PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jangtung yaitu fase
sistolik 140 menunjukan fase darah yang sedang di pompa oleh jantung dan
memberi gejala ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit
ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak yang
proporsi terbesar dari seluruh PTM yang dilaporkan, yaitu sebesar 64,83
PTM di Jawa Tengah. Jika Hipertensi dan Diabetes Melitus tidak dikelola
dengan baik maka akan menimbulkan PTM lanjutan seperti Jantung, Stroke,
sekitar 1,13 miliar orang di dunia menyandan hipertensi, artinya 1 dari 3 orang
meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar
orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang
waktu 5 tahun. Hal ini dapat dililhat data persensi dimana prevelensi hipertensi
Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8
Namun hal ini tetap perlu di waspadai mengingat hipertensi merupakan salah
satu faktor risiko penyakit degeneratif antara lain penyakit jantung, stroke dan
satu kegiatan deteksi dini terhadap faktor risiko PTM seperti Hipertensi,
Stroke, Jantung, Kelainan Fungsi Ginjal atau yang lainnya. Kegiatan ini bisa
kesehatan lainnya, selain itu juga bisa dilaksanakan di Pos Pembinaan Terpadu
PTM yang ada di masyarakat. Jumlah penduduk berisiko (> 18 th) yang
sebesar 13,10 persen, lebih rendah dibanding pada kelompok laki-laki yaitu
13,16 persen. Prevelensi hipertensi kota semarang sebesar 37% dihitung dari
atau leher namun tidak semua penderita hipertensi mengalami nyeri tengkuk
bisa saja tanda dan gejala hipertensi yang lain yang akan muncul karena
biasanya tanda dan gejala hipertensi yang muncul merupakan tanda dan gejala
dari penyakit lain dan akan menimbulkan nyeri. Pada leher terdapat arteriol
jaringan ikat elastik, namun pembuluh ini mempunyai otot polos yang tebal
dan di persarafi oleh serat saraf simpatis. Otot polosnya juga peka terhadap
darah akan berkurang dan akan mengakibatkan nyeri pada tengkuk leher.
yang harus ada untuk disebut sebagai nyeri adalah rasa tidak menyenangkan
(Ana, 2015). Nyeri kepala adalah persaan sakit atau nyeri termasuk rasa tidak
nyaman yang menyerang bagian tengkorak (kepala) mulai dari kening keatas
dan belakang kepala bagian wajah (Bambang, 2011). Nyeri dapat diatasi
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh
menurunkan kontraksi otot polos pada pembuluh darah. Tindakan ini selain
dilakukan pada radang persendian dan kekejangan otot (IN MEDIA, 2017)
Intervensi ini dipilih dikarenakan salah satu metode yang efektif dan
mudah dan efektif apalagi dilakukan penurunan tekanan nyeri kepala pada
kompres hangat pada leher terhadap penurunan intensitas nyeri kepala pada
hangat pada leher dengan kelompok yang tidak diberikan kompres hangat
pada leher RSUD Tugurejo Semarang, dengan p value 0,000 (p<0,05) dimana
kepala dari pada kelompok yang tidak diberikan kompres hangat. Hal ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Rohimah, Eli Kurniasih
hangat atau panas untuk area yang tegang dan nyeri dianggap mampu
meredakan nyeri.
Hasil ini membuktikan bahwa teknik kompres hangat pada leher dapat
kenyakinan bahwa sasaran kompres hangat tepat pada bagian yang ingin
kompres. Gambaran latar belakang yang telah diuraikan menarik minat penulis
untuk menyusun proposal karya tulis ilmiah dengan judul “Penerapan kompres
hangat pada leher terhadap penurunan intensitas nyeri kepala pada pasien
hipertensi”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagi masyarakat
hangat pada leher agar terhindar dari tekanan darah yang meningkat
3. Bagi penulis