Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik didalam maupun
diluar negeri sesuai dengan peraturan perundang- undangan (Permenkes, 2010) .
Perawat adalah seorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh
melalui pendidikan keperawatan (UU kesehatan No 23 tahun 1992)
Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling
penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada
pasien. Perawat bertanggung jawab pada obat itu diberikan dan memastikan bahwa
obat tersebut benar. Obat yang diberikan kepada pasien, menjadi bagian integral dari
rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien
terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat
minum obat karena alasan tertentu. Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual
atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien tidak bisa mengkonsumsi obat juga
harus diperhatikan. Rencana tindakan keperawatanan harus mencangkup rencana
pemberian obat, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama
kerja obat dan program dari dokter.
Tugas seorang perawat sebelum memberikan obat adalah harus memeriksa identitas
pasien yang meliputi : papan identitas di tempat tidur, gelang identitas atau
ditanyakan langsung kepada pasien dan keluarganya. Jika pasien tidak sanggup
berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien
mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental
atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung
kepada keluarganya. Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat
dengan nama dagang harus diperiksa nama generiknya sebelum obat tersebut
diberikan oleh perawat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau

1
kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan
botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang
diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak
boleh dipakai dan Tugas seorang perawat adalah harusmengembalikan ke
bagianfarmasi.
Setelah obat diberikan, tugas seorang perawat adalah mendokumentasikan, dosis,
cara/ rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak diberikan
obat, atau obat itu tidak dapat dapat diberikan karena alasan tertentu, perawat harus
mencatat alasannya dan dilaporkan kepada dokter untuk tindakan selanjutnya.
Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman . Perawat
harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan
mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang
diberikan di luar batas yang direkomendasikan . Secara hukum perawat bertanggung
jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau
obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien . Sekali obat telah
diberikan , perawat bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi.
Buku-buku referensi obat seperti , Daftar Obat Indonesia ( DOI ) , Physicians‘ Desk
Reference (PDR), dan sumber daya manusia , seperti ahli farmasi , harus
dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang
diharapkan , kontraindikasi , dosis , efek samping yang mungkin terjadi , atau reaksi
yang merugikan dari pengobatan ( Kee and Hayes, 1996 ).
Selanjutnya terdapat beberapa metode dalam pemebrian obat yaitu adanya metode
pendekatan khusus pada pasien curiga yang biasanya terjadi pada pasien jiwa artinya
dimana pasien tersebut merasa bahwa obat dianggap sebagai racun yang dapat
membunuhnya sehinga keadaan ini membuat perawat sulit memberikan obat pada
klien curiga.Pada bab ini akan dibahas mengenai “metode pendekatan khusus
pemberian obat pada klien curiga”

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Peranan Perawat Dalam Memberikan Obat ?

2. Bagaimana Penatalaksanaan Obat kepada pasien yang curiga ?

3. Bagaimana pendekatan yang dilakukan oleh perawat pada pasien curiga?

4. Bagaimana bentuk interaksi pada pasien curiga terhadap lingkungan?

5. bagaimana tindakan keperawatan yang tepat kepada pasien curiga?

1.3 Tujuan

1. untuk mengetahui pengertian dan peran perawat dalam pemberian obat

2. untuk mengetahui penatalaksanaan obat pada pasien curiga

3. untuk mengetahui pendekatan yang dilakukan perawat kepada pasien curiga

4.Untuk mengetahui interaksi pasien curiga terhadap lingkungan

5. untuk mengetahui tindakan keperawatan kepada pasien curiga

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERANAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN OBAT

Perawat mempunyai tanggung jawab dalam sampainya obat kepada pasien dan
digunakannya obat oleh pasien sehingga obat tersebut efektif dala membantu
mengatasi masalah pasien. Secara terperinci peran perawat dalam penatalaksanaan
obat di rUmah sakit jiwa adalah :

1. Mengumpulkan data sebelum pengobatan

Dalam pelaksanaan peran ini perawat di dukung oleh latar belakang pengetahuan
biologis dan perilaku. Data yang perlu dikumpulkan antara lainriwayat penyakit
diagnosa medis riwayat engobatan hasil laboratorium jenis obat yang akan digunakan
dan perawat perlu mengetahui program terapi lain bagi pasien. Pengumpulan data ini
digunakan agar asuhan keperawatan yang diberikan bersifat menyeluruh dan
merupakan satu kesatuan.

2. Mengkoordinasikan obat dengan terapi modalitas

Pemilihan terapi yang tepat sesuai dengan program pengobatan pasien akan
memberikan hasil yang lebih baik.

3. Pendidikan Kesehatan

Pasien di rumah sakit jiwa sangat membutuhkan pendidikan kesehatan tentang obat
yang diperolehnya karena pasien sering tidak mau minum obat yang dianggap tidak
ada manfaatnya. Contoh pada klien curiga yang menganggap obat sebagai racun.
Selain itu pendidikan kesehatan juga diperlukan keluarga karena adanya anggapan

4
jika pasien sudah ulang kerumah maka tidak perlu lagi minum obat padahal hal ini
menyebabkan risiko kanker kambuh dan dirawat kembali.

4. Memonitor efek samping obat

Selain efek yang diharapkan, perawat juga harus memonitor efek samping obat dan
reaksi-reaksi lain yang kurang baik setelah minum obat.

2.2. PENATALAKSANAAN OBAT

Dalam membahas tentang penatalaksaan obat dibagi menjadi 2 yaitu pemberian


obat langsung ke pasien dan pengelolaan atau penyimpanan obat di ruangan.

1. Pemberian obat ke pasien

a. Prinsip-prinsip peberian obat

Dalam membahas tentang prinsip peberian obat hal ini dibagi menjadi 3 yaitu
persiaan peberian dan evaluasi.

1) Persiapan

Peratama erawat harus melihat obat apa yang akan di berikan. Kemudian mengkaji
obat (tujuan peberian cara kerja efek samping dosis dan lainnya). Setelah itu
Melakukan persiapan yang berkaitan dengan pasien yaitu mengkaji riwayat
pengobatan pasien, pengetahuan pasien dan kondisi sebelum pengobatan.

2) Pemberian

Ada 6 tahap yang harus diperhatikan perawat dalam pemberian obat

– benar obat

– benar dosis

– benar pasien,

– benar waktu pemberian

– benar cara pemberian

5
– benar pendokumentasian

3) Evaluasi

Perawat bertanggung jawab untuk memonitor respon pasien terhada pengobatan.


Untuk obat-obatan yang sering digunakan di rumah sakit jiwa efek samping biasanya
terlihat sampai 1 jam setelah pemberian.

b. Metode pendekatan khusus dalam pemberian obat

Pemberian obat untuk pasien gangguan jiwa memerlukan pendekatan khusus sesuai
dengan kasusnya seperti pada kasus pasien curiga pasien bunuh diri dan pasien yang
ketergantungan obat.

1) Pendekatan khusus kepada pasien curiga

Pada pasien curiga tidak mudah percaya terhadap suatu tindakan atau
pemberian yang diberikan padanya. Perawat harus meyakinkan bahwa tindakan
treatment yang dilakukan ke pasien tidaklah berbahaya dan bermanfaat bagi pasien.
Secara verbal dan non verbal, perawat harus dapat mengontrol perilakunya agar tidak
menimbulkan keraguan pada diri pasien karena tindakan ragu-ragu dari perawat akan
menimbulkan kecurigaan pasien.Berikan obat dalam bentuk dan kemasan yang sama
setiap memberi obat agar pasien tidak bingung, ceas dan curiga. Jika ada perubahan
dosis diskusikan terlebih dahulu keada pasien sebelum einta pasien untuk
meminumnya. Yakin kan obat benar-benar diminum dan ditelan dengan cara meminta
pasien membuka mulut dan gunakan spatel untuk melihat aakah obat disebunyikan.
Hal ini terutaa pada pasien yang mempunyai riwayat menyembunyikan obat di bawah
lidah dan membuangnya. Untuk pasien yang benar-benar menolak minum obat
walaupun sudah dilakukan pendekatan aka emberian obat dilakukan melalui injeksi
sesuai dengan instruktur dokter dengan memperhatikan aspek legal dan hak pasien
untuk menolak pengobatan dalam keadaan darurat.

c. Pendekatan yang dilakukan oleh perawat pada pasien curiga

6
Pendekatan yang dilakukan oleh perawat kepada pasien pada curiga biasanya
dialami oleh pasien jiwa . Klien curiga biasanya tidak mudah percaya atas segala
sesuatu.Obat seringkali dianggap racun untuk membunuhnya.Keadaan ini membuat
perawat sulit memberikan obat pada klien curiga. Adapun untuk mengatasi
permasalahan tersbut tentunya peran perawat sangat di butuhkan dalam meelakuka
pendekatan teradap pasien curiga untuk meyakinkan kmali bahawa oat sebenarnya
bukan racun namun,obat merupakan suatu bentuk pengobatan yang berguna untuk
pross penyembuhan serta pemulihan kesehatan pasien.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan perawat:


1. yakinkan klien bahwa obat tersebut bermanfaat untuk kesembuhan klien. Dan bila
sembuh klien dapat
memenuhi harapan-harapannya, misalkan harapan untuk pulang kerumah, bekerja
lagi, bertemu dengan
orang-orang terdekat.
2. Hindari sikap rgu-ragu, perawat harus konsisten antara respons verbal dan
nonverbal. Pertahankan
kontak mata, bersikap jujur sehingga klien mempercayai perawat.
3. Berkomunikasi jelas dan singkat.
4. Berikan obat dalam kemasan yang sama setiap kali pemberian, jika ada perubahan
tentang kemasasn
harus beritahu pada klien.
5. Yakinkan obat benar-benar diminum klien dengan cara setelah obat dimasukkan
kemulut kemudian ajak
klien untuk bicara. Periksa kamar atau bawah kasur klien apakah obat
disembunyikan dengan seizin
klien.
6. Cari alternative lain jika segala upaya gagal misalnya mencari rujukan ke dokter
untuk merubah jenis atau cara pemberian obat.

7
Degan adanya pendekatan yang dilakukan oleh perawat dalam pemberian obat
kepada pasien curiga tersebut sekiranya dapat membantu meyakinkan kembali pasie
jiwa serta dapat engintrol emos psikologis pasien tersebut.

D. Bentuk interaksi pasien jiwa pada lingkungnan sekitar

Pada pasien jiwa biasanya terdapat gangguan yaitu psikisnya mereka cenderung
mengalami Gangguan yang berhubungan dengan pengaruh mentalnya .mereka
cenderung menjadi tidak percaya diri terhadap lingkungannya dan juga orang lain
serta berpengaruh terhadap hubunganya dengan orang lain dan lingkungan yang
ditandai dengan perasaan tidak percaya dan ragu-ragu. Perilaku tersebut tampak jelas
saat individu berinteraksi dengan orang lain dan linkungan.

2.3 KARAKTERISTIK PERILAKU


Dalamm hal ini terdapat beberapa perilaku yang timbul pada pasien
jiwa terhadap lingkunganya yaitu:
– Sikap bermusuhan mudah marah
– Sorot mata tajam dan menyelidik
– Sangat sensitif terhadap kritikan orang lain
– Gelisah, ketakutan
– Cemas
– Agresif
– Penafsiran kaku dalam memberikan pendapat tentang lingkungan
– Berbicara tidak sesuai dengan kenyataannya
– Berbicara membesar-besarkan diri
– Bersikaap seperti orang penting
– Selalu memprotes keadaan lIngkungan
– Menarik diri, merasa asing dengan orang lain dan lingkungan
– Menggunakan mekanisme pertahanan diri proyeksi, denial
(pengingkaran)
– Menolak makan dan minum obat

8
– Berat badan cenderung turun
– Tidak dapat atau sering terbangun waktu tidur
– Kebersihan kurang, tidak rapi pakean kotor
– Kurang berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
– Usaha bunuh diri
– Cenderung melukai orang
2.4. MASALAH KEPERAWATAN
Dalam hal ini terdapat timbul beberapa gangguan yang dialami
pada pasien jiwa diantaranya:
– Ganggauan proses pikir : curiga
– Gangguan rasa aman : Ketakutan
– Gangguan interaksi sosial; menarik diri
– Koping individu tidak efektif: Proyeksi , denail
– Ansietas
– Ganggaun nutrisi : kuarng dari kebutuhan
– Ganggau kebersihan diri
– Distres spiritual
Salah satunya gangguan yang menyerang pada pola berfikirnya dimana gangguan
tersebut menyerang psikologi pasien gangguan jiwa sehingga akan menimbulkan
perasaan curiga ,lalu dengan adanya kecurigaan pada pasien dapat menimbuljan
adanya prasangka bahwa obat dapat menganggap obat sebagai racun dan bahan dapat
membunuhnya.
2.5. TUJUAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Pada hal ini adapun tujuan yang diharapkan perawat setelah dilakukanya
tindakan keperawatan dalam melakukan pendekatan pada pasien curiga yaitu :
– Mengdentivikasi karakteristik lingkungan yang dapat dipercaya
– Mempelajari cara-cara memvalidasi (memastikan) persepsinya
– Berinteraksi dengan orang lain tanpa rasa curiga
– Menunjukkan konsep diri yang positip
– Melakukan asuhan mandiri

9
2.6 . TINDAKAN KEPERAWATAN
Pada hal ini terdapat adanya Tindakan keperawatan yang dapat
dilakukan perawat ketika melakukn pendekatan kepada pasien curiga:
1. PSIKOTERAPEUTIK
a. bina hubunagan saling percaya
– Sadari bahwa pasien sangat sensitif, curiga dan banyak
menggunakan mekanisme pertahanan diri (definisi) proyeksi
– Adakan kontak dengan pasien sering, dalam waktu singkat,
pertahankan kontak mata
– Bicara secara terbuka: tidak berbisik-bisik, pasien dapat
mendengar dengan jelas, tidak berhanti berbicara saat pasien datang ,
tidak memmakai bahasa sindiran
– Hindari perdebatan dalam berbicara dengan pasien
– Bila ada perubahan jadwal, informasikan dengan meggunakan
kalimat jelas dan singkat
– Minta maaf bila perawat tidak memenuhi janjinya

b. Bimbing pasien mengungkapkan perasaan


– Katakan kepada pasien, bahwa perawat menjamin keadaan dan
melindunginya selama dalam perawatannya
– Katakan kepada pasien bahwa perawat selalau membantunya bila
dalam kesulitan sehubungan dengan perasaannya
– Anjurkan kepada pasien unuk mengungkapkan perasaannya,
dengan mengadakan pendekatan (interaksi), paling sedikit satu kali
giliran dinas ( shif)
– Tanyakan tentang perasaan pasien apabila pasien mengungkapkan
perasaannya secara non verbal dan memberi umpan balik
– Anjurkan pasien untuk menggungkapkan perasaannya secara
verbal, dan bersama-sama mencarikan jalan penyelesaiannya

10
c. Bantu dan bimbing pasien menemukan cara penyelesian( koping)
masalah yang membangaun (konstruktif)
– Bicarakan kepada pasien apa yang dilakukan saat saat mengalami
perasaan ciriga ,bermusuhan takut t dan cemas
– Bicarakan dengan pasien manfaat dari cara penyelesaian masalah
yang biasa digunakan
– bersama pasien cari alternatif cara penyelesaian masalah untuk
mengatasi persaaan yang tidak menyenangkan tersebut
– berikan dorongan kepada psien agar memilih penyelesaian masalah
yang tepat,serta membicarakan kansekwensi dari cara yang dipilih
– berikan kepada paseien untuk mencobanya
– bimbing pasien untuk mencoban cara lain

d. Beri penghargaan ayau pujian atas keberhasilan pasien

2. PENDIDIKAN KESEHATAN
– Bimbing pasien untuk meningkatkan pengetahuan tentang perilaku
yang adiktif (dapat diterima) dan mal adaptif (tidak dapat diterima)
– Bicarakan akibat penilaian yang salah terhadap realitas
– Bantu dan latih pasien untuk mengembangkan
ketrampilan berkomunikasi
– Latih pasien dalam berkomunikasi, untuk tetap mengakui
keberadaan orang lain dengan menggunakan kata” saya” dan bukan
” kita” untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi
– Jelaskan kapada pasien dan keluarga tentang jenis obat, dosis dan
manfaat obat

3. KEGIATAN HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


a. Bimbing pasien memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
– Pantau pola makan

11
– Ajak pasien keruang makan
– Jelaskan kepada pasien bahwa makan dan minum yang cukup
untuk kesehatannya
– Tanyakan kepada pasien alasan jika menolak makan
– Beri kesempatan pasien untuk ikut serta menyiapkan makanan bila
pasien curiga makannya diracuni
– Ajak pasien makan bersama dengan pasien lain dan petugas
– Anjurkan pada keluarga untuk membawa makanan dari rumah

b. Bimbing pasien melaksanakan kebersihan diri


– Jelaskan kepada pasien tentang kebersihan diri
– Bimbing pasien untuk mandi, gosok gigi, keramas, berhias dan
pakaian yang pantas dan rapi
– Sediakan fasilitas untuk : mandi, sikat gigi, berhias dan berpakaian
– Beri pujian bila pasien berpenampilan rapi dan bersih

c. Bimbing pasien untuk melakukan kegiatan


– Berikan pasien kegiatan yan disukai, yang dapat diselesaikan
dengan baik dalam waktu yang baik dan dapat menyalurkan dorongan
agresifnya dan rasa bermusuhan
– Bantu pasien memilih kegiatan yang dapat dilakukan
– Ajak pasien mengikuti kegiatan atau tugas secara bertahap, dari
jenis kegiatan yang tidak membutuhkan persaingan ( kompetitif)
dalam kelompok kecil sampai kelompok besar dan permainan yang
bersifak kompetitf sesuan dengan kemampuan pasien.

12
4. SOMATIK
a. Beri obat sesuai dengan program terapi medis
– Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain agar mendapat obat
yang sesuai
– Beri obat dalam bentuk cairan bila pasien enggan minum obat
dalam bentuk tablet
b. Pantau respon pasien

5. LINGKUNGAN TERPEUTIK
1. Siapkan lingkungan fisik yang nyaman agar dapat menurunkan perasaan
yang nyaman
– Pindah pasien ketempat yang tenang dan aman apabila pasien
merasa terancam dan kehilangan kontrol diri
– Pantau tingkah kalaku pasien : meningkatnya kecamasan dan tanda
kemarahan
– Berikan jaminan bahwa tempat aman dan nyaman
– Sediakan tempat tidur, lemari pakaian ,lemari pribadi dan pasien
merasa aman

1. Siapkan lingkungan sosial


– Pindahkan pasien ketempat yang tenang bila kemarahn memuncak
berikan pengertian kepada pasien yang lain .
– Buat agar pasien dapat berinteraksi dengan petugas lain dan
menganjurkan kepada petugas untuk sering berinteraksi dalam waktu
singkat
– Pantau pasien saat berinteraksi dan anjurkan untuk
mengembangkan pendekatan yang tepat dalam membina hubungan
dengan orang lain
– Beri dukungan bila pasien mampu mencoba berinteraksi dengan
orang lain dengan menyediakan fasilitas : tempat

13
2.6. EVALUASI
– Pasien dapat mengidentivikasi situasi dimana ia merasa tidak
percaya
– Ketakutan, perasaan cemas pasien berkurang atau hilang
– Pasien mampu menggunanakan cara pemecahan masalah secara
konstruktif
– Pasien mampu berinteraksi dengan lingkungan perawatan dan
keluarga
– Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya
– Pasien dapat memperhatikan kebersihan dirinya

14
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Perawat adalah seorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan


melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh
melalui pendidikan keperawatan (UU kesehatan No 23 tahun 1992).

Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling
penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada
pasien. Perawat bertanggung jawab pada obat itu diberikan dan memastikan bahwa
obat tersebut benar. Obat yang diberikan kepada pasien, menjadi bagian integral dari
rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien
terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat
minum obat karena alasan tertentu. Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual
atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien tidak bisa mengkonsumsi obat juga
harus diperhatikan. Rencana tindakan keperawatanan harus mencangkup rencana
pemberian obat, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama
kerja obat dan program dari dokter.

Selanjutnya terdapat beberapa metode dalam pemebrian obat yaitu adanya metode
pendekatan khusus pada pasien curiga yang biasanya terjadi pada pasien jiwa artinya
dimana pasien tersebut merasa bahwa obat dianggap sebagai racun yang dapat
membunuhnya sehinga keadaan ini membuat perawat sulit memberikan obat pada
klien curiga yaitu perawat dengan melakukan pendekatan terhadap pasien Ter sebut
dengan melakukan berbagai pendekatan khusus kepada pasien dan kembli untuk
meyakinkanya mengenai manfaat obat.

B. Saran

15
Setiap obat merupakan racun yang dapat memberikan efek samping yang tidak
baik jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan
kerugian bahkan akibatnya bisa fatal. Oleh karena itu, kita sebagai perawat kiranya
harus melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan
masalah-masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.
Terutama pada metode pemberian obat yaitu metode khusus dalam pemberian obat
kepada pasien curiga . itu memerlukan pendekatan khusus yang dilakukan oleh
perawat.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://forbetterhealth.wordpress.com/2009/01/08/perawatan-pada-pasien-dengan-
perilaku-curiga/

http://studylibid.com/doc/571333/matakuliah-farmakologi

17

Anda mungkin juga menyukai