kuat terutama menjelang tiytik akhir titrasi), samapi terbentuk endapan merah bata.
Hitung normalitas AgNO 3yang sebenarnya
Mgrek NaCl = Mgrek AgNO3
V1N1 = V2N2
V1 = volume NaCl
N1 = normalitas NaCl
V2 = volume AgNO3(titrasi)
N2 = normalitas AgNO3
1. Pendahuluan
Titrasi reduksi dan oksidasi adalah titrasi penentuan suatu oksidator oleh
reduktor atau sebaliknya. Reaksinya adalah merupakan serah terima electron yaitu
electron yang diberikan oleh pereduksi (proses oksidasi) dan diterima oleh
pengoksidasi (proses reduksi).
Indikatoryang digunakan pada penetuan titik akhir titrasi redoks adalah:
A. Warna dan pereaksinya sendiri (autoindikator)
Apabila pereaksinya sudah mempunyai warna yang kuat, kemudian warna
tersebut hilang atau berubah bila direakskan dengan zat yang lain, maka
pereaksi tersebut dapat bertindak sebagai indicator
Contoh:
a. KMnO4 berwarna ungu apabila direduksi berubah menjadi ion Mn 2+ yang
tidak berwarna
b. Larutan I2 yang berwarna kuning-coklat, titik akhir dapat diketahui dari
terbentuknya atau hilangnya perubahan warna ini dipertajam dengan larutan
amilum.
I2 dengan amilum berwarna biru. Amilum terdiri dari amilosa dan
amilopektin, amilosa dengan I2 biru sedangkan amkilopektin dengan I 2
berwarna ungu
Kloroform atau karbotentraklorida , I2 larut dalam kloroform atau
karboteraklorida berwarna ungu
B. Indikator Redoks
Indikator redoks adalah indicator yang warna dalam bentuk oksidasinya
berbeda dengan warna dalam bentuk reduksinya
Contoh : Difenilamin dan Difenilbensidina, indicator ini sukar larut dalam air
pada penggunaanya dilarutkan dengan asam sulfat pekat
C. Indikator Eksternal
Dipergunakan bila indicator internal tidak ada
Contoh : Ferrisianida untuk penentuan ion ferro memberikan warna biru (ferro
ferrisianida) pada keeping tetes dilakkan di luar labu titrasi
D. Indikator Spesifik
Yaitu zat yang bereaksi secara khas dengan salah satu pereaksi dalam titrasi
yang menghasilkan warna
Contoh : Amilum membetuk warna biru dengan iodium, atau tiosianat
membentuk warna merah dengan ion ferri
Prinsip: Penetapan secara kuantitatif zat-zat yang dapat tereduksi atau teroksidasi
berdasarkan pada reaksi reduksi oksidasi
Iodometri adalah titrasi dimana pada rekasinya terbnetuk I2 , lalu I2 ditirasi kembali
dengan suatu larutan baku.
Iodium tidak digunakan sebgai pentiter utama, tetapi iodium akan dibebaskan dari
hasil reaksi zat/sampel dengan ion iodide dan iodium yang dibebaskan akan ditirasi dengan
larutan tiosulfat
Zat yang mempunyai potensial oksidasi lebih rendah dari system iodium iodide dapat
dianalisa dengan metode ini dalam suasana asam untuk mempercepat reaksi.
Dasar reaksinya sebgaai berikut:
Oksidator I- + H+ I2
I2 + 2NaS2O3 2NaI + Na2S4O6
Caranya : zat + asam sulfat encer +KI berlebih kemudian kocok sampai terjadi reaksi
sempurna. I2 yang dihasilkan dititrasi oleh tiosulfat samapi mendekati TA (kuning jerami), lalu
+ indiktaor kanji sampai warna biru hilang
A, Pembuatan Larutan Tiosulfat
Timbang kurang lebih 25 gr Natrium thiosulfate, kemudian larutkan ke dalam air yang
telah dididihkan , lalu aduk dalam labu ukur 1 liter, jika akan disimpan ditambahkan 0.1 gr
Na2CO3 agar natrium tiosulfat tetap stabil dan mencegah adanya pertumbuhan bakteri
pemakan belerang
IODIMETRI
Pemakaian Iodium(I2) secara
langsung sebagai oksidator
Larutan Baku digunakan sebagai pentiter dalam suasana larutan sedikit
asam/sedikit basa
IODOMETRI
Penggunaan iodide (I-) yang berfungsi sebagai reduktor, lalu iodium dibebaskan
dititrasi
Suasana larutan netral
Biasanya digunakan larutan baku sekunder Natrium thiosulfate atau Natrium arsenit
PEMBAKUAN LARUTAN-LARUTAN
1. Pembakuan I2 0.1 N
Sebanyak 10.0 ml larutan I 2 dititrasi cepat-cepat dengan larutan Na2S2O3
sampai tebentuk warna kuning muda
Tambahkan 3 tetes indicator amilum 0.5%
Titrasi dilanjutkan lagi sampai perubahan warna dari biru ke tidak berwarna
Hitung normalitas I2 yang telah dibakukan dengan cara :
V1 x N1 =V2 x N2
2. Pembakuan larutan baku sekunder Na2S2O3
a. Dengan larutan K2Cr2O7
Timbang dengan teliti 0.05-0.1 gram kalijum biakrbonat, masukkan ke
dalam Erlenmeyer
Tambahkan 50 ml aguades, kemudian 2 gram KI dan 8 ml H2SO4 6N
campur
Kemudian titrasi cepat-cepat denga larutan Na2S2O3 sampai kuning
jerami, tambahkan amilum dan titrasi dilanjutkan lagi sampai terjadi
perubahan warna dari biru ke hijau muda
Hitung normalitas Na2S2O3 yang telah dibakukan
BE K2Cr2O7 = 49.05
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN TITRASI IODOMETRI
Keuntungan
1. Indikator kanji mudah didapat, murah, mudah dibuat, perubahan pada warna titik
akhir jelas
2. Banyak sekali senyawa-senyawa yang dapat ditentukan dengan cara titrasi ini,
karena potensial oksidasinya lebih kecil daro system iodium iodide
Kerugian
3. Iodium cepat sekali menguap sehingga penyimpanannya harus diperhatikan
BE Vitamin C = 88.065