Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Agroindustri Halal ISSN 2442-3548 Volume 3 Nomor 1, April 2017 028

ANALISIS EKUIVALENSI TINGKAT KEMANISAN


GULA DI INDONESIA
ANALYSIS OF EQUIVALENCE SWEETNESS
SUGAR IN INDONESIA
Maya Kurniawatia
aBalaiBesar Pengawas Obat dan Makanan di Palembang, Jl. Pangeran Ratu. Seberang Ulu I,
Kota Palembang. 30000
Korespondensi: Maya Kurniawati, E-mail: maya.bpom@gmail.com

ABSTRACT
Granulated sugar is an important commodity in Indonesia because of the many
processed foods that use sugar as an ingredient. Outstanding common sugar is bulk sugar
and sugar-branded rafination. Branded sugar comes from processed plant that has a color
whiter than the bulk granulated sugar. The purpose of this study was to obtain the
equivalence ratio between the sweetness of sugar bulk, branded refined sugar, and artificial
sweetener aspartame. Analysis of the equivalence sweetness using descriptive analysis
method magnitude estimation. Descriptive analysis is a sensory analysis to get a sensory
description of food products. This method is a subjective quantitative methods directly using
the reference test. Results equivalence branded sugar and sweetness in sugar output shows
that branded sugar sweetness level of 1.04 times, the bulk sugar 1.02 times, and artificial
sweeteners aspartame 31 times from reference sucrose 9 %.
Keywords : sugar, aspartame, magnitude estimation.

ABSTRAK
Gula pasir adalah komoditi penting di Indonesia karena banyaknya pangan olahan
yang menggunakan gula sebagai bahan pembuatannya. Gula pasir yang umum beredar yaitu
gula pasir curah dan gula pasir bermerk terafinasi. Gula bermerk berasal dari olahan pabrik
yang memiliki warna lebih putih dibandingkan dengan gula pasir curah. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendapatkan perbandingan ekuivalensi kemanisan antara gula
curah, gula rafinasi bermerk, dan pemanis buatan aspartam. Analisis ekuivalensi tingkat
kemanisan menggunakan metode analisis deskriptif magnitude estimation. Analisis
deskriptif merupakan analisis sensori untuk mendapatkan deskripsi sensori produk pangan.
Metode ini merupakan metode kuantitatif subjektif langsung dengan menggunakan reference
dalam pengujiannya Hasil ekuivalensi kemanisan pada gula bermerk dan gula curah
memberikan hasil bahwa kadar kemanisan gula bermerk lebih baik dari gula curah. Kadar
kemanisan gula bermerk 1,04 kali , gula curah 1,02 kali, aspartam 31 kali dari sukrosa 9%.
Kata kunci : gula, aspartam, magnitude estimation

Maya, K. 2017. Analisis Ekuivalensi Tingkat Kemanisan Gula di Indonesia. Jurnal Agroindustri Halal
3(1): 028 – 032.
029 Maya Analisis Ekuivalensi Tingkat Kemanisan Gula

PENDAHULUAN digunakan untuk memperbaiki suatu


produk.
Gula merupakan komoditas yang
cukup strategis di Indonesia. Banyak
MATERI DAN METODE
olahan pangan memakai gula sebagai
pemberi rasa dalam produknya. Alat dan Bahan
Menurut Sugiyanto (2007), Indonesia Alat yang digunakan adalah
pada tahun 2020 diperkirakan timbangan analitis, gelas ukur, sendok,
penduduknya mengkonsumsi gula gelas saji, label, dan marker. Bahan yang
sebanyak 3,37 juta ton. Gula pasir digunakan adalah sukrosa atau gula pasir
merupakan komoditi penyumbang curah (non rafinasi), gula bermerk (gula
kebutuhan kalori keempat setelah padi- rafinasi), aspartam, air sebagai pelarut,
padian, pangan hewani, serta minyak bahan penetral (dalam praktikum ini
dan lemak, dengan pangsa pasar sekitar digunakan air minum).
6,7 %.
Gula curah dan gula bermerk Metode
merupakan gula yang umum beredar di Cara Penyiapan Sampel Uji.
masyarakat. Kedua jenis gula itu sama- Sampel yang digunakan adalah
sama berasal dari air tebu. Perbedaan dari pemanis dalam larutan teh hitam celup
kedua gula putih kristal ini adalah dari (merk Sosro). Enam buah teh celup
segi warna. Gula bermerk berasal dari diseduh dengan 1200 ml air panas selama
olahan pabrik yang memiliki warna lebih 3 menit. Air teh yang telah jadi dibagi ke
putih dibandingkan dengan gula pasir dalam enam wadah yang berbeda.
curah. Menurut mitos masyarakat gula Masing-masing wadah ditambahkan
berwarna lebih gelap (gula curah) pemanis (gula curah, gula bermerk, dan
memiliki angka kemanisan yang lebih aspartam) berdasarkan konsentrasi yang
daripada gula yang berwarna lebih putih. telah ditetapkan. Lima deret konsentrasi
Oleh sebab itu dilakukan penelitian dibuat dari masing-masing pemanis.
perbandingan ekuivalensi kemanisan pada Deret konsentrasi yang dibuat dapat
gula pasir curah, gula pasir pabrikan, dan disajikan pada Tabel 1.
pemanis buatan memakai metode analisis Kode tiga digit angka acak diberikan
deskriptif magnitude estimation. pada wadah sampel uji dengan bantuan
Analisis deskriptif analisis sensori tabel bilangan acak. Setelah itu sebanyak
untuk mendapatkan deskripsi sensori i 20 ml larutan dituangkan pada masing-
produk pangan (Gacula, 1997). Menurut masing wadah yang telah diberi kode
Rahayu (1998), uji deskriptif adalah angka. Sampel diicip dengan cara
analisis sesnori yang dapat meminum air pada umumnya (langsung
menggambarkan sifat sensori suatu lewat gelas tanpa menggunakan sendok).
produk dengan lebih komplek dan
lengkap. Tabel 1. Seri konsentrasi untuk pengujian
Gacula (1997) menyatakan bahwa Magnitude Estimation
analisis deskriptif sering digunakan Bahan Konsentrasi (%)
untuk mengkontrol kualitas suatu Gula curah 4 6 8 10 12
produk secara sensori dibandingkan Gula 5 7 9 11 13
dengan produk sejenis serta medapatkan bermerk
data konsumen di pasar untuk Aspartam 0,08 0,13 0,17 0,21 0,26
melakukan pemetaan dan memperoleh
data sensori yang digunakan untuk Cara Penyajian Sampel Uji.
mengembangkan produk baru. Selain itu Dalam penyajian sampel masing-
masing seri pengujian diberikan sampel
Jurnal Agroindustri Halal ISSN 2442-3548 Volume 3 Nomor 1, April 2017 030

reference (R) sebagai pembanding bagi HASIL DAN PEMBAHASAN


tiap-tiap sampel yang diicip serta Gula curah dan Gula bermerk
diperhatikan kaidah pengacakan (random) merupakan gula kristal putih yang umum
untuk menghilangkan efek psikologis yang beredar di masyarakat. Kedua jenis gula
tidak diinginkan. itu sama-sama berasal dari air tebu.
Perbedaan dari kedua gula kristal ini
Analisis Magnitude Estimation adalah dari segi warna. Gula bermerk
(Meilgaard, 1999). memiliki dengan warna yang lebih putih
Kadar kekuatan kemanisan gula dibandingkan dengan gula pasir curah.
ditentukan dengan metode yang telah Menurut ICUMSA (International
umum dipakai yaitu metode Magnitude Commision For Uniform Methods Of Sugar
estimation. Metode ini merupakan metode Analysis) yaitu lembaga yang menaungi
kuantitatif subjektif langsung dengan tentang gula membuat rating atau grade
menggunakan reference dalam kualitas warna gula. Perbedaan warna
pengujiannya (Moraes dan Bolini, 2010). gula yang menunjukkan kemurnian dan
Gula 9% digunakan sebagai reference. banyaknya kotoran yang terdapat dalam
Penelitian menggunakan panelis semi
gula tersebut bukan menunjukkan tingkat
terlatih sebanyak 30 orang. Panelis kemanisan. Warna dari gula yang berbeda
memiliki kondisi sehat, tidak lapar, dan
terletak perbedaan proses klarifikasi dari
bersedia mengikuti uji organoleptik. tanaman hingga menjadi gula pasir.
Menurut Pasquet et al (2006) didapatkan
Teknologi klarifikasi gula merupakan
bahwa panelis pada kondisi lapar tingkat proses pemisahan gula (sukrosa) dan
sensitifitasnya akan lebih tinggi daripada kemurnian dari air tebu atau beet yang
keadaan kenyang. Schiffman (1993), juga dihasilkan. Namun di masyarakat telah
mnyatakan bahwa panelis dalam keadaaan beredar mitos dalam bahwa gula curah
sakit atau dalam masa pengobatan yang berwarna lebih gelap (gula curah)
mempengaruhi kesensitifan indera lebih manis daripada gula berwarna putih
pengecapnya. (gula bermerk).
Penelitian untuk menentukan
Pengolahan Data Analisis equivalen kemanisan gula tersebut
Tabulasi data atau pembuatan matriks menggunakan Magnitude estimation.
respon dengan baris dan kolom sebagai
Metode ini merupakan metode kuantitatif
konsentrasi sampel. Respon masing- subjektif langsung dengan menggunakan
masing panelis sesuai dengan konsentrasi reference dalam pengujiannya (Moraes
sampel yang diujikan. Respon panelis dan Bolini, 2010). Gula 9% digunakan
terhadap konsentrasi dirata-ratakan untuk
sebagai reference. Konsentrasi gula
kemudian digunakan dalam pembuatan tersebut dianggap kemanisan yang
grafik. dianggap ideal untuk digunakan dalam
Grafik dibuat dengan hubungan antara minuman teh. Menurut Cardoso et al
konsentrasi pemanis (%) dan respon (2004), konsentrasi ideal sukrosa untuk
sensitifitas panelis terhadap kemanisan teh panas adalah 8,3 %, tetapi setiap
gula yang diujikan. Setelah itu dicari tempat tentu saja berbeda tingkat
persamaan garis mengikuti hukum kesukaan manisnya.
Stevens atau bila persamaan garis linier Berdasarkan hasil penelitian respon
awalnya telah memiliki kolerasi bagus panelis dan konsentrasi gula yang dibuat
dibandingkan mengikuti hukum Stevens dalam bentuk logaritmik untuk
maka digunakan hubungan linier tanpa menentukan kadar manis gula
mengikuti hukum Stevens. menunjukkan bahwa respon panelis
bernilai 100 menunjukkan tingkat
031 Maya Analisis Ekuivalensi Tingkat Kemanisan Gula

kemanisan tersebut terjadi pada


konsentrasi pemanis di 8,64% gula
bermerk. Bila dibandingkan dengan
reference yaitu sukrosa 9% didapatkan
hasil tingkat kemanisan gula tersebut
adalah 1,04 kali dari reference sedangkan
kadar manis gula curah adalah 1,02
kalinya dari reference (Gambar.1)
Tingkat kemanisan antara gula
bermerk dan gula curah yang didapatkan (b)
dalam pengujian dapat digunakan untuk Gambar 1. Kurva hubungan antara
menjawab mitos yang ada dalam konsentrasi pemanis (a) gula bermerk (b)
masyarakat. Kadar kemanisan gula gula curah terhadap respon panelis.
bermerk sedikit di atas dari gula curah.
Tingkat kemanisan gula bermerk 1,04 kali Hal tersebut sesuai dengan
sedangkan gula curah 1,02 kali. pernyataan Isnawati (2010) bahwa gula
yang mengalami pemurnian dan
penghilangan zat warna memiliki tingkat
kemurniaan sukrosa yang lebih tinggi
sehingga tingkat kemanisannya pun lebih
tinggi pula. Sejalan pula dengan
spesifikasi gula yang dikeluarkan oleh
AGRI (2008) pada Tabel 2, bahwa gula
dengan proses karbonatasi memiliki
tingkat kemurnian di atas dari gula
sulfanatasi.
(a)
Tabel 2. Spesifikasi teknis gula berdasarkan teknologi proses
Uraian Raw sugar Gula putih Gula Putih Gula rafinasi
Proses Defiktasi Sulfitasi Karbonatasi Rafinasi
Purity (% Pol) Min.96.0 Min.99.50 Min.99.60 Min.99.70

ICUMSA Unit (IU) 1000-7000 137-370 60-150 <45


Kadar Abu (%) Max. 0.3 0.03-0.14 0.02-0.12 0.002-0.008
Gula Invert (%) Max 0.3 Max. 0.2 Max. 0.1 Max 0.015
Sumber : AGRI (Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia), 2008.
Respon panelis untuk melihat (JECFA, 2000). Namun aspartam
perbandingan kemanisan dari pemanis mempunyai beberapa kelemahan antara
buatan juga dilakukan dengan lain mentrigger respon manis pada taste
dibandingkan dengan gula curah dan gula bud terlalu lama.
bermerk sebagai pemanis alami. Aspartam Tingkat kemanisan ditentukan dengan
memiliki kelebihan karena kekuatan melihat nilai respon panelis yaitu bernilai
memberikan rasa manis lebih baik dari 100 sehingga didapatkan konsentrasi pada
sukrosa. Menurut Cardoso dan Bolini nilai respon tersebut adalah 0,29%. Nilai
(2007), tingkat kemanisan aspartam 185 itu diperoleh dari persamaan karena tidak
kali lebih tinggi dalam peach nectar tercapainya respon rata-rata senilai 100
dibandingkan dengan 10% sukrosa. Selain saat pengujian. Tingkat kemanisan
itu aspartam tidak menimbulkan aftertaste aspartam didapatkan adalah 31 kali dari
pahit dan non-kalori saat digunakan sukrosa 9 %.
Jurnal Agroindustri Halal ISSN 2442-3548 Volume 3 Nomor 1, April 2017 032

Menurut Cardoso dan Bolini (2007), DAFTAR PUSTAKA


dalam teh panas, tingkat kemanisan Cardoso dan Bolini. 2007. Different
aspartam adalah 183 kali dari sukrosa Sweeteners in Peach Nectar : ideal
8,3%. Sedangkan menurut Moraes dan and equaivalent sweetness. Food
Bolini (2010) , tingkat kemanisan Res Int. 40:1249-1253
aspartam adalah 187 kali dibandingkan Fennema, O. R. 1997. Food Chemistry. 3ed.
sukrosa 9,5% dalam kopi instan. Marcel Dekker Inc. New York
Perbedaan tersebut kemungkinan terjadi Isnawati. 2009. Analisis Strategi Bersaing
karena aspartam mempunyai kelemahan Gula Rafinasi (Studi pada PT.
yaitu mentrigger respon manis pada taste Jawamanis Rafinasi, Cilegon,
bud terlalu lama. Selain itu rasa manis Banten. Progam Sarjana
dari aspartam kemungkinan tertutup oleh Penyelengarakan Khusus
rasa pahit dan sepat dari air teh yang Agribisnis. Departemen
diminum, sehingga rasa manis dari Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan
aspartam berkurang saat dicicip. Senyawa Manajemen. IPB. Bogor
tanin pada dasarnya menimbulkan rasa [JECFA] Joint FAO/WHO Expert Committee
sepat pada olahan pangan dan kafein
on Food Additives. 2000.
memang memiliki rasa pahit secara alami Summary of Evaluations
(Fennema, 1997). Sehingga saat ingin
Performed by the Joint FAO/WHO
mencicip sampel berikutnya, lidah masih Expert Committee on Food
merasakan aftertaste pahit dan dapat
Additives: Aspartame.
mempengaruhi penilaian terhadap tingkat Meilgaard Civille, dan Carr.1999. Sensory
kemanisan sampel. Evaluation Techniques. 3rd ed.
CRC Press. Washington DC.
KESIMPULAN Moraes, P. C. dan Bolini. 2010. Different
Hasil ekuivalensi kemanisan pada gula Sweeteners In Beverages
bermerk dan gula curah memberikan hasil Prepared with Instant and
bahwa kadar kemanisan gula bermerk Roasted Ground Coffe Ideal and
lebih baik dari gula curah. Kadar Equivalent Sweetenes. Journal of
kemanisan gula bermerk 1,04 kali Sensory Studies 25: 215-225.
sedangkan gula curah 1,02 kali dari Pasquet, P. , Monneuse, M.O., Simmen, B.,
sukrosa 9%. Hal tersebut mematahkan Marez, A., & Hladik, C.M.
anggapan bahwa gula curah yang 2006.Relationship Between Taste
berwarna lebih gelap (kecoklatan) lebih Thresholds And Hunger Under
manis rasanya. Selain itu dilakukan Debate. Appetite, 46: 63-66.
ekuivalensi kemanisan pada pemanis Schiffman, S. 1993. Preseption Of Taste
buatan aspartam yang menunjukkan And Smell For Eldery Persons.
tingkat kemanisan 31 kali dari sukrosa 9 Crit. Rev. Food Sci. 33
%. Sugiyanto, C. 2007. Permintaan Gula Di
Indonesia. Jurnal Ekonomi
Pembangunan 8 (2) : 113-127

Anda mungkin juga menyukai