Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu keadan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan

angka kematian (morbiditas) dan angka/ mortalitas. Tekanan darah 140/90

mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jangtung yaitu fase

sistolik 140 menunjukan fase darah yang sedang di pompa oleh jantung dan

fase diastolic 90 menunjukan fase darah yeng kembali ke jantung (Endamg

Triyanto, 2014). Jantung dapat meningkatan tekanan darah yang akan

memberi gejala ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit

jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertropi kanan/left

ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak yang

berupa stroke (M.Nadjib Bustan, 2015). Penyakit Hipertensi masih menempati

proporsi terbesar dari seluruh PTM yang dilaporkan, yaitu sebesar 64,83

persen, sedangkan urutan kedua terbanyak adalah Diabetes Mellitus sebesar

19,22 persen. Dua penyakit tersebut menjadi prioritas utama pengendalian

PTM di Jawa Tengah. Jika Hipertensi dan Diabetes Melitus tidak dikelola

dengan baik maka akan menimbulkan PTM lanjutan seperti Jantung, Stroke,

Gagal Ginjal, dan sebagainya. Pengendalian PTM dapat dilakukan dengan

intervensi yang tepat pada setiap sasaran/kelompok populasi tertentu sehingga

peningkatan kasus baru PTM dapat ditekan


Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukan

sekitar 1,13 miliar orang di dunia menyandan hipertensi, artinya 1 dari 3 orang

di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus

meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar

orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang

meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya. Berdasarkan data Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi hipertensi berdasarkan hasil

pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%. Prevelensi

hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 9,7% dalam kurun

waktu 5 tahun. Hal ini dapat dililhat data persensi dimana prevelensi hipertensi

di tahun 2013 adalah sebesar 25,8% mengalami peningkatan menjadi 34,1% di

tahun 2018. Dibandingkan dengan Riskesdas 2013, prevalensi hipertensi di

Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8

persen mengalami peningkatan sekitar 9,7% dalam kurun waktu 5 tahun.

Namun hal ini tetap perlu di waspadai mengingat hipertensi merupakan salah

satu faktor risiko penyakit degeneratif antara lain penyakit jantung, stroke dan

penyakit pembuluh darah lainnya. Pengukuran tekanan darah merupakan salah

satu kegiatan deteksi dini terhadap faktor risiko PTM seperti Hipertensi,

Stroke, Jantung, Kelainan Fungsi Ginjal atau yang lainnya. Kegiatan ini bisa

dilaksanakan di setiap fasilitas kesehatan termasuk puskesmas atau klinik

kesehatan lainnya, selain itu juga bisa dilaksanakan di Pos Pembinaan Terpadu

PTM yang ada di masyarakat. Jumlah penduduk berisiko (> 18 th) yang

dilakukan pengukuran tekanan darah pada tahun 2017 tercatat sebanyak


8.888.585 atau 36,53 persen. Dari hasil pengukuran tekanan darah, sebanyak

1.153.371 orang atau 12,98 persen dinyatakan hipertensi/tekanan darah tinggi.

Berdasarkan jenis kelamin, persentase hipertensi pada kelompok perempuan

sebesar 13,10 persen, lebih rendah dibanding pada kelompok laki-laki yaitu

13,16 persen. Prevelensi hipertensi kota semarang sebesar 37% dihitung dari

jumlah penduduk dari kurang lebih 15 Tahun.

Pada umumnya penderita hipertensi akan merasakan nyeri tengkuk

atau leher namun tidak semua penderita hipertensi mengalami nyeri tengkuk

bisa saja tanda dan gejala hipertensi yang lain yang akan muncul karena

biasanya tanda dan gejala hipertensi yang muncul merupakan tanda dan gejala

dari penyakit lain dan akan menimbulkan nyeri. Pada leher terdapat arteriol

yang memperdarai kepala dan otak. Arteriol merupakan pembuluh resistensi

utama pada pohon vaskuler dibandingkan arteriol hanya sedikit mengandung

jaringan ikat elastik, namun pembuluh ini mempunyai otot polos yang tebal

dan di persarafi oleh serat saraf simpatis. Otot polosnya juga peka terhadap

perubahan kimiawi lokal dan terdapat beberapa hormon dalam sirkulasi.

Lapisan otot polos berjalan sirkuler mengelilingi arteriol sehingga

berkontraksi sehingga pembuluh darah akan mengecil dan aliran pembuluh

darah akan berkurang dan akan mengakibatkan nyeri pada tengkuk leher.

Nyeri adalah pengalaman sensori yang tidak menyenangkan, unsur utama

yang harus ada untuk disebut sebagai nyeri adalah rasa tidak menyenangkan

(Ana, 2015). Nyeri kepala adalah persaan sakit atau nyeri termasuk rasa tidak

nyaman yang menyerang bagian tengkorak (kepala) mulai dari kening keatas
dan belakang kepala bagian wajah (Bambang, 2011). Nyeri dapat diatasi

dengan penatalaksanaan menggunakan metode farmakologi dan non

farmakologi. Penatalaksanaan secara farmakologi yaitu metode yang

menggunakan obat-obatan dalam praktik penanganannya. Cara dan metode ini

memerlukan instruksi dari medis. Ada beberapa stategi menggunakan

pendekatan farmakologi dengan manajemen nyeri dengan menggunakan

analgesik maupun anestesi (Sulistyo, 2013). Selain menggunakan farmakologi

juga menggunakan non famakologi salah satunya adalah kompres hangat.

Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat didaerah tertentu dengan

menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh

yang memerlukan. Pemberian kompres hangat akan mengakibatkan terjadinya

vasodilatasi yang dapat melebarkan pembuluh darah arteriol sehingga

mengakibatkan penurunan resistensi, peningkatan pemasukan O2 (oksigen) dan

menurunkan kontraksi otot polos pada pembuluh darah. Tindakan ini selain

memperlancar sirkulasi darah juga menghilangkan rasa sakit, serta

memberikan ketenangan dan kesenangan pada pasien. Pemberikan kompres

dilakukan pada radang persendian dan kekejangan otot (IN MEDIA, 2017)

Intervensi ini dipilih dikarenakan salah satu metode yang efektif dan

mudah dan efektif apalagi dilakukan penurunan tekanan nyeri kepala pada

pasien hipertensi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh N,Dodi

Setyawan dan Muslim Argo Bayu yang berjudul “Pengaruh pemberian

kompres hangat pada leher terhadap penurunan intensitas nyeri kepala pada

pasien hipertensi di RSUD Tugurejo Semarang” menyatakan bahwa ada


perbedakan skala nyeri kepala pada pasien hipertensi diberikan kompres

hangat pada leher dengan kelompok yang tidak diberikan kompres hangat

pada leher RSUD Tugurejo Semarang, dengan p value 0,000 (p<0,05) dimana

kelompok yang diberikan kompres hangat lebih efektif menurunkan nyeri

kepala dari pada kelompok yang tidak diberikan kompres hangat. Hal ini juga

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Rohimah, Eli Kurniasih

(2015) menunjukan bahwa kompres hangat dapat menurunkan skala nyeri

leher pada penderita hipertensi esensial. Dikarenakan penggunakan kompres

hangat atau panas untuk area yang tegang dan nyeri dianggap mampu

meredakan nyeri.

Hasil ini membuktikan bahwa teknik kompres hangat pada leher dapat

menurunkan nyeri kepala pada pasien hipertensi. Teknik tersebut memberikan

kenyakinan bahwa sasaran kompres hangat tepat pada bagian yang ingin

kompres. Gambaran latar belakang yang telah diuraikan menarik minat penulis

untuk menyusun proposal karya tulis ilmiah dengan judul “Penerapan kompres

hangat pada leher terhadap penurunan intensitas nyeri kepala pada pasien

hipertensi”.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas permasalahan studi kasus yang akan diteliti

adalah “Bagaimana penerapan teknik kompres hangat pada leher terhadap

penurunan intensitas nyeri pada pasien hipertensi?”

C. Tujuan Studi Kasus

Tujuan dari penulisan studi kasus ini adalah untuk menggambarkan

penerapan teknik kompres hangat pada leher terhadap penurunan intensitas

nyeri pada pasien hipertensi.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan meningkat pengetahuan masyarakat terutama

bagi penderita hipertensi tentang teknik pemberikan kompres hangat

pada leher untuk melancarkan sirkulasi darah

2. Bagi perkembagan ilmu keperawatan dan teknologi keperawatan

Menambah keluasaan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

yang bertujuan meningkatkan kemapuan dan pemberian kompres

hangat pada leher agar terhindar dari tekanan darah yang meningkat

3. Bagi penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur

kompres hangat pada leher pada asuhan keperawatan pasien hipertensi

dalam menghindari kejiadian peningkatan tekanan darah

Anda mungkin juga menyukai