FARMAKOLOGI
DISUSUN OLEH :
TIM PENGAJAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahwa atas
kehendaknya kami dapat menyelesaikan Modul Praktikum Farmakologi yang
diperuntukkan bagi mahasiswa Program Studi Profesi Bidan Sutomo Surabaya.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan Modul Praktikum ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan adanya saran dan kritik membangun
guna perbaikan penulisan Modul Praktikum dimasa yang akan datang.
DAFTAR ISI
Pendahuluan..................................................................................................................4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memberikan obat dengan benar dan tepat akan memberikan khasiat dan
khasiat obat akan lebih baik dan lebih optimal untuk diabsorpsi tubuh sehingga
akan memberikan terapi penyembuhan yang efektif. Untuk itu, diperlukan tindakan
yang tepat misalnya penghitungan dosis yang tepat dan cara pemberian obat
yang benar, karena salah dalam memberikan dosis obat akan bisa berdampak
yang buruk terhadap kesehatan tubuh pasien.
Dosis merupakan faktor penting dalam pemberian obat. Bidan juga
berperan penting dalam memberikan obat-obatan sebagai hasil kolaborasi
dengan dokter kepada pasien dalam pemberian obat – obatan yang aman. Untuk
itu, bidan harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan
mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis
yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan. Secara hukum bertanggung
jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar
atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien. Sekali
obat telah diberikan, bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi.
Agar dapat memberikan obat dengan aman, hendaknya mempelajari
tentang obat-obatan, meliputi konsep dasar terutama tentang dosis baik itu untuk
orang dewasa dan anak. Selain itu beberapa rute pemberian obat memiliki
kharakteristik tersendiri, misalnya rute obat SC untuk Insulin memiliki perhitungan
tersendiri. Oleh karena itu harus benar-benar memahami bagaimana
penghitungan dosis obat dengan benar.
Modul ini di kemas dalam dua kegiatan belajar sebagai berikut :
• Kegiatan Belajar 1 : Menyiapkan Obat
• Kegiatan Belajar 2 : Penyimpanan Obat
Dalam modul ini mahasiswa diminta untuk banyak membaca secara
mandiri atau bersama teman-teman untuk mendapatkan gambaran dan
penguasaan yang lebih mendalam dan luas tentang konsep dasar famakologi,
farmakodinamik, farmakokinetik, penghitungan dosis dan peran kolaboratif dalam
pelaksanaan prinsip farmakologi.
Agar Anda dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik maka sebaiknya
ikuti petunjuk-petunjuk dibawah ini.
1. Bacalah setiap penjelasan yang diberikan dengan cermat dan tidak perlu
tergesa-gesa.
2. Kerjakan soal-soal latihan dan cocokkan jawaban dengan kunci jawaban
yang ada pada modul ini.
3. Pelajari sekali lagi uraiannya, terutama pada bagian yang kurang pahami,
kemudian praktekkan setiap tindakan sesuai dengan petunjuk.
B. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu mempraktikkan pengelolaan macam – macam obat
yang lazim digunakan dalam pelayanan kebidanan sesuai dengan kewenangan
meliputi :
1. Cara Menyiapkan Obat meliputi Sediaan, Dosis dan Peresepan
2. Cara Penyimpanan Obat
C. Standar Kompetensi
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1) Menyiapkan obat sesuai bentuk sediaan, perhitungan dosis dan peresepan
yang benar
2) Melakukan penyimpanan obat dengan baik dan benar
binatang percobaan tidak dapat dilakukan. Obat hanya dapat diberikan jika hanya
manfaat yang diperoleh melebihi besarnya risiko yang mungkin timbul pada janin.
Kategori D : terbukti menimbulkan risiko terhadap janin manusia, tetapi
besarnya manfaat yang diperoleh jika dugunakan pada wanita hamil dapat
dipertimbangkan (misalnya jika obat diperlukan untuk mengatasi situasi yang
mengancam jiwa atau serius dimana obat yang lebih aman tidak efektif atau
tidak dapat diberikan).
Kategori X : studi terhadap binatang percobaan atau manusia telah
memperlihatkan adanya abnormalitas janin atau besarnya risiko obat ini pada
wanita hamil jelas-jelas melebihi manfaatnya. Dikontraindikasikan pada wanita
hamil atau wanita usia subur.
LEARNING OUTCOME
DASAR TEORI
c. Tablet Trikurat : tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris.
Sudah jarang ditemukan.
d. Tablet Hipodermik : dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut
sempurna dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik,
sekarang diberikan secara oral.
e. Tablet Sublingual : dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan
dengan meletakkan tablet di bawah lidah.
f. Tablet Bukal : digunakan dengan meletakkan diantara pipi dan gusi.
g. Tablet Efervescen : tablet larut dalam air. Harus dikemas dalam wadah
tertutup rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis “tidak untuk
langsung ditelan”.
h. Tablet Kunyah :cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak
di rongga mulut, mudah ditelan, tidsk meninggalkan rasa pahit atau tidak
enak.
4. Pilulae (Pil)
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan
dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena
tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.
5. Kapsulae (Kapsul)
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut. Keuntungan/tujuan sediaan kapsul yaitu :
a. Menutupi bau dan rasa yang tidak enak
b. Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
c. Lebih enak dipandang
d. Dapat unt uk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis),
dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil
kemudian dimasukkan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih
besar.
e. Mudah ditelan
6. Solutiones (Larutan)
Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat
larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara
peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk
lainnya (Ansel). Dapat juga dikatakan sediaan cair yang mengandung
satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya bercampur. Cara penggunaannya
yaitu larutan oral (diminum) dan larutan topikal (kulit).
7. Suspensi
Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi
dalam fase cair. Macam suspensi antara lain : suspensi oral (juga termasuk
susu/magma), suspensi topikal (penggunaan pada kulit), suspensi tetes telinga
(telingan bagian luar), suspensi optalmik, suspensi sirup kering.
8. Emulsi
Merupakan sediaan bercampur dari dua fase cairan dalam sistem dispersi, fase
cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya,
umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi.
9. Galenik
Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau
tumbuhan yang disari.
10. Entractum
Merupakan sediaan pekat yng diperoleh dengan mengekstraksi zat dari simplisia
nabatin atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang ditetapkan.
11. Infusa
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati
dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit.
12. Immunosera (Immunoserum)
Merupakan sediaan yang mengandung Imunoglobin khas khas yang diperoleh
dari serum dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa ular)
dan mengikat kuman/virus/antigen.
13. Unguenta (Salep)
Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit
atau selaput lendir. Dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah
dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau
terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.
14. Suppositoria
Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan
melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada
suhu tubuh. Tujuan pengobatan yaitu :
a. Penggunaan lokal : memudahkan defekasi serta mengobati gatal, iritasi dan
inflamasi karena hemoroid.
b. Penggunaan sistemik : aminofilin dan teofilin untuk asma, chlorprozamin
untuk anti muntah, chloral hydrat untuk sedatif dan hipnotif, aspirin untuk
analgenik antipiretik.
15. Guttae (Obat Tetes)
Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi atau suspensi dimaksudkan
untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan
menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang
dihasilkanpenetes beku yang disebutkan Farmacope Indonesia. Sediaan obat
tetes dapat berupa antara lain : Guttae (obat dalam), Guttae Oris (tetes mulut),
Guttae auriculares (tetes telinga), Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae
Ophtalmicae (tetes mata).
16. Injectiones (Injeksi)
Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan pada
pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.
- Intratekal
- Intraperitoneal
- Intrakardiak
- Intradural
- Intraserebrospinal
Dosis Obat
Dosis obat adalah banyaknya obat yang dapat diberikan atau dipergunakan
kepadapasien untuk satu kali pakai dalam sehari. Dosis juga dapat didefinisikan
sebagai sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada pasien dewasa.
Dosis maksimum menurut FI. Ed III adalah jumlah terbanyak obat yang boleh
diberikan kepada pasien dewasa (20-60 tahun, BB 58-60 kg) untuk dipergunakan
sebagai obat dalam atau obat luar.
Faktor yang mempengaruhi penentuan dosis obat :
1. Faktor Obat
a. Sifat fisika obat : daya larut obat dalam air/lemak, kristal/amorf
b. Sifat kimiawi : asam, basa garam, ester
2. Cara pemberian obat
3. Faktor penderita :
a. Umur (dewasa, anak atau bayi)
b. Berat badan
c. Jenis kelamin
d. Sifat penyakit patofisiologi
e. Kondisi pasien (hamil, menyusui)
f. Jumlah obat
g. Adiksi dan sensitifitas
Dosis Khusus
a. Dosis penderita yang obesitas : harus diperhitungkan lemak dan persentase
BB tanpa lemak (BBTL)
BBTL = BB x (100 - % lemak)
b. Dosis penderita geriatrik ( >65 tahun )
Dosis diturunkan ( ± 75% DD)
Perubahan fisiologis dan patologis diperhatikan (cardivaskuler, ginjal, DM)
c. Dosis penderita ginjal :
Ekskresi obat terganggu obat lebih lama di peredaran darah
Dosis dan interval obat harus diatur
Peresepan
Resep merupakan lembaran preskripsi yang ditulis oleh seorang praktisi yang sesuai
di bawah undang-undang. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan, seorang
bidan dapat membuat resep dan atau memberikan obat-obatan untuk mengurangi
nyeri jika diperlukan sesuai kewenangan.
Preskripsi yang dituliskan pada lembaran kertas dan kemudian diparaf serta
diberi tanggal oleh praktisi yang mengeluarkan resep tersebut.
Resep harus ditulis dengan tinta oleh alat tulis lainnya yang tidak bisa dihapus pada
blangko formulir yang sudah ditetapkan oleh oeraturan/undang-undang dan harus
mengandung informasi berikut :
a. Inscriptio
Nama pembuat, no. SIP, alamat/ telepon/HP/kota/tempat, tanggal penulisan
resep. Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota provinsi. Sebagai
identitas bidan penulis resep. Format inscriptio suatu resep dari rumah sakit
sedikit berbeda dengan resep pada praktik pribadi.
b. Invocatio
Permintaan tertulis bidan dalam singkatan latin “R/ = resipe” artinya ambilah atau
berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi dengan apoteker di apotek.
c. Prescriptio/Ordonatio
Nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan yang diinginkan. Penulisan jumlah
obat dinyatakan dalam rangka romawi :
I =1
V =5
X = 10
L = 50
C = 100
M = 1000
d. Signatura
Yaitu tanda cara pakai regimen dosis pemberian, rute dan interval waktu
pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan keberhasilan
terapi.
e. Subscriptio
Yaitu tanda tangan/paraf bidan penulis resep berguna sebagai legalitas dan
keabsahan resep tersebut.
minum/cairan yang
digunakan
pot. potio Untuk obat dalam
pulv. pulvis Serbuk tunggal
pulv. pulveres Serbuk terbagi (puyer)
pulv.adsp. Pulvis adspersorius Serbuk tabur
pulv.dentifr. Pulvis dentrificius Tepung/serbuk gosok
gigi
q.s. Quantum satis/sulficit Secukupnya
R/ recipe Ambilah
rec.par. Recentus paratus Dibuat baru
s. signa Tandailah, tulislah
sol. solutio Larutan
spir. spiritus Spiritus
steril. sterilisatus Yang disterilkan
supp. supposituria Suposituria
supp.rect. Supposituria rectal Suposituria rektum
syr. syrup Sirop
tab. tabulae Tablet
tct.(tinct) tinctura Tinctuur
tuss. tussis Batuk
tuss.urg. Tussi urgente Jika batuknya amat
mengganggu
u.c. Usus cognitus Aturan pakai diketahui
u.n. Usus notus Aturan pakai diketahui
u.e. Usus externus Obat luar
u.p. Usus proprium Dipakai sendiri
u.v. Usus veterinarius Guna kedokteran
hewan
ungt. Unguentum Salep
ungt.ophth. Unguentum Salep mata
ophthalmicae
vesp. Vespere Senja hari
PETUNJUK KERJA
1. Baca dan pelajari terlebih dahulu lembar kerja (jobsheet) yang tersedia
2. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dan susun secara ergonomis
3. Ikutilah petunjuk yang ada pada jobsheet
4. Kerjakan semua langkah secara sistematis
5. Bekerja secara hati – hati dan teliti
6. Tanyakan pada dosen pembimbing bila terdapat hal – hal yang kurang
dimengerti
KESELAMATAN KERJA
1. Perlengkapan
a. Washtafel dan air mengalir
b. Handuk kering dan bersih
c. Rekam medis pasien
d. Tempat sampah
2. Peralatan
a. Alat tulis
b. Kertas resep
c. Tempat obat
d. Sarung tangan
3. Bahan
Sediaan obat
- Pulvis
- Pulveres
- Tablet
- Pil
- Kapsul
- Larutan
- Galenik
- Ekstraktum
- Infusa
- Supositoria
- Guttae / tetes
- Injeksi
Tugas Mandiri !
LEARNING OUTCOME
DASAR TEORI
Wadah tunggal biasanya tertutup rapat dengan melebur wadah gelas dalam kondisi
aseptis. Wadah gelas dibuat mempunyai leher agar dapat dengan mudah dipisahkan
dari bagian badan wadah tanpa terjadi serpihan-serpihan gelas. Sekali dibuka,
ampul tidak dapat ditutup dan digunakan lagi untuk waktu kemudian. Sediaan suntik
dibuat secara steril karena sediaan ini diberikan secara parenteral.
Vial biasanya berupa tempat obat kecil terbuat dari kaca dengan tutup karet yang
terekat erat. Beberapa vial terisi obat dalam dosis multiple dan jika disimpan
dengan baik dapat dipakai berkali-kali.
Mencampur/Oplos Obat
Menyatakan presentase dengan istilah kualitatif
Beberapa produk mencantumkan kadarnya dengan istilah kuantitatif, bukan istilah
persen, misalnya krim 1% berlabel 10mg/g. Dalam praktiknya hal tersebut hanya
biasa pada obat luar seperti krim dan tetes mata.
Perlu diingat :
Satuan berat yang digunakan dalam perhitungan dosis obat adalah 1kg =
1000gr, 1gr = 1000mg dan 1mg = 1000mcg.
Satuan preparat cair adalah 1L = 1000ml (mililiter).
Ungkapan 1% berarti satu bagian dari seratus, baik dalam gram atau mililiter
Contoh :
Sediaan padat : 1% = 1gr/100 x 1 = 0,01 g/g atau 10mg/g
Larutan : 1% = 10mg/ml
Contoh Kasus 1 :
Diintruksikan menyuntik 150mg penisilin V. Tersedia vial dengan label
125mg/5ml, berapa ml yang harus diberikan?
Jawaban :
Jika 5 ml larutan mengandung 125 mg penisilin V dan X ml mengandung 150
mg, maka....
X = 150/125 x 5 ml
= 6 ml
Contoh Kasus 2 :
Berapa cc harus dihisap untuk mendapatkan dosis penicilin 150.000 IU dari vial
penicillin yang berlabel 600.000 IU/cc ?
Rumus: dosis diket / dosis tanya = cc diket / cc tanya
600.000/150.000 = 1cc/xcc
X = 0,25 cc
Contoh Kasus 1:
Pasien Ny. P (48 tahun) memiliki BB= 80 kg, dengan diagnosa shock hipovolemik
membutuhkan terapi dobutamin 12,5 mikro gr/kg/mnt. Berapa dosis yang diberikan
jika 1 ampul dopamin mengandung 250 mg dan diencerkan 50 cc dalam hitungan
menitnya ?
Jawab :
250 mg= 250.000 mikro gram .................. (1)
Contoh Kasus 2 :
Berikan vasokontriksi (non adrenalin) dengan dosis 0,1 mikro gram/kgBB/mnt pada
bapak Agus (56 tahun) dengan diagnosa Infark Miokard Akut dengan BB=60 kg.
Berapa dosis yang harus diberikan yang 1 ampul vasokontriksi mengandung
4mg/1cc jika diencerkan 40 cc?
Jawab :
4mg= 4000 mikro gram per 1 ccnya .................... (1)
Diencerkan 40 cc jadi 4000/40= 100 .................... (2)
PETUNJUK KERJA
1. Baca dan pelajari terlebih dahulu lembar kerja (job sheet) yang tersedia
2. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dan susun secara ergonomis
3. Ikutilah petunjuk yang ada pada job sheet
4. Kerjakan semua langkah secara sistematis
5. Bekerja secara hati-hati dan teliti
6. Tanyakan pada dosen pembimbing bila terdapat hal-hal yang kurang
dimengerti
KESELAMATAN KERJA
2. Peralatan :
a. Alat tulis
b. Kertas resep
c. Tempat obat
d. Sarung tangan
e. Spuit
f. Kapas
g. Bengkok
h. Safety box
3. Bahan
a. Obat vial
b. Obat ampul
PROSEDUR KERJA
DAFTAR TILIK
MENYIAPKAN OBAT SUNTIKAN DARI AMPUL
Tanggal Penilaian :
Nama Mahasiswa :
PENILAIAN :
Nilai 1 ( satu ): Perlu Perbaikan
Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau tidak berurutan
Nilai 2 ( dua ) : Mampu
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan tetapi kurang tepat,
pembimbing perlu membantu atau mengingatkan
Nilai 3 ( tiga ) : Mahir
Langkah dikerjakan dengan benar, tepat dan tanpa ragu – ragu serta
berurutan sesuai prosedur
DAFTAR TILIK
MENYIAPKAN OBAT SUNTIKAN DARI VIAL
Tanggal Penilaian :
Nama Mahasiswa :
PENILAIAN :
Nilai 1 ( satu ): Perlu Perbaikan
Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau tidak berurutan
Nilai 2 ( dua ) : Mampu
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan tetapi kurang tepat,
pembimbing perlu membantu atau mengingatkan
Nilai 3 ( tiga ) : Mahir
Langkah dikerjakan dengan benar, tepat dan tanpa ragu – ragu serta
berurutan sesuai prosedur
LEARNING OUTCOME
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa mampu :
1. Meracik obat puyer dengan benar
2. Menghitung dosis obat dengan tepat
DASAR TEORI
Definisi
Puyer adalah sediaan obat berbentuk bubuk. Biasanya dibuat dari obat
sediaan tablet yang kemudian digerus. Pada prakteknya, sediaan puyer sering berupa
racikan beberapa obat yang dicampur menjadi satu. Kadang diberikan begitu saja
dalam bentuk bubuk, atau kemudian dikemas dalam bentuk kapsul. Pulveres atau
serbuk juga didefinisikan sebagai serbuk yag dibuat dalam bobot yang lebih kurang
sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.
Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau atsiri harus
dibungkus dengan perkamen atau kertas yang mengandung lilin kemudian dilapisi
lagi dengan kertas logam. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik. Serbuk diracik
dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi sedikit, dan dimulai
dari bahan obat yang jumlahnya sedikit. Jika jumlah obat kurang dari 50mg atau
jumlah tidak dapat ditimbang, harus dilakukan pengenceran menggunakan zat
tambahan yang cocok.
Kelebihan
1. Penyebaran obat lebih luas dan lebih cepat daripada sediaan kompak (tablet
dan kapsul)
2. Diharapkan lebih stabil dibandingkan dengan sediaan cair
3. Lebih cepat di absorbsi, sebab dalam lambung obat akan mudah terbagi.
4. Jumlah volume obat yang tidak praktis/sukar dapat diberikan dalam bentuk
pulvis
5. Memberikan kebebasan pada dokter untuk pemilihan obat/kombinasi obat
dan dosisnya
PETUNJUK KERJA
1. Baca dan pelajari terlebih dahulu lembar kerja (job sheet) yang tersedia
2. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dan susun secara ergonomis
3. Ikutilah petunjuk yang ada pada job sheet
4. Kerjakan semua langkah secara sistematis
5. Bekerja secara hati-hati dan teliti
6. Tanyakan pada dosen pembimbing bila terdapat hal-hal yang kurang
dimengerti
KESELAMATAN KERJA
1. Sebelum melakukan tindakan, pastikan semua alat dan bahan yang
digunakan dalam keadaan siap pakai
2. Perhatikan resep pasien
3. Hitunglah dosis dengan benar dan teliti
4. Pastikan kebersihan, keamanan dan ketepatan pembuatan puyer
5. Perharikan dengan teliti bentuk sediaan obat beserta cara menggunakannya
7. Alat tulis
8. Meja atau tempat datar
DAFTAR TILIK
MEMBUAT PUYER
Tanggal Penilaian :
Nama Mahasiswa :
PENILAIAN :
Nilai 1 ( satu ): Perlu Perbaikan
Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau tidak berurutan
Nilai 2 ( dua ) : Mampu
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan tetapi kurang tepat,
pembimbing perlu membantu atau mengingatkan
Nilai 3 ( tiga ) : Mahir
Langkah dikerjakan dengan benar, tepat dan tanpa ragu – ragu serta
berurutan sesuai prosedur
LEARNING OUTCOME
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa mampu : Mengelola penyimpanan
obat sesuai bentuk sediaan dengan benar
DASAR TEORI
Tujuan utama pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu yang baik,
tersedia dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan kefarmasian bagi
masyarakat yang membutuhkan.
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan dari fisik yang dapat merusak mutu obat.
Tujuan penyimpanan obat-obatan adalah untuk:
a. Untuk memelihara mutu obat
b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
c. Menjaga kelangsungan persediaan
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan
Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut
1. Persyaratan gudang
a. Luas minimal 3 x 4 m2
b. Ruang kering tidak lembab
c. Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab
d. Cahaya cukup
e. Lantai dari tegel atau semen
f. Dinding dibuat licin
g. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam
h. Ada gudang penyimpanan obat
i. Ada pintu dilengkapi kunci ganda
b. Tidak perlu menyimpan obat dalam freezer . Hal ini justru akan merusak
obat.
c. Jangan lupa untuk selalu menutup rapat botol sirup agar udara tidak masuk.
Karena udara yang masuk juga bisa membawa bakteri dari luar yang biasa
tumbuh dalam media air.
d. Hindarkan menaruh obat pada tempat yang terkena sinar matahari atau
cahaya secara langsung dan terus-menerus. Biasanya botol sirup sudah
didesain kedap cahaya dengan warna botol yang gelap.
e. Sirup yang sudah dibuka cukup aman digunakan untuk waktu
maksimal dua bulan, dengan catatan cara penyimpanannya sudah
benar. Jangan berpatokan pada penunjuk kedaluarsa, karena expired
datemerupakan patokan masa obat sebelum dibuka segel tutupnya.
f. Untuk sediaan sirup kering, biasanya sirup antibiotik, umur sirup lebih
pendek lagi yaitu hanya mencapai tujuh hari setelah ditambahkan air sesuai
volume yang dikehendaki.
g. Selalu cuci bersih sendok sirup atau pipet tetesnya sebelum dan sesudah
digunakan. Usahakan saat menggunakan sendok atau pipet dalam keadaan
kering.
3. Penyimpanan obat puyer / serbuk
Puyer sebaiknya disimpan di dalam kotak plastik berwarna gelap hingga sinar
matahari tidak bisa menembus langsung karena bisa merusak kandungan obat.
Tambahkan juga silica gel (serbuk pengering) dalam kantung khusus agar
kondisi udara lembab tidak sampai merusak obat. Simpan obat dalam kondisi
sejuk (15-20°C). Hindarkan pula menyimpan obat puyer di dalam kulkas. Selain
melihat waktu kedaluwarsa, obat puyer juga sebaiknya tidak dipakai jika ada
perubahan warna, misalnya, warna putih obat berubah menjadi kuning. Juga
jangan digunakan jika obat itu disimpan lebih dari satu bulan.
4. Penyimpanan khusus
a. Obat sitotoksik adalah obat yang sifatnya membunuh atau merusakkan sel-
sel propaganda, yaitu obat-obat yang genotoksik, karsinogenik dan
teratogenik. Semua obat sitotoksik harus diidentifikasi dengan label yang khas
dan disimpan pada rak dan area yang tepat yang dirancang untuk
PETUNJUK KERJA
Tugas Kelompok !
Kunjungilah fasilitas kesehatan (Rumah sakit atau Puskesmas) dan buatlah laporan
mengenai aturan / standar (SOP) penyimpanan Obat di tempat tersebut dan sertakan
hasil dokumentasi kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Berman A, dkk. 2009. Buku Ajar Praktik Kebidanan Klinis. Jakarta : EGC.
Maulida F. 2012. Cara membuat Puyer dari Kertas Perkamen. Diunduh dari
http://nutulfajrymaulida.blogspot.com/2012/010cara-melipat-puyer-
menggunakan-kertas.html
Priharjo, R. 1995. Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Bidan. Jakarta : EGC
Ryalino C. 2008. Teknik Injeksi ; Pelatihan Pra PJP untuk Komedik. Diunduh dari
http://yunitapuspitasari.files.wordpress.com/2010/05/teknik_injeksi.pdf