Anda di halaman 1dari 44

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI

DISUSUN OLEH :
TIM PENGAJAR

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN SUTOMO


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
TAHUN 2018
Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahwa atas
kehendaknya kami dapat menyelesaikan Modul Praktikum Farmakologi yang
diperuntukkan bagi mahasiswa Program Studi Profesi Bidan Sutomo Surabaya.

Ucapan terima kasih kami sampaikan pula kepada :

1. Drg. Bambang Hadi Sugito., M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes


Surabaya yang telah memberikan kesempatan untuk penulisan Modul Praktikum

2. K.Kasiati., S.Pd., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan yang telah


memberikan kesempatan untuk penulisan Modul Praktikum

3. Bapak/Ibu teman sejawat dosen yang telah berkontribusi dalam penyelesaian


Modul Praktikum

Kami menyadari bahwa dalam penulisan Modul Praktikum ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan adanya saran dan kritik membangun
guna perbaikan penulisan Modul Praktikum dimasa yang akan datang.

Surabaya, Januari 2018


Penyusun

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 2


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

DAFTAR ISI

Daftar Isi ........................................................................................................................3

Pendahuluan..................................................................................................................4

Kegiatan Belajar 1 : Menyiapkan Obat .................................................................. 8

Kegiatan Belajar 2 : Menyimpanan Obat ............................................................... 38

Tes Akhir Modul.......................................................................................................................43

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 46

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 3


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memberikan obat dengan benar dan tepat akan memberikan khasiat dan
khasiat obat akan lebih baik dan lebih optimal untuk diabsorpsi tubuh sehingga
akan memberikan terapi penyembuhan yang efektif. Untuk itu, diperlukan tindakan
yang tepat misalnya penghitungan dosis yang tepat dan cara pemberian obat
yang benar, karena salah dalam memberikan dosis obat akan bisa berdampak
yang buruk terhadap kesehatan tubuh pasien.
Dosis merupakan faktor penting dalam pemberian obat. Bidan juga
berperan penting dalam memberikan obat-obatan sebagai hasil kolaborasi
dengan dokter kepada pasien dalam pemberian obat – obatan yang aman. Untuk
itu, bidan harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan
mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis
yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan. Secara hukum bertanggung
jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar
atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien. Sekali
obat telah diberikan, bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi.
Agar dapat memberikan obat dengan aman, hendaknya mempelajari
tentang obat-obatan, meliputi konsep dasar terutama tentang dosis baik itu untuk
orang dewasa dan anak. Selain itu beberapa rute pemberian obat memiliki
kharakteristik tersendiri, misalnya rute obat SC untuk Insulin memiliki perhitungan
tersendiri. Oleh karena itu harus benar-benar memahami bagaimana
penghitungan dosis obat dengan benar.
Modul ini di kemas dalam dua kegiatan belajar sebagai berikut :
• Kegiatan Belajar 1 : Menyiapkan Obat
• Kegiatan Belajar 2 : Penyimpanan Obat
Dalam modul ini mahasiswa diminta untuk banyak membaca secara
mandiri atau bersama teman-teman untuk mendapatkan gambaran dan
penguasaan yang lebih mendalam dan luas tentang konsep dasar famakologi,
farmakodinamik, farmakokinetik, penghitungan dosis dan peran kolaboratif dalam
pelaksanaan prinsip farmakologi.

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 4


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

Agar Anda dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik maka sebaiknya
ikuti petunjuk-petunjuk dibawah ini.
1. Bacalah setiap penjelasan yang diberikan dengan cermat dan tidak perlu
tergesa-gesa.
2. Kerjakan soal-soal latihan dan cocokkan jawaban dengan kunci jawaban
yang ada pada modul ini.
3. Pelajari sekali lagi uraiannya, terutama pada bagian yang kurang pahami,
kemudian praktekkan setiap tindakan sesuai dengan petunjuk.
B. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu mempraktikkan pengelolaan macam – macam obat
yang lazim digunakan dalam pelayanan kebidanan sesuai dengan kewenangan
meliputi :
1. Cara Menyiapkan Obat meliputi Sediaan, Dosis dan Peresepan
2. Cara Penyimpanan Obat

C. Standar Kompetensi
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1) Menyiapkan obat sesuai bentuk sediaan, perhitungan dosis dan peresepan
yang benar
2) Melakukan penyimpanan obat dengan baik dan benar

D. Beberapa Istilah Yang Dipakai Dalam Terapi Farmakologi Pada Maternal


Dysmorphogen : Substansi yang menyebabakan kelainan bawaan ringan,
seperti cheiloschisis (sumbing), palatoschisis, lipatan kulit dan lainnya.
Oxcytocic : istilah yang dipakai untuk sekelompok obat yang menyerupai efek
oksitosin, yaitu meningkatkan kontraksi uterus.
Puerperium : periode waktu setelah melahirkan, secara tradisional periode enam
minggu setelah persalinan sampai pemeriksaan pascanatal.
Sympathomimetic : istilah yang dipakai untuk sekelompok obat yang memiliki
efek menyerupai adrenalin, karenanya juga disebut adregenic. Efeknya adalah
relaksasi hebat otot polos seperti bronkioli dan uterus, namun berefek minimal
pada jantung.

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 5


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

Teratogen : suatu substansi yang mengakibatkan malformasi berat pada janin


yang berkembang, seperti anensefali, fokomelia (disebabkan talidomid) dan
malformasi struktural besar janin.
Tocolytic : suatu substansi yang menyebabkan relaksasi otot uterus atau
menghentikan kontraksi seperti agen beta 2-simptomimetik dan etilalkohol,
selain agen anastetik umum lainnya dan vasodilator kerja cepat untuk krisis
hipertensif.

E. Obat Yang Lazim Digunakan Dalam Pelayanan Kebidanan


Sejak kasus Talidomid yang terjadi sekitar 20 – 30 tahun yang lalu, orang semakin
sadar dan waspada terhadap pengaruh obat yang diminum selama masa
kehamilan. Biasanya obat yang diminum ibu hamil, dapat dipindahkan dari darah
arteri maternal di ruang intervilus kedalam vena umbilikalis janin. Untuk itu obat
harus menembus “sawar” plasenta (lapisan siotrofoblas, sitotrofoblas, atau
langerhans dan sedikit sel – sel mesoderm).
Indeks Keamanan Kehamilan
Panduan digunakan untuk meresepkan obat secara aman kehamilan
berdasarkan kategori US FDA. Kategori tersebut berdasarkan risiko terhadap
sistem reproduksi, kemungkinan timbulnya efek samping dan perbandingan
besarnya faktor risiko dengan manfaat yang diperoleh. Berikut kategori tersebut
:
Kategori A : studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya risiko
terhadap janin kehamilan trimester I (dan tidak ada bukti mengenai risiko pada
trimester selanjutnya), dan sangat rendah kemungkinannya untuk
membahayakan janin.
Kategori B : studi pada sistem reproduksi binatang percobaan tidak
memperlihatkan adanya risiko pada janin, studi terkontrol terhadap wanita hamil
belum pernah dilakukan. Studi pada binatang percobaan menunjukkan adanya
efek samping obat (selain penurunan infertilitas) yang tidak diperlihatkan pada
studi kontrol pada wanita hamil trimster I (tidak ada bukti mengenai risiko pada
trimester berikutnya).
Kategori C : studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek
samping pada janin (teratogenik atau embriosidal atau efek samping lainnya) dan
belum ada studi terkontrol pada wanita atau studi terhadap wanita dan

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 6


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

binatang percobaan tidak dapat dilakukan. Obat hanya dapat diberikan jika hanya
manfaat yang diperoleh melebihi besarnya risiko yang mungkin timbul pada janin.
Kategori D : terbukti menimbulkan risiko terhadap janin manusia, tetapi
besarnya manfaat yang diperoleh jika dugunakan pada wanita hamil dapat
dipertimbangkan (misalnya jika obat diperlukan untuk mengatasi situasi yang
mengancam jiwa atau serius dimana obat yang lebih aman tidak efektif atau
tidak dapat diberikan).
Kategori X : studi terhadap binatang percobaan atau manusia telah
memperlihatkan adanya abnormalitas janin atau besarnya risiko obat ini pada
wanita hamil jelas-jelas melebihi manfaatnya. Dikontraindikasikan pada wanita
hamil atau wanita usia subur.

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 7


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 8


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

MATA KULIAH : Farmakologi


POKOK BAHASAN : Cara Menyiapkan Obat
SUB POKOK BAHASAN : Sediaan, Dosis dan Peresepan Obat
SEMESTER IV

LEARNING OUTCOME

Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa mampu :


1. Mengenal bentuk dan tujuan sediaan obat dengan benar
2. Menghitung dosis obat dengan tepat
3. Membuat dan membaca resep dengan benar

DASAR TEORI

Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan


untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan,
kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI,
2005).
1. Pulvis (Serbuk)
Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan
untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
2. Pulveres
Merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yng lebih kurang sama, dibungkus
menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.
3. Compressi (Tablet)
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung
satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.
a. Tablet Kempa : paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk
serta penandaannya tergantung design cetakan
b. Tablet Cetak : dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa
lembab dalam lubang cetakan.

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 9


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

c. Tablet Trikurat : tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris.
Sudah jarang ditemukan.
d. Tablet Hipodermik : dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut
sempurna dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik,
sekarang diberikan secara oral.
e. Tablet Sublingual : dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan
dengan meletakkan tablet di bawah lidah.
f. Tablet Bukal : digunakan dengan meletakkan diantara pipi dan gusi.
g. Tablet Efervescen : tablet larut dalam air. Harus dikemas dalam wadah
tertutup rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis “tidak untuk
langsung ditelan”.
h. Tablet Kunyah :cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak
di rongga mulut, mudah ditelan, tidsk meninggalkan rasa pahit atau tidak
enak.
4. Pilulae (Pil)
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan
dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena
tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.
5. Kapsulae (Kapsul)
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut. Keuntungan/tujuan sediaan kapsul yaitu :
a. Menutupi bau dan rasa yang tidak enak
b. Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
c. Lebih enak dipandang
d. Dapat unt uk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis),
dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil
kemudian dimasukkan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih
besar.
e. Mudah ditelan
6. Solutiones (Larutan)
Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat
larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara
peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk
lainnya (Ansel). Dapat juga dikatakan sediaan cair yang mengandung

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 10


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya bercampur. Cara penggunaannya
yaitu larutan oral (diminum) dan larutan topikal (kulit).
7. Suspensi
Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi
dalam fase cair. Macam suspensi antara lain : suspensi oral (juga termasuk
susu/magma), suspensi topikal (penggunaan pada kulit), suspensi tetes telinga
(telingan bagian luar), suspensi optalmik, suspensi sirup kering.
8. Emulsi
Merupakan sediaan bercampur dari dua fase cairan dalam sistem dispersi, fase
cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya,
umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi.
9. Galenik
Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau
tumbuhan yang disari.
10. Entractum
Merupakan sediaan pekat yng diperoleh dengan mengekstraksi zat dari simplisia
nabatin atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang ditetapkan.
11. Infusa
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati
dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit.
12. Immunosera (Immunoserum)
Merupakan sediaan yang mengandung Imunoglobin khas khas yang diperoleh
dari serum dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa ular)
dan mengikat kuman/virus/antigen.
13. Unguenta (Salep)
Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit
atau selaput lendir. Dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah
dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau
terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 11


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

14. Suppositoria
Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan
melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada
suhu tubuh. Tujuan pengobatan yaitu :
a. Penggunaan lokal : memudahkan defekasi serta mengobati gatal, iritasi dan
inflamasi karena hemoroid.
b. Penggunaan sistemik : aminofilin dan teofilin untuk asma, chlorprozamin
untuk anti muntah, chloral hydrat untuk sedatif dan hipnotif, aspirin untuk
analgenik antipiretik.
15. Guttae (Obat Tetes)
Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi atau suspensi dimaksudkan
untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan
menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang
dihasilkanpenetes beku yang disebutkan Farmacope Indonesia. Sediaan obat
tetes dapat berupa antara lain : Guttae (obat dalam), Guttae Oris (tetes mulut),
Guttae auriculares (tetes telinga), Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae
Ophtalmicae (tetes mata).
16. Injectiones (Injeksi)
Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan pada
pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.

Penggunaan Obat Berdasarkan Bentuk Sediaan Farmasi


No. Jenis Rute Pemberian Bentuk Sediaan
1. Oral, ditelan Tablet, sirup, suspensi, eliksir, kapsul,
pil, lozenges
2. Bukal, diletakkan dalam rongga Tablet
mulut
3. Rektal Supositoria, enema
4. Parenteral : Larutan injeksi, suspensi injeksi,
- Intravena emulsi injeksi, implan (KB)
- Intramuskular
- Intradermal
- Subkutan
- Intraarteri

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 12


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

- Intratekal
- Intraperitoneal
- Intrakardiak
- Intradural
- Intraserebrospinal

5. Vaginal Tablet vagina, ovula


6. Topikal Salep, krim, gel, koyo, linimen,
emulgel (kulit)
Tetes mata
Tetes telinga
Tetes hidung, inhaler
Aerosol

Waktu minum obat , sesuai dengan waktu yang dianjurkan :


a. Pagi, berarti obat harus diminum antara pk 07.00 - 08.00 WIB
b. Siang, berarti obat harus diminum anara pk12.00 -13.00 WIB
c. Sore, berarti obat harus diminum antara pk.17.00-18.00 WIB
d. Malam, berarti obat harus diminum antara pk 22.00-23.00 WIB

Aturan minum obat yang tercantum dalam etiket harus di patuhi.


Bila tertulis :
a. 1 (satu) kali sehari, berarti obat tersebut diminum waktu pagi hari atau malam
hari, tergantung dari khasiat obat tersebut.
b. 2 (dua) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pagi dan malam hari
c. 3 (tiga) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pada pagi, siang dan
malam hari
d. 4 (empat) kali sehari, berarti obat tersebut haus diminum pada pagi, siang,
sore dan malam hari.
e. Minum obat sampai habis, berarti obat harus diminum sampai habis,
biasanya obat antiotika.

Dosis Obat
Dosis obat adalah banyaknya obat yang dapat diberikan atau dipergunakan
kepadapasien untuk satu kali pakai dalam sehari. Dosis juga dapat didefinisikan
sebagai sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada pasien dewasa.

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 13


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

Dosis maksimum menurut FI. Ed III adalah jumlah terbanyak obat yang boleh
diberikan kepada pasien dewasa (20-60 tahun, BB 58-60 kg) untuk dipergunakan
sebagai obat dalam atau obat luar.
Faktor yang mempengaruhi penentuan dosis obat :
1. Faktor Obat
a. Sifat fisika obat : daya larut obat dalam air/lemak, kristal/amorf
b. Sifat kimiawi : asam, basa garam, ester
2. Cara pemberian obat
3. Faktor penderita :
a. Umur (dewasa, anak atau bayi)
b. Berat badan
c. Jenis kelamin
d. Sifat penyakit patofisiologi
e. Kondisi pasien (hamil, menyusui)
f. Jumlah obat
g. Adiksi dan sensitifitas

Cara menghitung dosis obat pada anak


1. Didasarkan pada perbandingan dengan dosis untuk orang dewasa
menurut perbandingan umur orang dewasa (20-24 tahun)
menurut perbandingan berat badan orang dewasa 70kg
menurut perbandingan LPT orang dewasa 1,73 m2
2. Didasarkan pada ukuran fisik anak secara individual
a. Sesuai dengan berat badan anak dalam kg
b. Sesuai dengan LPT anak dalam m2

Cara menghitung dosis anak yang didasarkan pada perhitungan perbandingan


dengan DM dewasa
a. Rumus Young : { n / (n + 12)} x DD
n adalah umur anak 1-8 tahun kebawah
b. Rumus Dilling : ( n / 20 ) x DD
n adalah umur anak 8 tahun keatas
c. Rumus Cowling : { ( n + 1 ) / 24} x DD
d. Rumus Fried : ( m / 150 ) x DD

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 14


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

Keterangan : n = tahun, m = bulan, DD = dosis dewasa


e. Rumus Gaubius :
Berupa pecahan yang dikalikan dengan dosis dewasa
0-1 tahun = 1/12 x dosis dewasa
1-2 tahun = 1/8 x dosis dewasa 2-
3 tahun = 1/6 x dosis dewasa 3-4
tahun = 1/4 x dosis dewasa 4-7
tahun = 1/3 x dosis dewasa 7-14
tahun = 1/2 x dosis dewasa
14-20 tahun = 2/3 x dosis dewasa
21-60 tahun = dosis dewasa

Dosis Anak Berdasarkan BB


a. Rumus Clark : (BB / 70 ) x DD
b. Rumus Augeberger : { ( 1½BB+10) / 100 } x DD
Keterangan : BB = BB anak dalam Kg

Dosis Khusus
a. Dosis penderita yang obesitas : harus diperhitungkan lemak dan persentase
BB tanpa lemak (BBTL)
BBTL = BB x (100 - % lemak)
b. Dosis penderita geriatrik ( >65 tahun )
Dosis diturunkan ( ± 75% DD)
Perubahan fisiologis dan patologis diperhatikan (cardivaskuler, ginjal, DM)
c. Dosis penderita ginjal :
Ekskresi obat terganggu obat lebih lama di peredaran darah
Dosis dan interval obat harus diatur

Peresepan
Resep merupakan lembaran preskripsi yang ditulis oleh seorang praktisi yang sesuai
di bawah undang-undang. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan, seorang
bidan dapat membuat resep dan atau memberikan obat-obatan untuk mengurangi
nyeri jika diperlukan sesuai kewenangan.

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 15


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

Preskripsi yang dituliskan pada lembaran kertas dan kemudian diparaf serta
diberi tanggal oleh praktisi yang mengeluarkan resep tersebut.
Resep harus ditulis dengan tinta oleh alat tulis lainnya yang tidak bisa dihapus pada
blangko formulir yang sudah ditetapkan oleh oeraturan/undang-undang dan harus
mengandung informasi berikut :
a. Inscriptio
Nama pembuat, no. SIP, alamat/ telepon/HP/kota/tempat, tanggal penulisan
resep. Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota provinsi. Sebagai
identitas bidan penulis resep. Format inscriptio suatu resep dari rumah sakit
sedikit berbeda dengan resep pada praktik pribadi.
b. Invocatio
Permintaan tertulis bidan dalam singkatan latin “R/ = resipe” artinya ambilah atau
berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi dengan apoteker di apotek.
c. Prescriptio/Ordonatio
Nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan yang diinginkan. Penulisan jumlah
obat dinyatakan dalam rangka romawi :
I =1
V =5
X = 10
L = 50
C = 100
M = 1000
d. Signatura
Yaitu tanda cara pakai regimen dosis pemberian, rute dan interval waktu
pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan keberhasilan
terapi.
e. Subscriptio
Yaitu tanda tangan/paraf bidan penulis resep berguna sebagai legalitas dan
keabsahan resep tersebut.

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 16


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

Istilah Dalam Peresepan


Beberapa alasan penggunaan Bahasa Latin :
a. Bahasa latin adalah bahasa mati dan tidak dipakai dalam percakapan sehari-
hari.
b. Bahasa latin merupakan bahasa internasional dalam dunia profesi
kedokteran & farmasi.
c. Dengan bahasa latin tidak akan terjadi dualisme tentang bahan yang
dimaksud dalam resep.
d. Dalam hal tertentu, karena faktor psikologi ada baiknya pasien tidak perlu
mengetahui obat yang diberikan kepadanya.

Berikut daftar istilah latin yang digunakan dalam penulisan resep :


SINGKATAN KEPANJANGAN ARTI
Aa Ana Sama banyak
a.c Ante coenam Sebelum makan
Ad Ad Sampai
ad lib./ad libit. Ad libitus Sesuka hati
ad part.dolent Ad partes dolentes Pada bagian-bagian
yang sakit
add. Adde Tambahkan
alt.dieb. Alternis diebus Setiap dua hari
alt.hor. Alternis horis/altera hora Setiap dua jam
a.m. Ante meridiem Sebelum tengah hari
a.n. Ante noctern Sebelum malam hari
applic. Applicatio Penggunaan,
pemakaian
a.u.e (ad. us. ext) Ad usum externum Untuk obat luar
u.p. Sum propium Dipakai sendiri
m.i. Mihi ipsi Dipakai sendiri
aq.dest Aqua destilata Air suling
c. Cum Dengan
C. Cochlear, cibarium Sendok makan (15ml)
C.th Cochlear thease Sendok teh (5ml)
c.c. Centrimetrum cubicum Senti meter kubik
caut. Caute Hati-hati
comp. Compositus Obat campuran
conc. Concentratus Konsentrasi
cr. cremor Krim
da ad lag. Da ad lagenam Berikan dalam botol
da ad vitr. Da ad vitrum Berikan dalam botol

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 17


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

da ad oll. Da ad ollam Berikan dalam pot


da in oll. Da in ollam Berikan dalam pot
d.c. Durante coenam Sedang makan
d.c.form. Da cum formula Tuliskan dengan
resepnya
dur.dol. Durante dolore Selagi sakit
d.d. De die Sehari, setiap hari
s.d.d. Smel de die Sekali sehari
b.d.d.(b.i.d) Bis de/in die Dua kali sehari
t.d.d.(t.i.d) Ter de/in die Tiga kali sehari
q.d.d.(q.i.d) Quarter de/in die Empat kali sehari
ext.et sin. Dexter et sinister Kanan dan kiri
o.d./o.s. Oculus dexter et Mata kanan dan mata
Oculus sinister kiri
dil. Dilutus Encer
d.t.d Da teles doses Berikan sebanyak
dosis tersebut
epith. Epithema Obat kompres
extend. Extende Oleskan
extend.cr. Extende crass Oleskan tebal-tebal
(0,6 mm)
extende ter. Extende termiter Oleskan tipis-tipis
ext. s. Alut Extende supra alutam Oleskan di atas kulit
lunak
ext. s. Cor Extende supra corium Oleskan di atas kulit
kaku
f. Fac, fiat Buat, harap dibuat
feb. dur. Febri durante Sewaktu demam
fom. Fomentum, fomenti Obat kompres (panas)
l.a. Lege artis Cara semestinya
(sesuai aturan)
filtr. Filtra, filtretur Saring, harap disaring
g.,gm. Gramma Gram
gi.arab. Gummi, arabicum Gom arab (=acacia)
garg. Gargarisma Obat kumur
gtt. Guttae Tetes
gtt.ad aur. Guttae ad aures Obat tetes telinga
gtt.auric Guttaeariculares Obat tetes telinga
gtt.nasal Guttae nasals Obat tetes hidung
gtt.opth Guttae opthhalmicae Obat tetes mata
h. Hora Jam
h.m. Hora matutina Pagi hari
h.s. Hora somni Sebelum tidur

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 18


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

h.v. Hora vespertina Pada sore hari


haust. hastus Tegak sekaligus
i.m.m. In manum medici Berikan ke tangan
dokter
i.c. Inter cibos Antar dua waktu
makan
inf. Infusum Air rebusan
inj. Injectio Obat suntik
Lter lteretur Harap diulang
lter 1x. lteretur 1x Harap diulang 1x
l.a. Lege artis Cara semestinya
lc. Loco Pengganti
loc.dol. Locos dolens Tempat yang terasa
sakit
lot. Lotio Lotio (obat cair untuk
obat luar)
Liq. liquidus Cair
m. mane Pagi
m.etv. mane et vespere Pagi dan sore
merid. meridie Tengah hari
m. Misce, misceatur Campurlah, harap
dicampur
m.f. Misce fac Campur dan buatlah
m.f.l.a. Misce fac lege artis Campur dan buatlah
menurut cara
mg.,mgm. milligrama Milligram
mixt. mixtura Campuran
m.i. Mihi ipsi Dipakai sendiri
muc.gi.arab. Mucilago gummi arabbici Lender dari acacia
n. noctum Malam
N.i. Ne iteretur Harap jangan diulang
Non.Rep. Non reperetur Harap jangan diulang
Non in lag.orig. Non in lagenam Jangan dalam botol
asli
o.h. Omni hora Tiap jam
o.b.h. Omni bihora Tiap 2 jam
o.t.h. Omni tri hora Tiap 3 jam
o.4h. Omni quarter hora Tiap 4 jam
o.m. Omni mane Tiap pagi
o.n. Omni nocte Tiap malam
p.c. Post coenam Sesudah makan
PIM Periculum in mora Berbahaya jika ditunda
p.r.n. Pro re nata Kalau perlu

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 19


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

minum/cairan yang
digunakan
pot. potio Untuk obat dalam
pulv. pulvis Serbuk tunggal
pulv. pulveres Serbuk terbagi (puyer)
pulv.adsp. Pulvis adspersorius Serbuk tabur
pulv.dentifr. Pulvis dentrificius Tepung/serbuk gosok
gigi
q.s. Quantum satis/sulficit Secukupnya
R/ recipe Ambilah
rec.par. Recentus paratus Dibuat baru
s. signa Tandailah, tulislah
sol. solutio Larutan
spir. spiritus Spiritus
steril. sterilisatus Yang disterilkan
supp. supposituria Suposituria
supp.rect. Supposituria rectal Suposituria rektum
syr. syrup Sirop
tab. tabulae Tablet
tct.(tinct) tinctura Tinctuur
tuss. tussis Batuk
tuss.urg. Tussi urgente Jika batuknya amat
mengganggu
u.c. Usus cognitus Aturan pakai diketahui
u.n. Usus notus Aturan pakai diketahui
u.e. Usus externus Obat luar
u.p. Usus proprium Dipakai sendiri
u.v. Usus veterinarius Guna kedokteran
hewan
ungt. Unguentum Salep
ungt.ophth. Unguentum Salep mata
ophthalmicae
vesp. Vespere Senja hari

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 20


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

PETUNJUK KERJA

1. Baca dan pelajari terlebih dahulu lembar kerja (jobsheet) yang tersedia
2. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dan susun secara ergonomis
3. Ikutilah petunjuk yang ada pada jobsheet
4. Kerjakan semua langkah secara sistematis
5. Bekerja secara hati – hati dan teliti
6. Tanyakan pada dosen pembimbing bila terdapat hal – hal yang kurang
dimengerti

KESELAMATAN KERJA

1. Sebelum melakukan tindakan, pastikan semua alat dan bahan yang


digunakan dalam keadaan siap pakai
2. Perhatikan rekam medis pasien
3. Perhatikan dengan teliti bentuk sediaan obat beserta cara menggunakannya
4. Hitunglah dosis dengan benar dan teliti

PERALATAN / PERLENGKAPAN DAN BAHAN

1. Perlengkapan
a. Washtafel dan air mengalir
b. Handuk kering dan bersih
c. Rekam medis pasien
d. Tempat sampah
2. Peralatan
a. Alat tulis
b. Kertas resep
c. Tempat obat
d. Sarung tangan
3. Bahan
Sediaan obat
- Pulvis
- Pulveres

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 21


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

- Tablet
- Pil
- Kapsul
- Larutan
- Galenik
- Ekstraktum
- Infusa
- Supositoria
- Guttae / tetes
- Injeksi

Tugas Mandiri !

1. Bawa salah satu contoh obat tersebut diatas dan jelaskan :


a. Farmakokinetik
b. Farmakodinamik
c. Bioavailabilitas
d. Efek samping
e. Jenis Sediaan
f. Aturan Pakai
2. Carilah contoh resep dan identifikasi !

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 22


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

MATA KULIAH : Farmakologi


POKOK BAHASAN : Cara Menyiapkan Obat
SUB POKOK BAHASAN : Menyiapkan Obat Ampul / Vial
SEMESTER IV

LEARNING OUTCOME

Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa mampu :


1. Mencampur / mengoplos obat dengan benar
2. Menghitung dosis obat dengan tepat
3. Menyiapkan obat injeksi dari ampul dan vial dengan benar

DASAR TEORI

Dosis dari Vial/Ampul :


Ampul adalah wadah berbentuk silindris terbuat dari gelas, yang memiliki runcing
pakan wa(leher) dan bidang dasar datar ukuran normalnya adalah 1, 2, 5, 10, 20,
kadang-kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul merupakan wadah takaran tunggal, oleh
karena total jumlah cairannya ditentukan pemakaiannya untuk satu kali injeksi.

Wadah tunggal biasanya tertutup rapat dengan melebur wadah gelas dalam kondisi
aseptis. Wadah gelas dibuat mempunyai leher agar dapat dengan mudah dipisahkan
dari bagian badan wadah tanpa terjadi serpihan-serpihan gelas. Sekali dibuka,
ampul tidak dapat ditutup dan digunakan lagi untuk waktu kemudian. Sediaan suntik
dibuat secara steril karena sediaan ini diberikan secara parenteral.

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 23


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

Vial biasanya berupa tempat obat kecil terbuat dari kaca dengan tutup karet yang
terekat erat. Beberapa vial terisi obat dalam dosis multiple dan jika disimpan
dengan baik dapat dipakai berkali-kali.

Mencampur/Oplos Obat
Menyatakan presentase dengan istilah kualitatif
Beberapa produk mencantumkan kadarnya dengan istilah kuantitatif, bukan istilah
persen, misalnya krim 1% berlabel 10mg/g. Dalam praktiknya hal tersebut hanya
biasa pada obat luar seperti krim dan tetes mata.
Perlu diingat :
Satuan berat yang digunakan dalam perhitungan dosis obat adalah 1kg =
1000gr, 1gr = 1000mg dan 1mg = 1000mcg.
Satuan preparat cair adalah 1L = 1000ml (mililiter).
Ungkapan 1% berarti satu bagian dari seratus, baik dalam gram atau mililiter
Contoh :
Sediaan padat : 1% = 1gr/100 x 1 = 0,01 g/g atau 10mg/g
Larutan : 1% = 10mg/ml

Contoh Kasus 1 :
Diintruksikan menyuntik 150mg penisilin V. Tersedia vial dengan label
125mg/5ml, berapa ml yang harus diberikan?
Jawaban :
Jika 5 ml larutan mengandung 125 mg penisilin V dan X ml mengandung 150
mg, maka....
X = 150/125 x 5 ml
= 6 ml

Contoh Kasus 2 :
Berapa cc harus dihisap untuk mendapatkan dosis penicilin 150.000 IU dari vial
penicillin yang berlabel 600.000 IU/cc ?
Rumus: dosis diket / dosis tanya = cc diket / cc tanya
600.000/150.000 = 1cc/xcc
X = 0,25 cc

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 24


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

Menghitung Dosis Syringe Pump


Perlu diingat :

Contoh Kasus 1:
Pasien Ny. P (48 tahun) memiliki BB= 80 kg, dengan diagnosa shock hipovolemik
membutuhkan terapi dobutamin 12,5 mikro gr/kg/mnt. Berapa dosis yang diberikan
jika 1 ampul dopamin mengandung 250 mg dan diencerkan 50 cc dalam hitungan
menitnya ?
Jawab :
250 mg= 250.000 mikro gram .................. (1)

Jika dioplos 50 cc, berapa 1 cc nya??


=250.000/50= 5.000 mikro gram/cc .................. (2)

Rumus dosis syringe pump! Dosis x BB x jam (mnt)


Dari soal di satuan ada 12,5 mikro gr/kg/mnt.
Untuk menit 1 jam= 60 menit
= 12,5 x 80 x 60 .................................................... (3)
= 60.000 mikro/jam

Jadi kecepatan yang diberikan


=60.000/5.000= 12 ................................................ (4)

Contoh Kasus 2 :
Berikan vasokontriksi (non adrenalin) dengan dosis 0,1 mikro gram/kgBB/mnt pada
bapak Agus (56 tahun) dengan diagnosa Infark Miokard Akut dengan BB=60 kg.
Berapa dosis yang harus diberikan yang 1 ampul vasokontriksi mengandung
4mg/1cc jika diencerkan 40 cc?

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 25


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

Jawab :
4mg= 4000 mikro gram per 1 ccnya .................... (1)
Diencerkan 40 cc jadi 4000/40= 100 .................... (2)

Dosis syringe pump : Dosis x BB x jam (mnt)


=0,1 x 60 x 60 = 360 ................................ (3)

Jadi kecepatan yang diberikan


360/100= 3.6 cc.................................... (4)

PETUNJUK KERJA

1. Baca dan pelajari terlebih dahulu lembar kerja (job sheet) yang tersedia
2. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dan susun secara ergonomis
3. Ikutilah petunjuk yang ada pada job sheet
4. Kerjakan semua langkah secara sistematis
5. Bekerja secara hati-hati dan teliti
6. Tanyakan pada dosen pembimbing bila terdapat hal-hal yang kurang
dimengerti

KESELAMATAN KERJA

1. Sebelum melakukan tindakan, pastikan semua alat dan bahan yang


digunakan dalam keadaan siap pakai
2. Perhatikan rekam medis pasien
3. Perhatikan dengan teliti bentuk sediaan obat beserta cara menggunakannya
4. Hitunglah dosis dengan benar dan teliti

PERALATAN/PERLENGKAPAN DAN BAHAN


1. Perlengkapan
a. Washtafel dan air mengalir
b. Handuk kering dan bersih
c. Rekam medis pasien
d. Tempat sampah

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 26


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

2. Peralatan :
a. Alat tulis
b. Kertas resep
c. Tempat obat
d. Sarung tangan
e. Spuit
f. Kapas
g. Bengkok
h. Safety box
3. Bahan
a. Obat vial
b. Obat ampul

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 27


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

PROSEDUR KERJA

DAFTAR TILIK
MENYIAPKAN OBAT SUNTIKAN DARI AMPUL
Tanggal Penilaian :
Nama Mahasiswa :

PENILAIAN :
Nilai 1 ( satu ): Perlu Perbaikan
Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau tidak berurutan
Nilai 2 ( dua ) : Mampu
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan tetapi kurang tepat,
pembimbing perlu membantu atau mengingatkan
Nilai 3 ( tiga ) : Mahir
Langkah dikerjakan dengan benar, tepat dan tanpa ragu – ragu serta
berurutan sesuai prosedur

Beri tanda ceklist ( v ) pada kolom penilaian


NILAI
NO LANGKAH
0 1 2
1 Memeriksa dan meyakinkan bahwa order
pengobatan telah akurat
2 Menyiapkan alat dan bahan secara ergonomis :
a. Buku catatan pemberian obat/kartu obat
b. Spuit steril sesuai kebutuhan
c. Needle sesuai kebutuhan
d. Ampul dari medikasi yang diperlukan
e. Kassa
f. Bengkok
g. Handuk kecil/lap tangan
3 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,
mengeringkan dengan handuk bersih
4 Mengambil ampul, mengatur posisi ampul tegak
lurus sejajar dengan mata kita
5 Menyentik kepala ampul atau memutar ampul
beberapa kali bila cairan obat ada atau banyak
terdapat dibagian kepala

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 28


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

6 Mengambil kassa steril, meletakkannya mengelilingi


leher ampul
7 Mematahkan leher ampul dengan ibu jari dan jari –
jari (menggunakan gergaji ampul apabila ampul
susah dipatahkan)
8 Memegang ampul secara menjorok atau tegak lurus
dalam posisi terbalik dengan tangan yang tidak
dominan
9 Mengambil spuit dengan tangan yang dominan,
memasukkan jarum spuit ke dalam lubang ampul,
ujung jarum atau batang spuit tidak menyentuh
pinggir ampul
10 Memasukkan cairan obat ke dalam spuit sesuai
kebutuhan dengan menarik penghisap.
Mempertahankan jarum di bawah permukaan cairan
11 Mengangkat jarum dari ampul menutup jarum
dengan metode penutupan satu tangan
12 Memegang spuit tegak lurus mengarah ke atas, tarik
bagian pengisap sedikit, dorong kembali ke atas pelan
– pelan untuk mengeluarkan udara. Jangan
sampai cairan keluar berlebih
13 Meletakkan spuit dalam bak instrumen
14 Membereskan alat
15 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,
mengeringkan dengan handuk

Nilai : Jumlah NILAI X 100% = …….


30

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 29


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

DAFTAR TILIK
MENYIAPKAN OBAT SUNTIKAN DARI VIAL
Tanggal Penilaian :
Nama Mahasiswa :

PENILAIAN :
Nilai 1 ( satu ): Perlu Perbaikan
Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau tidak berurutan
Nilai 2 ( dua ) : Mampu
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan tetapi kurang tepat,
pembimbing perlu membantu atau mengingatkan
Nilai 3 ( tiga ) : Mahir
Langkah dikerjakan dengan benar, tepat dan tanpa ragu – ragu serta
berurutan sesuai prosedur

Beri tanda ceklist ( v ) pada kolom penilaian


NILAI
NO LANGKAH
0 1 2
1 Memeriksa dan meyakinkan bahwa order
pengobatan telah akurat
2 Menyiapkan alat dan bahan secara ergonomis :
a. Buku catatan pemberian obat/kartu obat
b. Spuit steril sesuai kebutuhan
c. Needle sesuai kebutuhan
d. Vial dari medikasi yang diperlukan
e. Kapas alkohol
f. Bengkok
g. Handuk kecil/lap tangan
3 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,
mengeringkan dengan handuk bersih
4 Mengambil vial, campur larutan dalam vial dengan
memutar – mutar vial dalam genggaman ( jangan
mengocok karena akan menimbulkan banyak
gelembung udara / busa )
5 Membuka logam penyegel vial yang menutupi karet
6 Menghapushamakan karet penutup dengan kapas
alkohol dan membiarkan kering
7 Bila obat dalam vial berbentuk serbuk melakukan
pengoplosan dengan air steril ( water for injection )
sesuai kebutuhan dosis

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 30


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

8 Membuka spuit dari kemasan, mengencangkan


jarum dengan tabung spuit, mendorong plunger
untuk mengeluarka udara dari tabung spuit
9 Membalikkan vial dengan mulut vial ke bawah ( dengan
ibu jari dan jari – jari tangan yang tidak dominan ),
sejajar dengan mata kita
10 Dengan tangan yang dominan, menusukkan jarum
suntik ke karet vial, dan menghisap cairan obat ( ibu jari
dan jari telunjuk memegang ujung barel dan
plunger )
11 Menahan bagian ujung jarum di bawah ketinggian
cairan
12 Menyentil bagian ujung barel dengan hati – hati
untuk melepaskan gelembung udara. Mengeluarkan
semua udara yang terdapat di atas bagian spuit ke
dalam vial (untuk mengeluarkan udara biarkan jarum
tetap dalam vial)
13 Menarik barel dari spuit bila dosis telah terpenuhi
14 Menutup spuit dengan tehnik satu tangan
15 Meletakkan spuit dalam bak instrumen
16 Membereskan alat
17 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,
mengeringkan dengan handuk bersih

Nilai : Jumlah NILAI X 100%= …….


34

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 31


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

MATA KULIAH : Farmakologi


POKOK BAHASAN : Cara Menyiapkan Obat
SUB POKOK BAHASAN : Menyiapkan Obat Puyer Sederhana
SEMESTER IV

LEARNING OUTCOME
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa mampu :
1. Meracik obat puyer dengan benar
2. Menghitung dosis obat dengan tepat

DASAR TEORI
Definisi
Puyer adalah sediaan obat berbentuk bubuk. Biasanya dibuat dari obat
sediaan tablet yang kemudian digerus. Pada prakteknya, sediaan puyer sering berupa
racikan beberapa obat yang dicampur menjadi satu. Kadang diberikan begitu saja
dalam bentuk bubuk, atau kemudian dikemas dalam bentuk kapsul. Pulveres atau
serbuk juga didefinisikan sebagai serbuk yag dibuat dalam bobot yang lebih kurang
sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.
Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau atsiri harus
dibungkus dengan perkamen atau kertas yang mengandung lilin kemudian dilapisi
lagi dengan kertas logam. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik. Serbuk diracik
dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi sedikit, dan dimulai
dari bahan obat yang jumlahnya sedikit. Jika jumlah obat kurang dari 50mg atau
jumlah tidak dapat ditimbang, harus dilakukan pengenceran menggunakan zat
tambahan yang cocok.
Kelebihan
1. Penyebaran obat lebih luas dan lebih cepat daripada sediaan kompak (tablet
dan kapsul)
2. Diharapkan lebih stabil dibandingkan dengan sediaan cair
3. Lebih cepat di absorbsi, sebab dalam lambung obat akan mudah terbagi.
4. Jumlah volume obat yang tidak praktis/sukar dapat diberikan dalam bentuk
pulvis
5. Memberikan kebebasan pada dokter untuk pemilihan obat/kombinasi obat
dan dosisnya

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 32


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

6. Untuk anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan obat.


Kekurangan
Dewasa ini peresepan obat puyer di negara maju sudah sangat berkurang
karena :
1. Kemungkinan kesalahan manusia dalam pembuatan obat racik puyer ini tidak
dapat diabaikan, misalnya kesalahan menimbang obat atau membagi puyer
dalam porsi-porsi yang tidak sama besar. Kontrol kualitas sulit sekali dapat
dilaksanakan untuk membuat obat racikan ini.
2. Stabilitas obat tak tertentu dapat menurun bila bentuk aslinya digerus, misalnya
bentuk tablet salut selaput (film coated), tablet salut selaput (enteric coated), atau
obat yang tidak stabil (misalnya asam klavulanat) dan obat yang higroskopis
(misalnya preparat yang mengandung enzim pencernaan)
3. Toksisitas obat dapat meningkat, misalnya preparat lepas lambat bila digerus
akan kehilangan sifat lepas lambatnya.
4. Waktu penyediaan obat lebih lama. Rata-rata diperlukan waktu 10 menit untuk
membuat satu resep racikan puyer, 20 menit untuk racikan kapsul, sedangkan
untuk mengambil obat jadi diperlukan waktu hanya kurang 1 menit. Kelambatan
ini berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan.
5. Efektifitas obat dapat berkurang karena sebagian obat akan menempel pada
blender/mortir dan kertas pembungkus.
6. Pembuatan obat puyer menyebabkan pencemaran lingkungan yang kronis di
bagian farmasi akibat bubuk obat yang beterbangan ke sekitarnya. Hal ini dapat
merusak kesehatan petugas setempat.
7. Obat racikan puyer tidak dapat dibuat dengan tingkat higienis yang tinggi
sebagaimana halnya obat ynag dibuat pabrik karena kontaminasi yang tak
terhindarkan pada waktu pembuatannya.
8. Pembuatan obat racikan puyer membutuhkan biaya lebih mahal karena
menggunakan jam kerja tenaga di bagian farmasi sehingga asumsi bahwa
harganya akan lebih murah belum tentu tercapai.
9. Dokter yang menulis resep sering kurang mengetahui adanya obat sulit dibuat
(difficult-to compound) misalnya preparat enzim.

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 33


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

10. Peresepan obat racik puyer meningkatkan kecenderungan penggunaan obat


irasional karena penggunaan obat polifarmasi tidak mudah diketahui oleh pasien.

Faktor-faktor yang Harus Diperhatikan dalam Membuat Pulveres


1. Banyak sedikitnya jumlah obat bahan obat
2. Berat ringannya dari serbuk yang dicampur
3. Kontras warna dari serbuk yang dicampur
4. Sifat fisik dan kimia dari bahan yang dicampur

PETUNJUK KERJA
1. Baca dan pelajari terlebih dahulu lembar kerja (job sheet) yang tersedia
2. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dan susun secara ergonomis
3. Ikutilah petunjuk yang ada pada job sheet
4. Kerjakan semua langkah secara sistematis
5. Bekerja secara hati-hati dan teliti
6. Tanyakan pada dosen pembimbing bila terdapat hal-hal yang kurang
dimengerti

KESELAMATAN KERJA
1. Sebelum melakukan tindakan, pastikan semua alat dan bahan yang
digunakan dalam keadaan siap pakai
2. Perhatikan resep pasien
3. Hitunglah dosis dengan benar dan teliti
4. Pastikan kebersihan, keamanan dan ketepatan pembuatan puyer
5. Perharikan dengan teliti bentuk sediaan obat beserta cara menggunakannya

PERALATAN/PERLENGKAPAN DAN BAHAN


1. Obat
2. Resep
3. Kertas puyer
4. Mortir dan penggerus
5. Etiket
6. Pembungkus obat

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 34


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

7. Alat tulis
8. Meja atau tempat datar

DAFTAR TILIK
MEMBUAT PUYER
Tanggal Penilaian :
Nama Mahasiswa :

PENILAIAN :
Nilai 1 ( satu ): Perlu Perbaikan
Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau tidak berurutan
Nilai 2 ( dua ) : Mampu
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan tetapi kurang tepat,
pembimbing perlu membantu atau mengingatkan
Nilai 3 ( tiga ) : Mahir
Langkah dikerjakan dengan benar, tepat dan tanpa ragu – ragu serta
berurutan sesuai prosedur

Beri tanda ceklist ( v ) pada kolom penilaian


NILAI
NO LANGKAH
0 1 2
A PERSIAPAN
1 Baca dan pelajari resep puyer yang diberikan
Perhatikan jenis dan dosis obat, jika terdapat
kerancuan segera kroscek pada pembuat resep.
2 Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir,
serta keringkan dengan handuk bersih dan kering.
Lakukan cuci tangan dengan tujuh langkah.
3 Siapkan perlengkapan, alat dan bahan.
- Siapkan perlengkapan alat dan bahan secara
ergonomis
- Pastikan alat siap bersih dan siap pakai
- Pastikan obat berada pada tempat yang tepat
B PELAKSANAAN
4 Ambil kertas puyer sesuai dengan jumlah dosis yang
dibutuhkan
Hitunglah jumlah kertas perkamen sesuai dengan
jumlah serbuk yang akan dibungkus/dibuat.

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 35


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

5 Menyusun kertas menjadi satu dan bertumpuk


6 Lipatlah bagian atas dari kertas puyer
7 Menyusun kertas puyer sejajar, dan tepinya saling
menumpuk

8 Mortir diletakkan diatas meja praktik dialasi dengan


lap pada waktu menggerus bahan obat
9 Hitung obat sesuai dosis dan masukkan ke dalam
mortir
10 Gerus obat menggunakan stamper.
- Mulut dari mortir senantiasa mengarah ke kiri.
Maksudnya agar ketika stamper dibersihkan
stamper senantiasa tetap pada mulut mortir
- Stamper dipegang seperti memegang pulpen
- Putarlah stamper berlawanan dengan arah jarum
jam
- Ulangi beberapa kali sampai serbuk halus
- Gerakan tangan sebatas pergelangan
- Pastikan obat menjadi homogen
11 Setelah selesai, stamper dibersihkan dengan
menggunakan mika.
Bersihkan permukaan stamper dengan cara
memutarnya, sementara mika tetap berada di kepala
stamper.
12 Bersihkan permukaan stamper dengan cara
memutarnya, sementara mika tetap berada di kepala
stamper
13 Bila akan meletakkan satmper, letakkan selalu
disebelah kanan dan dialasi dengan kertas, kepala
stamper harus mengarah kepada kita.
14 Isi bagian tengah masing-masing kertas perkamen
dengan serbuk yang dikehendaki.
Bagilah obat dengan rata :
- Untuk pulveres berjumlah maksimal dua belas
bungkus dapat dibagi sama rata menurut
pandangan mata langsung. Lebih dari dua puluh
dikerjakan dengan dibagi dahulu dengan jalan
penimbangan lalu dibagi sama rata.
15 Lipat bagian bawah kertas perkamen ke atas, masuk
ke dalam lipatan yang sudah terbentuk.
Kerjakan pelipatan pada salah satu kertas perkamen
terlebih dahulu, yaitu yang paling ujung dan yang
tidak tertutupi oleh kertas perkamen sebelahnya.

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 36


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

16 Lipat kembali bagian atas dengan lebar yang sama


dengan lipatan yang pertama kali
17 Lipat bagian kanan sedikit ke arah tengah
18 Masukkan lipatan kanan ke dalam lubang lipatan kiri.
- Bagian yang akan masuk ke lubang harus ujung
bagian kanan, hal ini dilakukan sebagai
penyesuaian dalam hal pembukaan puyer oleh
pasien yang mayoritas tidak bertangan kidal
- Tidak boleh membuat lipatan kecil di ujung
bagian kanan
- Akan lebih buruk, apabila sejak awal sudah
melipat bagian kanannya menjadi sedikit lebih
lebar dibandingkan bagian kirinya, agar ketika
lipatan bagian kanannya akan dimasukkan sudah
lebih kecil dari lubang ujung bagian kiri
19 Ukuran tiap lipatan puyer yang dibuat harus sama,
tidak boleh ada yang satu besar atau yang lainnya
lebih kecil
20 Setelah semua serbuk terbungkus, susunlah
bungkusan dengan rapi, sama tinggi dan menghadap
arah yang sama
21 Jika tersedia plastik klip, maka penataan sedemikian
rupa sehingga teratur satu posisi dan dirapikan
menyesuaikan plastik klip, etiket dan label berada
diluar plastik disesuaikan dengan cetakan klip.

Nilai : Jumlah NILAI X 100% = …….


42

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 37


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 38


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

MATA KULIAH : Farmakologi


POKOK BAHASAN : Cara Penyimpanan Obat
SUB POKOK BAHASAN : Penyimpanan Vaksin, Syrup, Obat serbuk, Vial,
Ampul dan Obat Khusus
SEMESTER IV

LEARNING OUTCOME
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa mampu : Mengelola penyimpanan
obat sesuai bentuk sediaan dengan benar

DASAR TEORI

Tujuan utama pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu yang baik,
tersedia dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan kefarmasian bagi
masyarakat yang membutuhkan.
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan dari fisik yang dapat merusak mutu obat.
Tujuan penyimpanan obat-obatan adalah untuk:
a. Untuk memelihara mutu obat
b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
c. Menjaga kelangsungan persediaan
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan
Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut
1. Persyaratan gudang
a. Luas minimal 3 x 4 m2
b. Ruang kering tidak lembab
c. Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab
d. Cahaya cukup
e. Lantai dari tegel atau semen
f. Dinding dibuat licin
g. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam
h. Ada gudang penyimpanan obat
i. Ada pintu dilengkapi kunci ganda

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 39


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

j. Ada lemari khusus untuk narkotika


2. Pengaturan penyimpanan obat
a. Menurut bentuk sediaan dan Alfabetis
b. Menerapkan sistem FIFO dan FEFO
c. Menggunakan almari, rak dan pallet
d. Menggunakan almari khusus untuk menyimpan narkotika dan
psikotropika
e. Menggunakan almari khusus untuk perbekalan farmasi yang memerlukan
penyimpanan pada suhu tertentu
f. Dilengkapi kartu stock obat

Cara penyimpanan obat


1. Penyimpanan obat vaksin
Vaksin memerlukan “Cold Chain” khusus dan harus dilindungi dari kemungkinan
putusnya aliran listrik. Suhu penyimpanan vaksin BCG, DPT- HB, TT, DT,
Hepatitis B, Campak, DPT-HB, Tifoid, dan Cacar yaitu 2 – 8 °C. Untuk vaksin
Polio ditentukan antara suhu -15 s/d -25°C.
Tempat penyimpanan vaksin yaitu lemari es atau freezer harus dilengkapi
Termostat yang berfungsi untuk mengatur suhu bagian dalam lemari es atau
freezer. Vaksin aman digunakan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Vaksin tidak melewati masa kadaluarsa
b. Vaksin tetap disimpan pada suhu 2 – 8 °C
c. Sterilitas vaksin terjamin
d. Vial vaksin tidak pernah teremdam dalam air
e. VVM masih menunjukkan kondisi A atau B
f. Jangka waktu maksimal pemakaian vaksin yang sudah dibuka
2. Penyimpanan obat sirup≤
a. Simpanlah botol obat di tempat yang kering atau kotak khusus. Dianjurkan
untuk menyimpan obat cair baik itu sirup maupun suspensi pada suhu ruang
20° C. Atau bisa juga dalam lemari pendingin dengan suhu 5-10°C. Caranya
bungkus terlebih dahulu dengan kertas atau kantung plastik hitam untuk
memperpanjang masa simpan obat. Ini digunakan untuk sediaan sirup
secara umum, kecuali dinyatakan lain pada kemasan sirup tersebut.

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 40


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

b. Tidak perlu menyimpan obat dalam freezer . Hal ini justru akan merusak
obat.
c. Jangan lupa untuk selalu menutup rapat botol sirup agar udara tidak masuk.
Karena udara yang masuk juga bisa membawa bakteri dari luar yang biasa
tumbuh dalam media air.
d. Hindarkan menaruh obat pada tempat yang terkena sinar matahari atau
cahaya secara langsung dan terus-menerus. Biasanya botol sirup sudah
didesain kedap cahaya dengan warna botol yang gelap.
e. Sirup yang sudah dibuka cukup aman digunakan untuk waktu
maksimal dua bulan, dengan catatan cara penyimpanannya sudah
benar. Jangan berpatokan pada penunjuk kedaluarsa, karena expired
datemerupakan patokan masa obat sebelum dibuka segel tutupnya.
f. Untuk sediaan sirup kering, biasanya sirup antibiotik, umur sirup lebih
pendek lagi yaitu hanya mencapai tujuh hari setelah ditambahkan air sesuai
volume yang dikehendaki.
g. Selalu cuci bersih sendok sirup atau pipet tetesnya sebelum dan sesudah
digunakan. Usahakan saat menggunakan sendok atau pipet dalam keadaan
kering.
3. Penyimpanan obat puyer / serbuk
Puyer sebaiknya disimpan di dalam kotak plastik berwarna gelap hingga sinar
matahari tidak bisa menembus langsung karena bisa merusak kandungan obat.
Tambahkan juga silica gel (serbuk pengering) dalam kantung khusus agar
kondisi udara lembab tidak sampai merusak obat. Simpan obat dalam kondisi
sejuk (15-20°C). Hindarkan pula menyimpan obat puyer di dalam kulkas. Selain
melihat waktu kedaluwarsa, obat puyer juga sebaiknya tidak dipakai jika ada
perubahan warna, misalnya, warna putih obat berubah menjadi kuning. Juga
jangan digunakan jika obat itu disimpan lebih dari satu bulan.
4. Penyimpanan khusus
a. Obat sitotoksik adalah obat yang sifatnya membunuh atau merusakkan sel-
sel propaganda, yaitu obat-obat yang genotoksik, karsinogenik dan
teratogenik. Semua obat sitotoksik harus diidentifikasi dengan label yang khas
dan disimpan pada rak dan area yang tepat yang dirancang untuk

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 41


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

meminimalkan kerusakan, seperti rak dengan penghalang bagian depan.


Obat-obatan sitotoksik disimpan pada :
1) Dalam kulkas terkunci yang harus berada di 2-8 °C.
2) Pada suhu kamar (di bawah 25 °C) harus disimpan dalam lemari
terkunci di ruang yang sesuai untuk penyimpanan obat-obatan.
b. Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus dan
selalu terkunci,
c. Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus disimpan dalam
ruangan khusus, sebaiknya disimpan di bangunan khusus terpisah dari
gudang induk.
d. Sediaan obat untuk vagina dan anus (ovula dan suppositoria) disimpan di
lemari es karena dalam suhu kamar akan mencair.
e. Cara Penyimpanan Obat Insulin disimpan di tempat sejuk < 15°C (tapi tidak
boleh beku)
f. Sediaan Aerosol / Spray jangan disimpan di tempat yang mempunyai suhu
tinggi karena dapat menyebabkan ledakan.

PETUNJUK KERJA

1. Baca dan pelajari terlebih dahulu materi yang tersedia


2. Tanyakan pada dosen pembimbing bila terdapat hal-hal yang kurang
dimengerti

Tugas Kelompok !
Kunjungilah fasilitas kesehatan (Rumah sakit atau Puskesmas) dan buatlah laporan
mengenai aturan / standar (SOP) penyimpanan Obat di tempat tersebut dan sertakan
hasil dokumentasi kelompok.

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 42


Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES
SURABAYA

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Preskripsi Dokter (Kaidah Penulisan Resep). FK UNAND. Diunduh


dari http://fkunand2010.files.wordpress.com/2011/10/40563741- bahasa-
resepsi-penulisan-resep-kuliah.pdf

Berman A, dkk. 2009. Buku Ajar Praktik Kebidanan Klinis. Jakarta : EGC.

CMP Medika. 2009.MIMS Bidan. Jakarta : PT. InfoMaster

Jordan, S. 2004. Farmakologi Kebidanan. Jakarta : EGC

Karch, MA. 2011. Farmakologi Kebidanan. Jakarta : EGC

Kusyati, E. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta : EGC.

Lucida H. 2013. Pulvis et Pulveres. FK UNAND. Diunduh dari


http://farmasi.unand.ac.id/RPKPS/Pulvis%20et%20Pulvees%20(Powder).pdf

Maulida F. 2012. Cara membuat Puyer dari Kertas Perkamen. Diunduh dari
http://nutulfajrymaulida.blogspot.com/2012/010cara-melipat-puyer-
menggunakan-kertas.html

Priharjo, R. 1995. Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Bidan. Jakarta : EGC

Ryalino C. 2008. Teknik Injeksi ; Pelatihan Pra PJP untuk Komedik. Diunduh dari
http://yunitapuspitasari.files.wordpress.com/2010/05/teknik_injeksi.pdf

Sanjoyo, R. Obat (Biomedik Farmakologi). Yogyakarta : DIII Rekam Medis


FMIPA UGM

Sasonko H. 2010. Dosis Obat. Surakarta : Universitas Sebelah Maret

Stevans, dkk. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC.

Tambayong J. 2001. Farmakologi Untuk Kebidanan. Jakarta : Widya Medika

MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KEBIDANAN 43

Anda mungkin juga menyukai