Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FARMAKOLOGI KEPERAWATAN

Kasus Peran Perawat Dalam Kesalahan Pemberian Obat

Dosen pengampu :
KARTINI , S. Kep, M. Kep., NERS, Ns.Sp.Kep.Mat.

Disusun Oleh :

Yeyen Sukmawati (20230303046)


Chika Alea (20230303107)
Della Agustina S (20230303118)
Mutiara Cahya K (20230303065)
Silvia Nurazizah (20230303047)
Rindra Raudhatul F. (20230303157)
Rheza Varian P (20230303008)

i
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2024

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nyalah sehi
ngga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul " Kasus Peran Perawat Dalam
Kesalahan Pemberian Obat" tepat pada waktunya.Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakas
h yang sebanyak-banyaknya kepada Ibu KARTINI , S. Kep, M. Kep., NERS, Ns.Sp.Kep.Mat. sel
aku dosen mata kuliah Farmakologi keperawatan yang telah mendukung serta membantu penulis
selama proses pembuatan makalah ini hingga selesainya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna serta kesalaha
n.yang penulis yakini di luar batas kemampuan penulis. Maka dari itu penulis dengan senang hati
menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Tangerang, 26 Maret 2024

Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Tujuan Umum................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah............................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3


1. Pengertian Keselamatan Pasien (PATIENT SAFETY) ..................... 3

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................. 6


1. Definisi Obat................ ............................................................................ 6
2. Kesalahan Pemberian Obat.................................................................... 6
3. Faktor Penyebab Kesalahan Pemberian Obat..................................... 7
4. Cara Mencegah Kesalahan Pemberian Obat........................................ 8
5. Penatalaksanaan Obat............................................................................. 9

BAB VI PENUTUP........................................................................................... 11
1. Kesimpulan ...........................................................................................11
2. Saran ..................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

iv
v
vi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membu
at asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi: assessmen risiko, identifikasi dan pengelo
laan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan bel
ajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya r
isiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesala
han akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakuk
an (DepkesRI, 2006).

Tingkat pencapaian patient safety merupakan indikasi dari kejadian medication error, khususnya
terhadap tujuan tercapainya medikasi yang aman. Kriteria medication error menurut Lisby et al
(2005) terjadi pada tahap order/permintaan, transkripsi, dispensing. administering, dan discharge
summaries,

Dalam penelitian Dwiprahasto (2006), menyatakan bahwa 11% medication error di rumah sakit
berkaitan dengan kesalahan saat menyerahkan obat ke pasien dalam bentuk dosis atau obat yang
keliru. Dalam penelitian Aiken dan Clarke (2002) menyatakan bahwa kesalahan pengobatan dan
efek samping obat terjadi pada rata-rata 6,7% pasien yang masuk ke rumah sakit. Di antara kesal
ahan tersebut, 25 hingga 50% adalah berasal dari kesalahan peresapan (eliminasi) dan dapat dice
gah. Studi yang dilakukan Bagian Farmakologi Universitas Gajah Mada antara 2001-2003 menu
njukkan bahwa medication error terjadi pada 97% pasien Intensive Care. Berdasarkan Laporan P
eta Nasional Keselamatan Pasien (Kongres PERSI 2007) kesalahan dalam pemberian obat mend
uduki peringkat pertama (24,8%) dari 10 besar insiden yang dilaporkan (Kemenkes, 2008) (Andi,
2013).

Kesalahan pemberian obat adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang masih berada d
alam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan seharusnya
dapat dicegah (Cohen, 1991).

Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman. Perawat harus mengetahui
semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak
lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan. Secara h
ukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya ti
dak benar atau obat tersebut merupakan kontra indikasi bagi status kesehatan klien. Sekali obat
telah diberikan, perawat bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi. Buku-buku
1
2

referensi obat seperti, Daftar Obat Indonesia (DOI), Physicians' Desk Reference (PDR), dan
sumber daya manusia, seperti ahli farmasi, harus dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas
mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan, kontra indikasi, dosis, efek samping yang mungkin
terjadi, atau reaksi yang merugikan dari pengobatan (Kee and Hayes, 1996).

Dengan demikian pemberian obat merupakan bagian penting dalam keselamatan pasien. Upaya
pencegahan kesalahan pemberian obat akan efektif jika dilakukan bersama dengan tenaga
kesehatan lain terkait penggunaan obat, terutama dokter dan apoteker dan berdasarkan standar
dan sasaran menurut Internasional Patient Safety Goals (IPSG).

B.Tujuan Umum

Mengetahui indikator keselamatan pasien (patient safety) pada kesalahan pemberian obat.

1. Tujuan Khusus

A. Mengetahui pengertian keselamatan pasien.


B. Menjelaskan tentang keselamatan pasien menurut IPSG.
C. Menjelaskan tentang pemberian obat dan kesalahan obat.
D. Mengetahui faktor kesalahan pemberian obat.
E. Mengetahui cara mencegah kesalahan pemberian obat.
F. Mengetahui cara penatalaksanaan pemberian obat.
G. Memberikan contoh studi kasus sera analisis kesalahan pemberian obat.

C.Rumusan Masalah

1. Apa pengertian keselamatan pasien ?

2. Bagaimana penjelasan keselamatan pasien menurut IPSG?

3. Bagaimana peran perawat dalam mewujudkan keselamatan pasien?

4. Bagaimana penjelasan tentang pemberian obat dan kesalahan obat?

5. Apa saja faktor kesalahan pemberian obat?

6. Bagaiman cara mencegah kesalahan pemberian obat?

7. Bagaimana cara penatalaksanaan pemberian obat?

2
3

8. Berikan contoh studi kasus serta analisis pada kesalahan pemberian obat!

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)

1. PENGERTIAN KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi: assessmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan (DepkesRI, 2006).

Keselamatan pasien (patient safety) mempunyai tujuan yaitu terciptanya budaya keselamatan
pasien di rumah sakit, meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat,
menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit, dan terlaksananya program-
program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan
(DepKcsR1,2006).

Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani segera di
rumah sakitdi Indonesia maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit. yang
merupakan acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk melaksanakan kegiatannya. Standar
keselamatan pasien rumah sakit yang disusun ini mengacu pada "Hospital Patient Safety
Standards"yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health Organizations,
Illinois, USA, tahun 2002, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi rumah sakit di Indonesia.
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu:

1. Hak Pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
programpeningkatan keselamatan pasien
3
4

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien


6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
(DepKesRI,2006).

2. MENURUT INTERNATIONAL PATIENT SAFETY GOALS (IPSG) ATAU SASARAN


INTERNASIONAL KESELAMATAN PASIEN (SIKP)

International Patient Safety Goal (IPSG) merupakan syarat untuk implementasi di semua rumah
sakit yang terakreditasi oleh Joint Commission International (JCI) di bawah Standar
Internasional IPSG digunakan untuk Rumah Sakit untuk menggiatkan perbaikan- perbaikan
tertentu dalam soal keselamatan pasien (Soegiri, 2014),

Tujuan IPSG adalah untuk menggiatkan perbaikan-perbaikan tertentu dalam soal keselamatan
pasien. Sasaran dalam SIKP menyoroti bidang-bidang yang bermasalah dalam perawatan
kesehatan, memberikan bukti dan solusi hasil konsensus yang berdasarkan nasihat para pakar.
Dengan mempertimbangkan bahwa untuk menyediakan perawatan kesehatan yang aman dan
berkualitas tinggi diperlukan desain sistem yang baik, sasaran biasanya sedapat mungkin
berfokus pada solusi yang berlaku untuk keseluruhan system (Soegiri, 2014).

Penyusunan sasaran sama saja seperti standar-standar lainnya, ada standar (pernyataan sasaran),
maksud dan tujuan, dan elemen penilaian. Penilaiannya juga sama dengan penilaian terhadap
standar lain yaitu menggunakan kriteria "memenuhi," "sebagian memenuhi," atau "Tidak
memenuhi". Dalam Kaidah Keputusan Akreditasi tercakup juga syarat memenuhi ketentuan
SIKP sebagai kaidah keputusan yang terpisah. Daftar Sasaran, Persyaratan, Tujuan, dan Elemen
Penilaian:

✔SIKP.I Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar

✔SIKP.2 Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif

✔SIKP.3 Meningkatkan Keamanan Obat-obatan Yang Harus Diwaspadai

✔SIKP.4 Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur Yang Benar, Pembedahan
Pada Pasien Yang Benar.

✔SIKP.5 Mengurangi Resiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan

✔SIKP.6 Mengurangi Resiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh


4
5

1. Standar SIKP.3

Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-obatan yang harus
diwaspadai.

2. Maksud dan Tujuan SIKP.3

Bilamana dalam rencana perawatan pasien terdapat juga pemberian obat-obatan, maka untuk
memastikan keselamatan pasien pengelolaan obat yang tepat menjadi sangat penting. Obat-
obatan yang perlu diwaspadai adalah: obat-obatan yang termasuk dalam seiumlah besar
kesalahan obat-obatan yang bila terjadi sesuatu yang tak diinginkan risikonya lebih tinggi, begitu
pula obat-obatan yang mirip bentuk/bunyi dan namanya. Daftar obat berisiko tinggi dapat
diperoleh dari organisasi seperti misalnya WHO atau Institute for Safe Medication Practices.
Masalah kekeliruan obat yang kerap dikutip adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak
disengaja (misalnya, kalium klorida [sama atau lebih besar daripada 2mEq/ml], kalium fosfat
[sama atau lebih besar dari 3mmol /ml], natrium klorida [lebih besar dari 0,9%), dan magnesium
sulfat [sama atau lebih besar dari 50%]). Kesalahan dapat terjadi jika staf belum sungguh-
sungguh mengenal unit perawatan pasien, yang dipekerjakan adalah perawat kontrakan yang
tidak diberi pengenalan secara memadai, atau dalam keadaan darurat. Cara yang paling efektif
untuk mengurangi atau menghilangkan kejadian ini adalah menyusun proses pengelolaan obat
yang patut diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit perawatan pasien
ke farmasi.

Rumah sakit bersama-sama menyusun kebijakan dan prosedur untuk mengidentifikasi obat-
obatan yang patut diwaspadai apa saja yang dimiliki rumah sakit berdasarkan data yang ada.
Kebijakan dan prosedur juga menetapkan bagian mana saja secara klinis memang memerlukan
elektrolit konsentrat sesuai bukti dan praktik profesional yang ada, seperti misalnya bagian gawat
darurat atau kamar operasi, dan menetapkan cara pelabelannya yang jelas dan cara
penyimpanannya sedemikian rupa sehingga aksesnya terbatas agar terhindar dan pemakaian tak
sengaja.

3. Elemen Penilaian SIKP.3

a) Kebijakan dan/atau prosedur disusun untuk mengatasi masalah identifikasi, lokasi, pemberian
label, dan penyimpanan obat yang patut diwaspadai.

b).Kebijakan dan/atau prosedur ini diterapkan. B

c) Elektrolit konsentrat tidak boleh ada di unit perawatan pasien kecuali jika secara klinis
diperlukan dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian tidak sengaja di wilayah yang

5
6

diizinkan oleh aturan kebijakannya. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit perawatan pasien
diberi label jelas dan disimpan sedemikian rupa hingga tidak mudah diakses.

BAB III

PEMBAHASAN

1. DEFINISI OBAT

Obat adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.

Menurut Kep. Menkes RI No. 193/Kab/B.VII/71, obat adalah suatu bahan atau paduan bahan
bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis. mencegah,
mengurangkan, menghilangkan, penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian
badan manusia.

2. KESALAHAN PEMBERIAN OBAT

Kesalahan pemberian obat adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang masih berada
dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan
seharusnya dapat dicegah (Cohen, 1991).

Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor lain. yang
sekaligus sebagai kompensasi, memberi obat yang benar pada waktu yang salah atau memberi
obat yang benar pada rute yang salah, jika terjadi kesalahan pemberian obat, perawat yang
bersangkutan harus segera menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat senior
setelah kesalahan itu diketahuinya.

Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman. Perawat harus mengetahui
semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak
lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan. Secara
hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya
tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien. Sekali obat
telah diberikan, perawat bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi. Buku-buku
referensi obat seperti, Daftar Obat Indonesia (DOI), Physicians Desk Reference (PDR), dan
sumber daya manusia, seperti ahli farmasi, harus dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas
6
7

mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan, kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin
terjadi, atau reaksi yang merugikan dari pengobatan (Kee and Hayes, 1996).

3. FAKTOR PENYEBAB KESALAHAN PEMBERIAN OBAT

a. Kurang menginterpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan.

Perawat juga sering tidak bertanggung jawab untuk melakukan interpretasi yang tepat terhadap
orde obat yang diberikan. Saat orde obat yang dituliskan tidak dapat dibaca, maka dapat terjadi
kesalahan interpretasi terhadap order obat yang akan diberikan.

b. Kurang tepat dalam menghitung dosis obat yang akan diberikan.

Dosis merupakan faktor penting, baik kekurangan atau kelebihan obat dapat menyebabkan dan
bisa membehayakan, sehingga perhitungan dosis yang kurang tepat dapat membayakan klien.

c. Kurang tepat mengetahui dan memahami prinsip enam benar.

Dalam memberikan pengobatan,kita sebagai perawat sering melakukan kesalahan yang fatal,hal
tersebut bisa terjadi apabila kita kurang mengetahui dan memahami prinsip enam benar yang
tepat.

a. Tepat Obat mengecek program terapi pengobatan dari dokter, menanyakan ada tidaknya
alergi obat, menanyakan keluhan pasien sebelum dan setelah memberikan obat, mengecek label
obat, mengetahui reaksi obat, mengetahui efek samping obat, hanya memberikan obat yang di
siapkan diri sendiri.

b. Tepat dosis: mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek hasil hitungan
dosis dengan dengan perawat lain, mencampur/mengoplos obat.

c. Tepat waktu mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek tanggal kadaluarsa
0bat, memberikan obat dalam rentang 30 menit.

d. Tepat pasien mengecek program terapi pengobatan dari dokter, memanggil nama pasien.
yang akan diberikan obat, mengecek identitas pasien pada papan/kardeks ditempat tidur pasien

e. Tepat cara pemberian mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek. cara
pemberian pada label/kemasan obat.

7
8

f. Tepat dokumentasi mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mencatat nama pasien,
nama obat, dosis, cara, dan waktu pemberian obat (Kozier, 2000).

4. CARA MENCEGAH KESALAHAN PEMBERIAN OBAT

a. Baca label obat dengan teliti. Banyak produk tersedia dalam kotak, warna dan bentuk yang

sama.

b. Pertanyakan pemberian banyak tablet atau vial untuk dosis tunggal. Kebanyakan dosis

terdiri dari satu atau dua tablet atau kapsul atau satu vial dosis tunggal. Interprestasi yang salah
terhadap program obat dapat mengakibatkan pemberian dosis tinggi yang berlebihan.

c.Waspada obat-obatan bernama sama. Banyak nama obat yang terdengar sama(misalnya
digoxin dan digitoxin).

d. Cermati angka belakang koma. Beberapa obat tersedia dalam jumlah yang merupakan
perkalian satu sama lain(contoh:tablet cumadin dalam tablet 2,5 dan 25mg).

e. Pertanyakan peningkatan dosis yang tiba-tiba dan berlebihan. Kebanyakan dosis di


programkan secara bertahap supaya dokter dapat memantau efek teraupetik dan responnya.

f. Ketika suatu obat baru atau obat yang tidak lazim di programkan, konsultasikan kepada
sumbernya. Jika dokter tidak lazim dengan obat tersebut maka resiko pemberian dosis yang tidak
akurat menjadi lebih besar.

g. Jangan beri obat yang di programkan dengan nama pendek atau singkatan yang tidak resmi.
Banyak dokter menggunakan nama pendek atau singkatan tidak resmi untuk obat yang sering di
programkan. Apabila perawat atau ahli farmasi tidak mengenal singkatan tersebut obat yang
diberikan atau dikeluarkan bisa salah.

h. Jangan berupaya menguraikan dan mengartikan tulisan yang tidak dapat di baca. Apabila ragu
tanya ke dokter kesempatan terjadinya interprestasi kecuali, perawat mempertanyakan program
obat yang sulit di baca.

8
9

i. Kenali klien yang memiliki nama sama juga minta klien, menyebutkan nama
lengkapnya.cermati nama yang tertera pada tanda pengenalan.

j. Sering kali satu atau dua klien memiliki nama akhir yang sama atau mirip label khusus pada
buku, obat dapat memberi peringatan tentang peringatan masalah yang potensial.

k. Cermati ekuivalen.Saat tergesa-gesa salah baca ekuivalen mudah terjadi.Contoh:di baca


milligram padahal mililiter.

5. PENATALAKSANAAN OBAT

Dalam membahas tentang penatalaksaan obat dibagi menjadi 2 yaitu pemberian obatlangsung ke
pasien dan pengelolaan atau penyimpanan obat di ruangan.

1. Pemberian obat ke pasien

a. Prinsip-prinsip peberian obat

Dalam membahas tentang prinsip peberian obat hal ini dibagi menjadi 3 yaitu persiaan peberian
dan evaluasi.

1) Persiapan

Pertama perawat harus melihat obat apa yang akan di berikan. Kemudian mengkaji obat (tujuan
pemberian, cara kerja, efek samping, dosis dan lainnya). Setelah itu melakukan persiapan yang
berkaitan dengan pasien yaitu mengkaji riwayat pengobatan pasien, pengetahuan pasien dan
kondisi sebelum pengobatan..

2) Pemberian

Ada 6 benar yang harus diperhatikan perawat dalam pemberian obat

3) Evaluasi

Perawat bertanggung jawab untuk memonitor respon pasien terhadap pengobatan. Untuk obat-
obatan yang sering digunakan di rumah sakit jiwa efek samping biasanya terlihat sampai 1 jam
setelah pemberian.

b. Metode pendekatan khusus dalam pemberian obat

9
10

Pemberian obat untuk pasien gangguan jiwa memerlukan pendekatan khusus sesuai dengan
kasusnya seperti pada kasus pasien curiga pasien bunuh diri dan pasien yang ketergantungan
obat.

1) Pendekatan khusus kepada pasien curiga Pada pasien curiga tidak mudah percaya terhadap
suatu tindakan atau pemberian yang diberikan padanya. Perawat harus meyakinkan bahwa
tindakan treatment yang dilakukan ke pasien tidaklah berbahaya dan bermanfaat bagi pasien.
Secara verbal dan non verbal, perawat harus dapat mengontrol perilakunya agar tidak
menimbulkan keraguan pada diri pasien karena tindakan ragu-ragu dari perawat akan
menimbulkan kecurigaan pasien.

Berikan obat dala bentuk dan kemasan yang sama setiap emberi obat agar pasien tidak bingung,
cemas dan curiga. Jika ada perubahan dosis diskusikan terlebih dahulu keadaan pasien sebelum
meminta pasien untuk meminumnya. Yakinkan obat benar-benar diminum dan ditelan dengan
cara meminta pasien membuka mulut dan gunakan spatel untuk melihat apakah obat
disebunyikan. Hal ini terutama pada pasien yang mempunyai riwayat menyembunyikan obat di
bawah lidah dan membuangnya. Untuk pasien yang benar-benar menolak minum obat walaupun
sudah dilakukan pendekatan pemberian obat dilakukan melalui injeksi sesuai dengan instruktur
dokter dengan memperhatikan aspek legal dan hak pasien untuk menolak pengobatan dalam
keadaan darurat.

2) Pendekatan khusus kepada pasien yang potensial bunuh diri.

Pada pasien bunuh diri masalah yang sering timbul adalah penolakan pasien untuk minum obat
dengan maksud pasien untuk merusak dirinya. Perawat harus bersikap tegas dalam pengawasan
pasien untuk minum obat karena pasien pada tahap ini berada dalam fase ambivalen antara
keinginan hidup dan mati. Perawat menggunakan kesempatan treatment pada saat pasien
memunyai keinginan hidup, agar keraguan pasien untuk mengakhiri hidupnya berkurang karena
pasien merasa diperhatikan.

Perhatian Perawat merupakan stimulus penting bagi pasien untuk meningkatkan motivasi hidup.
Dalam hal ini peran perawat dalam memberikan obat diintegrasikan dengan pendekatan
keperawatan diantaranya untuk meningkatkan harga diri pasien.

4) Pendekatan khusus pada pasien ketergantungan obat

Pada pasien yang mengalami ketergantungan obat biasanya menganggap bahwa obat adalah
segala-galanya dalam menyelesaikan masalah. Sehingga perawat perlu memberikan penjelasan
kepada pasien tentang manfaat obat dan obat bukanlah satu-satunya cara untuk menyelesaikan

10
11

masalah. Terapi obat harus disesuaikan dengan terapi modalitas lainnya seperti penjelasan cara-
cara melewati proses kehilangan.

c. Pendidikan Kesehatan

Secara moral perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan
keluarga. Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencakup informasi tentang penyakit
kemajuan pasien, obat, cara merawat pasien. Pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan
pemberian obat yaitu informasi tentang obat efek samping cara minum obat waktu dan dosis.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling penting. Perawat adalah
mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat bertanggung jawab
pada obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat tersebut benar. Obat yang diberikan kepada
pasien, menjadi bagian integral dari rencana keperawatan.

Tugas seorang perawat adalah harus mengembalikan ke bagian farmasi.Setelah obat diberikan,
tugas seorang perawat adalah mendokumentasikan, dosis, cara/rute, waktu dan oleh siapa obat
itu diberikan.Bila pasien menolak diberikan obat, atau obat itu tidak dapat dapat diberikan karena
alasan tertentu, perawat harus mencatat alasannya dan dilaporkan kepada dokter untuk tindakan
selanjutnya Sebagai perawat kiranya harus melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya tanpa
menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Perawat
harus memahami betul apa saja peran yang harus dimilikinya dalam pemberian obat kepada
pasien, agar tidak terjadi kesalahan.Meningkatkan motivasi dan kinerja perawat dengan
pengawasan, karena sebenarnya perawat sudah mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana
prinsip pemberian obat pada pasien yang benar.

11
12

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indone
sia. Jakarta: Depkes RI.

Cohen, M.R., 1991. Causes of Medication Errors. Washington DC : American

Pharmaceutical Association

Kee J, Hayes E. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta,

EGC; 1996.

Kozier. 2000. Funamentals of Nursingconcept theory and practice. Philadelphia. Addison Wesle
y.

WHO. Patient Safety [Internet]. World Health Organization. 2019.


Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/patient- safety

Potter, P.A. & Perry, A.G. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan

Praktik. 4th ed. Ester M, Yulianti D, Parulian I, editors. Jakarta: EGC; 2005.

Potter, P.A., Perry, A.G., Stockert, P. & Hall, A. Fundamentals of Nursing.

12
13

Ninth Edit. Elsevier; 2016.


. Pamela, H. Section I: Patient Safety and Quality. Patient Safety and
Quality: An Evidence-Based Handbook for Nurses. 2008;1:1–8.
Muhtar, et., al. Manajemen Patient Safety. Tahta Media Group; 2021.
Kee, J.L. & Hayes, E.R. Farmakologi:Pendekatan Proses Keperawatan.
Asih Y, editor. Jakarta: EGC; 1996.
Priharjo, R. Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. Asih NLGY, editor. Jakart

a: EGC; 1995.

. Nuryati. Farmakologi. Edisi Pert. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya


Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; 2017.
Budiono. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber
Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; 2016.
. Asmadi. Konsep Dasar Keperawatan. Mardella EA, editor. Jakarta: EGC;
2008.
. Kusnanto. Profesi and Praktik Keperawatan Profesional. Ester M, editor.
Jakarta: EGC; 2004.

13

Anda mungkin juga menyukai