240210150062
4.2 Pembahasan
Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Selain buahnya
yang dimakan dalam bentuk segar, daunnya juga dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan. Warna buah cepat sekali berubah oleh pengaruh fisika misalnya
sinar matahari dan pemotongan, serta pengaruh biologis (jamur) sehingga mudah
menjadi busuk. Oleh karena itu pengolahan buah untuk memperpanjang masa
simpannya sangat penting. Pada praktikum kali ini akan diolah tiga jenis makanan
dengan pengolahan kadar gula tinggi, yaitu selai nanas dan stroberi, marmalade
jeruk, dan chutney mangga.
4.2.1 Selai
Selai merupakan produk makanan dengan konsistensi gel atau semi padat
yang dibuat dari bubur buah. Konsistensi gel atau semi padat pada selai diperoleh
dari senyawa pektin yang berasal dari buah atau pektin yang ditambahkan dari luar,
gula sukrosa dan asam. Interaksi ini terjadi pada suhu tinggi dan bersifat menetap
setelah suhu diturunkan. Kekerasan gel tergantung pada konsentrasi gula, pektin
dan asam pada bubur. tujuan penambahan gula dalam pembuatan jam adalah untuk
memperoleh tekstur, penampakan, dan flavor yang ideal. Asam merupakan bahan
tambahan yang merupakan zat pengatur pH dan menghindari pengkristalan gula.
Pektin adalah golongan substansi yang terdapat dalam sari buah, yang
membentuk larutan koloidal dalam air dan berasal dari perubahan protopektin
selama proses pemasakan buah. Pektin sangat penting dalam pembuatan jam karena
pektin berfungsi sebagai pembentuk kekentalan. Konsentrasi pektin terbaik dalam
pembuatan selai adalah 1-1,5% (Hasbullah, 2007).
Gula dalam pembuatan jam ini berfungsi sebagai pemanis sekaligus
pengawet (Gaman & Sherington, 1992:61). Selain itu kadar gula yang tinggi dalam
selai juga menambah stabilitas terhadap mikroorganisme karena gula dapat
menurunkan keseimbangan kelembaban relatif (Agustina, 2007). Menurut Subroto
(2008), dalam kehidupan sehari-hari gula adalah sukrosa (disakarida). Dalam
kehidupan sehari-hari gula sangat dibutuhkan untuk bahan makanan dan minuman.
Pada makanan dan minuman gula tidak hanya digunakan sebagai pemanis, tetapi
juga sebagai pengawet makanan dan minuman. Selain itu,gula dapat berfungsi
Agra Maharddhika
240210150062
4.2.2 Marmalade
Menurut Sarwono (1999), marmalade adalah makanan semi padat yang
dibuat dari sari jeruk ditambah dengan cicangan kulit buah jeruk. Makanan semi
padat ini bias kental karena mengandung gel dan pektin. Marmalade merupakan
produk yang menyerupai selai dibuat dari sari buah beserta kulitnya dengan gula.
Sama seperti halnya selai, campuran daging buah, albedo, flavedo, gula dan pectin
ini dikentalkan hingga membentuk struktur gel, dengan standar yang sama tetapi
dengan irisan kulit jeruk (Desrorier, 1988). Struktur khusus marmalade disebabkan
karena terbentuknya kompleks gel-pektin-gula-asam. Pectin terdapat secara
alamiah dalam jaringan buah buahan sebagai hasil degradasi protopektin selama
pematangan. Dalam pembuatan marmalade pektin dapat dapat ditambahkan dalam
bentuk padat atau cair untuk melengkapi buah buahan yang kekurangan pectin
seperti arbei (Cruess, 1958).
Mula-mula jeruk dicuci kemudian dikupas dan dibagi berdasarkan bagian
flavedo, albedo, dan daging buah. Flavedo (kulit buah) direndam pada larutan
garam 2% selama 5 menit. Penambahan garam ditujukan untuk mengurangi reaksi
pencoklatan yang terjadi. Selanjutnya bagian flavedo ditiriskan lalu diiris-irs. Tahap
berikutnya adalah perlakuan pada bagian albedo. Albedo (daging buah) ditimbang
kemudian rendam pula pada larutan garam 2% selama 5 menit kemudian diblender
atau haluskan. Tahap terakhir pada daging buah. Daging buah dipisahkan dari
bijinya kemudian timbang. Sampel diblender kemudian saring untuk mendapat sari
buah. Kemudian ditambahkan bagian flavedo dan albedo dengan perbandingan
daging buah : albedo : flavedo adalah 80 : 20 : 1 pada suhu 100C selama 20 menit.
Penambahan gula dalam pembuatan marmalade adalah untuk memperoleh
tekstur, penampakan, dan flavor yang ideal dan berpengaruh terhadap kekentalan
gel. Sifat ini disebabkan karena gula dapat menyerap air. Akibatnya pengembangan
pati menjadi lebih lambat sehingga suhu gelatinasi lebih tinggi. pada pembuatan
marmalade terjadi inversi atau pemecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa
akibat pengaruh panas dan asam, yang akan meningkatkan kelarutan sukrosa.
Asam yang sering digunakan pada pembuatan marmalade adalah asam
organik seperti asam tartarat, asam sitrat dan asam malat. Asam digunakan untuk
menurunkan pH sari buah hingga 3.2 3.6 karena struktur gel hanya terbentuk
Agra Maharddhika
240210150062
tingkat kekentalan yang sedang; dan daya oles yang mudah (baik). Warna kuning
pada sampel timbul sebagai efek proporsi daing buah banding albedo yang juga
mengandung vitamin C dan gula yang relatif tinggi sehingga pada proses
pemanasan terjadi reaksi pencoklatan akibat adanya Vitamin C (Winarno, 2004).
Rasa asam dan manis dihasilkan oleh bahan baku marmalade, yaitu jeruk.
Sedangkan rasa asin disebabkan oleh perendaman larutan garam 2% pada sampel.
Bahan yang digunakan selain buah yang dijadikan bahan utama dalam
pembuatan marmalad adalah sukrosa, pektin, potongan buah dan air. Buah yang
digunakan harus asam karena gel tidak akan terbentuk jika suasana tidak asam.
Gelasi atau pembentukan gel merupakan fenomena yang menarik dan sangat
kompleks, namun sampai saat ini masih banyak hal-hal yang belum diketahui
tentang mekanismenya. Pada prinsipnya pembentukan gel hidrokoloid terjadi
karena adanya pembentukan jala atau jaringan tiga dimensi oleh molekul primer
yang terentang pada seluruh volume gel yang terbentuk dengan memerangkap
sejumlah air di dalamnya.
Gel pektin dapat membentuk gel dengan gula bila lebih dari 50 % gugus
karboksil telah termetilasi. Pembentukkan gel dari pektik dipengaruhi oleh
konsentrasi pektin, presentasi gula dan pH. Maka dari itu tiga komponen
pembentukkan gel antara lain pektin, gula dan asam. Tetapi pH yang terlalu rendah
dalam pembentukkan gel akan menimbulkan sineresis, yaitu air gel akan keluar
pada suhu kamar.
4.2.3 Chutney
Chutney terbuat dari potongan buah-buahan dan atau sayuran dan kacang-
kacangan yang dimasak dalam campuran manis dan asam dari tumbuhan, rempah-
rempah, gula dan cuka. Chutney disajikan sebagai bumbu dengan makanan seperti
produk olahan daging, olahan unggas, dan sandwich (Oregon State University,
2013). Chutney dibuat dari buah atau sayuran atau merupakan campuran keduanya
dengan pemotongan, pemasakan, diberi rasa pedas, asam cuka dan bahan tambahan
lain dan dicampur menjadi cairan kental lembut. Chutney buah dibuat dari buah
dengan penambahan cabai, garam, bawang merah, bawang putih, gula, jiggery,
cuka buah atau asam asetat yang kesemuanya tidak lebih dari 50 persen dari total
Agra Maharddhika
240210150062
berat cairan kental. Pada umumnya chutney dibuat dari buah mangga dan di india
terdapat grade tersendiri mengenai produk chutney yang berasal dari mangga
tersebut.
Sampel yang digunakan pada pembuatan chutney yaitu buah mangga. Mula-
mula mangga dan bawang bombay dengan perbandingan 5 : 1 dikupas kemudian
dipotong kecil-kecil. Setelah itu dimasak kemudian ditambahkan gula, air, cuka,
dan garam. Chutney diaduk selama 5-15 menit kemudian didapatkan produk akhir
berupa chutney mangga. Pemasukkan chutney ke dalam jar ini dilakukan secara
steril yaitu chutney yang masih panas langsung dimasukkan ke dalam jar yang telah
disterilisasi dan disisakan head space 2,5 cm dari bagian atas jar. Head space adalah
ruang kosong antara permukaan produk dengan tutup yang berfungsi sebagai ruang
cadangan untuk pengembangan produk selama disterilisasi, agar tidak menekan
wadah karena akan menyebabkan kaleng menjadi menggelembung (Muchtadi,
1994).
Berdasarkan hasil pengamatan tabel 3, chutney memiliki karakteristik warna
kuning cerah, berbau cuka dan bawang bombay, memiliki rasa asam, serta tekstur
yang kental, lembek, dan berbutir. Warna kuning cerah dihasilkan dari buah
mangga yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan chutney. Rasa asam
dihasilkan dari bahan baku (mangga) dan penambahan air cuka. Bumbu-bumbu
yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu bawang bombay, gula, air, cuka, dan
garam. Bumbu ditambahkan ke dalam chutney hingga diperoleh rasa yang sesuai
selera.
Agra Maharddhika
240210150062
V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
Selai nanas sari buah yang dihasilkan oleh kelompok 1 memiliki warna
kuning kecoklatan, aroma yang khas dan aroma karamel yang menyengat,
rasanya manis, memiliki tingkat kekentalan yang tinggi dan daya oles yang
sangat sulit.
Selai nanas bubur buah yang dihasilkan oleh kelompok 2 memiliki warna
kuning keemasan, aroma yang khas, rasanya manis dan asam, memiliki
tingkat kekentalan sedang dan daya oles yang mudah.
Selai stroberi bubur buah yang dihasilkan oleh kelompok 5 memiliki warna
merah tua, aroma yang khas, rasanya manis dan asam, memiliki tingkat
kekentalan yang tidak terlalu tinggi dan daya oles yang mudah.
Marmalade saat sudah menjadi selai memiliki warna kuning keemasan dan
beraroma khas jeruk manis, rasa yang asam, manis dan asin, tingkat
kekentalan yang tidak terlalu tinggi dan memiliki daya oles mudah.
Chutney memiliki warna kuning cerah, aroma asam menyengat dan rasanya
yang asam serta tekstur yang kental, lembek, dan berbutir.
Agra Maharddhika
240210150062
DAFTAR PUSTAKA
Cruess, W.F. 1958. Commercial Fruit and Vegetable Products. Mc. Graw Hill
Book Company Inc. New York-Toronto. London.
Gaman, P.M, dan Sherrington, K.B. 1992. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan
Nutrisi dan Mikro Biologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Leslie, F.H., H. Jonstone, and C. Fisher. 1971. Modern Food Analysis. Springer
Verlag. New York.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.