Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KEPERAWATAN

Disusun Oleh:

Kelompok

1. Aini Wulan Matahari


2. Nur Seha
3. Putri Diah Pitaloka

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA DHARMA
HUSADA
TANGERAN
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Terima
kasi kami ucapkan kepada Bapak/Ibu Dosen pembimbing yang telah memberika
bimbingan dan motivasi kepada kami dalam penulisan makalah ini. Terima kasih juga
kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan bantuan dan
dukungannya.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang
keperawatan. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Tangerang, 5 Desember 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Peran Perawat Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan.................................6
2.2 Tantangan Utama Yang Dihadapi Oleh Perawat...............................................7
2.3 Peran Perawat Dalam Penanganan Tuberkulosis...............................................11
2.4 Peran Teknologi Dalam Meningkatkan Efisiensi Dan Efektivitas....................15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perawat adalah tulang punggung pelayanan kesehatan di rumah sakit mereka
harus siaga 24 jam untuk melakukan tugas-tugas rutin dan menghadapi berbagai
situasi darurat seperti kondisi kesehatan pasien yang kritis, menghadapi kesulitan
keluarga pasien dan sebagainya. Kalangan pekerja kesehatan perawat masih dianggap
sebagai pekerja kelas 2 di bawah dokter, sehingga profesionalisme seolah-olah hanya
di perlukan untuk dokter.
Sebagai suatu profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi,
keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari
eksternal tapi piga dari internal profesi ini sendiri perawat dituntut memiliki skill
yang memadai untuk menjadi seorang perawat profesional Seiring dengan
berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan menuntut
perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang. Saat ini
perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang pasien secara. komprehensif.
Pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi harus ditata dan
dikembangkan secara terarah, berencanaan dan terkendalikan sebagai bagian dari
sistem pendidikan tinggi nasional. Munculnya sistem pendidikan tinggi keperawatan
di Indonesia, diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang memiliki sikap,
pengetahuan dan keterampilan profesional keperawatan sehingga berkemampuan
untuk menjalankan perannya dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Tuberkulosis (TB) tetap menjadi masalah kesehatan global yang signifikan,
mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia setiap tahunnya. Sebagai penyakit
menular yang dapat menyerang berbagai organ tubuh, TB menuntut perhatian serius
dalam penanganan dan pencegahannya. Perawatan dan pengawasan yang efektif
menjadi kunci untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini. Dalam konteks ini,
peran perawat bukan hanya penting dalam memberikan perawatan klinis, tetapi juga
dalam edukasi masyarakat, pencegahan penularan, dan manajemen kasus yang
holistik. Untuk lebih memahami dampak dan tantangan penanganan TB, penting
untuk menjelajahi peran perawat dalam konteks penyakit ini.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, berikut merupakan rumusan masalah yang akan
dibahas pada makalah ini:
1. Bagaimana peran perawat dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di
rumah sakit?
2. Apa tantangan utama yang dihadapi oleh perawat dalam praktik keperawatan di
lingkungan klinis?
3. Bagaimana peran perawat dalam menangani pasien dengan penyakit
tuberculosis?
4. Bagaimana peran teknologi dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas
praktik keperawatan?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mngevaluasi dampak keberadaan profesional
perawat pada kualitas perawatan dan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Mengidentifikasi tantangan utama yang dihadapi oleh perawat dalam praktik
keperawatan di lingkungan klinis dan mencari solusi terbaik untuk mengatasinya.
Dan Mengungkapkan peran teknologi dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas
praktik keperawatan di rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Peran Perawat Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Perawat adalah tenaga kesehatan yang memiliki peran penting dalam
memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien. Mereka tidak hanya melakukan
asuhan keperawatan, tetapi juga berperan dalam menjaga mutu pelayanan kesehatan.
Di unit perawatan intensif, perawat memiliki peran besar dalam merawat pasien kritis
dan menjaga mutu pelayanan, termasuk dalam mencegah terjadinya komplikasi dan
kondisi memburuk pada pasien. Mereka juga berkolaborasi dengan tim medis lainnya
untuk memastikan keselamatan dan kualitas pelayanan pasien. Dengan demikian,
perawat merupakan bagian integral dalam sistem pelayanan kesehatan, terutama
dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Peran perawat dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah
sakit sangat penting. Mereka tidak hanya memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien, tetapi juga berperan dalam menjaga mutu pelayanan. Di unit perawatan
intensif, perawat memiliki peran besar dalam mengelola pasien kritis dan menjaga
mutu pelayanan, termasuk dalam mencegah terjadinya komplikasi dan infeksi. Selain
itu, perawat juga terlibat dalam perawatan luka, merencanakan pemulangan pasien,
dan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya. Penelitian juga
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kepuasan peran perawat
dengan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dengan demikian, peran perawat
bukan hanya terbatas pada asuhan langsung kepada pasien, tetapi juga berkontribusi
dalam menjaga mutu dan keselamatan pasien, sehingga turut berperan dalam
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Berbagai faktor mempengaruhi kualitas pelayanan perawat di rumah sakit.
Berikut adalah beberapa faktor penting yang mempengaruhi kualitas pelayanan
perawat:
1. Standar Asuhan Keperawatan: Standar ini menentukan tingkat kualitas
pelayanan keperawatan yang harus diberikan oleh perawat.
2. Keuntungan (Pendapatan) Institusi: Keuntungan yang dihasilkan oleh institusi
pada giliran perawatan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan.
3. Eksistensi Institusi: Ketersediaan fasilitas dan infrastruktur yang ada di rumah
sakit dapat mempengaruhi kualitas pelayanan perawat.
4. Kepuasan Kerja Perawat: Motivasi dan perasaan kerja serta kepercayaan
perawat terhadap institusi dapat mempengaruhi kualitas pelayanan yang
diberikan.
5. Kepercayaan Konsumen/ Pelanggan: Kepuasan pasien dan keluarga terhadap
pelayanan perawat dapat mempengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan.
6. Kualitas Pelayanan: Kualitas pelayanan yang dapat diwadai oleh pasien, seperti
tangibilitas, empati, keandalasan, dan responsivitas, dapat mempengaruhi
kepuasan pasien.
7. Menjalankan Kegiatan sesuai Peraturan Keperawatan: Pelaksanaan kegiatan
perawatan sesuai dengan peraturan keperawatan dapat mempengaruhi kualitas
pelayanan yang diberikan.
8. Kepuasan Peran Perawat: Kepuasan peran perawat terhadap pelayanan di
rumah sakit dapat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan.
Dalam meningkatkan kualitas pelayanan perawat, penting untuk
memperhatikan dan mengelola semua faktor-faktor ini secara berkesan.
Kepuasan konsumen atau pasien dapat mempengaruhi kualitas pelayanan
perawat di rumah sakit. Kepuasan pasien sering kali terkait dengan berbagai aspek
kualitas pelayanan, seperti tangibles, empathy, reliability, responsiveness, dan
assurance. Ketika pasien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh
perawat, hal ini dapat meningkatkan persepsi mereka terhadap kualitas pelayanan
perawat tersebut. Sebaliknya, ketidakpuasan pasien dapat menurunkan persepsi
terhadap kualitas pelayanan perawat. Oleh karena itu, kepercayaan dan kepuasan
pasien dapat memengaruhi reputasi dan kualitas pelayanan perawat di rumah sakit.
Dengan demikian, menjaga kepuasan dan kepercayaan pasien merupakan hal yang
sangat penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan perawat.
2.2. Tantangan Utama Yang Dihadapi Oleh Perawat
Perawat di lingkungan klinis menghadapi berbagai tantangan yang dapat
memengaruhi kinerja mereka dan kualitas perawatan yang diberikan kepada pasien.
Beberapa tantangan tersebut melibatkan aspek-aspek seperti beban kerja, sumber
daya, teknologi, stres emosional, etika, komunikasi, perubahan kebijakan, dan
pendidikan profesional. Mengatasi tantangan ini memerlukan upaya bersama dari
perawat, pemangku kepentingan kesehatan, dan pihak terkait lainnya untuk
menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dan memastikan pelayanan
perawatan yang optimal bagi pasien.
Perawat menghadapi sejumlah tantangan dalam praktik keperawatan di
lingkungan klinis. Beberapa tantangan utama termasuk:
1. Beban Kerja yang Tinggi: Perawat seringkali menghadapi beban kerja yang
sangat tinggi. Jumlah pasien yang perlu diurus, tuntutan administratif, dan
tanggung jawab lainnya dapat menciptakan tekanan besar pada perawat.
2. Kekurangan Sumber Daya: Kekurangan sumber daya seperti personel,
peralatan, dan fasilitas dapat menjadi kendala dalam memberikan perawatan
yang optimal. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas perawatan dan keamanan
pasien.
3. Tantangan Teknologi: Perkembangan teknologi di dunia kesehatan dapat
menjadi tantangan, terutama jika perawat tidak memiliki pelatihan yang
memadai atau akses yang cukup terhadap teknologi tersebut.
4. Stres Emosional: Interaksi dengan pasien yang sakit atau mengalami
penderitaan dapat menyebabkan stres emosional pada perawat. Mereka
mungkin juga mengalami kelelahan emosional karena kematian atau kondisi
kritis pasien.
5. Tuntutan Profesional dan Etika: Perawat dihadapkan pada tuntutan profesional
yang tinggi, termasuk mematuhi kode etik, menjaga kerahasiaan pasien, dan
membuat keputusan etis. Keputusan ini kadang-kadang dapat memunculkan
dilema etis yang menantang.
6. Komunikasi Interprofesional: Keterlibatan dalam tim interprofesional
memerlukan keterampilan komunikasi yang baik. Tantangan dapat muncul jika
komunikasi tidak efektif antaranggota tim kesehatan.
7. Perubahan Kebijakan Kesehatan: Perubahan dalam kebijakan kesehatan,
regulasi, atau protokol dapat memerlukan adaptasi cepat dari perawat. Hal ini
dapat menimbulkan ketidakpastian dan meningkatkan tekanan dalam
lingkungan klinis.
8. Pendidikan dan Pengembangan Profesional: Perawat perlu terus menerus
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan praktik keperawatan.
Tantangan dalam mendapatkan pendidikan dan pengembangan profesional
dapat muncul karena keterbatasan waktu dan sumber daya.
Keberhasilan mengatasi tantangan-tantangan ini memerlukan kerjasama,
dukungan institusi, dan pembangunan kapasitas profesional bagi perawat.
Perawat dapat mengatasi tantangan-tantangan di lingkungan klinis dengan
mengadopsi beberapa strategi dan tindakan konkret. Berikut adalah beberapa cara
perawat dapat mengatasi tantangan-tantangan tersebut:
1. Manajemen Waktu yang Efisien:
a. Prioritaskan tugas berdasarkan urgensi dan pentingnya.
b. Gunakan alat manajemen waktu, seperti daftar tugas atau kalender, untuk
mengorganisir pekerjaan sehari-hari.
c. Pelajari teknik manajemen waktu, seperti metode Pomodoro, untuk
meningkatkan produktivitas.
2. Dukungan dan Kolaborasi Tim:
a. Bangun hubungan yang kuat dengan anggota tim kesehatan lainnya.
b. Aktif terlibat dalam rapat tim untuk meningkatkan komunikasi dan koordinasi.
c. Terlibat dalam pelatihan atau workshop kolaborasi tim untuk memperkuat
keterampilan kerjasama.
3. Manajemen Stres dan Kesejahteraan Mental:
a. Temukan cara untuk mengelola stres, seperti olahraga, meditasi, atau aktivitas
rekreasi.
b. Manfaatkan program dukungan kesejahteraan karyawan yang mungkin
disediakan oleh institusi kesehatan.
c. Jangan ragu untuk mencari dukungan dari rekan sekerja atau supervisor jika
perlu.
4. Pendidikan dan Pengembangan Profesional:
a. Pilih program pelatihan dan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan
minat pribadi.
b. Manfaatkan peluang pembelajaran daring atau seminar untuk meningkatkan
pengetahuan.
c. Bentuk kelompok studi atau komunitas belajar dengan rekan sejawat.
5. Komunikasi Efektif:
a. Tingkatkan keterampilan komunikasi melalui pelatihan atau kursus.
b. Gunakan metode komunikasi yang jelas dan terbuka dengan pasien, keluarga,
dan anggota tim.
c. Selalu berusaha untuk mendengarkan dengan empati dan memahami perspektif
orang lain.
6. Penyelenggaraan Pelatihan Intern dan Ekstern:
a. Berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan perawat junior.
b. Mentoring perawat junior atau mahasiswa keperawatan.
c. Ikut serta dalam program pengembangan kepemimpinan untuk mengasah
keterampilan kepemimpinan.
7. Pemberdayaan Pasien:
a. Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan terkait perawatan mereka.
b. Sediakan informasi yang jelas dan pahami preferensi pasien.
c. Fasilitasi kelas edukasi atau kelompok dukungan bagi pasien.
8. Penggunaan Teknologi Kesehatan:
a. Dapatkan pelatihan yang diperlukan untuk menggunakan teknologi kesehatan
yang baru.
b. Berpartisipasi dalam pengembangan atau evaluasi sistem teknologi kesehatan di
tempat kerja.
c. Tetap up-to-date dengan perkembangan teknologi terkini melalui pelatihan dan
literatur.
Mengatasi tantangan-tantangan ini memerlukan kombinasi keterampilan
pribadi, dukungan dari rekan kerja dan manajemen, serta komitmen untuk terus
belajar dan beradaptasi dengan perubahan dalam praktik keperawatan.
2.3. Peran Perawat Dalam Penanganan Pasien Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini biasanya menyerang paru-paru, tetapi dapat
juga menyerang bagian tubuh lain seperti ginjal, tulang, dan otak. Tuberkulosis dapat
menular melalui udara ketika seseorang yang terinfeksi batuk, bersin, atau bicara,
sehingga partikel udara yang mengandung bakteri dapat dihirup oleh orang lain.
Gejala tuberkulosis paru-paru meliputi batuk berkepanjangan, demam,
kelelahan, dan penurunan berat badan. Penyakit ini dapat menjadi serius jika tidak
diobati. Diagnosis tuberkulosis biasanya melibatkan pemeriksaan dahak, tes darah,
dan pemeriksaan radiologi.
Pengobatan tuberkulosis melibatkan pemberian antibiotik selama periode waktu
yang cukup lama (biasanya beberapa bulan) untuk memastikan bahwa semua bakteri
telah dieliminasi. Penting untuk mengikuti rencana pengobatan dengan disiplin dan
lengkap untuk mencegah bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik.
Vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guérin) adalah vaksin yang dapat
membantu melindungi terhadap tuberkulosis, terutama pada anak-anak. Meskipun
vaksin ini tidak memberikan perlindungan sempurna, tetapi dapat membantu
mengurangi risiko infeksi dan komplikasi yang mungkin timbul.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Tular Vektor dan Zoonosis
Kementerian Kesehatan Dr. Siti Nadia Tarmizi menyampaikan laporan terkait
tuberkulosis di Indonesia.
Hasil laporan Global Tuberculosis (TB) 2020 menunjukkan bahwa Indonesia
termasuk dalam 3 negara dengan kasus TB terbesar di dunia, kata Nadia.
Melihat data tersebut, ia mengatakan bahwa Indonesia memerlukan upaya
penanganan yang komprehensif untuk dapat mencapai eliminasi TB pada 2030.
“Kita tahu bahwa TBC adalah penyakit yang dapat dicegah dan dapat
disembuhkan, tapi kita melihat TBC masih menjadi penyakit yang menular dan masih
jadi masalah kesehatan baik di tingkat global maupun nasional,” ujar Nadia dalam
seminar daring TB Indonesia.
Nadia juga menyinggung tentang kajian mengenai analisis perjalanan pasien
TB pada 2017. Dalam kajian tersebut dapat diketahui bahwa ada 24 persen dari orang
dengan gejala TB yang mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan.
“Jadi, hanya 24 persen yang mengenali gejala bahwa dia sakit dan kemudian
mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan untuk memeriksakan dirinya.”.
Artinya, lanjut Nadia, ini merupakan tantangan dan perlu adanya usaha untuk
bisa memastikan bahwa pasien tuberkulosis itu bisa mendapatkan akses pengobatan
dan menyelesaikan pengobatannya, tutupnya.
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang umum disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering menyerang paru-paru dan
dapat ditangani melalui rute udara. Berikut adalah beberapa gejala umum dari TBC:
a. Batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu (1-2 minggu pada anak) dengan
ketombe dan mengganggu sudah.
b. Batuk yang disertai dengan dahak atau batuk darah.
c. Nyeri dada saat bernapas atau batuk.
d. Berkeringat di malam hari.
e. Hilang nafsu makan.
f. Penurunan berat badan.
g. Demam dan menggigil.
h. Kelelahan.
Selain menyerang paru-paru, TBC juga dapat menyerang organ tubuh lain,
seperti ginjal, tulang belakang, dan otak. Gejala TBC pada anak mungkin lebih sulit
dikenali, karena gejalanya tidak khas dan sering dianggap sebagai gejala penyakit
lain. Beberapa gejala yang mungkin ditemukan pada anak penderita TBC meliputi:
a. Batuk persisten selama lebih dari 2 minggu.
b. Berat badan menurun dalam 2 bulan atau gagal tumbuh.
c. Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati).
d. Demam terus-menerus selama lebih dari 2 minggu.
e. Anak tampak lemas (malaise) dan kurang aktif.
Gejala TBC dapat berbeda di antara individu, dan mungkin bergantung pada
tahapan penyakit dan organ yang terkena. Oleh karena itu, segera periksakan ke
dokter jika Anda atau anak Anda mengalami gejala TBC, terutama jika tinggal
bersama atau ada kontak erat dengan penderita TBC.
Perawat memiliki peran yang sangat penting dalam penanganan tuberkulosis
(TB). Peran perawat melibatkan berbagai aspek, mulai dari deteksi dini, pengawasan,
hingga memberikan dukungan emosional kepada pasien. Berikut adalah beberapa
peran kunci perawat dalam penanganan TB:
1. Deteksi Dini dan Pemeriksaan:
 Perawat dapat mendeteksi dini gejala TB pada pasien, seperti batuk
berkepanjangan, demam, penurunan berat badan, dan kelelahan.
 Terlibat dalam pemeriksaan fisik dan wawancara untuk menilai risiko TB
pada pasien.
2. Edukasi dan Pencegahan:
 Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang cara penularan
TB, gejala, dan langkah-langkah pencegahan.
 Memastikan pemahaman pasien tentang pentingnya kepatuhan terhadap
regimen pengobatan untuk mencegah penyebaran TB dan menghindari
resistensi obat.
3. Pengawasan dan Manajemen Kasus:
 Terlibat dalam pengawasan pasien TB, termasuk pemantauan gejala dan
respons terhadap pengobatan.
 Mengelola kasus pasien TB, termasuk perencanaan perawatan, administrasi
obat, dan manajemen efek samping.
4. Pemberian Obat dan Perawatan:
 Memberikan obat TB sesuai dengan rencana pengobatan yang telah
ditetapkan oleh dokter.
 Memantau dan melaporkan efek samping obat kepada tim perawatan
kesehatan.
5. Konseling dan Dukungan Emosional:
 Memberikan dukungan emosional kepada pasien yang mungkin mengalami
kecemasan, stres, atau depresi terkait dengan diagnosis TB.
 Membangun hubungan yang baik dengan pasien untuk meningkatkan
kepatuhan terhadap pengobatan.
6. Pencegahan Penyebaran Infeksi:
 Memastikan penerapan langkah-langkah pencegahan infeksi, seperti isolasi
yang tepat, penggunaan peralatan pelindung diri, dan ventilasi yang baik.
 Memberikan edukasi kepada pasien tentang praktik hygiene yang benar
untuk mencegah penularan TB.
7. Pendidikan Masyarakat:
 Terlibat dalam kegiatan pendidikan masyarakat untuk meningkatkan
kesadaran tentang TB, upaya pencegahan, dan pentingnya pencarian
pengobatan sejak dini.
9. Kerja Sama Tim:
 Berkolaborasi dengan dokter, ahli mikrobiologi, petugas kesehatan
masyarakat, dan anggota tim kesehatan lainnya untuk menyusun dan
melaksanakan rencana perawatan.
10. Pemantauan dan Pelaporan:
 Melakukan pemantauan ketat terhadap pasien TB dan melaporkan hasil
pengobatan serta kemajuan kepada tim perawatan dan pihak berwenang.
Penting untuk diingat bahwa peran perawat dalam penanganan TB bersifat
holistik, mencakup aspek klinis, edukasi, dan dukungan emosional. Kerja sama tim
dan komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarganya juga sangat penting untuk
mencapai keberhasilan dalam penanganan TB.
Perawat memiliki peran yang sangat penting dalam penanganan tuberkulosis
(TB). Peran perawat melibatkan deteksi dini, pengawasan, pencegahan penyebaran
infeksi, manajemen kasus, dan memberikan dukungan emosional kepada pasien.
Langkah-langkah konkret yang dapat diambil oleh perawat melibatkan evaluasi dan
pemantauan pasien secara rutin, pemberian obat sesuai jadwal, manajemen efek
samping, edukasi kepada pasien dan keluarga, serta pelaporan dan komunikasi yang
efektif dengan anggota tim kesehatan.
Selain itu, perawat juga berperan dalam pendidikan masyarakat, pelibatan
keluarga, dan memastikan keamanan pribadi dan kesehatan diri sendiri. Kerja sama
tim, komunikasi yang baik, dan pendekatan holistik terhadap pasien menjadi kunci
keberhasilan dalam penanganan TB.
Penting untuk dicatat bahwa penanganan TB memerlukan kolaborasi erat antara
perawat, dokter, ahli mikrobiologi, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dengan
melakukan peran-peran ini secara efektif, perawat dapat berkontribusi signifikan
dalam upaya global untuk mengendalikan dan mencegah penyebaran tuberkulosis.
2.4. Peran Teknologi Dalam Meningkatkan Efisiensi Dan Efektivitas
Peran teknologi informasi dalam dunia pendidikan telah membawa perubahan
signifikan dalam proses pembelajaran. Perguruan tinggi, sebagai lembaga pendidikan
tinggi, perlu beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) untuk memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih baik kepada
mahasiswa. Dalam era digital ini, digitalisasi menjadi kunci untuk meningkatkan
aksesibilitas, efektivitas, dan efisiensi dalam pembelajaran.
Teknologi informasi, atau yang lebih dikenal sebagai information technology
(IT), pertama kali diperkenalkan pada tahun 1980-an. Istilah ini merujuk pada
perkembangan teknologi komputer yang kemudian digabungkan dengan teknologi
komunikasi. Pada dasarnya, IT adalah segala hal yang berkaitan dengan pengolahan,
penyimpanan, dan penyaluran informasi.
Teknologi informasi memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pendidikan. Berikut adalah beberapa cara di mana teknologi
dapat membantu dalam hal ini:
8. Aksesibilitas dan Fleksibilitas: Teknologi informasi memungkinkan
aksesibilitas yang lebih luas terhadap sumber daya pendidikan, termasuk materi
pembelajaran, jurnal, dan sumber daya lainnya. Hal ini memungkinkan para
pelajar untuk belajar secara mandiri dan memperluas pengetahuan mereka di
luar ruang kelas.
9. Pembelajaran Berbasis Teknologi: Penggunaan teknologi dalam pembelajaran,
seperti e-learning, pembelajaran berbasis game, dan video pembelajaran, dapat
membuat proses pembelajaran lebih menarik dan interaktif. Hal ini dapat
meningkatkan minat dan motivasi belajar para pelajar.
10. Pemantauan dan Evaluasi: Teknologi informasi memungkinkan pemantauan
dan evaluasi yang lebih efisien terhadap kemajuan belajar para pelajar. Dengan
adanya sistem manajemen pembelajaran (LMS), para pengajar dapat melacak
kemajuan belajar para pelajar dan memberikan umpan balik yang lebih cepat.
11. Kolaborasi dan Komunikasi: Teknologi informasi memungkinkan kolaborasi
dan komunikasi yang lebih baik antara para pelajar, pengajar, dan orang tua.
Hal ini dapat memperkuat hubungan antara semua pihak yang terlibat dalam
proses pendidikan.
Dengan penerapan teknologi informasi dalam pendidikan, diharapkan efisiensi
dan efektivitas proses pembelajaran dapat meningkat, sehingga kualitas pendidikan
juga dapat terus ditingkatkan.
Peran teknologi dalam konteks perawatan kesehatan sangat penting untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan. Berbagai inovasi teknologi telah
memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan kualitas perawatan dan
pengelolaan sistem kesehatan secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa cara di
mana teknologi mendukung efisiensi dan efektivitas dalam konteks perawatan
kesehatan:
1. Rekam Medis Elektronik (RME):
a. Efisiensi: RME menggantikan rekam medis tradisional berbasis kertas,
memungkinkan akses cepat dan mudah terhadap informasi pasien. Ini
mengurangi waktu yang diperlukan untuk mencari dan mengelola catatan
kesehatan.
b. Efektivitas: RME mendukung pertukaran informasi yang lebih cepat
antarlayanan kesehatan, memungkinkan perawat dan profesional kesehatan
lainnya untuk membuat keputusan yang lebih tepat waktu dan berdasarkan data
yang akurat.
2. Telemedicine:
a. Efisiensi: Telemedicine memungkinkan konsultasi jarak jauh antara perawat
dan pasien atau antara perawat dengan profesional kesehatan lainnya. Ini
mengurangi kebutuhan perjalanan fisik dan mempercepat akses pasien terhadap
perawatan.
b. Efektivitas: Telemedicine meningkatkan aksesibilitas perawatan, terutama
untuk mereka yang berada di daerah terpencil atau memiliki keterbatasan
mobilitas. Hal ini juga memungkinkan tim kesehatan untuk berkoordinasi
secara lebih efektif.
3. Sistem Informasi Kesehatan (SIK):
a. Efisiensi: SIK mengelola dan menyajikan data kesehatan secara terstruktur,
memudahkan pengambilan keputusan dan perencanaan perawatan.
b. Efektivitas: SIK dapat membantu dalam analisis data untuk mengidentifikasi
tren kesehatan, mengelola populasi, dan merancang intervensi yang lebih
efektif.
4. Aplikasi Mobile dan Wearables:
a. Efisiensi: Aplikasi mobile memungkinkan perawat untuk mengakses informasi
dan sumber daya kesehatan di mana saja dan kapan saja, meningkatkan
mobilitas dan responsivitas.
b. Efektivitas: Wearables seperti monitor detak jantung atau perangkat pelacakan
aktivitas dapat memberikan data real-time, membantu perawat dan pasien untuk
memantau kondisi kesehatan dan merespons perubahan dengan cepat.
5. Sistem Pendukung Keputusan:
a. Efisiensi: Sistem pendukung keputusan membantu perawat dalam membuat
keputusan berdasarkan bukti ilmiah dan data pasien.
b. Efektivitas: Dengan memberikan rekomendasi dan informasi tambahan, sistem
pendukung keputusan dapat meningkatkan kualitas keputusan dan perawatan
yang diberikan.
6. Pendidikan dan Pelatihan Daring:
c. Efisiensi: Pendidikan dan pelatihan daring memungkinkan perawat untuk
memperoleh pengetahuan baru tanpa meninggalkan tempat kerja, menghemat
waktu dan biaya perjalanan.
d. Efektivitas: Pendidikan daring memungkinkan perawat untuk mengikuti
perkembangan terbaru dalam praktik keperawatan, meningkatkan kompetensi
dan keterampilan.
7. Robotika di Perawatan Kesehatan:
a. Efisiensi: Robotika dapat digunakan untuk otomatisasi tugas-tugas rutin, seperti
pengiriman obat atau pemantauan pasien, membebaskan waktu perawat untuk
tugas-tugas yang memerlukan kehadiran manusia.
b. Efektivitas: Penerapan robotika dalam perawatan kesehatan dapat
meningkatkan akurasi dan konsistensi dalam pelaksanaan tugas tertentu.
Dengan memanfaatkan teknologi ini, perawat dapat meningkatkan
produktivitas, merespons cepat terhadap perubahan kondisi pasien, dan memberikan
perawatan yang lebih terarah dan personal. Hal ini juga dapat memberikan dampak
positif pada pengalaman pasien dan hasil perawatan keseluruhan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perawat memainkan peran krusial dalam meningkatkan kualitas layanan
kesehatan. Melalui deteksi dini, pengawasan, manajemen kasus, dan pendekatan
holistik, perawat dapat memberikan kontribusi signifikan dalam memberikan
perawatan yang efektif dan berkualitas kepada pasien. Edukasi kepada pasien dan
keluarga, dukungan emosional, serta kolaborasi erat dengan tim kesehatan lainnya
merupakan elemen-elemen kunci yang dapat meningkatkan pengalaman pasien dan
hasil kesehatan secara keseluruhan.
Perawat seringkali menghadapi sejumlah tantangan, termasuk beban kerja yang
tinggi, tekanan waktu, dan kebutuhan untuk terus mengembangkan keterampilan dan
pengetahuan. Selain itu, tantangan dalam berkomunikasi dengan pasien, keluarga, dan
anggota tim kesehatan juga dapat memengaruhi kualitas perawatan yang diberikan.
Oleh karena itu, dukungan organisasi, pelatihan terus-menerus, dan perhatian
terhadap kesejahteraan perawat menjadi kunci untuk mengatasi tantangan ini.
Peran perawat dalam penanganan tuberkulosis sangat penting, mencakup
deteksi dini, pemberian obat, manajemen efek samping, edukasi, dan dukungan
emosional kepada pasien. Kolaborasi dengan tim kesehatan, penerapan langkah-
langkah pencegahan infeksi, dan pendekatan holistik membantu memastikan
keberhasilan pengobatan dan mencegah penyebaran penyakit. Perawat juga berperan
dalam pendidikan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan pencegahan TB di
masyarakat.
Teknologi memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perawatan kesehatan. Dalam konteks perawat, penggunaan sistem informasi
kesehatan, aplikasi mobile, dan teknologi telemedicine dapat mempermudah
manajemen data, memantau pasien secara real-time, dan meningkatkan aksesibilitas
perawatan. Namun, tantangan yang terkait dengan integrasi teknologi, keamanan
data, dan literasi digital juga perlu diatasi untuk memastikan pemanfaatan teknologi
yang optimal.
Dalam keseluruhan, peran perawat tidak hanya mencakup aspek klinis, tetapi
juga melibatkan dimensi edukatif, emosional, dan sosial. Dengan mengatasi
tantangan yang dihadapi dan memanfaatkan teknologi dengan bijak, perawat dapat
terus memainkan peran sentral dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan
memberikan perawatan yang holistik dan berdaya guna.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N., Ramadiani, R., & Hatta, H. R. (2017). Sistem Pakar Pendiagnosa Penyakit
Tuberkulosis. Informatika Mulawarman : Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer, 12(1),
56. https://doi.org/10.30872/jim.v12i1.224
Ardiansyah, A., & Haskas, Y. (2021). Hubungan Kepuasan Peran Perawat Dengan
Kualitas Pelayanan Di Rsud. Labuang Baji Makassar. JIMPK : Jurnal Ilmiah
Mahasiswa & Penelitian Keperawatan, 1(1), 88–93.
https://doi.org/10.35892/jimpk.v1i1.500
Melisari. (2019). Perilaku Caring Perawat dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Kesehatan. Kajian Ilmiah, 7.
Mirza, D., Suryani, L., Aditiya, V., Tinggi Ilmu Administrasi Lancang Kuning, S., &
Kunci, K. (2023). Literature riview: Peran teknologi informasi dalam
meningkatkan Efisiensi dan efektivitas birokrasi. JAPABIS : Jurnal Administrasi
Publik & Bisnis, 5(1), 51–55.
Pralambang, S. D., & Setiawan, S. (2021). Faktor Risiko Kejadian Tuberkulosis di
Indonesia. Jurnal Biostatistik, Kependudukan, Dan Informatika Kesehatan, 2(1),
60. https://doi.org/10.51181/bikfokes.v2i1.4660
Purba, M. A. (2018). Peran Perawat dalam Kebijakan Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Rahmah Muthia, 2018. (2018). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者におけ
る 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title. 1–26.
Sari, G. K., Sarifuddin, & Setyawati, T. (2022). Tuberkulosis Paru Post WODEC
Pleural Efusion: Laporan Kasus. Jurnal Medical Profession, 4(2), 174–182.
Simamora, F. N. (2013). Abstrak Latar Belakang Tujuan Metode Hasil Pembahasan
Kesimpulan. 3.
Simanjutak, E. C. (2020). Pelayanan Perawat yang Berkualitas dalam Rangka
Tercapainya Keselamatan Pasein. Jurnal Keperawatan, 1(2), 8–14.
Tâm, T., Và, N. C. Ứ U., Giao, C. Ể N., Ngh, C., & Chu, Ẩ N B Ụ I. (2016). 済無 No
Title No Title No Title. 01, 1–23.

Anda mungkin juga menyukai