Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KELOMPOK FARMAKOLOGI

TANGGUNG JAWAB PERAWAT ASPEK LEGAL DALAM PEMBERIAN OBAT

Dosen Pengampu :
DR. Sri Utami, S. Kp., M. Kes
NIP. 196711141990032001

Penyusun :
Kelompok 3
1. Adhe Erma Ayunda P (P27820723055)
2. Al Vira Rahmadina (P27820723058)
3. Berliana Aulia Hanif (P27820723063)
4. Kayla Agitaputri S (P27820723073)
5. Machda Rahma Alya N. M (P27820723076)
6. Nurul Fadhilah Astri (P27820723079)
7. Sonia Listyana Devi (P27820723088)
8. Winica Sucahyati (P27820723094)

TINGKAT 1 REGULER B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
JENJANG SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
TAHUN AJARAN 2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat karunia dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan tugas makalah Farmakologi yang
berjudul “Tanggung Jawab Perawat, Aspek Legal Dalam Pemberian Obat” dan Terima kasih
juga untuk orang tua yang telah berkontribusi dalam mendukung maupun menyelesaikan tugas
ini.

Dalam penyusunan tugas ini, kami menemui berbagai kendala dan kesulitan, namun
dengan rahmat Allah SWT hadir dengan kesabaran, ketekunan dan usaha serta pertolongan dari
para pihak yang telah tulus dalam ikhlas membantu baik fasilitas tenaga dan pikiran. Sehingga,
makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
saran dan kritik sangat penting bagi kami demi terciptanya tujuan yang ingin dicapai. Atas
bantuan dan kritikan serta saran dari berbagai pihak, maka kami ucapkan terima kasih. Semoga
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Surabaya, 2 Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2

1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 2

BAB II ....................................................................................................................................... 3

TINAJUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 3

2.1 Tanggung Jawab Perawat Dalam Aspek Legal Pemberian Obat..................................... 3

2.2 Prosedur Perawatan Pada Tindakan Kolaboratif Dalam Pemberian Obat ....................... 5

BAB III.................................................................................................................................... 18

PENUTUP............................................................................................................................... 18

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 18

3.2 Saran .............................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam praktik keperawatan, perawat memiliki tanggung jawab legal yang substansial
terkait dengan pemberian obat kepada pasien. Aspek legal ini mencakup pemahaman yang
mendalam terhadap protokol medis, kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku, serta
kewajiban terhadap keamanan dan kesehatan pasien. Pertama-tama, perawat harus
memastikan bahwa setiap tindakan pemberian obat sesuai dengan standar medis yang telah
ditetapkan. Dalam memberikan pengobatan kita sebagai perawat harus mengingat dan
memahami prinsip enam benar (dulu lima benar) agar kita dapat terhindar dari kesalahan
dalam memberikan obat. Selain itu, pencatatan yang akurat dan lengkap tentang pemberian
obat merupakan bagian integral dari tanggung jawab perawat. Dokumentasi yang tepat
waktu dan jelas memainkan peran penting dalam melacak riwayat pengobatan pasien dan
memberikan informasi yang diperlukan bagi tim medis. Hal ini juga dapat menjadi bukti
dalam situasi hukum, sehingga perawat diharapkan untuk menjaga keakuratan dan
keberlanjutan catatan tersebut. Aspek legal pemberian obat juga melibatkan kolaborasi
efektif dengan tim medis. Perawat perlu berkomunikasi secara terbuka dengan dokter,
apoteker, dan anggota tim kesehatan lainnya untuk memastikan pemahaman bersama
mengenai rencana pengobatan dan mencegah potensi konflik informasi yang dapat
mengarah pada kesalahan dalam pengobatan.

Peran dokter dalam pengobatan adalah dokter bertanggung jawab terhadap diagnosis
dan terapi. Obat harus dipesan dengan menulis resep. Bila ragu tentang isi resep atau tidak
terbaca, baik oleh perawat maupun apoteker, penulis resep itu harus dihubungi untuk
penjelasan. Peran Apoteker dalam Pengobatan Apoteker secara resmi bertanggung jawab
atas pasokan dan distribusi obat.selain itu apoteker bertanggung jawab atas pembuatan
sejumlah besar produk farmasi seperti larutan antiseptik, dan lain-lain.Peran penting
lainnya adalah sebagai narasumber informasi obat. Apoteker bekerja sebagai konsultan
spesialis untuk profesi kedokteran, dan dapat memberi nasehat kepada staf keperawatan
dan profesi kesehatan lain mengenai semua aspek penggunaan obat, dan memberi
konsultasi kepada pasien tentang obatnya bila diminta. Peran perawat dalam pemberian
obat, Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat
menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir

1
dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat
itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum. Kesadaran terhadap risiko
hukum juga mendorong perawat untuk selalu mengedepankan prinsip keamanan pasien.
Mereka diharapkan untuk melakukan double-checking terhadap obat yang akan diberikan,
memverifikasi identitas pasien dengan cermat, dan mengatasi segala potensi risiko
kesalahan. Dalam keseluruhan, pemahaman yang komprehensif terhadap aspek legal
pemberian obat adalah esensial bagi perawat. Hal ini bukan hanya untuk menjaga
keamanan pasien, tetapi juga untuk melindungi diri mereka sendiri dari potensi
konsekuensi hukum yang mungkin timbul akibat kesalahan dalam praktik keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Tanggung Jawab Perawat Dalam Aspek Legal Pemberian Obat?
2. Bagaimana Prosedur Perawatan Pada Tindakan Kolaboratif Dengan Faham Hak-Hak
Klien Dalam Pemberian Obat?

1.3 Tujuan
1. Agar Dapat Memahami Tanggung Jawab Perawat Dalam Aspek Lwgal Pemberian Obat
2. Agar Dapat Memahami Prosedur Perawatan Pada Tindakan Kolaboratif Dengan Faham
Hak-Hak Klien Dalam Pemberian Obat

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanggung Jawab Perawat Dalam Aspek Legal Pemberian Obat


Tanggung jawab perawat dalam pemberian obat adalah untuk memberikan obat yang
tepat kepada pasien yang tepat dengan dosis, waktu, dan rute yang tepat, serta mengawasi
efek obat tersebut. Perawat juga harus mengkaji kebutuhan, pengetahuan, harapan, dan
kepatuhan pasien terhadap terapi obat. Perawat harus mengikuti lima tepat (five rights)
dalam pemberian obat, yaitu:
1. Tepat pasien (right client): perawat harus memastikan identitas pasien sebelum
memberikan obat, misalnya dengan mengecek gelang nama, nomor rekam medis,
atau foto pasien.
2. Tepat obat (right drug): perawat harus memastikan obat yang diberikan sesuai
dengan resep dokter, label obat, dan indikasi penggunaannya. Perawat harus
mengetahui nama, kelas, kerja, tujuan, dosis, rute, frekuensi, efek samping, dan
interaksi obat yang diberikan.
3. Tepat dosis (right dose): perawat harus memastikan dosis obat yang diberikan sesuai
dengan resep dokter, standar pelayanan, dan kondisi pasien. Perawat harus
menghitung dosis obat dengan benar dan menggunakan alat ukur yang tepat.
4. Tepat waktu (right time): perawat harus memastikan waktu pemberian obat sesuai
dengan resep dokter, interval terapi, dan keadaan pasien. Perawat harus memberikan
obat pada waktu yang ditentukan atau sesegera mungkin jika ada alasan khusus.
5. Tepat rute (right route): perawat harus memastikan rute pemberian obat sesuai
dengan resep dokter, sifat obat, dan kondisi pasien. Perawat harus memilih rute yang
paling efektif, aman, dan nyaman bagi pasien.

Aspek legal dalam pemberian obat adalah mengenai hak dan kewajiban
perawat, pasien, dan rumah sakit dalam hal pemberian obat. Perawat harus mematuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2019 tentang Keperawatan,
dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Keperawatan. Perawat juga harus mengikuti kode etik dan standar profesi keperawatan,
seperti Kode Etik Keperawatan Indonesia dan Standar Kompetensi Perawat Indonesia.
Perawat bertanggung jawab secara hukum jika melakukan kesalahan dalam pemberian

3
obat yang menyebabkan kerugian atau bahaya bagi pasien, seperti memberikan obat yang
salah, dosis yang salah, atau obat yang merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan
pasien. Perawat dapat dikenakan sanksi administratif, disiplin, atau pidana sesuai dengan
tingkat kesalahan dan dampaknya. Perawat juga harus memberikan pertolongan pertama
dan melaporkan kesalahan tersebut kepada dokter, atasan, dan pihak terkait. Untuk
mencegah kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien, perawat harus memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Baca label obat dengan teliti
Hal ini dilakukan karena banyak produk yang tersedia dalam kotak, warna dan bentuk
yang sama
2. Pertanyakan pemberian banyak tablet atau vial untuk dosis tunggal
Kebanyakan dosis terdiri dari satu atau dua tablet atau kapsul atau vial dosis tunggal.
3. Waspadai obat-obatan bernama sama
Banyak nama obat terdengar sama (misal: digoksin dan digitoksin, keflex dan keflin,
orinase dan ornade)
4. Cermati angka di belakang koma
Dicontohkan seperti, obat yang tersedia dalam jumlah 2,5 dan 25 mg, serta Spansules
(sejenis kapsul) 30 dan 300 mg.
5. Pertanyakan peningkatan dosis yang tiba-tiba dan berlebihan
Kebanyakan dosis diprogramkan secara bertahap supaya dokter dapat memantau efek
terapeutik dan responnya.
6. Ketika suatu obat baru atau obat yang tidak lazim diprogramkan, konsultasi kepada
sumbernya
Jika dokter tidak lazim dengan obat tersebut maka risiko pemberian dosis yang tidak
akurat menjadi besar.
7. Jangan beri obat yang diprogramkan dengan nama pendek atau singkatan tidak resmi
Banyak dokter menggunakan nama pendek atau singkatan tidak resmi untuk obat yang
sering diprogramkan.
8. Jangan berupaya atau mencoba menguraikan dan mengartikan tulisan yang tidak dapat
dibaca
Kesempatan terjadinya salah interpretasi kecuali jika perawat mempertanyakan
program obat yang sulit dibaca.
9. Kenali klien yang memiliki nama akhir sama. Cermati nama yang tertera pada tanda
pengenal
4
Satu dua orang klien memiliki nama akhir yang sama atau mirip. Label khusus pada
kardeks atau buku obat dapat memberi peringatan tentang masalah yang potensial.
10. Cermati ekuivalen
Saat tergesa-gesa, salah baca ekuivalen mudah terjadi (contoh: dibaca miligram,
padahal mililiter).

Pasien memiliki hak untuk mendapatkan informasi, konseling, dan edukasi


mengenai obat yang diberikan, termasuk nama, dosis, rute, waktu, tujuan, efek samping,
dan interaksi obat. Pasien juga memiliki hak untuk menolak obat yang diberikan jika
merasa tidak sesuai atau tidak nyaman. Pasien dapat mengajukan pengaduan atau gugatan
jika merasa dirugikan atau dibahayakan oleh kesalahan pemberian obat oleh perawat.
Rumah sakit memiliki kewajiban untuk menyediakan obat yang berkualitas, aman, dan
efektif sesuai dengan kebutuhan pasien. Rumah sakit juga memiliki kewajiban untuk
mengatur, mengawasi, dan mengevaluasi pemberian obat oleh perawat, serta memberikan
bimbingan, pelatihan, dan fasilitas yang memadai. Rumah sakit dapat bertanggung jawab
secara hukum jika terjadi kesalahan pemberian obat oleh perawat yang disebabkan oleh
kelalaian atau kekurangan rumah sakit.

2.2 Prosedur Perawatan Pada Tindakan Kolaboratif Dalam Pemberian Obat


1. Pemberian Obat Melalui Oral
Pemberian obat melalui mulut dilakukan dengan tujuan mencegahg mengobati, dan
mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
A. Persiapan Alat dan Bahan :
• Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
• Obat dan tempatnya.
• Air minum di tempatnya.
B. Prosedur Kerja:
• Cuci tangan.
• Menjelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
• Baca obat, dengan prinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu,
dan tepat tempatnya.
• Bantu untuk meminumnya dengan cara:

5
a. Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka
tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan
ke tempat obat. Jangan menyentuh obat dengan tangan. Untuk obat
berupa kapsul jangan sampai tertinggal pembungkusnya.
b. Kaji kesulitan menelan. Jika ada, jadian tablet dalam bentuk bubuk dan
campur dengan minuman.
c. Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum memberikan obat yang
membutuhkan pengkajian.
d. Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respon
terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
e. Cuci tangan.

2. Pemberian Obat Melalui Sublingual


Pemberian obat melalui sublingual merupakan rute pemberian obat yang
penyerapannya baik melalui jaringan, kapiler di bawah lidah. Obat-obat ini mudah
diberikan sendiri. Karena tidak melalui lambung, sifat kelabilan dalam asam dan
perabilitas usus tidak perlu berpikir.
A. Persiapan Alat dan Bahan:
• Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
• Obat yang sudah ditentukan di tempatnya.
B. Prosedur Kerja:
• Cuci tangan.
• Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.
• Memberikan obat kepada pasien.
• Memberitahu pasien agar meletakkan obat pada bagian bawah lidah,
hingga terlarut seluruhnya.
• Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan
berbicara selama obat belum terlarut seluruhnya.
• Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respon terhadap
obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
• Cuci tangan.

3. Secara intravena (IV)

6
Pemberian obat intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke
dalam pembuluh darah vena menggunakan spuit.
Tujuan dan manfaat
A. Pemberian obat dengan cara intravena bertujuan untuk:
• Mendapat reaksi yang lebih cepat, sehingga sering digunakan pada pasien
yang sedaang gawat darurat.
• Menghindari kerusakan jaringan.
• Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar
B. Tempat injeksi intravena:
• pada lengan (vena basilika dan vena sefalika).
• pada kebetulan (vena safena)
• pada leher (vena jugularis)
• pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)
C. Persiapan peralatan untuk pemberian obat intravena
• Buku catatan pemberian obat
• kapas alkohol
• Sarung tangan sekali pakai
• Obat yang sesuai
• Spuit 2-5ml dengan ukuran 21-25, panjang jarum 1,2 inci
• Bak muntah
• Baki obat
• Plester
• Kasa steril
• Bengkok
• Perlak pengalas
• Pembendung vena (torniket)
• Kasa steril
• Betadin
D. Prosedur Kerja:
• Cuci tangan.
• Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
• Bebaskan daerah yang disuntik dengan cara memerdekakan daerah yang
akan dilakukan
7
• Penyuntikan dari pakaian dan apabila tertutup buka atau ke ataskan.
• Ambil obat di tempatnya dengan spuit sesuai dengan dosis yang akan
diberikan.
• Apabila obat berada dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan dengan
pelarut (aquades steril).
• Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan
penyuntikan. Kemudian tempatkan obat yang telah diambil pada bak
injeksi.
• Desinfeksi dengan kapas alkohol.
• Lakukan penutupan dengan karet pembendung (torniquet) pada bagian atas
daerah yang akan dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan
tangan/minta bantuan atau membendung di atas vena yang akan dilakukan
penyuntikan.
• Ambil spuit yang berisi obat.
• Lakukan penusukkan dengan lubang menghadap ke atas dengan
memasukkan ke pembuluh darah dengan sudut penyuntikan 15°-30°
• Lakukan aspirasi bila sudah ada darah mengeluarkan karet pembendung
dan langsung semprotkan obat hingga habis.
• Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada
daerah penusukkan dengan kapas alkohol, dan spuit yang telah digunakan
letakkan ke dalam bengkok.
• Cuci tangan dan katat hasil pemberian obat tes obat, tanggal waktu dan jenis
obat serta reaksinya setelah penyuntikan (jika ada).

4. Secara intracutan (IC)


Intrakutan Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan
kulit. Intrakutan biasanya digunakan untuk mengetahui sensivitsebagai tubuh
terhadap obat yang disuntikkan. Hal tersebut bertujuan untuk melakukan skintest
atau tes terhadap reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Memberikan obat
melalui jaringan intra kutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis, secara
umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral. Hal tersebut bisa
dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi.

8
A. Letak pemberian intrakutan yaitu:
• Dilengan atas, yaitu tiga jari di bawah sendi bahu tepat di teng ah daerah
muskulus deltoideus.
• Dilengan bawah, yaitu b lagi depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku
atau 2/3 dari pergelangan tangan pada kulit yang sehat, jauh dari peredaran
darah.
B. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberikan obat melalui jaringan
intrakutan yaitu:
• Tempat suntikan
• Jenis spuit dan jarum yang digunakan
• Infeksi yang mungkin terjadi selama infeksi
• Kondisi atau penyakit klien
• Pasien yang benar
• Obat yang benar
• Dosis yang benar
• Cara atau rute pemberian obat yang benar
• Waktu yang benar
C. Alat dan Bahan Dalam Pemberian Obat melalui Jaringan Intrakutan
• Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
• Obat di tempatnya.
• Spuit 1 cc/spuit insulin
• Cairan pelarut
• Bak steril dilapisi kas steril (tempat spuit)
• Bengkok
• Perlak dan sayangnya.
D. Prinsip Dalam Pemberian Obat Melalui Jaringan Intrakutan
1) Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis
pasien, indikasi pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip
10 benar yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu
memberikan, benar cara memberikan, benar pemberian keterangan
tentang obat pasien, benar tentang riwayat pemakaian obat oleh pasien,
benar tentang riwayat alergi obat pada pasien, benar tentang reaksi

9
pemberian beberapa obat yang berlainan bila diberikan bersama-sama,
dan dokumentasi benar pemakaian obat.
2) Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah itu
2-3 kali 24 jam dari saat penyuntikan obat.
3) Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan.
4) Penting untuk memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada
penolakan pada suatu jenis obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab
penolakan, dan dapat mengkolaborasikannya dengan dokter yang
menangani pasien, bila pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan
setelah itu pemberian inform consent, maka pasien maupun keluarga yang
ingin menandatangani surat persetujuan untuk pembuktian penolakan
terapi.
5) Suntikan intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis
antibiotik, dilakukan dengan cara melarutkan antibiotik sesuai
ketentuannya, lalu mengambil 0,1 ce dalam spuit dan tambahkan
aquabidest 0.9cc dalam spuit, yang disuntikkan pada pasien hanya 0,1 cc.
6) Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD diambil 0,1
cc dalam spuit, untuk langsung disuntikan pada pasien
E. Prosedur Kerja Dalam Pemberian Obat Melalui Jardalam Intrakutan
• Cuci tangan
• Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
• Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan
panjang terbuka dan keatasan
• Pasang perlak/pengalas di bawah bagian yang akan disuntik
• Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan aquades.
Kemudian ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 ec dan
siapkan pada bak suntik atau steril.
• Desinfeksi dengan kapas alkohol pada daerah yang akan dilakukan injeksi
• Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik.
• Lakukan penusukan dengan lubang jarum menyuntikkan menghadap ke
atas dengan sudut 15-20 derajat di permukaan kulit.
• Suntikkkan sampai terjadi gelembung.
• Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.

10
• Cuci tangan dan katat hasil pemberian obat/tes obat, waktu, tanggal dan
jenis obat.

5. Secara Intra Muskular (IM)


Pemberian obat secara intra muskuler adalah Pemberian obat/cairan dengan cara
masukk an langsung ke dalam otot (muskulus). Memberikan obat dengan cara ini
dilakukan pada bagian tubuh yang berotot besar,agar tidak ada kemungkinan untuk
menusuk syaraf, misalnya pada bagian bokong, dan kaki bagian atas, atau pada
lengan bagian atas. Memberikan obat misalnya ini Memungkinkan obat akan
dilepaskan secara berkala dalam bentuk depot obat. Jaringan intramuskular:
terbentuk dari otot bergaris yang mempunyai banyak vaskularisasi (setiap 20 mm3
terdiri dari 200 otot dan 700 pemain darah). Aliran darah tergantung dari posisi otot
di tempat penyuntikkan.
A. Indikasi Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular.
Indikasi pemberian obat secara intramuskular biasa dilakukan pada pasien
yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan
diberikan secara oral,bebas dari infeksi,lesi kulit, jaringan parut,tonjolan
tulang,otot atau saraf besar dibawahnya. Pemberian obat secara intamuskular
harus dilakukan atas perintah dokter.
B. Kontra Indikasi Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular.
• Kontra Indikasi pemberian obat secara intramuskular:
Infeksi, Lesi kulit, Jaringan parut, Tonjolan tulang, Otot atau saraf besar
dibawahnya.
C. Daerah Penyuntikan Dalam Pemberian Obat Intramuskular.
• Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk
berbaring telentang dengan sedikit fieksi lutut.
• Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurap
atau telentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan
penyuntikan dalam keadaan fieksi.
• Pada daerah dorsogluteal dengan cara memberikan pasien untuk
tengkurap dengan lutut di putar ke arah dalam atau miring dengan lutut
bagian atas dan pinggul fieksi dan diletakkan di depan tiungkai bawah.

11
• Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk
duduk atau berbaring mendatar lengan atas fieksi.
D. Persiapan Alat dan Bahan Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular.
1) Daftar buku obat/catatan dan jadwal pemberian obat.
2) Obat yang dibutuhkan (obat di tempatnya).
3) Spuit dan jarum suntik sesuai dengan ukuran. Untuk orang dewasa
panjangnya
4) 2.5-3 cm,untuk anak-anak panjang 1,25-2,5 cm.
5) Kapas alkohol di tempatnya.
6) Cairan pelarut/aquades steril.
7) Bak instrumen/bak injeksi.
8) Gergaji ampul.
9) Bengkok.
10) Handscoon 1 pasang.
E. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Obat Secara Secara
Intramuskular.
• Tempat suntikan.
• Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
• Injeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
• Kondisi atau penyakit klien.
• Obat yang tepat dan benar.
• Dosis yang diberikan harus tepat.
• Pasien yang tepat.
• Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar
F. Prosedur Kerja Pemberian Obat Secara Intramuskular Secara Umum.
• Mencuci tangan.
• Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.
• Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosisnya. Setelah
itu letakkan di bak injeksi.
• Periksa tempat yang akan dilakukan peny untikan (perhatikan lokasi
penyuntikan).
• Desinfeksi dengan kapas alkohol pada tempat yang akan dilakukan
injeksi.

12
• Lakukan penyuntikan :
a) Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara, anjurkan pasien
untuk berbaring terlentang dengan lutut sedikit fleksi.
b) Pada ventrogluteal engan cara, anjurkan pasien untuk miring,
tengkurap atau terlentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang
akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi.
c) Pada daerah dorsogluteal dengan cara memberikan pasien untuk
tengkurap dengan lutut di putar kearah dalam atau miring dengan
lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diltakkan didepan iPhone
bawah.
d) Di daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk
duduk atau berbaring
• Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.
• Setelah masuk lakukan aspirasi spuit, bila tidak ada darah yang tertarik
dalam spuit,maka tekanlah spuit hingga obat masuk secara perlahan-lahan
hingga habis.
• Setelah selesai, tarik spuit dan tekan sambil di masase penyuntikan dengan
kapas alkohol,kemudian spuit yang telah digunakan diletakkan di dalam
bengkok.
• Catat reaksi pemberian, jumlah dosis, dan waktu pemb erian.
• Cuci tangan.

6. Secara subkutan (SC)


Memberi obat dengan cara subkutan adalah memasukkan obat ke dalam bagian
bawah kulit. tempat yang disarankan untuk injeksi ini adalah lengan bagian atas,
kaki bagian atas, dan daerah disekitar pusar. tujuan pemberian obat subkutan
bertujuan untuk memasukkan sejumlah toksin atau obat pada jaringan subkuta di
bawah kulit untuk menyerapnya.
A. Persiapan peralatan pemberian obat subkutan
Buku catatan pemberian obat
• kapas alkohol
• Sarung tangan sekali pakai
• Obat yang sesuai

13
• Spuit 2 ml dengan ukuran 25, panjang jarum 5/8 sampai ½ inci
• Bak muntah
• Baki obat
• Plester
• Kasa steril
• Bengkok
B. Prosedur
1) Cuci tangan
2) Siapkan obat sesuai dengan prinsip 5 benar
3) lokasi klie
4) Beri tahu prosedur kerja klien
5) Atur klien pada posisi yang nyaman
6) Pilih area penusukan
7) Pakai sarung tangan
8) Bersihkan area penusukan dengan kapas alkohol
9) Pegang kapas alkohol dengan jari tengah pada tangan non dominan
10) Buka tutup jarum
11) Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari tangan non dom
inan dengan ujung jarum menghadap ke atas dan menggunakan tangan
dominan,masukkan jarum dengan sudut 45° atau 90°.
12) Lepaskan tarikan tangan dan dominan
13) Tarik pendorong dan observasi ada darah pada spuit.
14) Jika tidak ada darah,masukan obat perlahan-lahan.jika ada darah tarik
kembali jarum dari kulit tekan tempat penusukan selama 2 menit,dan
observasi adanya memar, jika perlu berikan plester, siapkan obat yang
baru.
15) Cabut jarum dengan sudut yang sama ke tika jarum di masukan sambil
melakukannya enekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area
penusukan.
16) Jika ada pendarahan,tekan area itu dengan menggunakan kasa steril
sampai pendarahan berhenti.
17) Kembalikan posisi klien
18) Buang alat y ang sudah tidak dipakai

14
19) Buka sarung tangan
20) Cuci tangan dan katat hasil pemberian obat/ tes obat, tanggal waktu dan
jenis obat, serta reaksinya setelah penyuntikan (jika ada)

7. Pemberian Obat Pada Kulit


Memberikan obat pada kulit merupakan pemberian obat dengan mengoleskannya
dikulit yang bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit,
mengurangi iritasi kulit atau mengatasi infeksi. Jenis obat kulit yang diberikan
dapat bermacam-macam seperti krim, losion, aerosol dan spray.
A. Persiapan alat dan bahan:
• Obat di tempatnya (seperti krim, losion, aerosol dan sray).
• Anatomi pinset.
• Kain kasa
• Kertas tisu
• Balutan.
• Pengala.
• Air sabun, air hangat.
• Sarung tangan.
B. Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Menjelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan tindakan.
4) Gunakan sarung tangan.
5) Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila
terdapat kulit mengambil) dan menggunakan pinset anatomis.
6) Berikan obar sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti
mengoleskan dan mengompres.
7) Kalau perlu, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah yang diobati.
8) Cuci tangan.

8. Pemberian obat melalui rectum/anus


Memberikan obat melalui rectum merupakan pemberian obat dengan memasukan
obat melalui anus dan kemudian raktum, dengan tujuan memberikan efek local dan

15
sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat Supositotia yang
bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah
fases, dan merangsang buang air besar. Pemberian obat yang memiliki efek lokal,
seperti Dulcolac Supositoria, berfungsi untuk meningkatkan defekasi secara lokal.
Pemberian obat dengan efek sistemik, seperti obat Aminofilin Supositoria,
berfungsi mendilatasi Bronkhus. Pemberian obat Supositoria ini diberikan tepat
pada dinding Rektal yang melewati sphincter ani interna. Konta indikasi pada
pasien yang mengalami pembedahan rectal.
A. Persiapan alat dan bahan:
• Obat Supositoria dalam tempatnya.
• Sarung tangan.
• Kain kasa.
• Vaseline/pelican/pelumas.
• Kertas tisu.
B. Prosedur kerja
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3) Gunakan satung tangan.
4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
5) Oleskan pelicin pada ujung oabat Supositoria.
6) Regangkan glutea dengan tangan kiri. Kemudian masukan Supositiria
secara berlahan melalui anus, Sphincher ana interna, serta mengenai
dinding rectal ± 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.
7) Setelah selesai, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan
tisu.
8) Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama + 45
menit.
9) Setelah selesai, lepaskan sarung tangan kedalam bengkok
10) Cuci tangan.
11) Catat obat, jumblah dosis, dan cara pemberian.

16
9. Pemberian Secara Sublingual
Obat dapat diberikan pada pasien secara sublingual yaitu dengan cara meletakkan
obat di bawah lidah. Meskipun cara ini jarang dilakukan, namun perawat harus
mampu melakukannya. Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih cepat yaitu setelah
hancur di bawah lidah maka obat segera mengalami absorbsi ke dalam pembuluh
darah. Cara inijuga mudah dilakukan dan pasien tidak mengalami kesakitan. Pasien
diberitahu untuk tidak menelan obat karena bila ditelan, obat menjadi tidak aktif
oleh adanya proses kimiawi dengan cairan lambung. Untuk mencegah obat tidak
di telan, maka pasien diberitahu untuk membiarkan obat tetap di bawah lidah
sampai obat menjadi hancur dan terserap. Obat yang sering diberikan dengan cara
ini adalah nitrogliserin yaitu obat vasodilator yang mempunyai efek vasodilatasi
pembuluh darah. Obat ini banyak diberikan pada pada pasien yang mengalami
nyeri dada akibat angina pectoris. Dengan cara sublingual, obat bereaksi dalam satu
menit dan pasien dapat merasakan efeknya dalam waktu tiga menit (Rodman dan
Smith, 1979).

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pasien memiliki hak untuk mendapatkan informasi dan pasien dapat
mengajukan pengaduan atau gugatan jika merasa dirugikan atau dibahayakan oleh
kesalahan pemberian obat oleh perawat. Sedangkan Rumah sakit dapat bertanggung
jawab secara hukum jika terjadi kesalahan pemberian obat oleh perawat yang
disebabkan oleh kelalaian atau kekurangan rumah sakit. Perawat telah memberikan
konstribusi besar dalam peningkatan, akan digunakan untuk mendorong berbagai pihak
untuk mengesahkan Rancangan Undang-Undang Praktik keperawatan. Tidak adanya
undang-undang perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara penuh belum
dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan. Konsil
keperawatan bertujuan untuk melindungi masyarakat, menentukan siapa yang boleh
menjadi anggota komunitas profesi (mekanisme registrasi), menjaga kualitas pelayanan
dan memberikan sangsi atas anggota profesi yang melanggar norma profesi
(mekanisme pendisiplinan). RUU Praktik Perawat, selain mengatur kualifikasi dan
kompetensi serta pengakuan profesi perawat, kesejahteraan perawat, juga diharapkan
dapat lebih menjamin perlindungan kepada pemberi dan penerima layanan kesehatan
di Indonesia.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan perawat untuk tanggap dalam
memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan dan kompleks, memberikan
tindakan keperawatan langsung,memberikan pelayanan keperawatan disarana
kesehatan dan tatanan lainnya, memberikan pengobatan dan tindakan medik
terbatas, imunisasi, dan menulis permintaan obat, melaksanakan program
pengobatan secara tertulis dari dokter. Untuk menunjang kegiatan tersebut seorang
perawat diharapkan terdaftar pada badan resmi baik milik pemerintah maupun non
pemerintah.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kampusperawat.com/keamanan-dalam-pemberian-obat/

https://slideum.com/doc/352301/legal-etik-keperawatan-dalam-pemberian-obat

https://www.blogperawat.net/2020/04/peran-perawat-dan-hak-pasien-dalam.html

19

Anda mungkin juga menyukai