FARMASI FISIKA
Penyusun :
Luvita Gabriel Zulkarya, M. Farm
1
VISI
“Menjadi Perguruan Tinggi Kesehatan yang unggul di Tingkat Internasional pada
Tahun 2047”
MISI
TUJUAN
1. Menghasilkan lulusan yang kompeten dalam mengemban profesi dan mengembangkan
ilmu pengetahuan serta teknologi untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat.
2. Menghasilkan penelitian berskala nasional dan internasional yang bermanfaat bagi
pengembangan ilmu, dunia usaha, dan masyarakat luas.
3. Menghasilkan kegiatan pengabdian dan pemberdayaan masyarakat yang bermanfaat bagi
masyarakat.
4. Memperluas dan meningkatkan jaringan kerja sama yang saling menguntungkan dengan
berbagai lembaga pemerintahan/swasta di dalam dan luar negeri;
5. Mewujudkan tata kelola lembaga yang kredibel, transparan, akuntabel, bertanggung jawab
dan adil untuk menghasilkan sumber daya insani yang berkarakter, cerdas, kreatif, dan
kompetitif
KATA PENGANTAR
2
Farmasi Fisika merupakan ilmu terapan dalam bidang kefarmasian dan
termasuk dalam kelompok keahlian Farmasetika dan Teknologi Farmasi yang
berkaitan erat dengan pengembangan bentuk sediaan farmasi pada umumnya.
Ilmu ini didasari juga dengan kajian kimia fisika dan teori dasar tentang
farmasetika, sehingga dapat membantu mahasiswa untuk memahami
penerapannya lebih lanjut.
Buku Penuntun Praktikum Farmasi Fisika edisi terbaru ini disusun sebagai
sarana bagi mahasiswa untuk mencapai pembelajaran yang lebih baik secara teori
maupun praktek. Dalam buku ini tercakup beberapa inti dari mata kuliah Farmasi
Fisika yang perlu diketahui oleh mahasiswa dan diharapkan dapat mewakili ilmu
teori yang diberikan dalam perkuliahan. Materi disusun melalui pendekatan
laboratorium dan studi pustaka agar mahasiswa dapat mencari dan memahami
lebih lanjut kaitan antara praktikum dengan teori perkuliahan, karena praktikum
berfungsi sebagai infrastruktur utama dalam pemahaman teori-teori yang
disampaikan dalam perkuliahan.
Besar harapan kami agar Modul Praktikum ini dapat memandu mahasiswa
dalam memahami teori perkuliahan Farmasi Fisika, dan jika terdapat kesalahan
dalam penyusunan buku ini kami harapkan tidak mempengaruhi substansial
materi secara keseluruhan.
Februari 2024
Penyusun
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................... 2
TATA TERTIB PRAKTIKUM .......................................... 4
PRAKTIKUM 1 BOBOT JENIS ...................................... 6
PRAKTIKUM 2 KELARUTAN......................................... 10
PRAKTIKUM 3 TEGANGAN PERMUKAAN......................... 19
PRAKTIKUM 4 EMULSIFIKASI…………………………………… 22
PRAKTIKUM 5 VISKOSITAS DAN RHEOLOGI..................... 25
PRAKTIKUM 6 UJI STABILITAS..................................... 28
PRAKTIKUM 7 KOLOIDAL ........................................... 32
PRAKTIKUM 8 DISOLUSI............................................. 33
4
3. Mahasiswa yang akan melakukan praktikum wajib membawa laporan
sementara yang telah disahkan pada saat pretes
4. Mahasiswa yang akan melakukan praktikum wajib menggunakan jas
laboratorium
5. Mahasiswa yang akan melakukan praktikum wajib meletakkan barang di
tempat yang sudah ditentukan
6. Mahasiswa dilarang membawa makanan dan minuman kedalam ruang
laboratorium
7. Mahasiswa dilarang menggunakan sandal, sepatu terbuka, dan sepatu/sandal
hak tinggi
8. Mahasiswa dilarang menggunakan perhiasan dan aksesoris.
9. Mahasiswa/peneliti yang akan menggunakan Laboratorium Fakultas Kesehatan
prodi farmasi harus mendapatkan surat ijin terlebih dahulu dari kepala
Laboratorium. Surat ijin harus masuk seminggu sebelum penggunaan.
10. Persetujuan penggunaan fasilitas/peralatan ditanda tangani oleh kepala
Laboratorium
11. Peminjaman alat harus terlebih dahulu mengisi form peminjaman alat dan
diketahui pembimbing dan teknisi Laboratorium.
12. Sebelum memulai praktikum:
a. Mahasiswa wajib meminjam alat laboratorium pada laboran
b. Mahasiswa wajib melakukan pengecekan alat dengan daftar yang sudah
disediakan, jika ada alat yang tidak sesuai harus segera dilaporkan kepada
laboran
c. Mahasiswa wajib meminta lembar laporan sementara pada laboran
13. Selama proses praktikum:
a. Mahasiswa harus memahami cara kerja materi praktikum
b. Mahasiswa harus mengembalikan bahan-bahan praktikum yang telah
digunakan ketempat semula
5
14. Setelah selesai melakukan praktikum:
a. Mahasiswa wajib membersihkan peralatan yang telah digunakan
b. Mahasiswa wajib mengembalikan peralatan yang telah dipinjam kepada
laboran
c. Mahasiswa wajib membersihkan meja yang digunakan
d. Sebelum meninggalkan laboratorium mahasiswa wajib mengisi absensi dan
meminta pengesahan pada lembar laporan sementara
15. Pengembalian peralatan/bahan kepada laboran dalam keadaan baik, sesuai
dengan form peminjaman.
16. Kerusakan/kehilangan peralatan/bahan selama waktu peminjaman menjadi
tanggung jawab peminjam, dan penggantian di sesuaikan dengan
peralatan/bahan yang dipinjam dalam waktu yang ditentukan oleh pihak
laboratorium.
17. Kegiatan penelitian/praktikum mahasiswa harus didampingi oleh
pembimbing/asisten praktikum.
18. Penggunaan Laboratorium di luar jam kerja harus sepengetahuan pihak
Laboratorium
19. Hal-hal yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan diatur kemudian.
PRAKTIKUM 1.
PENENTUAN BOBOT JENIS
I. Tujuan Percobaan
Menetukan bobot jenis suatu zat cair dengan piknometer rapatan
diperoleh dengan membagi massa suatu zat obyek.
6
II. Teori Umum
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur
tertentu. Keprapatan merupakan salah satu sifat fisika yang paling
definitive, dengan demikian dapat digunakan dengan menentukan
kemurnian suatu zat. Hubungan antara massa dan volume tidak hanya
menunjukan ukuran dan bobot molekul suatu komponen, tetapi juga
gaya-gaya yang mempengaruhi sifat karakteristik pemadatan. Dalam
sistem metrik kerapatan diukur dalam gram permilimeter untuk cairan
atau gram sentimeter kubik.
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat
disbanding dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25ºC).
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot
jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain,
didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25ºC
terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila suhu
ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di
udara pada suhu yang ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan
suhu yang sama. Bila pada suhu 25°C zat berbentuk padat, tetapkan
bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masing-masing monografi,
dan mengacu pada air yang tetap pada suhu 25ºC.
Pengukuran kerapatan dan bobot jenis digunakan apabila
mengadakan perubahan massa dan volume. Kerapatan adalah turunan
besaran yang menyangkut satuan massa dan volume. Batasanya adalah
massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu yang
dinyatakan dalam system cgs dalam gram per sentimeter kubik (g/cm3).
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur
tertentu. Batasannya adalah massa per satuan Volume pada temperature
dan tekanan tertentu dinyatakan dalam system cgs (g/cm3) dan
dilambangkan dengan ρ. Kerapatan dapat digunakan untuk menentukan
kemurnian suatu zat.
Penentuan Bobot Jenis dan Rapat jenis
Penentuan bobot jenis berlangsung dengan piknometer, Areometer,
timbangan hidrostatik (timbangan Mohr-Westphal) dan cara manometris.
Ada beberapa alat untuk mengukur bobot jenis dan rapat jenis, yaitu
menggunakan piknometer, neraca hidrostatis (neraca air), neraca
Reimann, beraca Mohr Westphal.
Bobot jenis zat cair
Metode Piknometer. Pinsip metode ini didasarkan atas penentuan
massa cairan dan penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang
7
piknometer dilakukan dengan menimbang air. Menurut peraturan apotek,
harus digunakan piknometer yang sudah ditera, dengan isi ruang dalam
ml dan suhu tetentu (20ºC). Ketelitian metode piknometer akan
bertambah sampai suatu optimum tertentu dengan bertambahnya volume
piknometer. Optimun ini terletak sekitar isi ruang 30 ml. Ada dua tipe
piknometer, yaitu tipe botol dengan tipe pipet .
Neraca Mohr Westphal dipakai untuk mengukur bobot jenis zat cair.
Terdiri atas tuas dengan 10 buah lekuk untuk menggantungkan anting,
pada ujung lekuk yang ke 10 tergantung sebuah benda celup C terbuat
dari gelas (kaca) pejal (tidak berongga), ada yang dalam benda celup
dilengkapi dengan sebuah thermometer kecil untuk mengetahui susu
cairan yang diukur massa jenisnya, neraca seimbang jika ujum jarum D
tepat pada jarum T .
Densimeter merupakan alat untuk mengukur massa jenis (densitas)
zat cair secara langsung. Angka-angka yang tertera pada tangkai berskala
secara langsung menyatakan massa jenis zat cair yang permukaannya
tepat pada angka yang tertera.
8
2. Piknometer yang telah diisi dengan aquadest sehingga penuh lalu
direndam dalam air es sehingga suhunya mencapai kira-kira 2º di
bawah suhu percobaan
3. Piknometer ditutup
4. Membiarkan suhu aquadest dalam piknometer sampai mencapai
suhu kamar setelah itu usap air yang menempel dengan
menggunakan tissue lalu menimbang piknometer dengan teliti
5. Melihat tabel untuk mengetahui berapa kerapatan aquadest pada
suhu percobaan
6. Menghitung :
Bobot piknometer + aquadest : A...gram
Bobot piknometer kosong : B...gram -
Bobot aquadest : C..gram
Kerapatan aquadest pada suhu percobaan (lihat tabel) : ρ aquadest
C gram
Mencari volume piknometer =
ρ aquadest ( gram/ml−1)
= VP ml
B. Menentukan kerapatan dan bobot jenis zat cair ( etanol, aseton dan
kloroform)
1. Bersihkan piknometer sampai kering lalu diisi penuh dengan
sampel misalnya diisi dengan etanol, kalau sudah penuh
tutup sampai airnya tumpah keluar,cairan yang menempel tersebut
diusap dengan tissue sampai kering, lalu timbang dengan teliti
meggunakan neraca elektrik, misal bobot etanol yang ditimbang
adalah : D gram
9
Dengan cara yang sama seperti diatas kita dapat menentukan
kerapatan dan berat jenis sampel-sampel yang lain misalnya aseton dan
kloroform.
V. DATA PERCOBAAN
No Sampel Berat piknometer kosong Berat piknometer
( gram ) + sampel ( gram )
1 Aquadest
2 Etanol
3 Aseton
4 Kloroform
PRAKTIKUM 2
KELARUTAN
10
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu
untuk:
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat padat
(pelarut campur, penambahan surfaktan)
2. Terampil menghitung konstanta dielektrik campuran cairan dan
mengukur konsentrasi kritikmisel.
11
kombinasi pelarut campur yang banyak digunakan dalam sediaan
farmasi adalah campuran air-alkohol atau pelarut lain yang sesuai
antara lain sorbitol, gliserin, propilen glikol, dan sirupus simpleks.
Cara menghitung konstanta dielektrik adalah :
Jumlah dari hasil perkalian masing-masing konstanta dielektrik pelarut
dengan fraksi (%) atau jumlah dari masing-masing pelarut yang
digunakan. Misalnya :
Pelarut Jumlah Kontanta dielektrik
Etanol A% 25,7
Gliserol B% 43,0
Propilen glikol C% 33,0
Air D% 80,4
Maka konstanta dielektrik campuran pelarut adalah: 25,7A + 43B + 33C + 80,4D
100
12
kelarutan zat atau sifat keterbasahan zat dengan menurunkan
tegangan antar permukaan zat tersebut. Surfaktan dibagi atas
surfaktan anionik, kationik, non ionik, dan amfoterik.
Konsentrasi kritik misel yaitu apabila penambahan surfaktan
pada konsetrasi tertentu menyebabkan misel, dimana terjadi
penggumpalan atau agregasi dari molekul-molekul surfaktan. Proses
pembentkan misel ini disebut miselisasi. Misel merupakan sebuah
kumpulan molekul surfaktan berbentuk globular / spheris yang
terdispersi dalam koloid cair, gugus hidrofilik bersinggungan dengan
solven yang mengelilinginya, mengasingkan ekor gugus hidrofobik
didalam pusat misel. Kelarutan suatu obat akan meningkat sebab obat
terdispersi ke dalam misel (setelah tercapai konsentrasi misel kritik).
Konsentrasi surfaktan yang ditambahkan tidak boleh terlalu
besar, karena selain sifatnya yang toksik dan harganya yang mahal
juga akan terjadi busa pada saat pembuatan sediaan yang sukar
dihilangkan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada
konsentrasi surfaktan tertentu dapat mengurangi ketersediaan hayati
obat karena terjadinya adsorpsi yang kuat di dalam misel. Harga HLB
surfaktan dapat dipakai untuk memperkirakan kelarutan dan
kemampuan tercampurnya dalam pelarut yang digunakan.
13
i. Aquadest
Etanol 0 µL 0 µL 0 µL 500 µL 0 µL
V. DATA PERCOBAAN
PRAKTIKUM 3
TEGANGAN PERMUKAAN
I. TUJUAN PERCOBAAN
14
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu
untuk:
1. Menentukan tegangan permukaan zat cair
2. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan
permukaan zat cair
3. Menentukan konsentrasi misel kritik suatu surfaktan
15
Metode ini hanya dapat digunakan untuk menentukan tegangan
permukaan suatu zat cair dan tidak dapat digunakan untuk
menentukan tegangan antar permukaan dua zat cair yang tidak
bercampur.
θ = sudut kontak antara permukaan zat cair dengan dinding kapiler, jika zat
cair dapat membasahi dinding kapiler, θ = 0
α = komponen gaya ke atas akibat tegangan permukaan cairan = γ cos θ
2.r. .r2..h.g
16
1
r.h..g
2
17
Suhu Air (oC) h (mm)
1 2 Rata2
Suhu kamar
40
60
80
PRAKTIKUM 4
EMULSIFIKASI
18
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Membuat emulsi dengan menggunakan emulgator golongan surfaktan.
2. Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan
dalam pembuatan emulsi.
3. Menentukan nilai HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan
emulsi.
4. Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi
19
Semakin tinggi nilai HLB suatu surfaktan, sifat kepolarannya akan
meningkat.
Selain mengetahui HLN surfaktan, dalam pembuatan emulsi perlu
juga diketahui nilai HLB butuh dari suatu minyak. Nilai HLB butuh suatu
minyak adalah tetap untuk suatu emulsi tertentu dan nilai ini ditentukan
berdasarkan percobaan. Menurut Griffin, nilai HLB butuh tersebut setara
dengan nilai HLB surfaktan atau kombinasi surfaktan yang digunakan
untuk membentuk suatu emulsi yang stabil.
Sebagai contoh:
20
No. Nama Bahan Nilai HLB Butuh
M/A A/M
1. Minyak biji kapas 12 5
2. Metil salisilat 14 -
3. Vaselin 12 5
4. Parafin cair 12 5
. Parafin padat 9 4
6. Adeps lanae 10 8
7. Setil alkohol 15 -
21
R/ Minyak 20
Tween 80 5
Span 40
Air Ad 100
Buatlah satu seri emulsi dengan nilai HLB butuh masing-masing 6,
8, 10, 12, 14
Prosedur Kerja
1. Hitung jumlah Tween dan Span yang diperlukan untuk setiap
nilai HLB butuh.
2. Timbang masing-masing minyak, air, Tween dan Span sejumlah
yang diperlukan.
3. Campurkan Span dengan minyak, Tween dengan air, panaskan
masing-masing campuran pada penangas air hingga bersuhu 70
o
C.
4. Gabungkan kedua campuran, lalu dicampur dengan
menggunakan mixer pada kecepatan dan waktu yang sama
untuk masing-masing nilai HLB butuh.
5. Masukkan emulsi ke dalam tabung sedimentasi dan beri tanda
sesuai nilai HLB masing-masing. Usahakan tinggi emulsi yang
dimasukkan ke dalam tabung sama satu dengan yang lainnya
dan catat waktu saat mulai memasukkan emulsi ke dalam
tabung.
6. Amati ketidakstabilan emulsi yang terjadi pada 30 menit, 1 jam,
2 jam, dan 24 jam setelah pembuatan. Bila terjadi creaming,
ukur dan catat tinggi emulsi yang membentuk cream.
7. Tentukan pada nilai HLB berapa emulsi tampak relatif paling
stabil.
PRAKTIKUM 5
VISKOSITAS DAN RHEOLOGI
22
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu
untuk:
1. Menerangkan arti viskositas dan rheologi
2. Membedakan cairan Newton dan non-Newton
3. Mengenal beberapa metode pengukuran viskositas dan alat yang
digunakan
4. Menentukan viskositas beberapa cairan dengan viskometer Ostwald
23
η = koefisien viskositas
F dx
A. dv
η = dyne.cm-2.cm.cm-1.detik
= dyne.cm-2.detik = gram.cm-1.detik-1 =
Poise
24
Viskometer ini dapat digunakan untuk mengukur viskositas
cairan Newton dan cairan non Newton. Yang termasuk ke dalam
viskositas ini adalah viskometer Stormer, Brookfield, dll.
25
Dalam praktek seringkali viskositas ditentukan secara relatif, yaitu
dengan membandingkan viskositas cairan yang belum diketahui
dengan viskositas absolut suatu cairan baku pembanding, melalui
persamaan berikut:
1 t1.1
2 t2.2
η = viskositas cairan
t = waktu tempuh cairan yg diukur melalui kapiler
ρ = bobot jenis cairan
1 = cairan pembanding
2 = cairan uji
2. Larutan amilum
a. Tara gelas kimia dengan sejumlah volume air yang dibutuhkan.
b. Timbang sejumlah amilum untuk membuat larutan amilum
dengan konsentrasi 0,5; 1; 5; 10 % (b/v)
c. Masukkan serbuk amilum ke dalam gelas kimia dengan
sebagian air. Aduk hingga larut. Kemudian panaskan hingga
mendidih dan campuran berwarna jenih.
d. Tambahkan sejumlah air hangat hingga volume yang
diinginkan.
26
B. Pengukuran Viskositas
1. Timbang piknometer kosong, kemudian masukkan masing-masing sampel
ke dalam piknometer dan tentukan bobot jenis masing-masing sampel.
2. Masukkan masing-masing sampel ke dalam viskometer Ostwald, kemudian
ukur waktu yang dibutuhkan untuk melewati jarak tertentu. Tentukan
viskositas masing- masing sampel. Pengukuran dilakukan duplo untuk
masing-masing sampel.
27
PRAKTIKUM 6
MIKROMERITIK
I. TUJUAN PERCOBAAN
Menghitung ukuran partikel dengan metode pengayakan bertingkat
28
zat dengan zat lain untuk medapatkan senyawa kimia yang diinginkan
dengan bentuk partikel halus.
Pengukuran ukuran partikel biasanya cukup sukar sekali kecuali jika
partikel tersebut mempunyai bentuk yang tetap dan teratur dan hal ini
jarang terjadi. Pengetahuan statistik berguna sekali dalam hal ini dan
umumnya mempunyai ukuran partikel diasumsikan sebgai diameter bola
equaivalen.
Metode pengukuran partikel ada bermacam-macam, mulai dari
yang sederhana sampai yang sangat kompleks dan bergantung pada
ukuran partikel yang diselidiki. Beberapa metode yang digunakan adalah
mikroskopi, pengayakan, pengendapan, adsorpsi, permeatri dan pancaran
radiasi. Metode yang sederhana adalah mikroskopi, pengayakan dan
sedimentasi.
29
V. DATA PERCOBAAN
PRAKTIKUM 7
SIFAT-SIFAT KOLOID
I. TUJUAN PERCOBAAN
30
Memberi gambaran tentang sifat-sifat larutan koloidal.
II. TEORI UMUM
Koloid biasanya dibagi menjadi dua golongan besar. Bedasarkan pada
apakah dia disolvatasi oleh medium dispersinya atau tidak atau apakah dia
tidak berinteraksi secara nyata pada medium, yaitu:
1. Koloid liofilik, disolvatasikan oleh solven dan sering dinamakan “
koloid suka pelarut”.
2. Koloid liofobik, kebalikan dari koloid liofilik, yaitu mempunyai afinitas
kecil untuk solvent dan sering dinamakan “ koloid tidak suka
pelarut”.
Jika digunakan sebagai solven adalah air, maka digunakan istilah:
hidrofilik dan hidrofobik.Disperse koloidal yang dibuat dengan salah satu
dari dua metode umum, yaitu metode kondensasi dan metode disperse.
METODE KONDENSASI
adalah menggabungkan partikel-partikel kecil (ion/molekul) untuk
membentuk partikel-partikel yang lebih besar yang masuk dalam jarak
ukuran koloidal. Ini biasanya dilakukan dengan jalan mengganti solven
atau dengan jalan melakukan reaksi kimia tertentu.
Metode dispersi mmenggunakan teknik-teknik pengecilan ukuran partikel
dari partikel-partikel yang berdimensi koloidal. Untuk ini dapat digunakan
disintegrator mekanik seperti “colloid mill”. Sering sekali dicampur dengan
zat yang lain yang dapat menyebabkan partikel non koloidal menjadi
koloidal. Metode tipe dispers tipe ini khusus dinamakan peptisasi. Semua
dispersi koloidal menunjukan suatu sifat optik yang dikenal sebagai efek
Tyndall. Jika seberkas cahaya diarahkan pada suatu dispersi koloidal,
maka cahaya tersebut akan dipancarkan dan suatu berkas sinar atau
kerucut akan terlihat.
Karena banyak dispersi koloidal sangat menyerupai larutan sejati,
maka sifat tersebut berguna untuk membedakan antara dispersi kolidal
dan larutan sejati.
Larutan sejati tidak akan mancarkan cahaya, karena partikel -
partikel yang terdispersi didalamnya begitu kecil sehingga tidak dapat
menimbulkan efek tersebut.
Sifat lain yang menarik dari koloid adalah viskositas. Koloid liofilik
tidak merubah viskositas dari viskositas suatu dispersi, karena dispersi
tersebut tidak disolvatasikan. Kenaikan kadar dari koloid-koloid semacam
itu tidak mempengaruhi viskositas dari dispersi tersebut. Koloid liofilik,
sebaliknya biasanya menyebabkan suatu kenaikan viskositas secara nyata,
karena mereka berinteraksi dengan molekul-molekul solven.
31
Sifat-sifat stabilitas sistem liofobik juga berbeda. Semua dispersi
koloid mempunyai muatan listrik. Jika suatu zat atau ion dengan muatan
sebaliknya ditambahkan dalam suatu dispersi koloid, muatan dalam koloid
dapat dihilangkan atau dinetralkan dan koloid akan mengendap.
Sistem hidrofobik biasanya lebih jelas dipengaruhi oleh elektrolit,
sedangkan sedangkan sistem hidrofilik disolvatasikan dan suatu “cincin
pelindung” mengelilingi koloid hingga membuatnya menjadi kurang peka
terhadap ion-ion yang bermuatan yang berasal dari elektrolit. Salah satu
cara untuk menambahkan stabilitas koloid hidrofobik ialah dengan
penambahan suatu koloid hidrofilik pada sistem tersebut. Dalam hal ini
koloid hidrofiliknya dinamakan “ koloid pelindung”. Sistem hidrofilik akan
menjadi kurang stabil pada penambahan
solven-solven tersebut akan bersaing dengan molekul-molekul air dan
mendehidrasi koloid.
32
2. Ambil 10 ml larutan putih telur
3. Tambahkan 20 mL larutan amonium sulfat
C. Koagulasi
1. Kocok satu bagian putih telur dengan lima bagian air.
2. Ambil 10 ml larutan putih telur
3. Tambahkan air, lalu panaskan larutan tersebut
4. Tambahkan alkohol 96% setelah larutan dingin
5. Amati apa yang terjadi
D. Pengendapan dengan asam
1. Kocok satu bagian putih telur dengan lima bagian air.
2. Ambil 10 ml larutan putih telur
3. Tambahkan tetes demi tetes asam nitrat encer
4. Amati apa yang terjad
V. DATA PERCOBAAN
Hasil
No Pereaksi Perlakuan
(warna/endapan)
1 KOH Penggojokan
PRAKTIKUM 8
UJI DISOLUSI
33
Produk obat atau bahan baku, eksipien yang termasuk dalam cakupan
Farmakope harus memenuhi persyaratan dalam farmakope.
PROSEDUR PENGUJIAN
1. WAKTU HANCUR
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet
untuk hancur menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu
melewati ayakan no.10 yang terdapat dibagian bawah alat uji.
Alat yang digunakan adalah disintegration tester
a. Siapkan alat uji
b. Masukkan tablet ke dalam keranjang pengujian
c. Catat waktu yang diperlukan tablet hancur menjadi granul.
2. DISSOLUSI
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan
persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing
monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket
dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah.
Uji kesesuaian alat dilakukan pengujian masing-masing alat
menggunakan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis diintegrasi dan
1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan disintegrasi. Alat
dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam rentang
yang diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari
Kalibrator yang bersangkutan. Untuk media disolusi digunakan
900 mL larutan dapar fosfat pH 5,8 (atau disesuaikan dengan zat
aktif dalam tablet uji). Kemudian dilakukan penetapan kadar zat
aktif yang terlarut dalam media dengan metoda yang sesuai.
34
Bahas hasil pengujian terhadap granul dan kesimpulan apa yang dapat
ditarik dari pengujian tersebut.
35