FARMAKOLOGI
Peran Kolaborasi Perawat Dalam Pelaksanaan Prinsip Farmakologi
Oleh:
Puji syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan berkat dan anugerah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan tentang “Peran Kolaborasi
Perawat Dalam Pelaksanaan Prinsip Farmakologi”.
Dalam proses penyusunan makalah ini, tentu saja kami mengalami banyak
permasalahan. Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, kami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yustinus Rindu, S.Kep., Ns., M.Kep.
yang telah membimbing kami dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari isi maupun
sistematika penulisannya, oleh karena itu dengan tangan terbuka kami sangat
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata, kami berharap laporan ini dapat memberikan manfaat dan dapat
menjadi sumber pengetahuan kepada pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 4
1.2 Tujuan Penulisan Makalah......................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Obat merupakan semua zat kimiawi, hewani, nabati, yang dalam dosis layak
dapat menyembuhkan, meringankan, dan mencegah penyakit atau gejalanya, yang
diberikan kepada pasien dengan maksud tertentu sesuai dengan guna obat tersebut.
Pemberian obat yang aman dan akurat adalah tanggung jawab penting bagi seorang
perawat. Sebagai seorang perawat harus mengetahui prinsip-prinsip dalam pemberian
obat secara aman dan benar. Karena obat dapat menyembuhkan dan merugikan pasien,
maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting.
Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemeberian obat kepada
pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan
bahwa obat itu benar diminum. Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu
harus menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu
tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang
sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul).
Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin
menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan. Rencana perawatan
harus mencakup rencana pemberian obat, bergantung pada pengkajian, pengetahuan
tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter.
Sebelum memberikan obat kepada pasien, ada beberapa persyaratan yang perlu
diperhatikan untuk menjamin keamanan dalam pemberian obat, diantaranya benar
pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar cara/rute, benar dokumentasi.
4
1.2 Tujuan Penulisan Makalah
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
6
2.2 Implikasi Keperawatan dalam Farmakologi
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah pasien (Doenges, 2000).Untuk menetapkan kebutuhan terhadap terapi obat
dan respon potensial terhadap terapi obat, perawat mengkaji banyak faktor.Adapun
data hasil pengkajian dapat dikelompokkan ke dalam data subyektif dan data obyektif.
a. Data subyektif
1. Riwayat kesehatan sekarang
2. Pengobatan sekarang
7
3. Riwayat kesehatan dahulu, meliputi
a. Anggota keluarga
b. Kemampuan menjalankan Activity of Daily Living (ADL)
c. Pola makan, pengaruh budaya klien
d. Sumber keuangan klien
b. Data Obyektif
Dapat diketahui dengan beberapa cara, diantaranya adalah dengan
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan laboratorium.
Jangan lupa, anda harus memusatkan perhatian pada gejala-gejala dan
organ-organ yang kemungkinan besar terpengaruh oleh obat.
2) Keterbatasan kognitif
8
3) Tidak mengenal sumber informasi
3) Pengaruh budaya
2.2.3 Perencanaan
Fase perencanaan ditandai dengan penetapan lingkup tujuan, atau hasil yang
diharapkan. Lingkup tujuan yang efektif memenuhi hal berikut ini :
9
3) Realistik dan dapat diukur
4) Dikerjakan bersama
5) Batas waktu jelas
6) Evaluasi jelas
Sebagai salah satu contoh adalah klien mampu mandiri dalam memberikan dosis
insulin yang diresepkan pada akhir sesi ketiga dari pendidikan kesehatan yang
dilakukan perawat.
Baik, seorang klien mencoba menggunakan obat secara mandiri maupun perawat
yang bertanggung jawab memberikan obat, sasaran berikut harus dicapai :
Tidak ada komplikasi yang timbul akibat rute pemberian obat yang digunakan.
Efek terapeutik obat yang diprogramkan dicapai dengan aman sementara
kenyamanan klien tetap dipertahankan.
Klien dan keluarga memahami terapi obat.
Pemberian obat secara mandiri dilakukan dengan aman.
2.2.4 Implementasi
Implementasi meliputi tindakan keperawatan yang perlu untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Penyuluhan dan pengajaran pada fase ini merupakan
tanggungjawab perawat. Dalam beberapa ruang lingkup praktek, pemberian obat dan
pengkajian efek obat juga merupakan tanggung jawab keperawatan yang penting.
Selain itu dalam implementasi perawat harus mampu mencegah resiko kesalahan
dalam pemberian obat.
10
Kesalahan pengobatan adalah suatu kejadian yang dapat membuat klien
menerima obat yang salah atau tidak mendapat terapi obat yang tepat Kesalahan
pengobatan dapat dilakukan oleh setiap individu yang terlibat dalam pembuatan resep,
transkripsi, persiapan, penyaluran, dan pemberian obat.
11
Sebelum memberikan obat kepada pasien, label pada botol atau kemasan haris
diperiksa 3 kali.
3 Benar dosis
Sebelum memberikan obat, perawat harus memeriksa dosis obat dengan hati-hati
dan teliti, jika regu perawat harus berkonsultasi dengan dokter atau apoteker
sebelum dilanjutkan ke pasien.
4 Benar cara pemberian
Ada banyak rute/cara daam memberikan obat, perawat harus teliti dan berhati-hati
agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat.
5 Benar waktu
Ketepatan waktu sangat penting khususnya bagi obat yang efektivitas tergantung
untuk mencapai atau mempertahankan darah yang mengadai ada beberapa obat
ynag diminum sesudah atau sebelum makan, juga dalam pemberian antibiotik tidak
boleh diberikan bersamaan dengan susu karena susu dapat mengikat sebagian besar
obat itu sebelum dapat diserap tubuh.
6 Benar dokumentasi
Setelah ibat itu diberikan kita harus mendokumentasikan dosis, rute, waktu, dan
oleh siapa obat itu diberikan dan jika pasien menolak pemberian obat maka harus
didokumentasikan juga alasan pasien menolak pemberian obat.
Tujuan pemberian obat
Memberika obat sesuai dengan prosedur agar mendapat efek obat yang diinginkan dan
bisa memberikan efek penyembuhan terhadap suatu penyakit ataupun keluhan yang
dirasakan oleh seseorang.
12
ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-
nilai dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi
untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat. (www.nursingword.org/readroom,)
Berbagai penelitian menunjukan bahwa banyak aspek positif yang dapat timbul
jika hubungan kolaborasi dokter-perawat berlangsung baik. American Nurses
Credentialing Center (ANCC) melakukan risetnya pada 14 rumah sakit melaporkan
bahwa hubungan dokter-perawat bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga
berdampak langsung pada hasil yang dialami pasien (Kramer dan Schamalenberg,
2003). Terdapat hubungan korelasi positif antara kualitas hubungan dokter-perawat
dengan kualitas hasil yang didapatkan pasien.
13
kolaborasi. Dokter cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik
lebih besar dibanding perawat, sehingga iklim dan kondisi sosial masih medukung
dominasi dokter. Inti sesungguhnya dari konflik perawat dan dokter terletak pada
perbedaan sikap profesional mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara
keduanya.
14
bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak dalam mencapai tujuan.
Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang efektif meliputi kerjasama, asertifitas,
tanggung jawab, komunikasi, otonomi dan kordinasi seperti skema di bawah ini.
Berkaitan dengan issue kolaborasi dan soal menjalin kerja sama kemitraan dengan
dokter, perawat perlu mengantisipasi konsekuensi perubahan dari vokasional menjadi
profesional. Status yuridis seiring perubahan perawat dari perpanjangan tangan dokter
menjadi mitra dokter sangat kompleks. Tanggung jawab hukum juga akan terpisah
untuk masing-masing kesalahan atau kelalaian. Yaitu, malpraktik medis, dan
malpraktik keperawatan. Perlu ada kejelasan dari pemerintah maupun para pihak
15
terkait mengenai tanggung jawab hukum dari perawat, dokter maupun rumah sakit.
Organisasi profesi perawat juga harus berbenah dan memperluas struktur organisasi
agar dapat mengantisipasi perubahan. (www. kompas.com. Diakses pada tanggal 20
Maret 2007)
Untuk mencapai pelayanan yang efektif maka perawat, dokter dan tim kesehatan
harus berkolaborasi satu dengan yang lainnya. Tidak ada kelompok yang dapat
menyatakan lebih berkuasa diatas yang lainnya. Masing-masing profesi memiliki
kompetensi profesional yang berbeda sehingga ketika digabungkan dapat menjadi
kekuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Banyaknya faktor yang berpengaruh
seperti kerjasama, sikap saling menerima, berbagi tanggung jawab, komunikasi efektif
sangat menentukan bagaimana suatu tim berfungsi. Kolaborasi yang efektif antara
anggota tim kesehatan memfasilitasi terselenggaranya pelayanan pasien yang
berkualitas.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pemberian obat menjadi salah satu kolaboratif perawat yang paling penting
karena:
Perawat merupakan mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada
pasien.
Perawat bertanggung jawab bahwa obat sudah diberikan dan memastikan
bahwa obat itu benar diminum oleh paisen.
Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap
pengobtan. Misalnya: pasien yang sikar menelan, muntah atau tidak dapat
minum obat tertentu.
Perawat hampir 24 jam waktunya disediakan untuk memenuhi kebutuhan
pasien.
2. Dalam menjalankan perannya, perawat menggunakan pendekatan proses
keperawatan dengan memperhatikan 7 hal benar dalam pemberian obat, yaitu
benar pasien, obat, dosis, rute pemberian, waktu, dokumentasi dan benar dalam
informasi.
3. Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik
bekerja dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup
praktek profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai
pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau mekanisme yang ditentukan
oleh peraturan suatu negara dimana pelayanan diberikan.
3.2 Saran
Untuk mempelajari sesuatu tidaklah cukup hanya dengan melihat saja. Penyaji
menyarankan kepada semuanya agar lebih banyak membaca guna memahami tentang
konsep dasar dari makalah ini. Semoga apa yang di sampaikan dalam makalah memberi
manfaat untuk kita semua. Terlebih kepada kita yang bekerja dalam bidang kesehatan.
17
DAFTAR PUSTAKA
18