Oleh:
2020
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2
Aturan Umum :
• Mahasiswa wajib mengikuti 100% praktikum.
• Mahasiswa yang sakit atau berhalangan karena suatu sebab harus dapat menunjukkan keterangan
tertulis yang sah.
• Mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum karena sakit, harus dapat menunjukkan surat
keterangan dokter dan praktikan yang tidak melakukan praktikum tanpa alasan-alasan yang sah,
tidak diberi kesempatan untuk mengikuti praktikum susulan.
• Dosen pengajar / asisten akan menolak atau mengeluarkan mahasiswa yang akan / sedang
praktikum, apabila ternyata melanggar tata tertib praktikum.
• Laporan harus sesuai dengan yang diminta dan diserahkan paling lambat 1 minggu sesudah
praktikum kepada dosen pengajar / asisten yang bertugas.
3
1. Sebelum memulai praktikum dengan sesuatu percobaan, terlebih dahulu harus dibuat persiapan
sebagai berikut :
a. Mempelajari modul praktikum untuk percobaan yang akan dilakukan.
b. Membuat rencana kerja dari percobaan yang akan dilakukan.
2. Tiap praktikan yang mengerjakan percobaan secara kelompok, masing-masing anggota harus
mengetahui semua cara kerja dan hasil percobaannya.
3. Jika ada kejadian-kejadian yang tidak diinginkan, seperti : terbakar, terkena asam-asam pekat,
terminum pereaksi-pereaksi tertentu atau terhirup gas-gas berbahaya segeralah hubungi
penanggung jawab praktikum
4. Untuk penghematan, pakailah bahan secukupnya saja. Kerja harus dilakukan dengan tepat, karena
mengulangi kegagalan akan memerlukan pembuatan bahan baru
5. Botol-botol persediaan bahan harus ditutup kembali dengan tutup aslinya untuk mencegah
tercampurnya satu bahan pereaksi dengan bahan yang lain
6. Waktu pengambilan bahan yang berupa serbuk atau kristal, harus dijaga supaya tidak ada yang
berhamburan di atas meja
7. Pakailah pipet yang sesuai dengan bahan yang diperlukan. Isilah pipet yang berskala dengan
bahan secukupnya, kalau ada lebihnya janganlah dikembalikan ke dalam botol persediaan
8. Kertas saring bukan untuk menulis atau untuk mengeringkan alat-alat, tetapi hanya dapat dipakai
sebagai penyaring
9. Perlakukan bahan kimia dengan semestinya :
a. Gunakan masker dan sarung tangan jika hendak menggunakan bahan-bahan beracun atau asam
dan basa pekat
b. Jangan memipet bahan-bahan beracun dengan mulut, pergunakan bola karet yang sesuai
c. Bekerjalah pada lemari asam atau di ruangan terbuka bila menggunakan zat-zat yang
berbahaya
d. Perhatikan “tanda-tanda peringatan” pada botol reagen sampel
e. Hindari kontaminasi terhadap reagen, jangan memipet langsung dari larutan induk
10. Berhati-hatilah menggunakan alat, karena jika rusak belum tentu dapat diganti dengan cepat atau
dengan semestinya (sesuai dengan alat yang dirusak)
11. Jangan memakai atau menyentuh peralatan yang belum tahu benar prosedur pemakaiannya.
Laporkan bila terdapat peralatan yang tidak bekerja dengan sempurna, jangan mencoba
memperbaikinya sendiri
4
12. Pada setiap kali praktikum, praktikan harus memakai jas laboratorium dan membawa lap atau
tissue. Selama praktikum berlangsung, praktikan harus bekerja dengan sungguh-sungguh,
cekatan, tenang, cermat, rapi, tertib dan bersih.
13. Praktikan tidak diperkenankan meninggalkan ruangan bila masih ada alat-alat dan meja yang
masih kotor. Setiap meninggalkan ruangan praktikum harus ada izin dari asisten/dosen pengajar.
14. Praktikan yang memecahkan alat-alat gelas diharuskan mengganti alat sesuai dengan aslinya.
15. Tidak diperkenankan untuk makan, minum atau merokok selama berada di Laboratorium dan
sebaiknya cucilah tangan sebelum meninggalkan laboratorium
16. Bahan praktikum yang belum selesai (diamati diluar jam praktikum) harus diberi label dengan
jelas agar tidak di ganggu praktikan lain
17. Praktikum yang tidak melakukan seluruh percobaan yang diberikan selama masa praktikum, tidak
diperkenankan mengikuti ujian.
5
o Penggunaan bahan-bahan kimia yang dapat membahayakan pernafasan dilakukan pada tempat yang
memiliki ventilasi baik (Ruang asap). Contoh bahan kimia yang membahayakan antara lain Asetil
Klorida, Amonium Hidroksida, Bromin, Klorin, Kloroform, Flourin, Asam Bromat, H2S, Fosfo
Klorida, Fosfo Oksilorida, SO2, CO, dan lain-lain.
Perlindungan terhadap mata dilakukan dengan menggunakan kacamata kerja (Safety goggles) ketika :
Bekerja dengan oksidator kuat, bahan kimia yang menyebabkan iritasi dan mudah meledak
Mencampur bahan kimia yang dapat menimbulkan reaksi kuat (ledakan, panas, dll)
Bekerja dengan alat bertekanan tinggi
Jangan melihat langsung ke dalam botol berisi bahan kimia berbahaya, tetapi lihat lewat botol
kacanya
Hati-hati ketika melarutkan atau mengencerkan asam dan basa kuat
Larutan basa encer sekalipun dapat menyebabkan kerusakan mata yang permanen
Cara menimbanga bahan kimia beracun yang menyebkan iritasi (Se, Hg, Akrilamid) adalah
Timbang wadah bertutup
Bawa ke dalam ruang asap, isi dengan bahan kimia
Timbang wadah + isi, dan hitung berat isi berdasarkan berat wadah kosong
Jika harus dilarutkan, lakukan dalam ruang asap
Proteksi, lakukan pembacaan label, menggunakan sarung tangan ataupun masker
Apabila terjadi kecelakaan dan keadaan darurat dalam laboratorium kimia, yang perlu segera dilakukan
adalah sebagai berikut
Laporkan kecelakaan yang terjadi pada dosen penanggung jawab ataupun teknisi
Jika kulit atau mata terkena bahan kimia, basuh dengan air mengalir selama beberapa menit. Jika
masih terasa sakit/terbakar, segera periksakan ke dokter. Jika yang terkena mata harus segera di
periksakan ke dokter
Jika kulit terkena fenol, basuh dengan air bersabun, kemudian olesi bagian yang terkena dengan
gliserol dan segera ke dokter
Lepas cincin, gelang, jam tangan sebelum tangan/jari bengkak
Bersihkan tumpahan bahan kimia dengan hati-hati. Gunakan pelindung tubuh
Jika jas lab terkena tumpahan bahan kimia, lepaskan dan bilas dengan air bersih
Jika terjadi kebakaran, jangan panik:
a. Gunakan alat pemadam kebakaran yang tersedia
b. Jika kebakaran disebabkan oleh sejumlah kecil (50 ml) pelarut organik, biarkan sampai api mati,
jauhkan botol-botol yang berisi bahan kimia, siapkan alat pemadam kebakaran (jika diperlukan)
c. Jika jas/baju terbakar, lepaskan dan padamkan api dengan bantuan lap basa
8
Teknik menimbang :
Perhatikan kapasitas maksimum timbangan
Berat yang boleh ditimbang ¾ dari kapasitas maksimum
Periksa apakah sudah mendatar (lihat water pas)
Tetapkan titik nol, bila baru dihidupkan sudah tertera angka yg nilainya besar artinya timbangan
kotor atau ada yg salah.
Waktu menimbang pinggan tidak boleh bergerak (lihat angkanya)
Segala penimbangan yang menjadi bagian dari satu penetapan, harus dilakukan dengan neraca
yang sama
Benda yang panas tidak boleh ditimbang, harus dibiarkan sampai dingin terlebih dahulu
Bahan yang ditimbang tidak boleh langsung di pinggan neraca, gunakan kaca arloji, gelas piala
kecil, botol timbang atau bahan lain yang tidak bereaksi dengan bahan yang ditimbang
Cairan ditimbang dalam botol timbang
Tidak menimbang benda melebihi kapasitas maksimum neraca
Segera bersihkan bila ada bahan yang tumpah/tercecer
Selesai menimbang benda diturunkan, semua angka dinolkan dan listrik diputuskan
Bagian dalam dan sekitar neraca dibersihkan
Timbangan tidak boleh dipindahtempatkan
Usahakan agar tidak menggunakan kertas untuk menimbang karena kertas berpori, akan kemungkinan
bahan akan terserap dan mempengaruhi ketelitian penimbangan
9
PENDAHULUAN
Gula merah merupakan hasil olahan dari nira dengan cara menguapkan airnya, kemudian dicetak. Gula
merah adalah gula yang berbentuk padat dan berwarna coklat tua Gula merah diperoleh dari hasil
pengolahan nira. Nira yang dipergunakan dapat berasal dari tebu, nipah, aren, kelapa, dan siwalan.
Pembuatan gula merah meliputi proses pemisahan kotoran, penguapan dan pengadukan, pengujian
kemasakan dan pencetakan. Komponen utama gula merah adalah sukrosa. Selain mengandung sukrosa,
gula merah juga mengandung gula pereduksi, air mineral, lemak dan protein. Jumlah komponen tersebut
bervariasi tergantung dari baha baku nira yang digunakan (Tabel 1).
Mutu gula merah terutama ditentukan oleh penampilannya, yaitu bentuk, warna dan kekerasan. Kekerasan
dan warna sangat dipengaruhi oleh mutu nira. Gula merah memiliki tekstur dan struktur yang kompak,
serta tidak terlalu keras sehingga mudah dipatahkan dan memberi kesan empuk. Selain itu gula merah
juga memiliki aroma dan rasa yang khas. Gula juga ada yang berbau karamel, karamel ini disebabkan
10
karena adanya reaksi karamelisasi akibat panas selama pemasakan. Karamelisasi juga yang menyebabkan
timbulnya warna coklat pada gula.
Gula semut merupakan diversifikasi produk gula merah yang berbentuk serbuk, dikenal dengan nama
Palm sugar. Gula semut dapat dibuat dari nira atau dari gula merah cetak. Jenis produk ini sebenarnya
sama manfaatnya dengan gula merah cetak, hanya karena berbentuk kristal-kristal kecil membuat
penggunaannya menjadi lebih praktis, selain itu lebih lama umur simpannya sebab tingkat kekeringannya
lebih tinggi. Proses pembuatan gula semut dari nira hampir sama dengan proses pembuatan gula cetak.
Perbedaannya adalah pada saat nira telah cukup pekat, pemasakan diangkat dari tungku tidak dilakukan
pencetakan melainkan didinginkan dan selanjutnya diaduk dengan cepat sehingga terbentuk serbuk.
Pembuatan gula semut membutuhkan nira dengan mutu yang lebih baik dari pada pembuatan gula merah.
Hal ini dikarenakan pada pembuatan gula semut harus melewati tahap kristalisasi. Nira dengan kadar
sukrosa rendah akan sulit mengkristal.
Ada tiga cara untuk membuat gula semut. Cara pertama adalah pembuatan gula semut dari gula merah
cetak, gula merah diiris tipis-tipis, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari selama dua sampai tiga
hari. Setelah kering irisan gula merah dihancurkan dan diayak untuk mendapatkan serbuk gula. Cara
kedua adalah dengan melarutkan gula merah cetak ke dalam air, kemudian disaring untuk menghilangkan
kotoran dan selanjutnya dipekatkan melalui pemanasan. Cara ketiga adalah menggunakan bahan baku
nira segar, kemudian disaring dan selanjutnya dipekatkan melalui pemanasan.
PROSEDUR
a. Total Padatan Terlarut
Pengujian total padatan terlarut dilakukan dengan menggunakan refractometer. Prisma
refractometer terlebih dahulu dibilas dengan aquades dan diseka dengan kain yang lembut.
Sampel diteteskan ke atas prisma refraktometer dan diukur derajat Brix-nya.
11
Nilai polarisasi larutan gula terkoreksi pada suhu 20 ºC menggunakan quartz wedge instruments
adalah:
Keterangan:
P20 adalah polarisasi terkoreksi larutan gula pada suhu 20 ºC, dinyatakan dalam ºZ
PL adalah pembacaan polarimeter terhadap larutan gula pada suhu ruang, dinyatakan dalam ºZ;
PR adalah pembacaan polarimeter terhadap tabung polarimeter kosong pada suhu ruang,
dinyatakan dalam ºZ;
12
Q20 adalah nilai polarisai (sertifikat) standar kuarsa penguji pada suhu ruang 20 ºC, dinyatakan
dalam ºZ;
Qt adalah pembacaan polarimeter terhadap standar kuarsa penguji pada suhu ruang 20 ºC,
dinyatakan dalam ºZ;
P0 adalah pembacaan polarimeter terhadap polarimeter kosong (sel kompartemen kosong) pada
suhu ruang, dinyatakan dalam ºZ;
tp adalah suhu kuarsa uji, dinyatakan dalam derajat celsius (ºC);
tr adalah suhu larutan contoh, dinyatakan dalam derajat celsius (ºC); dan
tq adalah suhu ruang polarimeter selama pembacaan, dinyatakan dalam derajat celsius (ºC); dan
c adalah faktor tabung polarimeter:
c = 0,000467 jika tabung polarimeter dibuat dari gelas borosilikat;
c = 0,000462 jika tabung polarimeter dibuat dari windows glass;
c = 0,000455 jika tabung polarimeter dibuat dari stainless steel.
CATATAN Jika polarimeter yang digunakan dalam satuan ºS maka pembacaan polarimeter yang
dihasilkan harus dikonversi ke dalam satuan ºZ dengan cara mengalikan ºS dengan faktor
0,99971.
Deareasi
Masukkan filtrat hasil penyaringan ke dalam oven vakum (vacuum desicator) pada suhu ruang
selama 1 jam atau ke dalam penangas ultrasonic selama 3 menit; dan
Ukur refractometric dry substance (RDS) larutan menggunakan refractometer
13
Pengukuran Warna
Tentukan titik nol absorbans pada panjang gelombang 420 nm dengan menggunakan larutan
blanko dari larutan dapar TEA/HCl yang telah mengalami penyaringan dan deaerasi; dan
Masukkan larutan contoh ke dalam kuvet yang sebelumnya telah dibilas dengan larutan contoh
dan tentukan absorbansnya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm (AS).
Perhitungan Densitas
Hitung konsentrasi zat padat contoh dalam larutan (c) dari pengukuran RDS; RDS terkoreksi dihitung
dengan cara mengalikan RDS dengan faktor 0,989. Gunakan RDS terkoreksi untuk menentukan
densitas (ρ) pada larutan uji dari Tabel 2.
Standar Glukosa
Standar glukosa dibuat pada selang 50 – 250 ppm.
Cara Analisa
Pipet 1 ml contoh masukan ke dalam tabung reaksi, tambahkan 3 ml pereaksi DNS. Letakan di
dalam air mendidih selama 5 menit (tepat), kemudian dinginkan hingga suhu kamar.
Baca contoh dengan spectrofotometer pada panjang gelombang 550 nm
Tetapkan juga blanko seperti cara di atas, tetapi sebagai pengganti contoh digunakan aquades
Ukur dan catat absorbansi atau % transmitance
15
Kurva standar dibuat dengan membuat larutan glukosa konsentrasi 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm,
dan 250 ppm
Nilai yang dapat dipakai pada selang transmitance 20% - 80%
PENDAHULUAN
Di Indonesia, umbi-umbian merupakan sumber karbohidrat yang penting setelah beras dan jagung.
Tanaman umbi-umbian yang sudah bisa dijadikan sebagai sumber pangan dan bahan baku industri adalah
umbi kayu (singkong) dan ubi jalar. Penguasaan kedua jenis umbi tersebut relatif lebih luas dibandingkan
umbi-umbian lain (umbi minor), padahal potensi umbi minor cukup baik untuk dikembangkan. Jagung,
sagu, ubi kayu, ubi jalar, dan beraneragam umbi-umbian seperti talas, kimpul, suweg, uwi, gembili, iles-
iles, garut, ganyong masih belum termanfaatkan secara optimal. Sebagai sumber karbohidrat, umbi-
umbian dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri dalam bentuk (1) tepung umbi, (2) pati umbi dan
(3) hidrolisat pati dan produk dari pati ( starch-based products).
Pati (C6H10O5)n merupakan salah satu jenis polisakarida yang dapat diperoleh dari berbagi macam
tumbuh-tumbuhan, terutama dari jagung, ubi kayu, ubi jalar, kentang, padi, gandum, sorgum dan lain-
lain. Meskipun bentuk kristalnya berbeda-beda, dalam banyak hal pati dapat saling mengganti. Bahan ini
penting dalam industri pangan, lem, tekstil, kertas, Lumpur pengeboran, permen, glukosa, dekstrosa,
HFS, fermentasi dan lain-lain. Beberapa contoh produk berbasis pati antara lain mie, bihun dan roti.
Proses pengolahan pati secara tradisional dapat dibagi menjadi tiga tahap (1) Pengolahan pendahuluan:
pencucian, pengupasan dan penghancuran. Penghancuran berfungsi untuk memecah dinding sel agar butir
pati di dalamnya dapat terlepas. Pemarutan tidak melepas semua sel pati, sehingga untuk memperbanyak
sel yang pecah dilakukan peremasan. (2) Ekstraksi pati: penyaringan, pengendapan dan pemurnian.(3)
Pengolahan penyelesaian: pengeringan dan pengepakan.
Rendemen pati dipengaruhi oleh getah atau gum yang dimiliki oleh beberapa umbi-umbian seperti talas
dan ubi jalar, pada batang seperti sagu atau buah seperti pada pisang. Getah ini dapat menghambat proses
penyaringan, juga menghambat pengendapan pati serta menyebabkan warna pati tidak putih bersih
karena granula pati dikelilingi oleh getah.
PROSEDUR
Pembuatan Tepung Umbi-umbian
Persiapan bahan baku dimulai dari pembersihan kotoran, pengupasan dan pengecilan ukuran umbi
yang dilakukan secara manual dengan menggunakan pisau.
Lakukan perendaman umbi-umbi tersebut ditambahkan pemutih berupa natrium bisulfit dengan
konsentrasi 1,5 g/l selama 5-10 menit.
Selanjutnya dikeringkan pada cahaya matahari kemudian pada oven suhu 50 0C selama 24 jam (sampai
kering).
Giling dan ayak pada saringan 80 mesh.
Diamkan semalam sampai pati mengendap. Cuci dengan larutan NaOH 0.1N untuk memisahkan
protein, dan netralkan dengan air. Dekantasi hingga memisah fraksi pati.
Buang cairan diatasnya. Lakukan penetralan secara berulang jika dibutuhkan
Keringkan pati di bawah sinar matahari atau oven pengering 50 oC.
Timbang bobot pati yang diperoleh. Hitung rendemen dan buat neraca massa ekstraksi pati dari
seluruh bahan
b. Derajat Putih
Pengukuran derajat putih pati dilakukan dengan menggunakan Whiteness merk Kett (Shimadzu).
Kalibrasi dilakukan dengan standar warna putih (BaSO4). Sejumlah contoh dimasukkan ke dalam
wadah khusus, diputar sehingga terletak dibawah lensa dan diukur derajat putihnya yang berkisar
antara 0-100%. Nilai derajat putih dapat ditentukan dengan melihat posisi jarum penunjuk persen
derajat putih.
c. Kejernihan Pasta
1. Siapkan pasta pati (1%) dengan cara mensuspensikan 50 mg sample dalam 5 ml air (gunakan
tabung reaksi berulir)
2. Celupkan ke dalam air mendidih selama 30 menit. Kocok tabung setiap 5 menit
3. Dinginkan sample pada suhu kamar
4. Bacalah nilai transmittance (%T) pada spektrofotometer pada panjang gelombang 650 nm.
Gunakan akuades sebagai blanko.
19
e. Freeze-thaw stability
1. Siapkan 5 ml pasta pati 5 %.
2. Untuk satu siklus freeze-thaw process, simpan dalam freezer -20 0C selama 18 jam, kemudian
ditaruh pada suhu kamar selama 6 jam
3. Kemudian sampel disentrifugasi selama 10 menit 3000 rpm
4. Volume air yang terpisah setelah siklus freeze-thaw di ukur dan dinyatakan dalam ml.
f. Sifat Amilografi
Sifat amilografi merupakan analisis untuk mengetahui profil gelatinisasi pada tepung dengan
bantuan alat Rapid visco analyzer (RVA) yang meliputi pengukuran suhu awal gelatinisasi, peak
viscosity, break down viscosity, set back viscosity dan viskositas akhir. Suhu awal gelatinisasi
merupakan suhu dimana granula pati mulai pecah yang bersifat irreversible. Peak viscosity atau
viskositas puncak merupakan titik maksimum viskositas selama proses pemanasan pasta pati.
Semakin tinggi nilai viskositas puncak maka semakin tinggi kekentalan suatu pati. Break down
viscosity atau penurunan viskositas karena pemanasan merupakan penurunan viskositas yang terjadi
ketika suspensi pati dipanaskan. Break down viscosity menunjukkan kestabilan pati selama
dilakukan proses pemanasan. Semakin tinggi break down viscosity pada pati maka semakin rendah
kestabilan pati terhadap pemanasan yang artinya pasta pati kehilangan sifat kekentalannya.
20
Set back viscosity adalah viskositas dimana terjadi pembentukan kembali ikatan-ikatan hidrogen
yang telah terputus antara molekul amilosa dan amilopektin ketika proses pendinginan. Semakin
tinggi nilai set back viscosity maka kemampuan pasta pati dalam proses retrogradasi semakin kuat.
Viskositas akhir menunjukkan kemampuan pati untuk membentuk pasta kental atau gel setelah
proses pemanasan dan pendinginan dan menandai ketahanan pasta terhadap gaya geser yang terjadi
selama pengadukan.
Pengukuran sifat amilografi ini dilakukan untuk mempelajari cooking properties pada tepung
sehingga mempermudah pengolahan tepung menjadi suatu produk olahan. Aplikasi atau
pemanfaatan tepung menjadi suatu produk dipengaruhi oleh kemampuannya untuk membentuk
karakteristik yang sesuai dengan produk akhir yang diinginkan.
PENDAHULUAN
Minyak dan lemak dari sumber tertentu mempunyai ciri khas berbeda dari sumber lainnya yang
tergantung pada komposisi dan distribusi asam lemak pada molekul trigliseridanya. Lemak dibentuk oleh
unit struktural dengan adanya hidrofobisitas. Lemak larut dalam pelarut organik tapi tidak dalam air.
Jenis-jenis minyak bersumber dari minyak nabati antara lain minyak kelapa, minyak sawit, minyak
kacang tanah, minyak jagung, minyak kedelai dan lain sebagainya. Minyak kelapa digolongkan kedalam
asam laurat yang mempunyai karakteristik khas yaitu mengandung asam laurat (40- 50%), asam lemak
berantai C6 ,C8 dan C10 dalam jumlah sedang dan jumlah asam lemak tak jenuh rendah. Minyak kelapa
sawit mengandung 0,2-1,0% bagian yang dapat tersabunkan, yaitu tokofenol sterol, fosfaida dan alkohol.
Minyak kelapa sawit termasuk minyak oleat- linoleat, dimana komposisi minyaknya asam lemak jenuh,
palmintat 32-47% dan asam lemak tidak jenuh oleat 40-52% serta linoleat 5-11%.
Minyak kacang tanah mengandung fosfolipid dan komponen- komponen yang tidak dikehendaki lebih
sedikit daripada minyak kasar kedelai dan biji kapas. Minyak jagung mengandung 12-18% asam lemak
jenuh dan 82- 88% asam lemak tidak jenuh. Minyak jagung merupakan trigliserida yang disusun oleh
gliserol dan asam-asam lemak. Persentase trigliserida kurang lebih 98,6%,sedangkan sisanya merupakan
bahan non minyak seperti abu, zat warna atau lilin. Minyak jagung termasuk golongan minyak asam
oleat- linoleate. Kedelai sangat kaya akan lemak, yaitu mengandung sekitar 18-23%dengan nilai gizi yang
baik. Lemak kedelai terdiri dari trigliserida (90- 95%) dari komponen minyak lainnya, seperti sterol,
tokoferol, pigmen dan fosfolipid.
Shortening adalah lemak padat yang memiliki sifat plastis dan kestabilan tertentu, dan pada umumnya
bewarna putih dan sering disebut “Mentega Putih”. Shortening ini merupakan lemak atau minyak yang
digunakan untuk berbagai macam keperluan seperti membuat adonan roti/ melembutkan roti, bahan untuk
membuat butter cream, dan juga untuk menggoreng. Shortening terbuat dari 100% lemak, baik lemak
nabati atau hewani ataupun campuran keduanya yang sudah dimurnikan dan dihilangkan baunya. Secara
umum, shortening dibedakan menjadi dua jenis yaitu Solid Shortening, atau shortening yang memiliki
sifat plastis dan berbentuk padat dan Liquid Shortening, atau shortening yang berbentuk cair.
Margarin dibuat dari minyak nabati, atau minyak hewani. Bisa juga mengandung susu, garam dan
pengemulsi. Margarin mengandung lebih sedikit lemak daripada mentega, sehingga margarin banyak
digunakan sebagai pengganti mentega. Margarin merupakan produk turunan dari minyak kelapa sawit dan
22
mengandung lemak tak jenuh yang aman bagi kesehatan. Minyak kelapa sawit yang berbentuk cair
terlebih dahulu melewati proses penyuntikan hidrogen hingga padat. Memiliki kandungan air sekitar 16%,
margarin memiliki titik leleh yang cukup tinggi sekitar 37 - 42° C. Hal tersebut yang membuat margarin
aman disimpan dalam suhu ruang tanpa harus takut meleleh. Karena berbahan dasar minyak kelapa sawit,
margarin memiliki warna kuning lebih cerah dibanding mentega yang biasanya kuning pucat. Tidak
adanya aroma susu layaknya mentega menjadi salah satu kekurangan margarin.
Bubuk Krimer (Non dairy creamer) adalah produk emulsi lemak dalam air yang diproses melalui minyak
nabati yang dihidrogenasi. Karena krimer bukan susu, maka tidak terdapat kandungan laktosa, sehingga
krimer dapat dikonsumsi oleh siapapun termasuk oleh orang yang terkena Lactose Intolerance. Krimer
nabati proses pembuatannya ada yang memakai coconut oil, ada yang memakai minyak sawit/palm oil.
Ada kelebihan dan kekurangan masing-masing bila memakai coconut oil dan palm oil, yaitu terletak pada
kegurihan, bau dan masa expired. Apabila pembuatan bubuk krimer memakai palm oil biasanya lebih
tahan lama dan tidak berbau dalam jangka waktu lama.
PROSEDUR
a. Bau/aroma
Ambil contoh uji secukupnya dan letakkan di atas gelas arloji yang bersih dan kering
Cium contoh uji untuk mengetahui baunya
Jika tercium bau khas minyak, maka hasil dinyatakan “normal” dan jika tercium selain bau khas
minyak, maka hasil dinyatakan “tidak normal”.
AxNxB
Asam lemak bebas (%) =
10 x G
c. Bilangan Iod
Asam lemak tidak jenuh yang terdapat dalam minyak atau lemak mempunyai kemampuan untuk
mengabsorpsi sejumlah iod, terutama apabila dibantu dengan suatu carrier seperti iodium bromide,
membentuk suatu senyawa yang jenuh. Jumlah iod yang diabsorpsi menunjukkan derajat
ketidakjenuhan minyak atau lemak. Bilangan iodin yang tinggi menunjukkan ketidakjenuhan
minyak atau lemak yang tinggi pula dan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan yang tidak jenuh.
Contoh minyak diambil sebanyak 0,25 gram dan dilarutkan dalam 10 ml kloroform. Ke dalam
campuran ini kemudian ditambahkan 25 ml pereaksi Hanus.
Erlenmeyer ditutup dan reaksi dibiarkan selama 30 menit di tempat gelap sambil beberapa kali
dikocok untuk mengikat Brom, kemudian ditambahkan 10 ml Kl 15% sambil terus dikocok.
Selanjutnya aquades yang telah didihkan ditambahkan sembanyak 100 ml. iod yang tersisa pada
larutan ditritasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai warna larutan tersebut berwarna kuning
pucat.
Selanjutnya ke dalam larutan tersebut ditambahkan beberapa tetes indikator larutan pati 1% dan
titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang. Blanko dibuat dengan perlakuan yang sama.
(a-b) x N x 12,69
Bilangan Iod = G
d. Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah mengalami oksidasi Angka
peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat oksidasi minyak. Asam lemak tidak jenuh yang
mempunyai ikatan rangkap yang terdapat dalam minyak dapat mengikat oksigen pada ikatan
rangkapnya sehingga membentuk peroksida. Jika sejumlah minyak dilarutkan dalam campuran asam
asetat dan kloroform (3:2) yang mengandung Kl, maka akan terjadi pelepasan iod (I 2). Bilangan
peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak sudah mengalami oksidasi. Iod yang
bebas ditritasi dengan natrium tiosulfat dengan indikator amilum sampai warna biru pertama kali
hilang.
I2 + 2 Na2S2O3 2 Nal + Na2S2O6
Sebanyak 5 gram cotoh dilarutkan dalam 30 ml larutan campuran asam asetat glasial dan kloform
(3:2).
Setelah semua minyak larut, kemudian ditambahkan larutan Kl jenuh sebanyak 0,5 ml sambil
dikocok.
Selanjutnya ditambahkan 30 ml air destilata, kemudian ditritasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N
dengan indikator kanji.
Blanko dibuat dengan cara yang sama.
PENDAHULUAN
Protein hewani, yaitu protein yang berasal dari hasil-hasil hewani seperti daging (sapi, kerbau kambing,
dan ayam), telur (ayam dan bebek), susu (terutama susu sapi), dan hasil-hasil perikanan (ikan, udang,
kerang, dan lain-lain). Protein hewani disebut sebagai protein yang lengkap dan bermutu tinggi, karena
mempunyai kandungan asam-asam amino esensial yang lengkap yang susunannya mendekati apa yang
diperlukan oleh tubuh, serta daya cernanya tinggi sehingga jumlah yang dapat diserap (dapat digunakan
oleh tubuh) juga tinggi.
Penentuan protein dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan cara menganalisis nitrogen (N). Metode
yang digunakan menurut Kjelhdal, meliputi tiga tahap yaitu tahap hidrolisis, distilasi dan titrasi. Hasil
yang diperoleh merupakan kadar Nitrogen kasar. Untuk memperoleh kadar protein, harus dikalikan
faktor. Nilai faktor berbeda-beda tergantung jenis protein berasal. Protein merupakan gabungan dua atau
lebih asam amino yang penyusun utamanya adalah atom karbon, hidrogen dan nitrogen. Jumlah atom
nitrogen kurang lebih 15.68 persen. Uji kadar protein susu dengan menggunakan metode Kjeldahl,
hasilnya dikalikan dengan dengan faktor 100/15.68 = 6.38. Prinsip analisis protein yaitu proses distruksi,
distilasi dan titrasi.
katalis
Susu + H2SO4 ---------------> (NH4)SO4 + H2O + SO2 + CO2 ------------------------------ (distruksi)
(NH4)2SO4 + 2NaOH ------------> 2(NH4) OH + Na2SO4
2(NH4)2OH ----------------> 2 NH3 + Na2SO4 -------------------------------------------------- (distilasi)
2(NH3) + 2HCl ---------------> 2NH4Cl
2(NH3) + 2 HCl --------------> 2NH4Cl
HCl (sisa) + 2NaOH ---------> NaCl + H2O -------------------------------------------------- (titrasi)
PROSEDUR
a. Uji Penampakan Daging dan Ikan
Fisik Daging
Daging segar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Dagingnya berwarna merah terang dan lemaknya
berwarna kekuningan, 2) Tekstur dagingnya kenyal, 3) Daging berwarna alamiah, yaitu merah sedikit
kekuningan, 4) Berbau khas daging, 5) Terlihat kenyal dan padat, 6) Berserat halus dan sedikit
berlemak, 7) Lemak berwarna kekuningan.
Amati warna daging secara visual. Amati bentuk dan ukuran serat daging. Bandingkan antara beberapa
jenis daging yang ada.
Fisik Ikan
Ciri Ikan Segar (SNI 01-2729.1-2006)
Mata Pupil hitam menonjol dengan kornea Pupil mata kelabu tertutup lendir seperti
jernih, bola mata cembung dan putih susu, bola mata cekung dan keruh
cemerlang
Insang Warna merah tua, tak berlendir, tidak Warna merah cokelat sampai keabu-
tercium bau yang menyimpang (off abuan, bau menyengat, lendir tebal
odor)
Tekstur Elastis dan jika ditekan tidak ada Daging kehilangan elestisitas nya atau
daging bekas jari, serata padat atau kompak lunak dan jika ditekan dengan jari maka
bekas tekanannya lama hilang
Keadaan Warnanya sesuai dengan aslinya dan Warnanya sudah pudar dan memucat,
kulit dan cemerlang, lendir dipermukaan jernih lendir tebal dan menggumpal serta
lendir dan transparan dan baunya segar khas lengket, warnanya berubah seperti putih
menurut jenisnya susu
Keadaan Perut tidak pecah masih utuh dan Perut sobek, warna sayatan daging kurang
perut dan warna sayatan daging cemerlang serta cemerlang dan terdapat warna merah
sayatan jika ikan dibelah daging melekat kuat sepanjang tulang belakang serta jika
daging pada tulang terutama rusuknya dibelah daging mudah lepas
Bau Spesifik menurut jenisnya, bau rumput Bau menusuk seperti asam asetat dan
laut, pupil mata kelabu tertutup lendir lama kelamaan berubaha menjadi bau
seperti putih susu, bola mata cekung busuk yang menusuk hidung
dan keruh
Keadaan insang : buka tutup insang, lihat warnanya, ada tidaknya lendir, apakah melekat satu
sama lain.
Keadaan sisik : amati sisik apakah mengkilat atau suram, berlendir atau tidak, sisik mudah
dicabut atau tidak.
Keadaan daging : amati konsistensinya, kenyal, keras atau lembek dengan cara ditekan
dengan menggunakan jari.
Uji Eber
Uji ini berdasarkan adanya kebusukan daging/ikan yang ditandai timbulnya NH 3 dipermukaan dan
dapat dibuktikan dengan reaksi Eber, yaitu reaksi antara NH3 bebas dari hasil pembusukan dengan uap
HCl membentuk asam salmiak (NH4Cl). Reagen eber terdiri dari eter : HCl : alkohol = 1 : 1 : 3.
Masukkan 3-5 ml reagen Eber ke dalam tabung reaksi.
Potong daging atau ikan sebesar kacang tanah, kemudian ditusuk dengan lidi atau kawat.
Ujung lidi atau kawat yang lain ditusukkan pada gabus atau karet penyumbat tabung reaksi.
Masukkan ke dalam tabung reaksi dan disumbat (jangan sampai menyentuh cairan dan dinding
tabung reaksi).
Perhatikan timbulnya asap putih dari daging ke permukaan reagen Eber.
Uji H2S
Pembusukkan daging/ikan dapat ditandai oleh timbulnya H2S sebagai hasil pemecahan protein. Uji ini
didasarkan pada reaksi antara H2S dengan Pb-asetat membentuk PbS berwarna gelap.
Potongan daging/ikan sebesar kacang tanah, taruh dalam cawan petri.
Tutup dengan kertas saring, tetesi kertas saring tepat di atas potongan daging/ikan dengan Pb-
asetat 10%.
Tutup cawan petri tidak terlalu rapat (sedikit terbuka).
Tunggu kira-kira 3-5 menit, perhatikan terbentuknya warna gelap/coklat pada kertas saring bekas
tetesan Pb-asetat. Tterbentuknya warna coklat/gelap menunjukkan bahwa daging/ikan mulai
membusuk.
b. Uji alkohol
Pada uji alkohol, susu yang mutunya baik/masih baik tidak menggumpal seperti halnya hasil daripada
uji didih. Hanya pada uji alkohol hasilnya dapat cepat terlihat. Adanya pembentukkan lapisan
gumpalan susu sedikit atau banyak pada sisi dinding tabung menunjukkan hasil test positif. Bila tidak
ada perubahan, hasil test negatif. Ini berarti susu tahan terhadap perlakuan panas.
28
b. Berat jenis
Untuk menentukan berat jenis susu digunakan alat hydrometer khusus yang disebut lactometer.
Lactometer terbuat dari gelas dibagian bawahnya berbentuk bola yang berat dan bagian tangkainya
diberi skala. Alat ini bekerja berdasarkan hukum Archimedes. Lactometer dibuat dan disesuaikan
penggunaannya pada suhu tertentu. Misalnya lactometer yang bertanda 60˚F (15.6˚C) pada ujung
tangkainya, hanya dapat digunakan untuk mengukur BJ susu yang suhunya 60˚F. Lactometer Quevene
adalah jenis lactometer yang sering digunakan untuk menentukan BJ susu, derajat yang ada yaitu 15 –
40 yang menunjukkan desimal angka berat jenis. Contoh pada pengukuran BJ susu pada BJ susu pada
60˚F, miniskus menunjukkan 32, artinya BJ susu = 1,032.
C.L.R
BJ ( specific gravity ) = +1
1000
Usahakan/biarkan susu sementara waktu, sehingga suhu susu mencapai sekitar 60˚F (15.6˚C) / 50 –
70˚F.
Kocok baik-baik susu contoh. Hindarkan dari pembentukan buih.
Tuangkan susu ke dalam gelas ukur sampai 2-3 cm dari batas silinder. Buih jangan disertakan.
Pegang lactometer yang sudah dibersihkan pada tangkainya dan secara perlahan-lahan masukkan ke
dalam susu. Gelas ukur harus tegak/vertikal, dan lactometer dibiarkan mengapung secara bebas.
Baca dan catat tepi atas permukaan cairan/miniskus dan suhu/temperature susu pada waktu yang
bersamaan.
LR (Lactometer Reading) = …………………………….…
T (Temperatur ) = ………………….……………
CLR (Corrected LR ) = ………………….……….…...
SG/Berat Jenis susu = ………………….……….……
Catatan :
Untuk setiap derajat di atas 60˚F factor koreksi sebesar 0,1 ditambahkan ke LR sebagai CLR juga
sebaliknya CLR = LR dikurangi faktor koreksi.
Contoh :
1). LR = 29 pada 65˚F
29
Di Indonesia untuk penentuan BJ. diusulkan menggunakan lactodensimeter, 27,5˚C. Mutu susu yang
didasarkan pada kadar minimum berat jenis, kadar lemak, kadar protein, jumlah kuman dalam susu dapat
dilihat pada tabel 3 berikut.
c. Kadar protein
Timbang sampel susu 0.1 g, tambahkan 1.0 g katalisator (campuran CuSO 4 dan Na2SO4) atau
serbuk Selenium.
Tambahkan 5 ml H2SO4 pekat, panaskan di ruang asam sampai jernih (katalisator Se) atau hijau
muda katalisator campuran CuSO4 dan Na2SO4.
Setelah selesai destruksi, didinginkan terlebih dahulu kemudian dituang ke dalam labu distilasi pada
Kjeldahl Apparatus.
Tambahkan 10 ml NaOH 50 % (sampai berwarna hitam).
Pasang penampung Erlenmeyer berisi 25 ml HCl 0.02 N dan indikator Mengsel (warna merah
ungu).
Lakukan distilasi sampai volume distilat dua kali lipat.
Distilat dititrasi dengan NaOH 0.02 N sampai warna hijau.
Lakukan titrasi blanko sebanyak 25 ml HCl 0.02 N
Kadar Nitrogen dihitung :
(A – B) x 0.02 N x 0.14
Kadar N = ------------------------------------------- x 100 %
W
30
PENDAHULUAN
Protein merupakan gugus polimer dari asam-asam amino pembentuknya yang diikat oleh ikatan peptida.
Sifat dan karakteristik produk protein sangat tergantung dari jenis dan variasi asam amino penyusunnya
yang sangat berkaitan dengan sumbernya. Protein konvensional merupakan protein yang berupa hasil
pertanian dan peternakan pangan serta produk-produk hasil olahannya. Berdasarkan sifatnya, sumber
protein konvensional ini dibagi lagi menjadi dua golongan yaitu protein nabati dan protein hewani.
Protein nabati, yaitu protein yang berasal dari bahan nabati (hasil tanaman), terutama berasal dari biji-
bijian (serealia) dan kacang-kacangan. Sayuran dan buah-buahan tidak memberikan kontribusi protein
dalam jumlah yang cukup berarti. Berbagai produk berbasis protein nabati kedelai antara lain adalah
tahu, kecap, tempe, susu kedelai. Sifat dan karakter produk tersebut sangat dipengaruhi oleh proses
pengolahannya.
PROSEDUR
a. Tekstur
Tekstur merupakan salah satu sifat penting dalam produk agroindustri karena dapat mempengaruhi
keberterimaan konsumen. Faktor faktor yang dapat mempenagruhi produk antara lain komposisi dan
sumber bahan serta proses pengolahan. Terdapat dua cara dalam mengukur tekstur yaitu dengan
organoleptik melalui indera manusia dengan cara memijit, mengunyah, menyentuh, memijit dan
sebagainya serta pengukuran melalui alat texture analyzer atau penetrometer.
Secara organoleptik, lakukan pengujian kekerasan pada contoh.
Lakukan juga pengujian tekstur dengan alat penetrometer.
Penusukan dilakukan sebanyak 10 kali pada 10 tempat, waktu diukur dengan stopwatch.
Angka yang diperoleh dirata-ratakan, dan satuan yang digunakan adalah mm per 10 detik dengan
beban tertentu yang dinyatakan dalam gram.
b. Isolasi Protein
• Rendam bahan dengan air selama 10 jam kemudian dicuci. Pisahkan kulit arinya.
32
PENDAHULUAN
Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil/volatile oil).
Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir
(pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, dan tidak larut dalam air.
Fungsi minyak atsiri dalam tanaman antara lain adalah:
1. Membantu proses penyerbukan dengan menarik beberapa jenis serangga atau hewan
2. Mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan
3. Sebagai cadangan makanan dalam tanaman
Adapun minyak atsiri yang telah diekstrak dari bahan alam, umumnya digunakan dalam industri untuk
pembuatan kosmetik, parfum, antiseptic, flavoring agent dalam bahan makanan dan minuman, dan
sebagainya.
Minyak atsiri merupakan salah satu sisa proses metabolisme dalam tanaman yang terbentuk akibat reaksi
antara berbagai persenyawaan kimia dengan air. Minyak tersebut disintesa dalam sel glandular pada
jaringan tanaman dan ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin, misalnya minyak terpentin dari
pohon pinus. Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor agroindustri potensial yang dapat
menjadi andalan bagi Indonesia untuk mendapatkan devisa. Data statistik ekspor-impor dunia
menunjukan bahwa konsumsi minyak atisiri dan turunannya naik sekitar 10% dari tahun ke tahun.
Kenaikan tersebut terutama didorong oleh perkembangan kebutuhan untuk industri food flavouring,
industri komestik dan wewangian.
Beberapa contoh tanaman sumber minyak atsiri yang tumbuh di Indonesia dan bagian tanaman yang
mengandung minyak atsiri:
Akar : Akar wangi, Kemuning
Daun : Nilam, Cengkeh, Sereh lemon, Sereh Wangi, Sirih, Mentha, Kayu Putih, Gandapura,
Jeruk Purut, Karmiem, Krangean, Kemuning, Kenikir, Kunyit, Kunci, Selasih, Kemangi.
Biji : Pala, Lada, Seledri, Alpukat, Kapulaga, Klausena, Kasturi, Kosambi.
Buah : Adas, Jeruk, Jintan, Kemukus, Anis, Ketumbar.
Bunga :Cengkeh, Kenanga, Ylang-ylang, Melati, Sedap malam, Cemopaka kuning, Daun seribu,
Gandasuli kuning, Srikanta, Angsana, Srigading.
Kulit kayu : kayu manis, Akasia, Lawang, Cendana, Masoi, Selasihan, Sintok.
Ranting : Cemara gimbul, Cemara kipas.
34
Rimpang : Jahe, Kunyit, Bangel, Baboan, Jeringau, Kencur, Lengkuas, Lempuyang sari,Temu
hitam, Temulawak, Temu putri.
Seluruh bagian: Akar kucing, Bandotan, Inggu, Selasih, Sudamala, Trawas.
Minyak atsiri dapat diperoleh dengan cara penyulingan/ekstraksi, pengepresan, ekstraksi dengan pelarut
dan enfleurasi. Mutu minyak atsiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari pemilihan varietas,
kondisi bahan baku, peralatan, metode penyulingan, serta cara penyimpanan produk. Jika semua
persyaratan tersebut tidak terpenuhi, hasil dari produk minyak atsiri yang didapat tidak akan sesuai.
Kelarutan minyak dapat dilihat dari seberapa jauh minyak tersebut dapat larut dalam alkohol sampai
jernih dengan perbandingan tertentu. Alkohol dapat larut dengan minyak atsiri maka pada komposisi
minyak atsiri yang dihasilkan tersebut terdapat komponen terpen teroksigenasi. Kelarutan minyak
dalam alkohol ditentukan oleh jenis komponen kimia yang terkandung dalam minyak. Pada
umumnya minyak atsiri yang mengandung persenyawaan terpen teroksigenasi lebih mudah larut
daripada yang mengandung terpen. Makin tinggi kandungan terpen makin rendah daya larutnya atau
makin sukar larut, karena senyawa terpen tak teroksigenasi merupakan senyawa nonpolar yang tidak
mempunyai gugus fungsional. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin kecil kelarutan minyak
atsiri pada alkohol (biasanya alkohol 90%) maka kualitas minyak atsirinya semakin baik.
Kadar asam menunjukkan kadar asam bebas dalam minyak atsiri. Kadar asam yang semakin besar
dapat mempengaruhi terhadap kualitas minyak atsiri. Senyawa - senyawa asam tersebut dapat merubah
bau khas dari minyak atsiri. Hal ini dapat disebabkan oleh lamanya penyimpanan minyak dan
adanya kontak antara minyak atsiri yang dihasilkan dengan sinar dan udara sekitar ketika berada pada
botol sampel minyak pada saat penyimpanan. Karena sebagian komposisi minyak atsiri jika
kontak dengan udara atau berada pada kondisi yang lembab akan mengalami reaksi oksidasi
dengan udara (oksigen) yang dikatalisi oleh cahaya sehingga akan membentuk suatu senyawa
asam. Jika penyimpanan minyak tidak diperhatikan atau secara langsung kontak dengan udara
sekitar, maka akan semakin banyak juga senyawa - senyawa asam yang terbentuk.
Komponen - komponen minyak atsiri terutama golongan aldehid dapat membentuk gugus asam
karboksilat sehingga akan menambah nilai bilangan asam suatu minyak atsiri. Hal ini juga dapat
disebabkan oleh penyulingan pada tekanan tinggi (temperatur tinggi), dimana pada kondisi tersebut
kemungkinan terjadinya proses oksidasi sangat besar. Bilangan asam adalah ukuran dari asam lemak
bebas, serta dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak.
35
Prinsip jumlah milligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas dalam 1 gram
minyak.
Bilangan ester adalah bilangan yang menyatakan berapa mg KOH yang diperlukan untuk menyabunkan
ester yang terdapat dalam 1 gram minyak. Jadi, bilangan ester merupakan suatu ukuran kadar ester yang
terdapat dalam minyak. Penetapan bilangan ester dapat terganggu jika dalam lemak terdapat suatu
anhidrida. Teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi bilangan ester adalah dengan cara merefluks
campuran minyak dengan KOH berlebih, sampai terbentuk sabun. Kelebihan KOH yang ditambahkan
selanjutnya dititrasi. Tahap reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
1) Trigliserida + KOH → Gliserol + R–COOK (sabun)
2) KOH (sisa) + HCl → KCl + H2O
PROSEDUR
a. Warna minyak
Pengujian warna minyak didasarkan pada pengamatan visual dengan menggunakan indra penglihatan
langsung terhadap contoh minyak.
• Pipet 10 ml contoh minyak masukkan ke dalam tabung reaksi, hindari adanya gelembung udara
• Sandarkan tabung reaksi berisi contoh minyak pada kertas berwarna putih
• Amati warnanya dengan mata langsung, jarak pengamatan antara mata dan contoh 30 cm.
b. Bobot jenis
Prinsip pengujian ini adalah dengan perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume
dan suhu yang sama.
• Cuci dan bersihkan piknometer, kemudian basuh berturut-turut dengan etanol dan dietil eter.
• Keringkan bagian dalam piknometer tersebut dengan arus udara kering dan sisipkan tutupnya.
• Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan timbang (m).
• Isi piknometer dengan air suling yang telah dididihkan pada dan dibiarkan pada suhu 20 oC, sambil
menghindari adanya gelembung-gelembung udara.
• Celupkan piknometer ke dalam penangas air pada suhu 20oC ± 0,2oC selama 30 menit.
36
W2 x 100%
Sisa penguapan ( % b/b ) =
W1
38
g. Kadar asam
Sebanyak 4 gram sampel dimasukkan dalam labu penyabunan atau Erlenmeyer 100 ml.
Tambahkan 5 ml alkohol netral dan 5 tetes larutan PP.
Asam lemak bebas dititrasi dengan larutan baku KOH 0.1 N.
Isi labu harus digoyangkan terus selama titrasi berlangsung, warna merah muda yang timbul
pertama kali dan tidak hilang dalam 10 detik menunjukkan titik akhir titrasi.
56,1 = BM KOH
G = gram minyak
h. Bilangan ester
Ke dalam larutan contoh minyak hasil titrasi bilangan asam ditambahkan 10 ml larutan KOH 0,5 N
dalam etanol dan ditutup dengan pendingin balik,
panaskan selama 1 jam dihitung sejak larutan mulai mendidih.
setelah 1 jam, minyak didinginkan pada suhu kamar sekitar 15 menit
ditambahkan larutan indikator pp 1% dalam etanol sebanyak 3 tetes.
Kelebihan KOH dititrasi dengan larutan HCl 0,5 N. Dengan carasama dilakukan terhadap blanko.
Perhitungan :
(b a) xNHClx56,1
Bilangan ester =
BobotContoh( gram)
Keterangan :
a = jumlah ml HCl 0,5N untuk titrasi contoh
b = jumlah ml HCl 0,5 N untuk titrasi blanko
N HCl = normalitas larutan HCl
56,1 = bobot molekul KOH
39
PENDAHULUAN
Herbal adalah tanaman atau tumbuhan yang mempunyai kegunaan atau nilai lebih dalam pengobatan.
Dengan kata lain, semua jenis tanaman yang mengandung bahan atau zat aktif yang berguna untuk
pengobatan bisa digolongkan sebagai herbal. Herbal kadang-kadang disebut juga sebagai tanaman
obat, sehingga dalam perkembangannya dimasukkan sebagai salah satu bentuk pengobatan alternatif.
Obat herbal adalah obat yang bersifat organik atau alami, sama seperti tubuh kita. Obat herbal murni
diambil dari saripati tumbuhan yang mempunyai manfaat untuk pengobatan, tanpa ada campuran
bahan kimia buatan (sintetis) dan tanpa campuran hewan. Obat herbal harus berasal dari tumbuhan
(nabati) misalnya jahe, temulawak, kunyit, bawang putih, ginseng dan lain-lain. Jika suatu obat telah
mengandung unsur hewani maka ia tidak dapat disebut sebagai herbal lagi, melainkan masuk dalam
katagori obat tradisional/jamu yang masih dapat bercampur dengan bahan-bahan yang berasal dari
hewan seperti telur atau tripang.
Rempah-rempah Indonesia banyak digunakan untuk produk obat tradisional, produk kecantikan atau
kosmetik, farmasi, bumbu masak, parfum, sabun, dan masih banyak lagi. Indonesia yang beriklim
tropis menjadikannya sebagai daerah yang memiliki berbagai tanaman rempah-rempah dan juga
menjadi tempat yang mudah membudidayakan rempah-rempah. Beberapa sumber rempah-rempah
antara lain cengkeh, kemiri, kemukus, kayu manis, kapulaga, vanili dan lain sebagainya.
Obat tradisional telah dikenal secara turun menurun dan digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan akan kesehatan. Pemanfaatan obat tradisional pada umumnya lebih diutamakan sebagai
upaya menjaga kesehatan atau preventif meskipun ada pula upaya sebagai pengobatan suatu penyakit.
Dengan semakin berkembangnya obat tradisional, ditambah dengan gema kembali ke alam, telah
meningkatkan popularitas obat tradisional. Hal ini terbukti dari semakin banyaknya industri jamu dan
industri farmasi yang memproduksi obat tradisional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, Obat bahan
Alam Indonesia dikelompokkan menjadi : jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Jamu adalah
obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan
cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara
tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang
disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5 – 10 macam
40
bahkan lebih. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup
dengan bukti empiris. Berbeda dengan obat-obatan modern, standar mutu untuk jamu didasarkan pada
bahan baku dan produk akhir yang pada umumnya belum memiliki baku standar yang sesuai dengan
persyaratan. Simplisia nabati, hewani dan pelican yang dipergunakan sebagai bahan untuk
memperoleh minyak atsiri, alkaloid, glikosida atau zat berkhasiat lainnya, tidak perlu memenuhi
persyaratan yang tertera pada monografi yang bersangkutan. Identifikasi simplisia dapat dilakukan
berdasarkan uraian mikroskopik serta identifikasi kimia berdasarkan kandungan senyawa yang
terdapat didalamnya. Uji mikroskopik dilakukan dengan mikroskopik yang derajat perbesarannya
disesuaikan dengan keperluan. Uji mikroskopik serbuk jamu tidak hanya dapt dilakukan melihat
bentuk anatomi jaringan yang khas, tetapi dapat pula menggunakan uji histokimia dengan penambahan
pereaksi tertentu pada serbuk sediaan jamu uji, dan zat kandungan simplisia uji akan memberikan
warna spesifik, sehingga mudah di deteksi.
Obat herbal tersetandart adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam
yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini
membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang
mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi
dengan teknologi maju, jenis ini telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-
penelitian pre-klinik (uji pada hewan) dengan mengikutis tandar kandungan bahan berkhasiat, standar
pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas
akut maupun kronis.
Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disetarakan dengan obat modern
karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji
klinik pada manusia dengan kriteria memenuhi syarat ilmiah, protokol uji yang telah disetujui,
pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip etika, tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat. Dengan
uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana
pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena
manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah. Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus
cangkang kapsul, keras atau lunak. Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat
tambahan lain. Kapsul adalah bentukan, yag memiliki bodi berongga alastis dan ukuran yang berbeda,
serta mengandung sejumlah bahan obat padat (berbentuk serbuk, digranulasi, dipeletisasi atau di
tabletasi).
41
PROSEDUR
a. Pengenalan tanaman herbal dan rempah
Praktikan membuat penjelasan berbagai tanaman herbal dan rempah disertai gambar dan
kegunaannya.
coklat jika mengandung aleuron. Sedikit serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditetesi
dengan pereaksi Luff dan dipanaskan, jika mengandung pati akan menghasilkan endapan merah
bata.
44
PENDAHULUAN
Keberadaan teh, kopi dan coklat pada masyarakat Indonesia saat ini cukup populer. Di Indonesia kopi,
teh dan coklat lebih populer sebagai bahan penyegar. Bahan penyegar adalah semua bahan yang nabati
yang dapat merangsang pemakainya. Pada umumnya bahan-bahan tersebut mengandung zat
perangsang. Kopi, teh dan coklat digolongkan sebagai bahan penyegar karena mengandung alkaloid
yang bersifat merangsang. Kopi dan teh mengandung kafein,sedangkan coklat mengandung
theobromin. Produk kopi dan coklat diolah dari biji buah,sedangkan produk teh diolah dari daun. Teh
dan kopi yang dikonsumsi kebanyakan adalah hasil olahan instant yang dikemas dalam botol atau
kemasan. Begitu pula dengan coklat. Teh dan kopi dalam kemasan tersebut kini menjadi lebih populer
daripada teh dan kopi seduh. Kebiasaan minum teh dan kopi di Indonesia menjadikan teh dan kopi
layaknya air putih dan melupakan budaya dari teh dan kopi itu sendiri.
Bahan penyegar adalah semua bahan nabati yang dapat merangsang pemakainya, baik digunakan
untuk merokok (furnitori), menyirih (mastikatori) ataupun dalam minuman. Mengapa disebut penyegar
karena bias merangsang respon syaraf untuk lebih aktif sehingga menghasilkan efek segar. Yang
termasuk bahan penyegar antara lain kopi, teh, coklat dan tembakau. Pada umumnya bahan – bahan
tersebut mengandung zat perangsang yang temasuk golongan alkaloid.
Tanin sangat memegang peranan penting di dalam penentuan mutu teh hitam maupun teh hijau.
Selama pengolahan teh hitam, terutama pada tahap pemeraman atau fermentasi, tannin dioksidasi dan
hasil oksidasi ini akan terkondensasi. Hasil kondensasi tanin inilah yang menentukan warna seduhan
teh tersebut. Tanin setelah dilarutkan dalam air, kemudian dititrasi dengan oksidator yang akan
membentuk gugus warna kuning terang.
PROSEDUR
a. Analisis seduhan
Timbang 5 g produk kering, kemudian tambahkan 150 ml air mendidih, diaduk dan didiamkan
selama 5 menit.
Lakukan penyaringan menggunakan saringan teh.
Ampas dikeringkan dan ditimbang, hitung berapa bahan yang terekstrak.
Seduhan diamati secara organoleptik meliputi warna, aroma, rasa sepat, rasa segar, endapan
yang terbentuk.
b. Kadar sari
Timbang 10 g produk kering masukkan ke dalam gelas piala 300 ml, tambahkan 200 ml air
kemudian dipanaskan sampai mendidih selama 5 menit dan biarkan dingin.
Setelah dingin ditimbang dan ditambahkan air sampai pada bobot semula.
Seduhan diaduk dan disaring.
Filtrat dimasukkan ke dalam cawan petri dan diuapkan di atas penangas air sampai kering.
Pengeringan dilanjutkan di dalam oven pengering 105 OC selama 1 jam, dinginkan dalam
desikator dan ditimbang.
Bobot endapan setelah pengeringan
Kadar sari = --------------------------------------------------------------- x 100 %
Bobot sampel daun teh
c. Uji defect
Lakukan analisa mutu kopi beras berdasarkan kerusakannya (identity the coffee defect).
Ambil kopi beras sebanyak 50-100 gram.
Pilah-pilah kopi beras tersebut menurut jenis cacat/kerusakan seperti yang ditampilkan pada
Coffee Quality Guide.
Tentukan mutu kopi beras yang ada berdasarkn nilai cacat seperti pada tabel 5 berikut.
d. Cupping test
Giling biji hingga kehalusan medium coarse atau medium.
Rebus air panas 96 °C.
Cium aroma dari bubuk kopi (analisa pertama). Catat pada flavor note wheel.
Seduh 8,5 gram bubuk dengan 150 ml air panas.
Diamkan seduhan selama 4 menit.
Cium kembali aroma setelah diseduh (analisa kedua). Catat pada flavor note wheel.
Dengan sendok cupping, pinggirkan bubuk yang ada di permukaan, lalu cium aroma (analisa
ketiga). Catat pada flavor note wheel.
Sisihkan bubuk di permukaan ke wadah lain.
Ambil satu sendok cupping air seduhan, sesap hingga memenuhi mulut. Catat pada flavor note
wheel.
e. Kadar tanin
Sebanyak 1 g sampel contoh di dalam gelas piala direbus dalam 80 ml akuades selama 30 menit.
Filtrat disaring dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml kemudian ditera (filtrat 1).
Sebanyak 2 ml filtrat 1 ditambah 150 ml akuades dan 5 ml larutan indigokarmin, kemudian
dititrasi dengan KMnO4 0.01 N hingga warna berubah menjadi kuning emas pada permukaan
cairan, misal diperlukan a ml.
Sebanyak 20 ml filtrat 1 ditambah 10 ml larutan gelatin, 20 ml larutan garam asam dan 2 g
kaolin powder. Selanjutnya dikocok hingga dengan kuat beberapa menit dan disaring (filtrat 2).
Sebanyak 5 ml cairan dipipet ditambah larutan indigokarmin dan 150 ml akuades dan dititrasi
menggunakan larutan KMnO4 0.01 N, misal diperlukan sebanyak b ml.
Perhitungan:
N (P1x N x a – P2 x N x b) 0.0042
Kadar tanin (%) = ------- x -------------------------------------------- x 100 %
0.1 berat contoh awal
Keterangan:
A : ml KMnO4 titrasi cairan a
B : ml KMnO4 titrasi cairan b
P1 : pengenceran larutan a
P2 : pengenceran larutan b
N : normalitas KmnO4
47
PENDAHULUAN
Sayuran dan buah-buahan mempunyai sifat fisik yang berbeda. Perbedaan tingkat kematangan juga
menyebabkan perbedaan sifat fisik. Sifat fisik buah dan sayur antara lain : warna, aroma, rasa, bentuk,
ukuran, dan kekerasan, umumnya diamati secara subyektif. Komposisi setiap macam sayuran dan buah-
buahan berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perbedaan varietas, keadaan cuaca tempat
tumbuh, pemeliharaan tanaman, dan kondisi penyimpanan. Sayuran dan buah-buahan mempunyai kadar
air yang tinggi yaitu sekitar 75-95%, umumnya rendah dalam kadar protein dan lemak. Sayuran
dikonsumsi dengan cara yang bervariasi, baik sebagai bagian dari menu utama maupun sebagai makanan
sampingan. Kandungan nutrisi antara sayuran yang satu dan sayuran yang lain pun berbeda. Umumnya
sayuran mengandung vitamin, provitamin, mineral, serat dan karbohidrat yang bermacam-macam.
Beberapa jenis sayuran bahkan dianggap mengandung zat antioksidan, antibakteri, antijamur, maupun zat
anti racun. Walaupun berkadar air tinggi, buah-buahan tidak dianggap sayur-sayuran karena biasanya
dikonsumsi langsung karena rasanya yang manis dan tidak cocok untuk disayur. Beberapa sayuran dapat
pula menjadi bagian dari sumber pengobatan, bumbu masak, atau rempah-rempah.
Buah yang dipetik sebelum masak, perkembangannya belum penuh. Buah seperti ini tidak mampu
mengembangkan rasa manis atau lezatnya rasa dan aromanya dengan penuh. Oleh karena itu, petani yang
baik akan memetik buah-buahannya pada waktu yang paling tepat dan baik untuk dimakan. Petani yang
baik hanya akan memetik buah yang sudah masak di pohon dan membiarkan yang masih belum cukup
umur. Namun, beberapa buah tertentu seperti pisang, dipetik dalam kondisi belum masak namun telah
matang. Buah ini disebut buah klimakterik. Kemasakan akan diperoleh selama proses transportasi atau
penyimpanan karena terbentuknya gas etilen. Masaknya buah disebabkan oleh terjadinya perubahan
kimiawi yang sangat kompleks. Selama proses pematangan, warna, rasa, tekstur, dan aroma buah
mengalami perubahan. Pisang misalnya, mula-mula berwarna hijau, kemudian kuning keemasan, lambat-
laun berubah kecoklatan, kemudian layu, melunak, lewat masak dan akhirnya busuk. Buah yang masih
muda berwarna hijau karena mengandung klorofil. Pada waktu buah menjadi tua, klorofil berubah
menjadi pigmen alamiah yang berwarna kuning, merah, atau lainnya sesuai dengan jenis buah. Warna
merupakan petunjuk tingkat kemasakan buah. Warna hijau menandakan buah yang masih muda, kecuali
apel hijau, melon, anggur, gosberi, sejenis mangga, plum hijau, dan pisang. Warna yang menyala
kekuning-kuningan, merah muda, atau merah tua merupakan tanda bahwa kualitas buah bagus. Hampir
semua orang pernah mengalami kesukaran memperoleh buah-buahan terbaik. Sering terjadi buah-buahan
49
yang dipasarkan telah mengalami kerusakan selama pemrosesan atau selama perjalanan mulai dari
kerusakan kecil, memar, atau bahkan hancur sama sekali.
Sayuran dan buah-buahan sebagai tanaman hortikultura memiliki umur kurang dari satu tahun dan
merupakan tanaman musiman yang mempunyai arti penting dalam menambah variasi pada makanan,
disamping kontribusi sebagai sumber mineral (P, Ca dan Fe) dan vitamin (A dan C). Warnanya
ditentukan oleh kandungan zat warna yang disebut khlorofil, karotenoid dan flavonoid. Warna tersebut
dapat dijadikan indikasi kesegaran dalam konsumsi. Pada praktikum ini akan diamati sifat fisik dan
organoleptik buah dan sayuran, sifat kimia dan karakteristik produk olahan buah dan sayur.
Nilai dari kekerasan buah dan sayur dipengaruhi oleh tingkat kemasakan buah dan sayur tersebut. Nilai
kekerasan buah dan sayur cenderung menurun selama penyimpanan akibat proses pematangan. Beberapa
hal yang menyebabkan penurunan kekerasan buah dan sayur adalah suhu, tempat penyimpanan, respirasi
dan transpirasi.
Suhu dingin sangat mempengaruhi perubahan nilai kekerasan buah dan sayur. Semakin rendah suhu
penyimpanan semakin lambat penurunan nilai kekerasan buah dan sayur. Salah satu bentuk penilaian
bahwa suatu produk pertanian masih layak simpan untuk dikonsumsi adalah ketika tekstur buah dan sayur
masih cukup keras. Pada penyimpanan dengan suhu ruang, buah dan sayur cepat menjadi lunak.
Penurunan tingkat kekerasan ini terjadi akibat proses pematangan sehingga komposisi dinding sel berubah
menyebabkan menurunnya tekanan turgor sel dan kekerasan buah dan sayur menurun. Perubahan
kekerasan ini dapat dijadikan indikator tingkat kematangan buah dan sayur.
Derajat keasaman buah ditentukan oleh nilai pH. Nilai pH pada buah berbeda beda tergantung jenis dan
varietasnya dan juga tingkat kematangan buah tersebut. pH didalam buah berkaitan dengan kadar asam
yang terkandung didalamnya. Makin asam buah tersebut, maka makin kecil pula nilai pHnya.
Pengukuran pH dapat dilakukan dengan menggunakan alat berupa pHmeter ataupun kertas pH.
PROSEDUR
a. Uji kekerasan
• Kekerasan sayuran dan buah-buahan dapat diukur dengan penetrometer.
• Penusukan dilakukan sebanyak 10 kali pada 10 tempat, waktu diukur dengan stopwatch.
• Angka yang diperoleh dirata-ratakan, dan satuan yang digunakan adalah mm per 10 detik dengan
beban tertentu yang dinyatakan dalam gram.
b. Penentuan nilai pH
• Penentuan nilai pH dilakukan dengan pH-meter.
• Sebanyak 100 gram cairan atau buah-buahan dihancurkan dalam mortar (untuk bahan yang kadar
airnya rendah dapat ditambahkan air destilata sebanyak 100 ml).
• Hancuran yang diperoleh diukur pHnya, pengulangan dilakukan sebanyak 5 kali dan hasilnya
kemudian dirata-ratakan.
Keutuhan
Keutuhan adalah bagian dari keripik yang utuh, dinyatakan utuh bila tidak pecah, kurang dari 70%
setiap keripik, dan dinyatakan tidak utuh bila pecah sampai remuk;
Keutuhan dinilai berdasarkan yang utuh dari keseluruhan isi kemasan dan dilakukan dengan
memisahkan yang utuh laiu ditimbang.
Kadar air
Timbang 2 g contoh dalam wadah yang sudah diketahui bobotnya.
52
PENDAHULUAN
Serat alami telah menunjukkan keunggulan dalam beberapa tahun terakhir. Keunggulan dari serat alami
dibandingkan dengan serat sintetis adalah harganya murah, densitas rendah, mudah lepas, bahan
terbarukan dan terbiodegradasi dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Akibatnya, ada peningkatan
upaya untuk mengeksplorasi serat alam baru dan penggunaan serat tanaman oleh sektor industri yang
berbeda, seperti komposit untuk aplikasi otomotif dan untuk menggantikan serat sintetis.
Serat alami meliputi serat yang diproduksi oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, dan proses geologis. Serat
jenis ini bersifat dapat mengalami pelapukan. Serat alami dapat digolongkan ke dalam:
Serat tumbuhan/serat pangan; biasanya tersusun atas selulosa, hemiselulosa, dan kadang-kadang
mengandung pula lignin. Contoh dari serat jenis ini yaitu katun dan kain ramie. Serat tumbuhan
digunakan sebagai bahan pembuat kertas dan tekstil. Serat tumbuhan juga penting bagi nutrisi manusia.
Serat kayu, serat yang berasal dari batang tumbuhan berkayu.
Serat hewan, umumnya tersusun atas protein tertentu. Contoh dari serat hewan yang dimanfaatkan oleh
manusia adalah serat ulat (sutra) dan bulu domba (wol).
Serat mineral, umumnya dibuat dari asbestos. Saat ini asbestos adalah satu-satunya mineral yang secara
alami terdapat dalam bentuk serat panjang.
Banyak diantara serat-serat alam ini, telah dikembangkan sebagai penguat dalam bahan komposit.
Bahan-bahan komposit serat alam telah meningkat penggunaan karena harganya relatif murah, mampu
untuk didaur ulang dan dapat bersaing dengan baik berdasarkan kekuatan per berat dari material.
Contoh uji dipotong dengan dimensi 76 x 63 mm dan disimpan pada kondisi standar.
Contoh uji diletakkan pada penjepit sampel dan dilakukan penyobekan awal dengan menggunakan
sampel yang telah tersedia pada alat uji yang telah dikalibrasi sebelumnya.
Kemudian, tekan alat penahan sehingga pendulum mengayun dan menyobek kertas. Angka skala
dalam gf atau mN (1 gf = 9,087 mN) yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk dicatat.
Ketahanan sobek dihitung dengan rumus berikut,
X = (F x p) / n
Indeks sobek (N.m2/g)= X (mN) / Gramatur (g/m2)
Keterangan:
X = ketahanan sobek (mN)
F = pembacaan skala rata-rata (mN)
n = jumlah lembar contoh uji
p = faktor pendulum (biasanya 2, 4, 8,16, 32, 64)
PENDAHULUAN
Polimer merupakan molekul yang terbentuk dari penggabungan molekul-molekul sederhana (monomer)
menjadi bentuk rantai yang panjang. Polimer terbentuk dari hasil polimerisasi. Polimerisasi merupakan
proses penggabungan beberapa molekul sederhana atau monomer menjadi molekul besar atau
polimer. Banyak barang-barang yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari merupakan hasil
polimerisasi contohnya plastik, karet, serat, nilon, pipa air dan lain-lain.
Polimer buatan (sintesis) merupakan polimer yang tidak terdapat di alam tetapi hasil sintesis dari
monomer-monomernya. Contohnya plastik, nilon, PVC dan lain-lain.
59
Lateks adalah bahan yang berupa getah yang dihasilkan dari penyadapan kulit batang tanaman karet
(Hevea brasiliensis) dan merupakan bahan baku karet alam. Lateks mengandung polimer berupa
poliisoprena dengan derajat polimerisasi antara 200-4000. Molekul poliisoprena ini diliputi oleh molekul
protein sehingga membentuk suatu sistem koloid dalam air. Kestabilan sistem koloid ini dipengaruhi oleh
banyak hal diantaranya pH, adanya goncangan atau gangguan mekanis lateks, dan adanya zat anti
koagulan. Penggumpalan lateks di industri biasanya dilakukan dengan penambahan asam formiat. Lateks
memiliki pH 6,5-7, dan densitas 0,95 g/cm3. Lateks segar yang diperoleh dari hasil sadapan
mempunyai pH 6,5. Agar dapat terjadi penggumpalan atau koagulasi, pH yang mendekati netral tersebut
harus diturunkan sampai pH 4,7. Penggumpalan dapat terjadi dengan penambahan asam (menurunkan
pH), sehingga koloid karet mencapai titik isoelektrik dan terjadilah penggumpalan.
60
Ribbed Smoked Sheet (RSS) adalah salah satu jenis produk olahan yang berasal dari lateks/getah tanaman
karet Hevea brasiliensis yang diolah secara teknik mekanis dan kimiawi dengan pengeringan
menggunakan rumah asap serta mutunya memenuhi standard. Beberapa faktor penting yang memengaruhi
mutu akhir pada pengolahan RSS diantaranya adalah pembekuan atau koagulasi lateks, pengasapan dan
pengeringan. Karet lembaran asap bergaris digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan ban
kendaraan bermotor. Pada RSS mutu 1, bila terdapat gelembung-gelembung berukuran kecil (seukuran
jarum pentul) masih diperkenankan, asalkan letaknya tersebar merata. RSS mutu 2, lembaran masih
menerima gelembung udara serta noda kulit pohon yang ukurannya agak besar (dua kali ukuran jarum
pentul). Pada RSS mutu 3, bila terdapat cacat warna, gelembung udara besar (tiga kali ukuran jarum
pentul), ataupun noda-noda dari kulit tanaman karet, masih ditolerir. Pada RSS mutu 4, yang
diperkenankan adalah bila terdapat gelembung udara kecil-kecil sebesar 4 kali ukuran jarum pentul, karet
agak rekat atau terdapat kotoran kulit pohon asal tidak banyak. Dibanding dengan kelas RSS yang lain
RSS 5 adalah yang terendah standarnya. Bintik-bintik, gelembung kecil, noda kulit pohon yang besar,
karet agak rekat, kelebihan asap dan sedikit belum kering masih termasuk dalam batas toleransi.
PROSEDUR
a. Penentuan Densitas Lateks
Masukkan 25 ml lateks pada piknometer/gelas ukur
Hitung berat lateks tersebut dengan mempertimbangkan berat piknometer/gelas ukur
Hitung densitas lateks (massa per volume lateks)
d. Kelarutan
Ambil sedikit contoh kering (karet kering/karet gelang) kemudian uji dan bandingkan kelarutannya
dalam pelarut benzene, air, aseton, karbon tetra klorida, toluene, minyak tanah dan bensin.
e. Karakterisasi Pektin
Berat ekivalen (BE)
• Pektin sebanyak 0,5 g ditambahkan 2 mL etanol 95% dan dilarutkan dalam NaCl 2,5%.
• Campuran ditetesi dengan indikator fenolftalein sebanyak 5 tetes dan dititrasi dengan NaOH 0,1 N
hingga terbentuk warna merah muda.
• Volume titran yang digunakan dicatat untuk menghitung berat ekivalen pektin menggunakan
rumus:
BE = bobot sampel (mg)
V NaOH (ml) x N (NaOH) ml
Kadar metoksil
• Larutan hasil analisis berat ekivalen (BE) ditambahkan larutan NaOH 0,2 N sebanyak 25 mL,
diaduk dan didiamkan selama 30 menit dalam keadaan tertutup pada suhu kamar.
• Selanjutnya ditambahkan 25 mL larutan HCl 0,2 N, ditetesi dengan pp sebanyak 5 tetes kemudian
dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda.
• Volume titran yang terpakai selanjutnya digunakan untuk menentukan kadar metoksil:
Kadar metoksil = V NaOH (ml) x N (NaOH) ml x 31 x 100%
Bobot sampel (mg)
f. Karakterisasi Chitosan
Kadar protein
Timbang sampel 0.1 g, tambahkan 1.0 g katalisator (campuran CuSO 4 dan Na2SO4) atau serbuk
Selenium.
Tambahkan 5 ml H2SO4 pekat, panaskan di ruang asam sampai jernih (katalisator Se) atau hijau
muda katalisator campuran CuSO4 dan Na2SO4.
Setelah selesai destruksi, didinginkan terlebih dahulu kemudian dituang ke dalam labu distilasi pada
Kjeldahl Apparatus.
Tambahkan 10 ml NaOH 50 % (sampai berwarna hitam).
Pasang penampung Erlenmeyer berisi 25 ml HCl 0.02 N dan indikator Mengsel (warna merah
ungu).
Lakukan distilasi sampai volume distilat dua kali lipat.
Distilat dititrasi dengan NaOH 0.02 N sampai warna hijau.
Lakukan titrasi blanko sebanyak 25 ml HCl 0.02 N
Kadar Nitrogen dihitung :
(A – B) x 0.02 N x 0.14
Kadar N = ------------------------------------------- x 100 %
W
PENDAHULUAN
Rumput laut (seaweed) adalah jenis ganggang yang berukuran besar (macroalgae) yang termasuk
tanaman tingkat rendah dan termasuk divisi thallophyta. Rumput laut memiliki sifat morfologi yang
mirip, karena rumput laut tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar, batang dan daun
walaupun sebenarnya berbeda. Bentuk-bentuk tersebut sebenarnya hanyalah thallus. Bentuk thallus
rumput laut bermacam-macam antara lain, bulat seperti tabung, pipih, gepeng, dan bulat seperti
kantong dan rambut dan sebagainya. Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis
ganggang merah (Rhodophyceae) karena mengandung agar-agar dan karagenan. Senyawa yang
terkandung dalam produk tersebut tergolong polimer. Produk ini banyak diaplikasikan secara luas
pada berbagai produk antara lain pangan, obat dan kosmetika yang berfungsi thickener, film forming,
pembentuk gel, pembentuk body produk, media pertumbuhan mikroba, dan lain lain.
Agar merupakan hidrokoloid rumput laut yang memiliki kekuatan gelyang sangat kuat. Senyawa ini
dihasilkan dari proses ekstraksi rumput laut kelas Rhodophyceae terutama genus Gracilaria, Gelidium.
Agar merupakan senyawa polisakarida dengan rantai panjang yang disusun daridua pasangan molekul
agarose dan agaropektin. Fungsi utama agarose adalah untuk mencegah terjadinya dehidrasi dari
makanan yang ditambahkan. Agar-agar bubuk merupakan komoditas yang diekspor dan beberapa
pengusaha sudah mengusahakan dalam skala industri. Di Indonesia agar agar sudah mulai di produksi
pada tahun 1930, dan sekarang beberapa industri pengasil agar-agar sudah banyak memproduksi,
Untuk mengekspor bubuk agar-agar mutu produk harus memenuhi persyaratanuntuk bubuk agar-agar
di Indonesia umumnya menggunakan jenis glacelaria.
Karagenan adalah senyawa hidrokoloid, merupakan senyawa polisakarida rantai panjang yang
diekstrak dari rumput laut jenis karagenofit seperti Eucheuma sp, Hypnea sp. Karagenan dibedakan
menjadi 3 macam yaitu iota karagenan, kappa karagenan dan lambda karagenan. Ketiganya berbeda
dalam sifat gel. Kappa karagena menghasilkan gel yang kuat,sedangkan iota karagenan membentuk gel
yang halus dan mudah dibentuk.
Alginat merupakan hidrokoloid yang diekstrak dari alga coklat atau Phaeophyceae. Rumput laut
penghasil alginat diantaranya adalah genus Sargassum dan Turbinaria. Alginat menjadi penting karena
penggunaannya yang luas dalam industri karena sifatnya sebagai pembentuk gel, bahan
pengemulsi. Di dalam bidang kosmetik dan farmasi, alginate dimanfaatkan dalam bentuk asam alginat,
64
garam sodium alginat dan kalsium alginat.Natrium alginat sebagai food grade harus bebas dari
selulose dan warnanya sudah dilunturkan, sehingga menjadi putih. Sedangkan untuk yang mutu
industrial untukwarna masih diperbolehkan adanya beberapa bagian dari selulose dengan warna coklat
sampai mengarah ke putih dengan kisaran pH 3.5-10, viskositas larutan 1% alginat, kadar air 5-20%
dengan ukuran partikel 10-200 standar mesh.
PROSEDUR
a. Karakteristik rumput laut
Organoleptik
Amati karakteristik organoleptik contoh meliputi penampakan, bau dan tekstur. Catat hasilnya.
Kadar air
Timbang 2 g contoh dalam wadah yang sudah diketahui bobotnya.
Keringkan pada oven suhu 1050C sampai bobot konstan
Dinginkan dalam desikator
Perhitungan:
b. Karakteristik agar-agar
Kadar air
Timbang 2 g contoh dalam wadah yang sudah diketahui bobotnya.
Keringkan pada oven suhu 1050C sampai bobot konstan
Dinginkan dalam desikator
Perhitungan:
Kadar abu
Panaskan cawan porselin dalam oven selama ±30 menit
Dinginkan dalam desikator selama ± 30 menit, timbang sampai diperoleh bobot konstan
Timbang sampel sebanyak 0,5 – 1 gram dan masukkan ke dalam cawan
Pijarkan dalam tanur sampai terbentuk abu berwarna putih
Dinginkan dalam desikator selama 30 menit dan timbang sampai diperoleh bobot konstan
Kadar abu dari bahan dapat dihitung dengan rumus :
bobot endapan (g)
% Kadar abu = x 100%
bobot sampel (g)
Penentuan nilai pH
Penentuan nilai pH dilakukan dengan pH-meter.
Sebanyak 100 gram contoh ditambahkan air destilata sebanyak 100 ml.
Larutan yang diperoleh diukur pHnya, pengulangan dilakukan sebanyak 5 kali dan hasilnya
kemudian dirata-ratakan.
c. Karakteristik karagenan
Kadar air
Timbang 2 g contoh dalam wadah yang sudah diketahui bobotnya.
Keringkan pada oven suhu 1050C sampai bobot konstan
Dinginkan dalam desikator
Perhitungan:
Kadar abu
Panaskan cawan porselin dalam oven selama ±30 menit
Dinginkan dalam desikator selama ± 30 menit, timbang sampai diperoleh bobot konstan
Timbang sampel sebanyak 0,5 – 1 gram dan masukkan ke dalam cawan
Pijarkan dalam tanur sampai terbentuk abu berwarna putih
Dinginkan dalam desikator selama 30 menit dan timbang sampai diperoleh bobot konstan
Kadar abu dari bahan dapat dihitung dengan rumus :
66
Penentuan nilai pH
Penentuan nilai pH dilakukan dengan pH-meter.
Sebanyak 100 gram contoh ditambahkan air destilata sebanyak 100 ml.
Larutan yang diperoleh diukur pHnya, pengulangan dilakukan sebanyak 5 kali dan hasilnya
kemudian dirata-ratakan.
Kadar abu
Panaskan cawan porselin dalam oven selama ±30 menit
Dinginkan dalam desikator selama ± 30 menit, timbang sampai diperoleh bobot konstan
Timbang sampel sebanyak 0,5 – 1 gram dan masukkan ke dalam cawan
Pijarkan dalam tanur sampai terbentuk abu berwarna putih
Dinginkan dalam desikator selama 30 menit dan timbang sampai diperoleh bobot konstan
Kadar abu dari bahan dapat dihitung dengan rumus :
bobot endapan (g)
% Kadar abu = x 100%
bobot sampel (g)