Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FARMAKOLOGI
Peran Kolaborasi Perawat Dalam Pelaksanaan Prinsip Farmakologi

Dosen Pembimbing : Yustinus Rindu, S.Kep., Ns., M.Kep.

Oleh:

KELOMPOK V (PPN A dan B)

Feliksia E. G. Bas PO5303209201181

Firda Gloria Bonat PO5303209201183

Fridolin Kastro PO5303209201131

Frids Djami Gana PO5303209201185

Hapipa M. M. Duru PO5303209201133

Jeralda Adel Lulan PO5303209201136

Umi Lervisia Bees PO5303209201213

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN KUPANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
TAHUN AJARAN: 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan berkat dan anugerah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan tentang “Peran Kolaborasi
Perawat Dalam Pelaksanaan Prinsip Farmakologi”.

Dalam proses penyusunan makalah ini, tentu saja kami mengalami banyak
permasalahan. Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, kami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yustinus Rindu, S.Kep., Ns., M.Kep.
yang telah membimbing kami dalam proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari isi maupun
sistematika penulisannya, oleh karena itu dengan tangan terbuka kami sangat
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata, kami berharap laporan ini dapat memberikan manfaat dan dapat
menjadi sumber pengetahuan kepada pembaca.

Kupang, 10 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 4
1.2 Tujuan Penulisan Makalah......................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Peran Kolaborasi Perawat Dalam Pelaksanaan Farmakologi..... 6
2.2 Implikasi Keperawatan Dalam Farmakologi............................. 7
2.3 Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Kolaborasi Pemberian 11
Obat...........................................................................................
2.4 Trendi dan Issue Keperawatan dalam Kolaborasi Perawat 12
Dokter........................................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan................................................................................ 17
3.2 Saran.......................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat merupakan semua zat kimiawi, hewani, nabati, yang dalam dosis layak
dapat menyembuhkan, meringankan, dan mencegah penyakit atau gejalanya, yang
diberikan kepada pasien dengan maksud tertentu sesuai dengan guna obat tersebut.
Pemberian obat yang aman dan akurat adalah tanggung jawab penting bagi seorang
perawat. Sebagai seorang perawat harus mengetahui prinsip-prinsip dalam pemberian
obat secara aman dan benar. Karena obat dapat menyembuhkan dan merugikan pasien,
maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting.

Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemeberian obat kepada
pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan
bahwa obat itu benar diminum. Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu
harus menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu
tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang
sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul).
Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin
menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan. Rencana perawatan
harus mencakup rencana pemberian obat, bergantung pada pengkajian, pengetahuan
tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter.
Sebelum memberikan obat kepada pasien, ada beberapa persyaratan yang perlu
diperhatikan untuk menjamin keamanan dalam pemberian obat, diantaranya benar
pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar cara/rute, benar dokumentasi.

4
1.2 Tujuan Penulisan Makalah

a. Tujuan Umum

Dapat memberikan pengetahuan mahasiswa keperawatan mengenai


peran kolaborasi perawat dalam pelaksanaan prinsip farmakologi.

b. Tujuan Khusus

1) Agar mahasiswa/i dapat mengetahui dan mamahami peran


kolaborasi perawat dalam pelaksanaan farmakologi
2) Agar mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami implikasi
keperawatan dalam farmakologi
3) Agar mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami hal yang perlu
diberhatikan dalam kolaborasi pemberian obat
4) Agar mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami trend dan issue
keperawatan dalam kolaborasi perawat dokter

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Peran Kolaborasi Perawat Dalam Pelaksanaan Farmakologi


Farmakologi dalam prospek pengorganisasian tindakan kolaboratif hendaknya
terlebih dahulu dapat dipahami pengertian farmakologi itu sendiri oleh seorang
aperawat. Tujuan pengorganisasian farmakologi adalah agar dokter dan perawat dapat
memiliki dan menggunakan obat secara rasional dengan memperhatikan kemanjuran
dan kemanannya.
Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman. Perawat
harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan
mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidaj jelas atau dosis yang
diberikan di luar batas yang direkomendasikan. Secara hukum perawat bertanggung
jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau
obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien. Sekali obat telah
diberikan, perawat bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi.
Pemberian obat menjadi salah satu kolaboratif perawat yang paling penting karena:
1. Perawat merupakan mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada
pasien.
2. Perawat bertanggung jawab bahwa obat sudah diberikan dan memastikan bahwa
obat itu benar diminum oleh paisen.
3. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap
pengobtan. Misalnya: pasien yang sikar menelan, muntah atau tidak dapat minum
obat tertentu.
4. Perawat hampir 24 jam waktunya disediakan untuk memenuhi kebutuhan pasien.

6
2.2 Implikasi Keperawatan dalam Farmakologi

Dalam menjalankan perannya, perawat menggunakan pendekatan proses


keperawatan dengan memperhatikan 7 hal benar dalam pemberian obat, yaitu benar
pasien, obat, dosis, rute pemberian, waktu, dokumentasi dan benar dalam informasi.

2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah pasien (Doenges, 2000).Untuk menetapkan kebutuhan terhadap terapi obat
dan respon potensial terhadap terapi obat, perawat mengkaji banyak faktor.Adapun
data hasil pengkajian dapat dikelompokkan ke dalam data subyektif dan data obyektif.

a. Data subyektif
1. Riwayat kesehatan sekarang

Perawat mengkaji tentang gejala-gejala yang dirasakan klien.

2. Pengobatan sekarang

Perawat mengkaji informasi tentang setiap obat, termasuk kerja, tujuan,


dosis normal, rute pemberian, efek samping, dan implikasi keperawatan
dalam pemberian dan pengawasan obat. Beberapa sumber harus sering
dikonsultasi untuk memperoleh keterangan yang dibutuhkan. Perawat
bertanggung jawab untuk mengetahui sebanyak mungkin informasi tentang
obat yang diberikan.

a. Dosis, rute, frekuensi, dokter yang meresepkan, jika ada

b. Pengetahuan klien mengenai obat dan efek sampingnya

c. Harapan dan persepsi klien tentang efektivitas obat

d. Kepatuhan klien terhadap aturan dan alasan ketidakpatuhan

e. Alergi dan reaksi terhadap obat

f. Obat yang dibeli sendiri

7
3. Riwayat kesehatan dahulu, meliputi

a. Riwayat Penyakit dahulu yang pernah diderita pasien

b. Obat yang disimpan dalam pemakaian waktu lampau

c. Obat yang dibeli sendiri /OTC

4. Sikap dan Lingkungan klien

Sikap klien terhadap obat menunjukkan tingkat ketergantungan pada obat.


Klien seringkali enggan mengungkapkan perasaannya tentang
obat,khususnya jika klien mengalami ketergantungan obat. Untuk mengkaji
sikap klien, perawat perlu mengobservasi perilaku klien yang mendukung
bukti ketergantungan obat

a. Anggota keluarga
b. Kemampuan menjalankan Activity of Daily Living (ADL)
c. Pola makan, pengaruh budaya klien
d. Sumber keuangan klien

b. Data Obyektif
Dapat diketahui dengan beberapa cara, diantaranya adalah dengan
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan laboratorium.
Jangan lupa, anda harus memusatkan perhatian pada gejala-gejala dan
organ-organ yang kemungkinan besar terpengaruh oleh obat.

2.2.2 Diagnosis Keperawatan


Diagnosa keperawatan dibuat berdasarkan hasil pengkajian. Dibawah ini
beberapa contoh diagnosa keperawatan NANDA untuk terapi obat.

a. Kurang pengetahuan tentang terapi obat yang berhubungan dengan :

1) Kurang informasi dan pengalaman

2) Keterbatasan kognitif

8
3) Tidak mengenal sumber informasi

b. Ketidakpatuhan terhadap terapi obat yang berhubungan dengan :

1) Sumber ekonomi yang terbatas

2) Keyakinan tentang kesehatan

3) Pengaruh budaya

c. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan :


1) Penurunan kekuatan
2) Nyeri dan ketidaknyamanan
d. Perubahan sensori atau persepsi yang berhubungan dengan :
1) Pandangan kabur
e. Ansietas yang berhubungan dengan
1) Status kesehatan yang berubah atau terancam
2) Status sosial ekonomi yang berubah atau terancam
3) Pola interaksi yang berubah atau terancam
f. Gangguan menelan yang berhubungan dengan :
1) Kerusakan neuromuscular
2) Iritasi rongga mulut
3) Kesadaran yang terbatas
g. Penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif yang berhubungan dengan :
1) Terapi obat yang kompleks
2) Pengetahuan yang kurang

2.2.3 Perencanaan
Fase perencanaan ditandai dengan penetapan lingkup tujuan, atau hasil yang
diharapkan. Lingkup tujuan yang efektif memenuhi hal berikut ini :

1) Berpusat pada klien dan dengan jelas menyatakan perubahan yang


diharapkan.
2) Dapat diterima (pasien dan perawat)

9
3) Realistik dan dapat diukur
4) Dikerjakan bersama
5) Batas waktu jelas
6) Evaluasi jelas

Sebagai salah satu contoh adalah klien mampu mandiri dalam memberikan dosis
insulin yang diresepkan pada akhir sesi ketiga dari pendidikan kesehatan yang
dilakukan perawat.

Perawat mengatur aktivitas perawatan untuk memastikan bahwa teknik


pemberian obat aman. Perawat juga dapat merencanakan untuk menggunakan waktu
selama memberikan obat. Pada situasi klien belajar menggunakan obat secara
mandiri, perawat dapat merencanakan untuk menggunakan semua sumber
pengajaran yang tersedia. Apabila klien dirawat di rumah sakit,sangat penting bagi
perawat untuk tidak menunda pemberian instruksi sampai hari kepulangan klien.

Baik, seorang klien mencoba menggunakan obat secara mandiri maupun perawat
yang bertanggung jawab memberikan obat, sasaran berikut harus dicapai :

 Tidak ada komplikasi yang timbul akibat rute pemberian obat yang digunakan.
 Efek terapeutik obat yang diprogramkan dicapai dengan aman sementara
kenyamanan klien tetap dipertahankan.
 Klien dan keluarga memahami terapi obat.
 Pemberian obat secara mandiri dilakukan dengan aman.

2.2.4 Implementasi
Implementasi meliputi tindakan keperawatan yang perlu untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Penyuluhan dan pengajaran pada fase ini merupakan
tanggungjawab perawat. Dalam beberapa ruang lingkup praktek, pemberian obat dan
pengkajian efek obat juga merupakan tanggung jawab keperawatan yang penting.
Selain itu dalam implementasi perawat harus mampu mencegah resiko kesalahan
dalam pemberian obat.

10
Kesalahan pengobatan adalah suatu kejadian yang dapat membuat klien
menerima obat yang salah atau tidak mendapat terapi obat yang tepat Kesalahan
pengobatan dapat dilakukan oleh setiap individu yang terlibat dalam pembuatan resep,
transkripsi, persiapan, penyaluran, dan pemberian obat.

Perawat sebaiknya tidak menyembunyikan kesalahan pengobatan. Pada catatan


status klien, harus ditulis obat apa yang telah diberikan kepada klien, pemberitahuan
kepada dokter, efek samping yang klien alami sebagai respons terhadap kesalahan
pengobatan dan upaya yang dilakukan untuk menetralkan obat.

Perawat bertanggung jawab melengkapi laporan yang menjelaskan sifat insiden


tersebut. Laporan insiden bukan pengakuan tentang suatu kesalahan atau menjadi dasar
untuk memberi hukuman dan bukan merupakan bagian catatan medis klien yang sah.
Laporan ini merupakan analisis objektif tentang apa yang terjadi dan merupakan
penatalaksanaan risiko yang dilakukan institusi untuk memantau kejadian semacam ini.
Laporan kejadian membantu komite interdisiplin mengidentifikasi kesalahan dan
menyelesaikan masalah sistem di rumah sakit yang mengakibatkan terjadinya
kesalahan.

2.3 Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Kolaborasi Pemberian Obat


Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari
tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim. Perawat
melakukan fungsi kolaboratif dalam memberikan tindakan pengobatan secara medis
(terapi medis).
Pemberian obat kepada pasien terdapat beberapa cara, yaitu malalui rute oral,
parentelal, rektal, vagina, kulit, mata, telinga, dan hidung.
Prinsip 6 benar pemberian obat:
1 Benar pasien
Sebelum memberikan obat cek kembali identitas pasien denngan menanyakan
nama jelas dan alamat.
2 Benar obat

11
Sebelum memberikan obat kepada pasien, label pada botol atau kemasan haris
diperiksa 3 kali.
3 Benar dosis
Sebelum memberikan obat, perawat harus memeriksa dosis obat dengan hati-hati
dan teliti, jika regu perawat harus berkonsultasi dengan dokter atau apoteker
sebelum dilanjutkan ke pasien.
4 Benar cara pemberian
Ada banyak rute/cara daam memberikan obat, perawat harus teliti dan berhati-hati
agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat.
5 Benar waktu
Ketepatan waktu sangat penting khususnya bagi obat yang efektivitas tergantung
untuk mencapai atau mempertahankan darah yang mengadai ada beberapa obat
ynag diminum sesudah atau sebelum makan, juga dalam pemberian antibiotik tidak
boleh diberikan bersamaan dengan susu karena susu dapat mengikat sebagian besar
obat itu sebelum dapat diserap tubuh.
6 Benar dokumentasi
Setelah ibat itu diberikan kita harus mendokumentasikan dosis, rute, waktu, dan
oleh siapa obat itu diberikan dan jika pasien menolak pemberian obat maka harus
didokumentasikan juga alasan pasien menolak pemberian obat.
Tujuan pemberian obat
Memberika obat sesuai dengan prosedur agar mendapat efek obat yang diinginkan dan
bisa memberikan efek penyembuhan terhadap suatu penyakit ataupun keluhan yang
dirasakan oleh seseorang.

2.3 Trendi dan Issue Keperawatan dalam Kolaborasi Perawat Dokter

American Medical Assosiation (AMA), 1994, setelah melalui diskusi dan


negosiasi yang panjang dalam kesepakatan hubungan professional dokter dan perawat,
mendefinisikan istilah kolaborasi sebagai berikut ; Kolaborasi adalah proses dimana
dokter dan perawat merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling

12
ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-
nilai dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi
untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat. (www.nursingword.org/readroom,)

Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat


klinik bekerja dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup
praktek profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai pemberi
petunjuk pengembangan kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh peraturan
suatu negara dimana pelayanan diberikan. Perawat dan dokter merencanakan dan
mempraktekan bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batas-
batas lingkup praktek dengan berbagi nilai-nilai dan pengetahuan serta respek terhadap
orang lain yang berkontribusi terhadap perawatan individu, keluarga dan masyarakat.

Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah


cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perspektif yang
berbeda dalam memandang pasien, dalam prakteknya menyebabkan munculnya
hambatan-hambatan teknik dalam melakukan proses kolaborasi. Kendala psikologis
keilmuan dan individual, factor sosial, serta budaya menempatkan kedua profesi ini
memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborasi yang dapat menjadikan keduanya
lebih solid dengan semangat kepentingan pasien.

Berbagai penelitian menunjukan bahwa banyak aspek positif yang dapat timbul
jika hubungan kolaborasi dokter-perawat berlangsung baik. American Nurses
Credentialing Center (ANCC) melakukan risetnya pada 14 rumah sakit melaporkan
bahwa hubungan dokter-perawat bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga
berdampak langsung pada hasil yang dialami pasien (Kramer dan Schamalenberg,
2003). Terdapat hubungan korelasi positif antara kualitas hubungan dokter-perawat
dengan kualitas hasil yang didapatkan pasien.

Hambatan kolaborasi dokter dan perawat sering dijumpai pada tingkat


profesional dan institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber
utama ketidaksesuaian yang membatasi pendirian profesional dalam aplikasi

13
kolaborasi. Dokter cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik
lebih besar dibanding perawat, sehingga iklim dan kondisi sosial masih medukung
dominasi dokter. Inti sesungguhnya dari konflik perawat dan dokter terletak pada
perbedaan sikap profesional mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara
keduanya.

Isu-isu tersebut jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional


dikhawatirkan dapat menghambat upaya melindungi kepentingan pasien dan
masyarakat yang membutuhkan jasa pelayanan kesehatan, serta menghambat upaya
pengembangan dari keperawatan sebagai profesi.

 Anggota Tim interdisiplin


Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekolompok profesional yang
mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi
baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan
kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter,
fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim
kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan
saling menghargai antar sesama anggota tim.
Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam
pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif.
Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien
sebagai pusat anggota tim.
Perawat sebagai anggota membawa persfektif yang unik dalam interdisiplin tim.
Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting
antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.
Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah
penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti
pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim
lainnya sebagaimana membuat referal pemberian pengobatan.Kolaborasi menyatakan

14
bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak dalam mencapai tujuan.
Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang efektif meliputi kerjasama, asertifitas,
tanggung jawab, komunikasi, otonomi dan kordinasi seperti skema di bawah ini.

 Elemen kunci efektifitas kolaborasi


Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktisi profesional,
kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan kepada pasien. Kolegalitas
menekankan pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-
masalah dalam team dari pada menyalahkan seseorang atau atau menghindari tangung
jawab. Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa
pecaya, kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari tanggung
jawab, terganggunya komunikasi . Otonomi akan ditekan dan koordinasi tidak akan
terjadi.
Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan
untuk mencapai tujuan kolaborasi team :
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan
keahlian unik profesional.
2. Maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya
3. Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
4. Meningkatnya kohesifitas antar profesional
5. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional,
6. Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami orang
lain.

Berkaitan dengan issue kolaborasi dan soal menjalin kerja sama kemitraan dengan
dokter, perawat perlu mengantisipasi konsekuensi perubahan dari vokasional menjadi
profesional. Status yuridis seiring perubahan perawat dari perpanjangan tangan dokter
menjadi mitra dokter sangat kompleks. Tanggung jawab hukum juga akan terpisah
untuk masing-masing kesalahan atau kelalaian. Yaitu, malpraktik medis, dan
malpraktik keperawatan. Perlu ada kejelasan dari pemerintah maupun para pihak

15
terkait mengenai tanggung jawab hukum dari perawat, dokter maupun rumah sakit.
Organisasi profesi perawat juga harus berbenah dan memperluas struktur organisasi
agar dapat mengantisipasi perubahan. (www. kompas.com. Diakses pada tanggal 20
Maret 2007)

Pertemuan profesional dokter-perawat dalam situasi nyata lebih banyak terjadi


dalam lingkungan rumah sakit. Pihak manajemen rumah sakit dapat menjadi fasilitator
demi terjalinnyanya hubungan kolaborasi seperti dengan menerapkan sistem atau
kebijakan yang mengatur interaksi diantara berbagai profesi kesehatan. Pencatatan
terpadu data kesehatan pasien, ronde bersama, dan pengembangan tingkat pendidikan
perawat dapat juga dijadikan strategi untuk mencapai tujuan tersebut.

Untuk mencapai pelayanan yang efektif maka perawat, dokter dan tim kesehatan
harus berkolaborasi satu dengan yang lainnya. Tidak ada kelompok yang dapat
menyatakan lebih berkuasa diatas yang lainnya. Masing-masing profesi memiliki
kompetensi profesional yang berbeda sehingga ketika digabungkan dapat menjadi
kekuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Banyaknya faktor yang berpengaruh
seperti kerjasama, sikap saling menerima, berbagi tanggung jawab, komunikasi efektif
sangat menentukan bagaimana suatu tim berfungsi. Kolaborasi yang efektif antara
anggota tim kesehatan memfasilitasi terselenggaranya pelayanan pasien yang
berkualitas.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pemberian obat menjadi salah satu kolaboratif perawat yang paling penting
karena:
 Perawat merupakan mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada
pasien.
 Perawat bertanggung jawab bahwa obat sudah diberikan dan memastikan
bahwa obat itu benar diminum oleh paisen.
 Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap
pengobtan. Misalnya: pasien yang sikar menelan, muntah atau tidak dapat
minum obat tertentu.
 Perawat hampir 24 jam waktunya disediakan untuk memenuhi kebutuhan
pasien.
2. Dalam menjalankan perannya, perawat menggunakan pendekatan proses
keperawatan dengan memperhatikan 7 hal benar dalam pemberian obat, yaitu
benar pasien, obat, dosis, rute pemberian, waktu, dokumentasi dan benar dalam
informasi.
3. Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik
bekerja dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup
praktek profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai
pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau mekanisme yang ditentukan
oleh peraturan suatu negara dimana pelayanan diberikan.

3.2 Saran

Untuk mempelajari sesuatu tidaklah cukup hanya dengan melihat saja. Penyaji
menyarankan kepada semuanya agar lebih banyak membaca guna memahami tentang
konsep dasar dari makalah ini. Semoga apa yang di sampaikan dalam makalah memberi
manfaat untuk kita semua. Terlebih kepada kita yang bekerja dalam bidang kesehatan.

17
DAFTAR PUSTAKA

A.Azis Alimul Hidayat.Skp dan Musrifal Uliyah,S.Kep.2004. Kebutuhan Dasar


Manusia. Jakarta EGC.

Lestari, Siti. 2016. MODUL BAHAN CETAK AJAR Farmakologi dalam


Keperawatan, hal. 11-14. Jakarta Selatan. Pusdik SDM Kesehatan.

Safitri Lara Nur.2018. Peran Kolaborasi Perawat Dalam Pelaksanaan Farmakologi


(online) https://slaranurgmail.wordpress.cpm/2018/10/16/peran-kolabotasi-
perawat-dalam-pelaksanaan-farmakologi/ diakses pada tanggal 24 Maret 2021.

Waluya Nandang Ahmad.2016.Kumpulan Artikel : Trend Dan Issue Keperawatan


Pelaksanaan Kolaborasi Perawat-Dokter (online)
http://mangihot.blogspot.com/2016/12/trend-dan-issue-keperawatan-
pelaksanaan.html?m=1 diakses pada 22 Maret 2021.

18

Anda mungkin juga menyukai