Anda di halaman 1dari 4

PRATIKUM

PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

II. Dasar Teori


2.1 Pemeriksaan hemoglobin Metode Sianmethemoglobin
Hemoglobin merupakan protein utama tubuh manusia yang berfungsi
sebagai pengangkut oksigen ke jaringan dan media transport karbondioksida
dari jaringan tubuh ke paru – paru, pengangkutan oksigen berdasarkan atas
interksi kimia antara molekul oksigen dan heme, suatu cincin tetrapirol
porfirin yang mengandung besi (ferro), kandungan zat besi yang terdapat
dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. Hemoglobin mengikan 2
proton untuk setiap 4 molekul oksigen yang di lepaskan sehingga hemoglobin
merupakan Bufer utama dalam darah (Tarwoto, 2008).
Heme (ferro) yang terikat pada oksigen disebut hemoglobin
teroksigenasi atau oksihemoglobin (HbO2) sedangkan heme (ferro) yang
sudah melepas oksigen disebut deoksihemogobin. Heme juga dapat mengikat
karbonmonokasida (CO) yaitu heme yang teroksidaksi dari ferro menjadi ferri
atau methemoglobin, methemoglobin tidak mampu untuk mengikat oksigen
(Koolman, 2005).
Pada metode sianmethemoglobin ini hemoglobin di oksidasi oleh
kalium ferrisianida menjadi methemeglobin yang kemudan bereaksi dengan
ion sianida membentuk san-methemoglobin yang berwarna merah. Intensitas
warna di baca dengan fotometer dan di bandingkan dengan standar, karena
yang membandingkan alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif. Namun,
fotometer saat ini masih cukup mahal, sehingga benlum semua laboraturium
memilikinya (Price and Wilson, 2006).
Kadar hemoglobin darah dapat di tentukan dengan bermacam macam
cara. Yang banyak di pakai dalam laboraturium ialah cara fotoelektrik dan
kolometrik visual. Cara fotoelekrik yaitu dengan metode sanmethemeglobin
sedangkan cara kolometrik visual adalah metode sahli (Price and Wilson,
2006).
Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin yaitu sebagai
berikut (Estriage et al, 2000).
a. Kecukupan zat besi dalam tubuh.
b. Metabolisme besi dalam tubuh.

Kadar hemoglobin dalam darah maupun kerja atau fungsi hemoglobin yang
optimal dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa hal meliputi :

a. Makanan atau gizi


b. Fungsi jantung dan paru paru
c. Fungsi organ organ tubuh lain
d. Merokok
e. Penyakit lain yang menyertai

(Esteriage et al, 2000)

Pemeriksaan kadar hemoglobin metode sianmethemoglobin menggunakan larutan


drabkins dengan komposisi kalium ferrisianida yang mengikat heme (ferro) menjadi (ferri)
methemoglobin, ion sianida yang mengubah methemoglobin, KH2O4 mengatur pH larutan
(7,0-7,4) dan iconic detergent berfungsi untuk mempercepat lisisnya eritrosit, sehingga
jumlah sel leukosit yang tinggi dapat menyebabkan kekeruhan dan mengganggu pembacaan
spektrofotometer. Kekeruhan juga dapat disebabkan hiperlima (McPherson, 2007).

2.2 Pemeriksaan laju endapan darah


Laju endapan darah (LED) disebut juga Erythrocytoe Sedimentation Rate (ESR) atau
sedimentasi rate (sed rate) atau Bloed Sedimentation Erythrocyte (BSE) adalah kecepatan
persandaraan sel-sel eritrosit di dalam tabung berisi darah yang telah diberi antikoagulan
dalam waktu satu jam. Laju endap darah juga didefinisikan sebagai kecepatan persendapan
sel-sel eritrosit dalam plasma. Hasil pemeriksaan LED digunakan sebagai penanda non
spesifil perjalanan penyakit, khususnya memantau proses inflamasi dan aktivitas penyakit
akut maupun kronis atau adanya kerusakan jaringan (Kiswari, 2014).
Laju endap darah (LED) adalah kecepatan pengendapan eritrosit dari suatu sampel
darah yang diperiksa dalam suatu alat tertentu yang dinyatakan dalam milimeter (mm) per
jam. Proses laju endap darah (LED) dapat dibagi dalam 3 tingkatan. Pertama, tingkatan
penggumpalan yang menggambarkan periode eritrosit membentuk gulungan (rouleaux) dan
sedikit sedimentasi. Kedua, tingkatan pengendapan cepat, yaitu eritrosit mengendap secara
tetap dan lebih cepat. Ketiga, tingkatan pemandatan, pengendapan gumpalan eritrosit mulai
melambat karena terjadi pemadatan eritrosit yang mengendap (Ibrahim et al, 2006).
Pemeriksaan ini berguna untuk mengukur kecepatan pengendapan eritrosit dalam
plasma dengan sifat pemeriksaan LED : Sensitif tetapi tidak spesifik.

Manfaat dari pemeriksaan LED antara lain :

1. Menunjang diagnosis
 Infeksi akut
 Inflamasi menahan pada fase aktif
 Kerusakan jaringan
2. Memantau perjalanan penyakit
3. Respons terhadap pengobatan

2.3 Penetapan nilai hematokrit


Hematokrit atau bagian volume darah yang ditempati oleh sel darah merah adalah salah
satu penentu utama viskositas darah. Peningkatan hematokrit dikaitkan dengan peningkatan
viskositas darah, berkurangnya aliran darah menuju vena, dan peningkatan kerekatan platelet.
Hal ini juga diketahui bahwa orang yang memiliki penyakit kardiovaskuler (Haematologica,
2010).
Pemeriksaan hematokrit dapat ditentukan menggunakan darah vena atau darah kapiler.
Penentuan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu metode manual dan
metode otomatis. Pada pemeriksaan metode manual sampel diolah berdasarkan prinsip
sentrifugal, dimana sentrifus yang digunakan memiliki kekurangan yaitu saat dilakukan
sentrifugasi yang tidak optimal maka menyebabkan nilai hematokrit terlalu tinggi.
Hematokrit ialah volume eritrosit dalam 100 mL (1 dl) darah dan dinyatakan dalam persen.
Pemeriksaan hematokrit digunakan untuk mengukur konsentrasi eritrosit dalam darah dan
merupakan salah satu pemeriksaan yang berguna dalam membantu diagnosa beberapa
penyakit seperti demam berdarah, anemia, polisistemia, dan diare berat (Sutedjo, 2007).
Daftar Pustaka
Estriage B.H, Reynolda A.P., Walters N.J. 2000. Basic medical laboratory techmques.
Albang, New York : Thomsom Learning.
Hematologica. 2010. Hematocrit and Risk of Venous Thromboem bolism in a General
Population. Churchill Livingstone.
Ibrahim N, Suci A, Hardjoeno. 2006 Hasil tes laju endap darah cara manual dan
automatik. Makasar. Indonesia Journal of clinical pathology and medical
laboratory.
Koolman J & Klaus H.R., (2005). Color atlas of biochemistry, 2 edition on, Marburg
Germany. PP 193-204.
McPherson R A & Pincus M R., (2011), Henry’s clinical diagnosis and management
laboratory methods, 22nd Edition Elaevier Saunders, Philadelphia, PP 34-
515.
Price , S.A. Lorraise MC Castry Wilson. 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC.
Sutedjo, A. Y. 2007. Mengenal penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium.
Yogyakarta : Amara Books.
Tarwoto & Wartomeh, (2008). Keperawatan medikal bedah : gangguan sistem
hematologi, Trans info media Jakarta, PP 9-21.

Anda mungkin juga menyukai