KEYWORDS ABSTRACT
Brown palm sugar The Masarang Palm Sugar Factory in Tomohon is currently facing to
Sorption isothermic curve the problems of the low efficiency production due to the crumble formation
Crumble milling during the last step of sugar processing and the question of the shelf life
of the product. Therefore the goal of this research is to improve the palm
sugar processing at the factory by focusing to the understanding the water
sorption by the sugar and to break down the sugar crumbles during the
brown sugar powder production. The shelf life of the brown palm sugar
was estimated by the isotherm absorption curve followed by application of
Labuza formula. The sugar milling was processed by firstly determined the
milling type, followed by designing the mill and then constructed it. The
calculation of shelf life of the sugar product was found as 6.4 years. The
sugar milling was constructed based on the hammer mill with the capacity
to reduce the crumbles as low as 1.28 percent.
TERSEDIA ONLINE
25 Juli 2014
*Corresponding author: Jurusan Kimia FMIPA UNSRAT, Jl. Kampus Unsrat, Manado, Indonesia 95115; Email address:
pontohjulius@yahoo.com
Published by FMIPA UNSRAT (2014)
JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 3 (2) 68-73 69
Pada saat ini Pabrik Gula Aren Masarang NaBr, KI, NaCl dan BaCl2 yang diperoleh dari Merck
menghadapi efisiensi produksi yang rendah dengan Darmstad Germany, dan bahan pembuatan
terbentuknya gelondong (bongkahan gula) setelah peralatan penghancur gelondong berupa pelat besi
kristaliasi. Pembentukan gelondong gula ini dengan ketebalan 10, 5 dan 3 mm.
mencapai sekitar 30 persen dari total produksi gula. Alat yang digunakan meliputi timbangan
Sebagai alternatif untuk mengatasi sisa produk ini analitik Ohaus, oven Mehmet, kontainer plastik yang
maka gelondong gula tersebut diolah kembali. Hal dijadikan sebagai desikator untuk penyimpanan
ini tidak saja menambah biaya prtoduksi tetapi sampel pada berbagai tingkat kelembapan,
masih menyisahkan sekitar 10 persen dari total desikator gelas standard, peralatan gelas dan
produksi. cawan aluminium, peralatan las listrik dan gas dan
Berbagai peralatan penghancur (gilingan) mesin penggerak berbahan bakar premium.
tersedia untuk memperkecil ukuran partikel dapat 2.2. Penentuan Kadar Air
dibedakan atas penghancur (crusher), penggiling
Cawan aluminium kosong yang dibersihkan
(grinder) dan pemotong (cutting) (McCabe, Smith
dan dikeringanginkan dimasukan kedalam oven
dan Harriot, 2001). Lebih lanjut, Fellows (1990)
dengan suhu 105oC selama satu jam, kemudian
mendeskipsikan berbagai peralatan untuk
dipindahkan kedalam desikator standard untuk
memperkecil ukuran bahan makanan kering
didinginkan selama kurang lebih 15 menit dan
meliputi gilingan bola (ball mill), gilingan piringan
ditimbang (W1). Selanjutnya, kedalam cawan
(disc mill), gilingan martil (hammer mill) dan gilingan
dimasukan sampel sebanyak 2 gram (W2) dan
tabung (roller mill). Dari berbagai tipe peralatan
dipindahkan kedalam oven dengan suhu 105oC
giling ini maka yang memungkinkan untuk
selama enam jam sampai berat konstan. Cawan
digunakan guna menghancurkan gelondong gula
yang berisi sampel kering didinginkan dalam
adalah tipe peralatan disc dan hammer. Namun
desikator dan ditimbang (W3). Kadar air dihitung
demikian tipe hammer lebih baik oleh karena sifat
dengan rumus (1) sebagai berikut:
gelondong yang masih cukup tinggi kadar airnya (2-
4 persent) sehingga bersifat mudah melekat pada
peralatan seperti pada disc yang bekerja (W1 + W2) W3
berdasarkan pada tenaga pukulan (impact) dan Kadar Air = ---------------------- (1)
menggesek (shear). W2
Karakteristik produk gula semut belum banyak
mendapat perhatian, terutama sifat isoterm sorbsi 2.3. Penentuan Kadar Air Kritis
air. Dipihak lain, informasi ini sangat dibutuhkan
Kadar air kritis ditentukan berdasarkan
untuk proses pengeringan, pengepakan dan
pengamatan visiual terhadap keadaan gula. Batas
penyimpanan produk. Kusnandar (2010) telah
kandungan air yang mulai menunjukan terjadinya
mendeskripsikan proses penentuan kurva isoterm
perekatan antara partikel gula dinyatakan sebagai
dari produk makanan. Selanjutnya dari kurva
kadar air kritis. Sebagaimana telah dinyatakan
isoterm ini dapat ditentukan umur simpan dari
dalam kriteria mutu gula palma bahwa kadar air
produk makanan tersebut..
maksimum untuk gula semut adalah maksimum 3
persen (Anonimous, 1995).
2. Metode 2.4. Pembuatan Larutan Jenuh
2.1. Material penelitian Perlakuan kelembapan relatif diatur sesuai
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dengan jenis bahan yang digunakan (Tabel 1).
adalah gula semut yang diproses di Pabrik Gula Aren Masing masing bahan mempunyai tingkat kelarutan
Masarang. Bahan kimia yang digunakan yang berbeda beda terhadap air.
berkualifikasi pro analisis seperti NaOH, K2CO3,
2) Kusnandar (2010)
70 JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 3 (2) 68-73
Volume air akhir diusahakan untuk menjadi 2.7. Pembuatan Gilingan Penghancur Gelondongan
100 mL dengan sedikit demi sedikit menambahkan Pembuatan gilingan penghancur gelondong
bahan tersebut kedalam air sampai melebihi jumlah dimulai dengan pemilihan tipe gilingan yang
batas kejenuhan dengan ditandai oleh sebagian disesuaikan dengan keadaan gelondong.
bahan yang ditambahkan tidak larut lagi dalam air. Selanjutnya dilakukan pembuatan gambar design
Larutan jenuh ini kemudian dimasukkan gilingan. Pembuatan dilakukan bersama dengan
masing-masing ke dalam kontainer plastik sebagai pemilik Bengkel Peralatan Pertanian di Tataaran,
desikator yang dilengkapi dengan peralatan untuk Tondano.
meletakan piringan berisi sampel gula. Kontainer
tertutup ini dibiarkan selama semalam sebelum
sampel gula dimasukan. 3. Hasil dan Pembahasan
2.5. Penentuan Kurva Isoterm Adsorpsi 3.1. Kadar Air
Sampel gula yang akan diteliti dikeringkan Hasil pengamatan kandungan air dari berbagai
didalam oven pada suhu 105 oC selama semalam. tahap pengolahan gula aren dapat dilihat dalam
Selanjutnya sampel didinginkan dalam desikator Tabel 2. Dari Tabel ini terlihat bahwa kandungan air
sekitar 15 menit. Sampel gula yang telah dingin sesudah disaring hanya berkisar pada 1,91. Nilai ini
kemudian ditimbang dalam wadah aluminium jauh lebih rendah dari sebelum disaring (2,14) Hal
seberat 2 gram. Wadah dengan sampel ini disebabkan oleh karena kebanyakan air berada
ditempatkan didalam kontainer plastik dan dalam gelongdong dan selama pengayakan terjadi
secepatnya wadah ditutup kembali. penguapan yang cukup signifikan dari kristal yang
Sampel dalam wadah ditimbang secara cukup halus. Penguapan ini terjadi oleh karena
periodik sampai diperoleh berat yang konstan yang pada saat pengayakan, suhu gula masih relatif
berarti kadar air dalam sampel telah mencapai tinggi (sekitar 45 oC).
keseimbangan dengan kelembapan udara dalam Tabel 2. Kandungan air gula pada berbagai tahap
masing masing kontainer plastik. Data perubahan pengolahan
berat dan waktu pengamatan diplot dalam kurva Tahap Pengolahan Kadar Air (%)
untuk masing masing kelembapan. Dari kurva ini
Akhir Kristalisasi 4,35
akan diperoleh kandungan air konstant untuk
masing masing kadar air. Selanjutnya, data ini Sebelum Disaring 2,14
diplot dalam grafik hubungan antara kelembapan Sesudah Disaring 1,91
dengan kadar air yang merupakan kurva sorbsi Gelondong Sesudah Disaring 2,27
isoterm.
Sesudah Digiling 2,49
2.6. Penentuan Umur Simpan
Sesudah Dikeringkan 1,76
Umur simpan gula ditentukan berdasarkan
pada rumus (2) yang dikembangkan oleh Labuza
(1982). Kadar air gula sesudah penggilingan justru
meningkat yaitu dari 2,27 (gelondong) menjadi
2,49. Hal ini mungkin disebabkan terjadinya
penyerapan air oleh partikel kristal yang relatif
sangat kecil. Hal ini menunjukan perlu perhatian
yang lebih besar terhadap gula hasil penggilingan.
Misalnya dengan segera menampung gula tersebut
dalam kantong plastik yang kedap air dan
dikeringkan secepatnya.
di mana: 3.2. Kecepatan Absorpsi Air
ts = umur simpan Kecepatan absorpsi air oleh gula pada
Me = kadar air keseimbangan (% bk) berbagai tingkat kelembapan dapat dilihat dalam
Mi = kadar air awal (%bk) Gambar 1. Terlihat bahwa kecepatan penyerapan
Mc = kadar air kritis (%bk) air oleh gula terus meningkat pada kelembapan
Ws = berat bahan (g) tinggi.
Po = tekanan uap air jenuh pada ruang Selanjutnya wadah kemasan haruslah memiliki
penyimpanan (mmHg) porositas terhadap molekul air yang rendah.
k/x = permeabilitas kemasan Kemampuan penyerapan air oleh gula semut
disebabkan oleh karena, pertama, kandungan gula
(gH2O/m2.hari.mmHg) pereduksi yang relatif tinggi dan kedua, karena luas
A = luas kemasan permukaan yang besar. Pontoh (2012) melaporkan
b = kemiringan kurva sorpsi isoterm (g H2O/g bk) bahwa kandungan gula pereduksi dalam gula aren
bervariasi dari 8 sampai 10 persent. Gula pereduksi
merupakan senyawa yang sangat higrokopis karena
gugus fungsi karbonilnya. Kenyataan ini
menyebabkan perlakuan perlindungan gula
JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 3 (2) 68-73 71
terhadap udara terbuka adalah sangat penting. jauh lebih rendah dari sebelum disaring (2,14) Hal
Untuk itu, gula semut haruslah dimasukan ke dalam ini disebabkan oleh karena kebanyakan air berada
kantong pengepakan sesegera mungkin. dalam gelongdong dan selama pengayakan terjadi
Hasil pengamatan kandungan air dari berbagai penguapan yang cukup signifikan dari kristal yang
tahap pengolahan gula aren dapat dilihat dalam cukup halus. Penguapan ini terjadi oleh karena
Tabel 3. Dari Tabel ini terlihat bahwa kandungan air pada saat pengayakan, suhu gula masih relatif
sesudah disaring hanya berkisar pada 1,91. Nilai ini tinggi (sekitar 45 oC).
Gambar 1. Pertambahan Berat Sampel Gula Aren Selama Penyimpanan Pada Berbagai Tingkat Kelembapan
Udara
Tabel 3. Kandungan air gula pada berbagai tahap air terus berlangsung sampai melebihi 69 persen air
pengolahan sesudah empat jam.
Tahap Pengolahan Kadar Air (%)
Akhir Kristalisasi 4,35
Sebelum Disaring 2,14
Sesudah Disaring 1,91
Gelondong Sesudah Disaring 2,27
Sesudah Digiling 2,49
Sesudah Dikeringkan 1,76