Dosen Pengampu :
Hepta Nur A., S.Kep., Ns., M.Kep.
NIP :1980032520050012004
Penyusun :
Winica Sucahyati
NIM : P278207230894
TINGKAT 1 REGULER B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
JENJANG SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
TAHUN AJARAN 2023-2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
karunia dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Istilah dalam
Patient Safety”. Terima kasih untuk kedua orang tua saya yang telah memberikan segala
kebutuhan sehingga saya mampu dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan artikel ini, saya menemui berbagai kendala dan kesulitan, namun dengan
rahmat Allah SWT hadir dengan kesabaran, ketekunan dan usaha serta pertolongan dari para
pihak yang telah tulus dalam ikhlas membantu baik fasilitas tenaga dan pikiran. Sehingga,
makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Untuk itu, saran dan kritik sangat penting bagi saya demi terciptanya tujuan
yang ingin dicapai.
Atas bantuan dan kritikan serta saran dari berbagai pihak, maka saya mengucapkan terima
kasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 14
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
Seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran dan keperawatan, perawat telah
menjadi bagian integral dalam menjaga keamanan dan kesejahteraan pasien. Pada
awalnya, perawat hanya bertanggung jawab dalam memberikan perawatan fisik kepada
pasien. Namun, seiring berjalannya waktu, peran perawat telah berkembang menjadi lebih
kompleks dan melibatkan aspek-aspek lain yang mempengaruhi keamanan pasien, seperti
pengelolaan obat-obatan, pengawasan terhadap infeksi, dan identifikasi risiko pada pasien.
Peran perawat dalam pasien safety juga mencakup adanya perubahan dalam pendekatan
dalam memberikan asuhan keperawatan. Dulu, perawat lebih cenderung bersifat reaktif
dan hanya bertindak ketika ada masalah yang muncul. Namun, sekarang perawat lebih
proaktif dalam mengidentifikasi kemungkinan risiko dan mengambil langkah-langkah
pencegahan yang tepat. Perawat juga berperan dalam menyediakan edukasi kepada pasien
dan keluarga mengenai langkah-langkah yang dapat mereka lakukan untuk menjaga
keamanan pasien di rumah atau di lingkungan sekitar mereka. Perawat bekerja sama
dengan dokter, farmasis, dan tenaga medis lainnya untuk memastikan keamanan pasien
terjaga dengan baik.
Setiap perawat diharapkan untuk dapat meningkatkan komunikasi yang efektif antara
tim perawatan dan pasien. Dengan menjalin hubungan yang baik dan saling percaya,
perawat dapat lebih mudah mendapatkan informasi mengenai keadaan pasien, termasuk
riwayat medis dan alergi yang perlu diperhatikan dalam perawatan. Selain itu, perawat
juga harus memberikan edukasi yang komprehensif kepada pasien dan keluarga mengenai
perawatan yang diberikan, termasuk risiko dan manfaatnya. Dengan demikian, pasien
dapat lebih aktif dalam mengambil keputusan terkait perawatan mereka dan lebih
memahami pentingnya keselamatan dalam pelayanan kesehatan.
1.3 Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana peran perawat dalam pasien safety
2. Untuk menjabarkan apa saja yang harus diketahui oleh perawat terhadap pasiennya
3. Untuk menjabarkan apa saja antisipasi perawat dalam mencegah kejadian tidak
diharapkan
2
BAB II PEMBAHASAN
3
dalam proses pelayanan kesehatan. Selain memiliki andil dalam proses perawatan, perawat
juga memiliki sejumlah posisi dalam proses pencegahan infeksi yang terjadi di rumah
sakit. Kedekatan dan intensitas perawat-pasien membuat perawat berperan menjadi ujung
tombak upaya pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit. Infeksi nosokomial adalah
masuknya kuman penyakit yang timbul saat pasien dirawat di rumah sakit. Infeksi-infeksi
inilah yang semestinya dicegah demi terjaganya keselamatan pasien khususnya saat masih
dalam asuhan rumah sakit. Metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi
nosokomial adalah teknik aseptik. Teknik ini digunakan pada setiap prosedur dan peralatan
invasif seperti kateter urin. Prosedur ini harus dilakukan pada tempatnya untuk
meminimalisir risiko infeksi. Jika telah melakukan prosedur teknik aseptik ini,
diperkirakan 30% dari infeksi nosokomial dapat dicegah. Perawat diharuskan menjalankan
seluruh teknik aseptik ini demi mencegah terjadinya infeksi nosokomial yang
menimbulkan banyak kerugian bagi pasien maupun bagi rumah sakit.
Menurut Stevens dkk (2012), badan pasien akan mengalami reaksi terhadap masuknya dan
atau terjadi perbanyakan mikroorganisme. Suatu infeksi akan menimbulkan sejumlah
gejala pada pasien. Diantara gejala infeksi antara lain :
a. Lingkungan yang terinfeksi memerah
b. Peningkatan suhu, tempat yang terinfeksi menjadi lebih panas, bisa juga timbul
demam yang tinggi
c. Pembengkakan dari tempat yang tertuju
d. Sakit
e. Terjadinya fungsi yang terganggu dari bidang yang terinfeksi, pasien merasakan
dirinya sakit dan fungsi organ yang terinfeksi terganggu.
4
Terdapat sejumlah tindakan higienis yang dapat dilakukan oleh perawat dalam prosedur
perawatan yang berisiko menyebabkan infeksi, antara lain:
(1) Mencuci tangan,
(2) Prawatan kateter vena sentral,
(3) Perawatan kateter uretra jangka pendek pada perawatan akut,
(4) Mencuci dan disinfeksi,
(5) Sterilisasi.
Pelaksanaan cuci tangan juga dilakukan selama 10-15 detik, dengan waktu:
1. Sebelum bersentuhan dengan pasien
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik
3. Sesudah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien
4. Sesudah bersentuhan dengan lingkungan pasien
5. Sesudah bersentuhan dengan pasien
Perawat juga memiliki kewajiban untuk dapat mewujudkan patient safety. Perawat secara
profesionalisme harus mempunyai yaitu knowledge, skill, dan attitude, karena setiap
perawat memiliki beban kerja terlalu tinggi, maka dapat menimbulkan terjadinya
kesalahan dan dapat mengakibatkan pasien yang dilayaninya beresiko jatuh (Sochalski
(2004). Peran perawat yang berkualitas sangat penting dalam dunia kesehatan. Sebagai
anggota tim perawatan kesehatan, perawat memiliki peran yang krusial dalam memberikan
perawatan yang berkualitas kepada pasien.
Karakteristik Perawat yang Berkualitas, seperti:
1. Empati
Perawat perlu memiliki kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan
dan pengalaman pasien. Kemampuan berempati membantu perawat memberikan
dukungan emosional dan memahami kebutuhan pasien.
2. Keterampilan Komunikasi
Mereka harus mampu berkomunikasi dengan baik dengan pasien, keluarga pasien,
serta anggota tim medis lainnya. Kemampuan komunikasi yang baik membantu
perawat memahami kebutuhan pasien, memberikan informasi yang jelas, dan
membangun hubungan yang baik dengan pasien dan keluarganya.
3. Keterampilan Klinis
Perawat harus memiliki pengetahuan yang luas tentang penyakit, perawatan, dan
prosedur medis terkini. Keahlian klinis yang tinggi memungkinkan perawat untuk
memberikan perawatan yang aman, efektif, dan berkualitas tinggi kepada pasien.
5
4. Etika Profesional
Perawat diharapkan untuk bertindak dengan integritas dan menjaga standar etika
profesional. Ini mencakup sikap perawat yang dapat menjaga kerahasiaan pasien,
menghormati hak-hak pasien, dan bertindak sesuai dengan kode etik profesi.
5. Kemampuan Pengambilan Keputusan
Perawat sering dihadapkan pada situasi yang memerlukan pengambilan keputusan
cepat. Mereka perlu memiliki kemampuan untuk mengevaluasi informasi dengan
cepat dan membuat keputusan yang tepat untuk memberikan asuhan yang terbaik
bagi pasien.
6. Kemampuan Bekerja dalam Tim
Perawat bekerja dalam kolaborasi dengan berbagai anggota tim kesehatan,
termasuk dokter, terapis, dan petugas kesehatan lainnya. Kemampuan untuk
bekerja dalam tim dan berkoordinasi dengan baik sangat penting.
7. Keterampilan Manajemen Waktu
Karena perawat sering memiliki beban kerja yang tinggi, keterampilan manajemen
waktu yang baik diperlukan. Mereka harus dapat mengatur waktu dengan efisien
untuk memberikan perawatan yang berkualitas dan memenuhi tuntutan pekerjaan.
8. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional melibatkan kemampuan untuk mengelola emosi sendiri dan
orang lain. Ini membantu perawat menghadapi stres dan tekanan dalam lingkungan
kerja yang seringkali menantang.
9. Fleksibelitas
Lingkungan kesehatan dapat berubah dengan cepat, dan perawat perlu dapat
beradaptasi dengan perubahan tersebut. Fleksibilitas membantu perawat mengatasi
tantangan dan memberikan asuhan yang responsif.
Kinerja perawat dipengaruhi oleh 3 variabel yaitu variabel individu, variabel organisasi
dan variabel psikologis. Variabel individu, terdiri dari kemampuan, keterampilan,
pengetahuan, demografi dan latar belakang keluarga, variabel psikologis terdiri dari
persepsi, sikap, motivasi, kepribadian dan belajar. Sedangkan variabel organisasi terdiri
dari sumber daya, imbalan, beban kerja, struktur, supervisi dan kepemimpinan
(Firmansyah 2009). Profesionalitas setiap tenaga kesehatan tersebut harus tetap dipelihara
dan ditingkatkan dalam rangka mempertahankan standar mutu yang tinggi.
6
2.2 Kebutuhan Dasar Pasien yang Perlu Diketahui
Menurut Sharp et al., (2019) peran perawat sangat besar dalam keberhasilan pelayanan
khususnya keselamatan pasien, perawat harus memberikan perhatian penuh, mencari
informasi kesehatan pasien untuk mendukung perencanaan tindakan. Eriksson et al.,
(2018) mengutarakan bahwa cara penyampaian informasi dan edukasi oleh perawat sangat
bermanfaat bagi kesehatan pasien. Dalam menjalankan perannya, seorang perawat harus
memiliki komitmen memberikan tindakan sesuai dengan prosedur dan ilmu yang
dimilikinya. Setiap perawat wajib memiliki tanggung jawab untuk melakukan:
1. Assesment (Pengkajian) : menemukan status kesehatan pasien saat ini dan saat
lalu serta potensi risiko (keselamatan psien)
2. Diagnosa : melakukan penetapan diagnosa/masalah keperawatan
3. Planning : membuat rencana asuhan keperawatan
4. Implementation : melaksanakan asuhan sesuai perencanaan
5. Evaluation : melakukan evaluasi terhadap respon pasien pada saat pemeriksaan
Komitmen profesional perawat secara signifikan dan positif berhubungan dengan
keselamatan pasien (Al-Hamdan et al., 2017). Para perawat memiliki tanggung jawab
untuk melihat pasien sebagai individu yang unik, dengan kebutuhan dan preferensi yang
berbeda. Pandangan ini didasarkan pada rasa empati dan pengertian terhadap kondisi fisik
dan psikologis pasien. Dalam pandangan perawat, setiap pasien membutuhkan perhatian
yang penuh, penghargaan, dan penghormatan terhadap hak-hak mereka. Para perawat
harus berusaha memahami nilai-nilai dan tradisi pasien, serta memastikan bahwa
perawatan yang diberikan tidak melanggar prinsip-prinsip etika dan kepercayaan individu
tersebut. Kesetaraan dan keadilan harus dijunjung tinggi, sehingga semua pasien
mendapatkan perlakuan yang adil dan tidak diskriminatif. Sejumlah ahli memaparkan
kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup. Konsep kebutuhan dasar manusia wajib
dikuasai agar perawat mengetahui sesunggunya hakikat kebutuhan dasar manusia. Dengan
demikian, perawat memahami apa saja kebutuhan pasien yang semestinya terpenuhi.
Dalam memenuhi kebutuhan, manusia tentu menyesuaikan diri dengan prioritas atau hal
penting yang lebih urgen untuk dipenuhi. Lima Tingkat Kebutuhan Dasar Manusia,
Menurut Abraham Maslow (dalam Kasiati dkk, 2016) :
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan paling mendasar bagi manusia dan menjadi
prioritas tertinggi dalam Teori Kebutuhan Maslow. Kebutuhan fisiologis adalah
kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi agar individu dapat bertahan hidup
7
dan berfungsi secara optimal. Kebutuhan fisiologis ini meliputi kebutuhan akan
makanan, air, udara, tempat tinggal, dan tidur yang cukup. Tanpa pemenuhan
kebutuhan ini, individu dapat mengalami gangguan kesehatan dan bahkan
kematian.
2. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Kebutuhan ini adalah kebutuhan kedua, di mana setiap manusia membutuhkan
rasa aman dan nyaman dalam hidupnya. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat penting. Rasa aman
adalah keadaan dimana seseorang merasa bebas dari bahaya dan ancaman, baik
secara fisik maupun psikologis. Sedangkan rasa nyaman adalah keadaan dimana
seseorang merasa tenang, puas, dan tidak terganggu oleh hal-hal yang mengganggu
kesejahteraannya. Kebutuhan rasa aman dan nyaman terbagi menjadi dua yakni
perlindungan fisik dan perlindungan psikologis. Perlindungan fisik meliputi
perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup seperti penyakit, kecelakaan,
bahaya lingkungan dan sebagainya. Sementara itu, perlindungan psikologis
merupakan perlindungan atas ancaman yang datang dari pengalaman yang baru
dan asing. Kedua kebutuhan ini saling berkaitan dan penting untuk menjaga
keseimbangan dan kualitas hidup seseorang.
3. Kebutuhan Rasa Cinta dan Kasih Sayang
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki. Kebutuhan rasa
cinta dan kasih sayang merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat
penting. Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dan hubungan
yang penuh kasih sayang dengan sesama. Rasa cinta dan kasih sayang dapat
memberikan kebahagiaan, kepuasan emosional, serta memperkuat ikatan
antarindividu. Ketika seseorang merasa dicintai dan diperhatikan, ia akan merasa
lebih aman, lebih percaya diri, dan lebih optimis dalam menghadapi kehidupan
sehari-hari. Dalam hubungan yang penuh kasih sayang, seseorang dapat merasa
didukung dan dihargai, sehingga dapat mengurangi stres dan meningkatkan
kesejahteraan secara keseluruhan. Tanpa adanya kebutuhan ini, manusia mungkin
merasa terisolasi dan kesepian.
4. Kebutuhan Harga Diri
Kebutuhan selanjutnya adalah kebutuhan akan harga diri maupun perasaan
dihargai oleh orang lain. Kebutuhan harga diri adalah salah satu kebutuhan dasar
manusia yang penting dalam memenuhi kehidupan sehari-hari. Harga diri dapat
8
diartikan sebagai penghargaan dan pengakuan yang diberikan kepada individu
terhadap keberadaannya, kemampuannya, dan prestasinya. Kebutuhan akan harga
diri yang terpenuhi akan mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang,
meningkatkan motivasi, dan memberikan rasa percaya diri yang tinggi.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan yang terakhir adalah kebutuhan yang tertinggi dalam hierarki Teori
Kebutuhan Maslow. Kebutuhan aktualisasi merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia yang menjadi fokus penting dalam perkembangan pribadi dan pemenuhan
potensi individu. Kebutuhan ini berkaitan dengan dorongan manusia untuk
mencapai kehidupan yang bermakna, mengembangkan diri, dan mencapai potensi
terbaiknya. Dalam konteks ini, kebutuhan aktualisasi melibatkan pengembangan
keterampilan, peningkatan pengetahuan, dan pencapaian tujuan hidup yang
memberikan kepuasan dan kebahagiaan. Pentingnya kebutuhan aktualisasi terletak
pada meningkatkan kualitas hidup individu, baik secara pribadi maupun
profesional. Ketika seseorang dapat memenuhi kebutuhan aktualisasi, mereka
merasa memiliki tujuan hidup yang jelas dan merasa puas dengan pencapaian
mereka. Hal ini membantu meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi individu
untuk terus berkembang dan mencapai potensi terbaiknya.
Dalam prosesnya, setiap kebutuhan tersebut harus dipenuhi. Jika tidak, maka tentu saja
keseimbangan hidup manusia tersebut akan terganggu. Misalnya saja, saat seseorang
membutuhkan oksien sebagai kebutuhan fisiologisnya dan merupakan kebutuhan yang
paling mendasar, maka seseorang akan terganggu kehidupannya. Di sisi lain, terdapat
manfaat yang timbul saat hal hal yang harus diperhatikan tersebut dapat terlaksana dengan
baik, yakni:
1. Sistem patient safety meningkat dan berkembang
2. Berkembangnya pengetahuan mengenai berkomunikasi dengan pasien
3. Faktor KTD menurun (peta KTD selalu ada dan terbarui)
4. Resiko klinis dapat menurun
5. Keluhan dan litigasi berkurang
6. Citra rumah sakit dan kepercayaan dari masyarakat meningkat.
7. Meningkatnya mutu pelayanan
Seluruh kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan dasar manusia yang sudah semestinya
dipenuhi. Namun, saat sakit, seorang manusia dalam hal ini pasien tentu tidak dapat
melakukan sesuatu atau mengalami hambatan dalam memenuhi kebutuhannya. Untuk
9
itulah, perawat ada dan bertugas untuk membantu pasien agar dapat kembali memenuhi
kebutuhan dirinya dan memenuhi konsep dirinya sebagai manusia.
10
b. Suhu Tubuh
Suhu permukaan tubuh (kulit, jaringan sub kutan dan lemak) berfungsi sesuai
respon terhadap faktor lingkungan yang tidak ajeg. Suhu tubuh adalah salah satu
tanda vital penting yang harus diperhatikan dalam pemantauan kesehatan
seseorang. Suhu tubuh menggambarkan keadaan termal tubuh, yang dapat
memberikan petunjuk tentang kondisi kesehatan seseorang. Suhu tubuh normal
pada manusia biasanya berkisar antara 36 hingga 37 derajat Celsius. Namun,
suhu tubuh juga dapat berfluktuasi tergantung pada aktivitas fisik, lingkungan,
dan kondisi kesehatan individu. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dengan
menggunakan termometer khusus, seperti termometer digital atau termometer
dahi inframerah. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan dengan hati-hati dan
akurat untuk mendapatkan hasil yang valid. Idealnya, pengukuran suhu tubuh
dilakukan pada area tubuh yang paling representatif, seperti mulut, anus, atau
ketiak. Setelah mengukur suhu tubuh, hasilnya harus dicatat dalam catatan
medis untuk pemantauan dan evaluasi lebih lanjut. Perubahan suhu tubuh dapat
menjadi indikator adanya perubahan kesehatan seseorang. Suhu tubuh yang
tinggi (demam) dapat menjadi tanda adanya infeksi atau penyakit lain dalam
tubuh. Sebaliknya, suhu tubuh yang terlalu rendah dapat menunjukkan
hipotermia atau keadaan lain yang mempengaruhi sirkulasi darah. Oleh karena
itu, pemantauan suhu tubuh merupakan langkah penting dalam diagnosis dan
perawatan medis.
c. Denyut Nadi
Denyut nadi adalah salah satu tanda vital manusia. Dalam Wahid (2012), denyut
nadi dapat dibagi menjadi dua, yakni denyut nadi apikal dan perifer. Denyut
nadi apikal adalah denyut yang dirasakan pada daerah apeks jantung. Sementara
untuk denyut perifer, merupakan denyut yang dirasakan pada perifer tubuh
seperti leher, pergelangan dan kaki. Pada pasien yang sehat, laju denyut dari
denyut nadi perifer sama dengan denyut jantung. Perubahan akan kondisi
kesehatan pasien bisa memperlemah denyut perifer dan akan kesulitan dideteksi.
Maka, pengkajian denyut nadi merupakan salah satu elemen vital pasien yang
sangatlah penting. Denyut nadi adalah salah satu tanda vital yang penting untuk
diawasi dalam pemantauan kesehatan seseorang. Denyut nadi menggambarkan
jumlah detak jantung dalam satu menit. Mengukur denyut nadi dapat
memberikan informasi penting tentang keadaan kardiovaskular seseorang.
11
Biasanya, denyut nadi diukur dengan menghitung jumlah detak jantung per
menit melalui arteri yang dapat dirasakan, seperti arteri radial di pergelangan
tangan atau arteri karotis di leher. Mengukur denyut nadi dapat memberikan
petunjuk tentang tingkat kecepatan jantung seseorang. Normalnya, denyut nadi
orang dewasa berkisar antara 60 hingga 100 denyut per menit. Jika denyut nadi
seseorang terlalu lambat (bradikardia) atau terlalu cepat (takikardia), ini dapat
menjadi indikasi adanya masalah kesehatan. Misalnya, bradikardia dapat terjadi
pada seseorang yang sedang kekurangan oksigen atau memiliki gangguan
jantung tertentu, sedangkan takikardia dapat disebabkan oleh faktor seperti
kelelahan, stres, atau penyakit jantung.
d. Frekuensi Pernafasan
Hal yang perlu diketahui dari pernafasan adalah memeriksa apakah adanya
ketidakaturan saat seseorang bernafas. Cara mengukur pernafasan, hal yang
perlu dilakukan adalah menyiapkan arloji, buku, alat tulis, sphygmomanometer
air raksa atau jarum yang siap dipakai, stetoskop. Caranya menghitung
pernafasan adalah melihat naik turunnya dada sambil memegang pergelangan
tangan pasien. lalu, menghitung jarum detik menghitung jumlah pernafasan 30
detik dikalikan dua untuk mengetahui kecepatannya. Jika normal, maka perlu
dihitung kecepatan nafasnya dalam satu menit penuh.
2. Cara Pemberian Obat Pada Pasien Oleh Perawat
Peran perawat dalam pemberian obat kepada pasien sangatlah penting dan memegang
tanggung jawab besar dalam proses ini. Perawat memiliki pengetahuan yang
mendalam mengenai jenis obat, dosis yang tepat, serta cara pemberian yang aman dan
efektif. Mereka harus memastikan bahwa obat yang diberikan sesuai dengan resep
dokter, mengikuti protokol yang telah ditetapkan, dan memperhatikan kondisi
kesehatan pasien secara keseluruhan. Untuk itulah, tidak salah jika pemberian obat ini
termasuk dalam peran perawat dalam patient safety. Pencegahan KTD, tentunya
berkaitan dengan pemberian obat. Di mana, kasus kesalahan pemberian obat juga bisa
saja terjadi dan mengakibatkan KTD. Untuk itulah, perawat sudah semestinya untuk
memiliki tanggung jawab antara lain:
a. Memahami aksi dan efek samping tidur.
b. Memberikan obat dengan benar.
c. Memonitor respon pasien.
d. Membantu pasien menggunakan obat dengan benar.
12
Sementara itu, berbagai macam obat memiliki cara penggunaanya masing-masing.
Secara keseluruhan, peran perawat dalam pemberian obat kepada pasien sangatlah
penting dan kompleks. Mereka bertanggung jawab untuk memastikan bahwa obat
yang diberikan sesuai dengan resep dokter, dosisnya tepat, dan pemberian obat
dilakukan dengan aman dan efektif. Melalui pemahaman yang mendalam mengenai
jenis obat dan kerjasama dengan tim medis, perawat dapat menjalankan tujuan pasien
safety yang optimal.
13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam kesimpulannya, peran perawat adalah sangat penting dalam sistem perawatan
kesehatan. Mereka tidak hanya memberikan perawatan langsung kepada pasien, tetapi juga
berkontribusi dalam pencegahan penyakit, promosi kesehatan, dan manajemen perawatan.
Upaya meningkatkan pasien safety, penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap masalah ini. Salah satu faktor yang sering ditemukan adalah
kurangnya kesadaran dan pengetahuan tenaga medis tentang pentingnya keselamatan
pasien. Hal ini dapat diatasi melalui pelatihan dan pendidikan yang terus-menerus kepada
seluruh tenaga medis agar mereka memahami pentingnya mengikuti prosedur dan protokol
yang telah ditetapkan. Perawat juga berperan sebagai pendidik dan mediator antara pasien
dan tim medis. Dengan latar belakang peran mereka yang penting ini, perawat berperan
dalam meningkatkan kualitas perawatan kesehatan dan menciptakan lingkungan
perawatan yang aman dan efektif. Secara keseluruhan, peran perawat dalam menjaga
keselamatan pasien sangat penting. Mereka bertanggung jawab untuk memberikan
perawatan yang aman, edukasi kepada pasien, dan melaporkan insiden keselamatan.
Dengan melakukan tugas-tugas mereka dengan profesional, perawat dapat memastikan
keselamatan dan kualitas perawatan yang optimal bagi pasien.
3.2 Saran
Sebagai perawat yang bertanggung jawab atas keselamatan pasien, ada beberapa saran
yang dapat diberikan untuk menjaga keamanan mereka. Pertama, penting bagi perawat
untuk selalu menjaga kebersihan diri dan menjalankan prosedur kebersihan yang tepat. Hal
ini termasuk mencuci tangan secara berkala, mengenakan pakaian pelindung, serta
membersihkan dan mendisinfeksi peralatan medis dengan benar. Selain itu, perawat juga
perlu mengembangkan kemampuan dalam mengamati dan mengidentifikasi tanda-tanda
bahaya pada pasien. Jika ada perubahan yang mencurigakan, perawat harus segera
melaporkannya kepada dokter atau tim medis lainnya. Terakhir, perawat juga perlu
mengedukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya keselamatan pasien. Dengan
memberikan edukasi yang tepat, perawat dapat membantu pasien dan keluarga memahami
pentingnya peran aktif dalam menjaga keselamatan pasien.
14
DAFTAR PUSTAKA
Halawa, A., Setiawan, S., & Syam, B. (2021). Persepsi Perawat tentang Peran dalam
Meningkatkan Keselamatan Pasien. Journal of Telenursing (JOTING), 3(1), 73–84.
https://doi.org/10.31539/joting.v3i1.2096
Indrayadi, I., Oktavia, N. A., & Agustini, M. (2022). Perawat dan Keselamatan Pasien:
Studi Tinjauan Literatur. Jurnal Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan, 5(1),
62–75. https://doi.org/10.32584/jkmk.v5i1.1465
Rachmawati, N., & Harigustian, Y. (2019). Manajemen Patient Safety Konsep Dan
Aplikasi Patient Safety Dalam Kesehatan. Pt. Pustaka Baru, 1–200. Retrieved from
http://repository.akperykyjogja.ac.id/330/1/Manajemen Patient Safety_Konsep %26
Aplikasi Patient Safety dalam Kesehatan.pdf
Retraningsih, D., & Fatmawati, D. (2016). Beban Kerja Perawat terhadap Implementasi
Patient safety. The Soedirman Journal Of Nursing, 11(1), 44–52.
15