Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL

Pemanfaatan Komoditas Lokal


Sebagai Bahan Baku Pangan Darurat
Riyanti Ekafitria dan R. H. Fitri Faradillab
a
Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna, LIPI, Subang-Jawa Barat
b
South East Asian Food and Agriculture Science and Technology (SEAFAST) Center IPB,
Darmaga, Bogor
Email : riyantiekafitri@yahoo.com
Naskah diterima : 24 Maret 2011 Revisi Pertama : 26 Mei 2011 Revisi Terakhir : 6 Juni 2011

ABSTRAK
Indonesia yang terletak dalam Lingkaran Api Pasifik (Ring of Fire) dan memiliki
puluhan patahan aktif membuat negeri ini rawan terkena bencana seperti gempa tektonik
maupun vulkanik. Ketika bencana terjadi bahan makanan menjadi langka. Padahal pada
kondisi tersebut tubuh membutuhkan banyak energi. Penyediaan pangan darurat yang
mudah dikonsumsi dan mengandung kalori yang tinggi menjadi penting untuk dilakukan.
Untuk menekan biaya produksi dan meningkatkan ketahanan pangan bangsa,
pengembangan pangan darurat berbasis produk lokal telah banyak dieksplorasi. Beberapa
komoditas lokal yang berpotensi sebagai bahan baku pangan darurat adalah pisang,
ubi jalar, dan singkong sebagai sumber karbohidrat serta kedelai dan kacang hijau
sebagai sumber protein. Hingga saat ini terdapat berbagai macam bentuk pangan darurat
di dunia. Di Indonesia sendiri produk pangan darurat yang telah dikembangkan berbentuk
olahan pangan semi basah (IMF), cookies, food bars, dan lain-lain.
kata kunci : kelangkaan bahan makanan, pangan darurat, komoditas lokal
ABSTRACT
Indonesia located in the Pacific Ring of Fire has tens of active plates. All of these
make Indonesia face risks in natural disasters such as volcanic and tectonic earthquakes.
When a disaster happens, food availability becomes a problem. This is not a good
situation because in time of disaster our body needs much energy to recovery. Provision
of emergency food that is easy to consume and high in calories becomes important to
do. To suppress the emergency food production cost and to increase food security,
development of emergency food based on local commodity has been explored by many
studies. There are several local commodities that have potency to be raw material of
food emergency, such as banana, sweet potato and cassava as carbohydrate sources
and soy bean and mung bean as protein sources. Types of emergency food that are already
explored in Indonesia are intermediate moisture food (IMF), cookies, food bars, etc.
keywords : scarcity of food, emergency food, local commodity

I. PENDAHULUAN patahan aktif. Kondisi geografi menyebabkan


Indonesia menjadi daerah rawan gempa dan
I ndonesia merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia yang tersusun dari
17.504 pulau yang terletak dalam Lingkaran
letusan gunung berapi. Beberapa waktu yang
lalu, tak henti pemberitaan di media massa
Api Pasifik (Ring of Fire) dan memiliki puluhan tentang bencana alam yang melanda berbagai

PANGAN, Vol. 20 No. 2 Juni 2011: 153-161 153


wilayah di Indonesia. Letusan Gunung Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya
Merapi di Yogyakarta pada tanggal 26 Oktober pengadaan bahan pangan yang mampu
2010 misalnya, telah memakan korban menyuplai kebutuhan gizi dan energi para
sebanyak 148 orang tewas dan seratus ribu korban bencana alam dengan karakter produk
orang harus diungsikan hingga tanggal 7 yang dapat langsung dikonsumsi tanpa
November 2010. Sementara itu di Mentawai memerlukan proses pengolahan pangan
terjadi tsunami pada Oktober 2010 yang lanjutan. Produk pangan yang mampu
menelan korban jiwa sebanyak 447 orang memenuhi kebutuhan para korban bencana
tewas, 173 orang luka berat, 325 orang luka ini biasa dikenal sebagai pangan darurat.
ringan, dan sebanyak 15.353 jiwa diungsikan Pangan darurat sengaja dirancang untuk dapat
(Anonim, 2010). Banjir juga merupakan memenuhi kebutuhan energi harian manusia
bencana tahunan yang kerap melanda kota- dalam keadaan darurat dan dapat langsung
kota di Indonesia, termasuk ibu kota negara, dikonsumsi.
Jakarta. Setiap tahunnya selalu ada warga Pada dasarnya produk pangan darurat
yang harus diungsikan akibat bencana ini. dapat diproduksi dari komoditas apa saja.
Banjir Bandang yang melanda Wasior, Papua Namun idealnya pangan darurat diproduksi
Barat pada Oktober 2010 telah menyebabkan dari bahan-bahan yang dapat dihasilkan oleh
110 orang tewas, 450 orang hilang, dan sekitar negeri sendiri demi menciptakan ketahanan
4.000 jiwa diungsikan (Omona, 2010). pangan. Bahan baku lokal yang berpotensi
Tak hanya memakan korban jiwa dan tersebut seperti kedelai, kacang hijau, pisang,
harta benda, bencana alam yang tak terelakkan singkong, dan ubi jalar.
juga mengakibatkan kerusakan berbagai II. PANGAN DARURAT
infrastruktur. Hal ini berujung pada terputusnya
Menurut UU Pangan No. 7 Tahun 1996,
jalur distribusi sehingga sering kali menyulitkan
keadaan darurat adalah peristiwa bencana
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
alam, paceklik yang hebat, dan sebagainya
hidupnya terutama kebutuhan terhadap
yang terjadi di luar kemampuan manusia untuk
pangan. Kebutuhan pangan seringkali dipenuhi
mencegah atau menghindarinya meskipun
melalui pengadaan dapur umum. Namun pada dapat diperkirakan. Dalam keadaan darurat
beberapa kondisi bencana, pendirian dapur tersebut pangan darurat merupakan suatu
umum tidak memungkinkan. Keterbatasan alternatif yang dapat menjadi pertimbangan.
peralatan memasak dan persediaan air bersih Pangan darurat atau yang dikenal dengan
pasca bencana juga mendukung sulitnya Emergency Food Product (EFP) merupakan
melakukan aktivitas pengolahan makanan produk pangan olahan yang dirancang khusus
untuk korban bencana. untuk memenuhi kebutuhan energi harian
Selama ini bantuan pangan yang paling manusia (2100 kkal) dan dikonsumsi pada
banyak diberikan kepada korban bencana situasi yang tidak normal seperti banjir, longsor,
alam adalah beras dan mie instan. Sebelum gempa bumi, musim kelaparan, kebakaran,
dikonsumsi kedua komoditi ini harus dimasak peperangan dan kejadian lain yang
terlebih dahulu dan membutuhkan air dalam mengakibatkan manusia tidak dapat hidup
proses pemasakannya. Adanya aktivitas secara normal (IOM, 1995). Emergency Food
pengolahan pangan menjadikan kedua Product ditujukan untuk mengurangi kematian
komoditi ini dinilai kurang efektif jika bencana para korban bencana dengan menyediakan
menyebabkan pengadaan air bersih dan dapur makanan yang secara nutrisi lengkap sehingga
umum tidak memungkinkan. Pada kondisi dapat menjadi sumber nutrisi selama lima
seperti ini resiko keracunan pangan akibat belas hari terhitung dari awal pengungsian
pengolahan yang tidak higienis menjadi besar. terjadi.

154 PANGAN, Vol. 20 No. 2 Juni 2011: 153-161


Menurut Zoumas dkk. (2002) dalam 2100 kkal. Dengan asumsi tiga kali makan
pengembangan pangan darurat terdapat dalam satu hari, diharapkan untuk satu kali
beberapa karakteristik kritis yang harus makan kebutuhan kalori yang tercukupi ialah
diperhatikan, yaitu : (i) Aman; (ii) Memiliki 700 kkal. Penyajian untuk satu kali makan
warna, aroma, tekstur, dan penampakan yang ditargetkan dalam tiga bars, sehingga 1 bar
dapat diterima; (iii) Mudah didistribusikan; (iv) produk diharapkan mampu menyuplai 233,33
Mudah digunakan; dan (v) Nutrisi lengkap. kkal. Dalam perancangan produk pangan
EFP didesain untuk memiliki kandungan energi darurat diawali dengan perhitungan komposisi
sebanyak 2100 kkal yang terdiri dari 35-45 bahan penyusun agar pada produk akhir
persen lemak, 10-15 persen protein, dan 40- mengandung nilai kalori sesuai dengan yang
50 persen karbohidrat. Selain itu, terdapat pula dipersyaratkan. Perhitungan tersebut dilakukan
asumsi yang digunakan dalam menggunakan prinsip kesetimbangan massa
mengembangkan komposisi nutrisi EFP dimana input harus setara dengan out put
(Zoumas dkk., 2002) yaitu : (i) Potable water (Gambar 1).
harus disediakan bersamaan dengan Produk EFP terdiri dari dua jenis. Jenis
pemberian EFP; (ii) Individu (pengungsi) harus pertama merupakan pangan darurat yang
mengonsumsi pangan ini untuk memenuhi dirancang untuk kondisi di mana para korban
kebutuhan energinya; (iii) Semua individu bencana dapat memasak atau mempersiapkan
(pengungsi) dengan usia di atas 6 bulan akan makanan. Jenis kedua adalah pangan darurat
mengkonsumsi pangan darurat ini; (iv) Produk yang didesain untuk kondisi di mana akses
ini merupakan sumber energi utama bagi terhadap air dan api terbatas sehingga para
korban bencana selama 15 hari; dan (v) korban bencana tidak dapat memasak
Kebutuhan nutrisi bagi wanita hamil dan makanan. Pangan darurat untuk korban
menyusui tidak dimasukkan dalam perhitungan bencana, terutama yang bersifat siap santap,
pembuatan EFP, tetapi diasumsikan bahwa sampai saat ini belum dikembangkan di
mereka harus mengkonsumsi EFP melebihi Indonesia tetapi sudah banyak berkembang
asupan energi rata-rata per harinya (>2100 untuk kepentingan tentara di lapangan
kkal). (Syamsir, 2008). Pangan darurat siap santap
Formulasi pangan darurat dirancang untuk yang dapat dikembangkan antara lain dodol
memenuhi energi untuk satu harinya yaitu (produk IMF), nasi dalam kaleng, ataupun

Gambar 1. Skema Prinsip Kesetimbangan Masa

Pemanfaatan Komoditas Lokal Sebagai Bahan Baku Pangan Darurat (Riyanti Ekafitri dan R. H. Fitri Faradilla) 155
Cookies berbahan baku lokal Indonesia pihak. Begitu pula terigu, sebagai bahan aneka
seperti kedelai, pisang, singkong, ubi jalar, olahan produk yang digemari masyarakat
dan lain-lain. Indonesia mulai dari produk pasta (mie, spageti,
dll) hingga produk-produk bakery (roti, Cookies,
III. P O T E N S I LOKAL INDONESIA
pastry, dll) masih harus diperoleh melalui impor.
Indonesia merupakan penghasil berbagai
Pemanfaatan sumber karbohidrat selain
jenis tanaman pangan sumber karbohidrat
beras dan terigu menjadi alternatif yang mampu
seperti aneka umbi-umbian yang meliputi ubi
jalar, ubi kayu, talas, kimpul, uwi, garut, memperkuat ketahanan pangan Indonesia.
ganyong, serta beberapa jenis lainnya. Aneka sumber karbohidrat selain beras dan
Sebagian besar dari umbi-umbian tersebut terigu memiliki nilai gizi yang tidak kalah
telah lazim dimanfaatkan walaupun belum dibandingkan dengan kedua komoditi tersebut,
dikelola secara maksimal. Kebanyakan umbi- hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
umbian tersebut diolah menjadi pangan jajanan Selain kaya akan aneka tanaman pangan
tradisional seperti getuk, ubi rebus, ubi bakar, sumber karbohidrat, Indonesia juga merupakan
dan lain-lain. Namun, di beberapa daerah penghasil berbagai jenis kacang-kacangan
tertentu ada pula yang memanfaatkannya sumber protein, seperti kacang kedelai dan
sebagai makanan pokok. Tanaman pangan kacang hijau. Kacang hijau saat ini banyak
sumber karbohidrat tersebut kini diharapkan dimanfaatkan sebagai olahan bubur kacang
mampu menjadi alternatif untuk mengurangi hijau. Bubur kacang hijau ini tak jarang pula
jumlah ketergantungan masyarakat Indonesia menjadi santapan para pengungsi pasca
terhadap beras dan terigu. bencana.
Seperti kita ketahui bersama, bahwa Kacang kedelai merupakan sumber
ketergantungan beras di Indonesia mulai pangan nabati yang memiliki kandungan
menjadi permasalahan ketahanan pangan, protein yang tinggi. Penggunaan kacang
hingga akhinya pemerintah mengeluarkan kedelai saat ini tak terbatas pada produk olahan
program sehari tanpa nasi yang disemarakkan tradisional saja. Kandungan proteinnya yang
dengan slogan One Day No Rice. Namun tinggi menjadikan daya tarik pengolahan daging
program ini masih belum didukung oleh semua tiruan berbasis kedelai. Begitu pula kacang

Tabel 1. Nilai Gizi Aneka Sumber Karbohidrat (per 100 g bahan)

Sumber :
1
Harnowo dkk., (1994)
2
Antarlina (1998)
3
Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan (1992)

156 PANGAN, Vol. 20 No. 2 Juni 2011: 153-161


hijau. Kacang hijau juga merupakan Barat, Jawa Barat, dan Jawa Tengah (BPS,
sumber bahan pangan berprotein tinggi yang 2008a). Singkong yang banyak dihasilkan dari
menempati urutan ketiga terpenting sebagai daerah Lampung, Sumatera Utara, Sumatera
tanaman pangan legum, di mana urutan Barat, Jawa Barat, dan Sulawesi Tenggara,
pertama ditempati oleh kacang kedelai. memiliki produktivitas 180,57 kw/Ha (BPS,
Kandungan gizi kedua jenis kacang ini dapat 2008b). Kacang kedelai banyak dihasilkan di
dilihat pada Tabel 2. Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera
Selain kandungan gizi, ketersediaan Selatan, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan
komoditi lokal tersebut haruslah cukup banyak dengan produktivitas sebesar 13,13 kw/ha
dan kontinyu jika ingin diaplikasikan untuk (BPS, 2008c). Sementara itu, kacang hijau
memproduksi suatu produk pangan. Oleh yang banyak dihasilkan di daerah Sumatera
karena itu, komoditi lokal yang berpotensi Selatan, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat
sebagai bahan baku EFP merupakan komoditi memiliki produktivitas komoditas 10,72 kw/Ha
dengan produktivitas tinggi di Indonesia. (BPS, 2008d).
Beberapa komoditi dengan produktivitas tinggi IV. JENIS PRODUK PANGAN DARURAT
tersebut antara lain pisang, ubi jalar, dan Selama ini produk pangan darurat telah
singkong sebagai sumber karbohidrat kedelai banyak dikembangkan di luar negeri, seperti
dan kacang hijau sebagai sumber protein. food bars, Meal Ready to Eat, Camping Pouch
Menurut data BPS (2009), produksi buah Product, dan Long Life Food Supply. Meal
pisang di Indonesia mencapai 6,37 juta ton Ready To Eat (MRE) biasanya digunakan
pada tahun 2009 dan banyak dihasilkan di sebagai ransum dan dikemas dalam retort
daerah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Lampung. pouch, tahan hingga tujuh tahun dalam
Ubi jalar memiliki produktivitas 107,80 kw/Ha penyimpanan dingin. Camping Pouch Product,
dan banyak dihasilkan di daerah Sumatera sama seperti MRE namun dibuat dengan

Tabel 2. Kandungan Gizi Kacang Kedelai dan Kacang Hijau per 100 g*

a
Sumber : Kay (1979)
b
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan (1981) dalam Soeprapto (1992)
c
Feed Industry Red Book (1995) dan United States - Canadian Tables of Feed
Composition (1982).

Pemanfaatan Komoditas Lokal Sebagai Bahan Baku Pangan Darurat (Riyanti Ekafitri dan R. H. Fitri Faradilla) 157
metode freeze drying. Di Indonesia sendiri Bentuk pangan semi basah yang banyak
p r o d u k pa n g a n d a r u r a t y a n g t e l a h dikembangkan di Indonesia antara lain dodol,
dikembangkan berbentuk olahan IMF, Cookies, jenang, bakpia patuk, manisan buah, dan
food bars dengan bahan baku sumber daya wingko. Pengembangan pangan darurat IMF
lokal Indonesia. yang dikemas dalam produk dodol telah
4.1. IMF (Intermediate Moisture Food) dilakukan oleh Sitanggang (2008) dengan
bahan baku utama tepung kacang hijau.
Pangan semi basah (PSB) atau Penelitian ini menghasilkan produk terbaik
Intermediate Moisture Food adalah produk dengan formulasi yang terdiri dari tepung beras
pangan yang memiliki tekstur lunak, diolah ketan, tepung kacang hijau, susu full cream,
dengan satu atau lebih perlakuan, dapat gula merah, gula pasir, minyak goreng,
dikonsumsi secara langsung tanpa penyiapan margarin, dan isolat protein. Produk terpilih ini
dan stabil (mengawet dengan sendirinya) memiliki komposisi sumbangan kalori yang
selama beberapa bulan tanpa perlakuan panas, diberikan oleh lemak sebesar 48,16 persen,
pembekuan, ataupun pendinginan melainkan protein sebesar 11,28 persen, dan karbohidrat
dengan pengesetan pada formula yaitu meliputi sebesar 40,56 persen, sehingga produk ini
komposisi, pH, senyawa aditif, dan terutama mampu menyuplai kalori sebesar 700 kkal jika
aw yang berkisar 0,6-0,85 (diukur pada suhu dikonsumsi sebanyak 171,87 g produk.
25C). Soekarto (1979) mendefinisikan pangan Selain itu, pengolahan pangan darurat
semi basah sebagai makanan dengan kadar berbasis tepung ubi jalar, tepung pisang, dan
air 10-40 persen dengan nilai aktivitas air (aw) tepung kacang hijau dalam bentuk IMF juga
0,6-0,9 serta mempunyai tekstur yang plastis telah dilakukan oleh Setyaningtyas (2008).
sehingga memungkinkan IMF dapat dibentuk Formulasi IMF sebagai pangan darurat dibuat
dan dapat langsung dimakan. Sesuai dengan dengan bahan baku utama tepung ubi jalar,
namanya semi basah, jenis pangan ini bersifat tepung pisang, dan tepung kacang hijau. IMF
cukup basah sehingga dapat langsung dengan bahan utama tepung ubi jalar dan
dikonsumsi dan juga cukup kering sehingga tepung pisang dibuat dengan menambahkan
stabil dalam penyimpanan. bahan lain seperti susu bubuk full cream,
Menurut Taoukis dkk. (1999), karakteristik konsentrat protein kedelai, gula, dan minyak
pangan semi basah memiliki beberapa goreng. Formulasi dengan bahan baku utama
keunggulan dibandingkan produk kering tepung kacang hijau dibuat dengan hanya
konvensional atau makanan dengan kadar air menambahkan gula dan minyak goreng. Hal
tinggi. Proses pengolahan IMF secara ini dikarenakan hanya dengan menggunakan
signifikan lebih hemat energi dibandingkan tepung kacang hijau sudah mencukupi nilai
pengeringan, refrigerasi, pembekuan, atau kecukupan protein. Untuk mencapai nilai aw
yang tinggi, digunakan sorbitol atau gliserol
pengalengan. Produk IMF yang memiliki sifat
sebagai humektan.
plastis dan mudah dikunyah tanpa ada sensasi
kering menjadikan produk IMF dapat secara Dari ketiga produk olahan tersebut,
langsung dikonsumsi tanpa penyiapan, lebih Setyaningtyas (2008) menyatakan bahwa dari
convinience, dan lebih hemat energi. IMF segi organoleptik dan kandungan gizinya,
memiliki keunggulan dalam hal karakteristik produk IMF berbahan baku utama tepung ubi
yang sesuai dengan kebutuhan konsumen jalar merupakan formula terbaik. Produk ini
modern terhadap produk pangan dengan dapat menyumbangkan total kalori sebesar
245,917 kkal/bar.
densitas nutrisi tinggi. IMF terutama dibutuhkan
ketika suplai bahan pangan, kemampuan untuk 4.2. Cookies
menyuplai, dan waktu persiapan menjadi faktor Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)
pembatas. Mutu dan Cara Uji Biskuit (SNI 01-2973-1992),

158 PANGAN, Vol. 20 No. 2 Juni 2011: 153-161


biskuit adalah sejenis makanan yang dari berbagai bahan kering seperti sereal,
terbuat dari tepung terigu dengan penambahan kacang-kacangan, buah-buahan kering yang
bahan makanan lainnya, dengan proses digabungkan menjadi satu dengan bantuan
pemanasan, dan pencetakan. Biskuit terbagi pengikat. Pengikat dalam bars dapat berupa
menjadi biskuit keras, crackers, cookies, dan sirup, nougat, karamel, coklat, dan lain-lain
wafer. Cookies adalah sejenis biskuit dari (Gillies, 1974). Bentuk bars dipilih karena
adonan lunak, berlemak tinggi, renyah, dan kemudahan dalam konsumsi. Pangan
bila dipatahkan penampang potongannya berbentuk bars mudah dibuat dan dikreasikan
bertekstur kurang padat (Manley, 2000). dengan berbagai macam bahan.
Cookies merupakan salah satu produk Penelitian Ferawati (2009) menghasilkan
pangan yang memiliki umur simpan relatif food bars yang dibuat dari puree pisang dengan
lama karena memiliki nilai aw yang rendah bahan penyusun lainnya adalah margarin,
sehingga jumlah air bebas yang dapat gula, garam, tepung terigu, tepung singkong,
digunakan oleh mikroba untuk dan tepung kedelai. Penggunaan puree pisang
pertumbuhannya juga rendah. Cookies juga pada pembuatan food bars ini berfungsi
merupakan bentuk produk olahan pangan yang sebagai pengikat. Tepung singkong digunakan
siap santap. Oleh karena itu, cookies sebagai salah satu usaha untuk mengurangi
merupakan bentuk olahan pangan yang
penggunaan tepung terigu. Selain itu tepung
berpotensi menjadi produk pangan darurat.
singkong juga berfungsi sebagai pembentuk
Sitanggang (2008) telah mengembangkan tekstur. Sementara itu, tepung kedelai
cookies berbahan baku tepung kacang hijau, digunakan sebagai sumber protein dan lemak
tepung ubi jalar, dan tapioka dalam bentuk pada bars yang dihasilkan.
kue satu dan kue keju. Cookies kacang hijau
Pembuatan food bars berbasis bahan
dibuat dengan tambahan bahan lain seperti
baku lokal ini diawali dengan pembuatan aneka
minyak kelapa, margarin, susu bubuk full
tepung yang akan digunakan, yaitu tepung
cream, gula pasir, dan air. Berdasarkan hasil
uji proksimat, cookies ini mampu menyuplai kedelai dan singkong. Selanjutnya dilakukan
kalori sebesar 210,88 kkal/50 g produk. pembuatan bars dengan cara mencampurkan
Berdasarkan hasil analisa biaya produk ini pisang dalam bentuk puree, margarin dan gula
dapat dijual dengan harga Rp. 8.142,51 per yang telah dicampur dengan mixer terlebih
450 g/hari/orang. Cookies keju dibuat dari dahulu, garam, dan tepung-tepungan yang
bahan yang hampir sama dengan cookies digunakan. Kemudian adonan dicetak dan
kacang hijau. Perbedaannya, pada cookies dipanggang menggunakan oven. Proses
keju terdapat dua komposisi tambahan yaitu pemanggangan dilakukan secara bertingkat
keju dan tepung ubi jalar. Cookies ini mampu untuk mendapatkan tekstur produk yang baik
menyuplai kalori sebesar 228,88 kkal dengan dan kisaran kadar air yang diinginkan yaitu
harga jual produk sebesar Rp. 9.768,92 per sekitar 5 persen. Proses pemanggangan
450 g/hari/orang. Jika dibandingkan dengan dilakukan pada suhu 100C selama 40 menit
standar produk pangan darurat, kedua produk untuk mengeluarkan sebagian besar air dari
tersebut masih berada di bawah standar. produk tanpa menyebabkan case hardening.
Standar menyaratkan minimal kalori untuk Selanjutnya pemanggangan dilakukan pada
pangan darurat adalah 233,33 kkal/50 g suhu 120C selama 20 menit untuk
produk. Meskipun demikian, hal ini dapat diatasi mengeluarkan air tahap lanjutan dan
dengan meningkatkan jumlah sajian sekali mematangkan produk.
konsumsi. Penelitian ini menghasilkan formulasi food
4.3. Food Bars bars terbaik dengan formula perbandingan
Bars adalah produk pangan padat yang campuran tepung kedelai dan pisang 2:3 dan
berbentuk batang dan merupakan campuran tepung terigu : singkong 1:1. Formula ini

Pemanfaatan Komoditas Lokal Sebagai Bahan Baku Pangan Darurat (Riyanti Ekafitri dan R. H. Fitri Faradilla) 159
menghasilkan bars yang memiliki nilai pangan lokal merupakan salah satu alternatif
kalori 230,85 kkal/50 g produk, dengan usaha memperkuat ketahanan pangan.
kandungan protein 8,16 g, lemak 9,47 g, dan Penggunaan bahan lokal diharapkan dapat
karbohidrat 28,25 g untuk setiap 50 g produk. menekan harga produksi produk pangan
Hal ini sesuai dengan persyaratan kandungan darurat. Edukasi terhadap masyarakat tentang
makro nutrisi pangan darurat yaitu terdiri dari sumber karbohidrat yang tidak hanya berasal
35-45 persen lemak, 10-15 persen protein, dari nasi perlu dilakukan sehingga pada saat
dan 40-50 persen karbohidrat dari total energi bencana terjadi pangan darurat dapat diterima
(Zoumas dkk., 2002). oleh para korban.
V. KENDALA PENGEMBANGAN PANGAN DAFTAR PUSTAKA
DARURAT
Pengembangan pangan darurat berbasis Anonim. 2010. Korban Tewas Bencana Mentawai
bahan baku lokal Indonesia menjadi aneka Te r d a t a 4 4 7 O r a n g . h t t p / / : w w w w.
olahan pangan tidak serta merta dapat diterima antaranews.com [30 November 2010].
oleh masyarakat, terutama para korban Antarlina, S. S. 1998. Utilization of sweet potato
bencana alam yang menjadi sasaran produk flour for making Cookies and cakes. Di dalam
ini. Hal ini terkait dengan kebiasaan konsumsi Hendroatmodjo, K.H., Y. Widodo, Sumarno,
nasi masyarakat Indonesia. Sering kali and B. Guritno (Eds.). Research
terdengar bahwa orang Indonesia belum Accomplishment of Root Crops for Agricultural
dikatakan makan jika belum mengonsumsi Development in Indonesia. Research Institute
for Legume and Tuber Crops, Malang,
nasi. Kebiasaan mengonsumsi nasi
Indonesia. p. 127-132.
menjadikan Indonesia sebagai dengan tingkat
Badan Pusat Statistik. 2008a. Luas Panen, Produksi,
konsumsi nasi terbesar di Asia (Firdaus, 2010).
dan Produktivitas Ubi Jalar Menurut Provinsi,
Menteri Pertanian dalam Musyawarah Nasional
2008. http://www.bps.go,id. [8 Desember 2010].
di Bogor 28 Maret 2010 menyatakan bahwa
Badan Pusat Statistik. 2008b. Luas Panen, Produksi,
menurut data Badan Pusat Statistik,
dan Produktivitas Ubi kayu Menurut Provinsi,
masyarakat mengonsumsi nasi sebanyak 113 2008. http://www.bps.go,id. [8 Desember 2010].
kg per kapita per tahun (Firdaus, 2010).
Badan Pusat Statistik. 2008c. Luas Panen, Produksi,
Kenyataan ini menuntut adanya edukasi dan Produktivitas Kacang Kedelai Menurut
kepada masyakat bahwa nasi sebagai sumber Provinsi, 2008. http://www.bps.go,id. [8
karbohidrat dapat digantikan dengan komoditas Desember 2010].
lain seperti jagung, singkong, gandum, ubi Badan Pusat Statistik. 2008d. Luas Panen, Produksi,
jalar, sorgum, sagu, hotong, garut, dan lain dan Produktivitas Kacang Hijau Menurut
lain yang banyak ditemukan menyebar di Provinsi, 2008. http://www.bps.go,id. [8
berbagai wilayah Indonesia. Tak sekedar Desember 2010].
pengetahuan yang dituntut untuk diketahui, Badan Pusat Statistik. 2009. Produksi Buah-buahan
tetapi juga kemauan untuk mulai merubah pola M e n u r u t P r o v i n s i ( To n ) , 2 0 0 9 .
konsumsi agar kita dapat membantu program http://www.bps.go,id. [8 Desember 2010].
ketahanan pangan Indonesia. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1992.
Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bathara,
VI. PENUTUP Jakarta
Pangan darurat yang dapat langsung Feed Industry Red Book: Reference & Buyers
dikonsumsi dengan nilai gizi yang mencukupi Guide. 1995. Communications Marketing, Inc.,
kebutuhan tubuh akan sangat membantu para Eden Prairie, MN.
korban pasca bencana alam yang saat ini Ferawati. 2009. Formulasi dan Pembuatan Banana
sering melanda Indonesia. Pengembangan Bars Berbahan Dasar Tepung Kedelai, Terigu,
pangan darurat berbahan baku tanaman Singkong dan Pisang Sebagai Alternatif

160 PANGAN, Vol. 20 No. 2 Juni 2011: 153-161


Pangan Darurat. Skripsi di Institut Pertanian Bogor, Soeprapto, H.S. 1992. Bertanam Kacang Hijau.
Bogor. Penebar Swadaya. Jakarta.
Firdaus I. 2010. Mentan : Kebiasaan Makan Nasi Soekarto, S.T. 1979. Pangan Semi Basah
Sulit Dihilangkan. http://arsip. Ketahanan dan Potensinya dalam Gizi
jurnalparlemen.com [9 Desember 2010]. Masyarakat Bogor. Pusat Pengembangan
Gillies, M. T. 1974. Compressed Food Bars. Noyes Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor,
Data Corporation. Park Ridge, New Jersey. Bogor.
Harnowo D, Antarlina SS, Mahagyosuko H. 1994. Syamsir, E. 2008. Pengembangan Pangan Darurat.
Pengolahan ubi jalar guna mendukung http://www.ilmupangan.com. [20 November
diversifikasi pangan dan agroindustri. Di dalam 2008].
Winarto A, Y Widodo, SS Antarlina, H.
Toukis, P.S., Breene W.M., Labuza T.P. 1999.
Pudjosantosa, dan Sumarno (Eds.). Risalah
Intermediate Moisture Food. Department of
Seminar Penerapan Teknologi Produksi dan
Food Science and Nutrion, Univ. Minnesota,
P a s c a pa n e n U b i J a l a r M e n d u k u n g
USA.
Agroindustri. Balittan Malang. hlm.145-157
United States - Canadian Tables of Feed
IOM (Institute of Medicine). 1995. Estimated Mean
per Capita Energy Requirements for Planning Composition. 1982. Nutritional Data for United
Energy Food and Rations. National Academy States and Canadian Feeds. 3rd Rev. National
Press, Washington, DC. Academy Press, Washington, D.C.
Kay, E. D. 1979. Food Legumes. Tropical Products Zoumas, B. L., dkk. 2002. High Energy, Nutrient-
Institute, London. Dense Emergency Relief Product. National
Manley, D. 2000. Tecnology of Biscuits, Crackers Academy Press, Washington, DC.
and Cookies 3rd Edition. Woodhead Publishing
Limited, Cambridge. BIODATA PENULIS :
Omona, J. 2010. Jumlah Korban Banjir Wasior
Riyanti Ekafitri, dilahirkan di Yogyakarta, 25
Te m b u s 11 0 o r a n g . h t t p : / / w w w .
April 1988. Menyelesaikan pendidikan S1 tahun
tempointeraktif.com. 31 November 2010].
2009 bidang Teknologi Pangan, Institut Pertanian
Setyaningtyas, A. G. 2008. Formulasi Produk Bogor. Saat ini bekerja di Balai Besar
Pangan Darurat Berbasis Tepung Ubi Jalar, Pengembangan Teknologi Tepat Guna, LIPI
Tepung Pisang, dan Tepung Kacang Hijau sebagai kandidat peneliti.
menggunakan Teknologi Intermediate Moisture
Email : riyantiekafitri@yahoo.com
Foods (IMF). Skripsi di Institut Pertanian Bogor:
Bogor. R. H. Fitri Faradilla, dilahirkan di Pekanbaru,
10 Juni 1988. Menyelesaikan pendidikan S1
Sitanggang, A. B. 2008. Pembuatan Prototipe
tahun 2010 bidang Teknologi Pangan, Institut
Cookies dari Berbagai Bahan sebagai Produk
Pertanian Bogor. Saat ini bekerja di South East
Alternatif Pangan Darurat. Skripsi di Institut
Pertanian Bogor: Bogor. Asian Food and Agriculture Science and
Technology (SEAFAST) Center IPB sebagai
Suhendra. 2010. Lima Belas Komoditi Unggulan
asisten peneliti.
Bisa Sumbang Devisa Hingga US$ 150 Miliar.
Email : dildil_88@yahoo.com
http://detikfinance.com [2 Desember 2010].

Pemanfaatan Komoditas Lokal Sebagai Bahan Baku Pangan Darurat (Riyanti Ekafitri dan R. H. Fitri Faradilla) 161

Anda mungkin juga menyukai