Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assessmen
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKesRI,
2006).

Tingkat pencapaian patient safety merupakan indikasi dari kejadian medication


error, khususnya terhadap tujuan tercapainya medikasi yang aman. Kriteria medication
error menurut Lisby et al (2005) terjadi pada tahap order/permintaan, transkripsi,
dispensing, administering, dan discharge summaries.

Dalam penelitian Dwiprahasto (2006), menyatakan bahwa 11 % medication error


di rumah sakit berkaitan dengan kesalahan saat menyerahkan obat ke pasien dalam
bentuk dosis atau obat yang keliru. Dalam penelitian Aiken dan Clarke (2002)
menyatakan bahwa kesalahan pengobatan dan efek samping obat terjadi pada rata-rata
6,7% pasien yang masuk ke rumah sakit. Di antara kesalahan tersebut, 25 hingga 50%
adalah berasal dari kesalahan peresapan (eliminasi) dan dapat dicegah. Studi yang
dilakukan Bagian Farmakologi Universitas Gajah Mada antara 2001- 2003 menunjukkan
bahwa medication error terjadi pada 97 % pasien Intensive Care. Berdasarkan Laporan
Peta Nasional Keselamatan Pasien (Kongres PERSI 2007) kesalahan dalam pemberian
obat menduduki peringkat pertama (24,8%) dari 10 besar insiden yang dilaporkan
(Kemenkes, 2008) (Andi, 2013).

1
2

Kesalahan pemberian obat adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang
masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau
konsumen, dan seharusnya dapat dicegah (Cohen, 1991).

Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat - obatan yang aman. Perawat
harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan
perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas
yang direkomendasikan. Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka
memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan
kontra indikasi bagi status kesehatan klien. Sekali obat telah diberikan, perawat
bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi obat
seperti, Daftar Obat Indonesia ( DOI ), Physicians‘ Desk Reference (PDR), dan sumber
daya manusia, seperti ahli farmasi, harus dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas
mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan, kontra indikasi, dosis, efek samping yang
mungkin terjadi, atau reaksi yang merugikan dari pengobatan ( Kee and Hayes, 1996 ).

Dengan demikian pemberian obat merupakan bagian penting dalam keselamatan


pasien. Upaya pencegahan kesalahan pemberian obat akan efektif jika dilakukan
bersama dengan tenaga kesehatan lain terkait penggunaan obat, terutama dokter dan
apoteker dan berdasarkan standar dan sasaran menurut Internasional Patient Safety Goals
(IPSG).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian keselamatan pasien ?

2. Bagaimana penjelasan keselamatan pasien menurut IPSG?

3. Bagaimana peran perawat dalam mewujudkan keselamatan pasien?

4. Bagaimana penjelasan tentang pemberian obat dan kesalahan obat?

5. Apa saja faktor kesalahan pemberian obat?

6. Bagaiman cara mencegah kesalahan pemberian obat?


3

7. Bagaimana cara penatalaksanaan pemberian obat?

8. Berikan contoh studi kasus serta analisis pada kesalahan pemberian obat!

C. Tujuan

1) Tujuan Umum

Mengetahui indikator keselamatan pasien (patient safety) pada kesalahan


pemberian obat.

2) Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengertian keselamatan pasien.

b. Menjelaskan tentang keselamatan pasien menurut IPSG.

c. Menjelaskan tentang pemberian obat dan kesalahan obat.

d. Mengetahui faktor kesalahan pemberian obat.

e. Mengetahui cara mencegah kesalahan pemberian obat.

f. Mengetahui cara penatalaksanaan pemberian obat.

g. Memberikan contoh studi kasus sera analisis kesalahan pemberian obat.


4

BAB II

PEMBAHASAN

A. KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi: assessmen
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKesRI,
2006).

Keselamatan pasien (patient safety) mempunyai tujuan yaitu terciptanya


budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya akutanbilitas rumah sakit
terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di
rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan (DepKesRI,2006).

Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu


ditangani segera di rumah sakitdi Indonesia maka diperlukan standar keselamatan
pasien rumah sakit yang merupakan acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk
melaksanakan kegiatannya. Standar keselamatan pasien rumah sakit yang disusun ini
mengacu pada ”Hospital Patient Safety Standards”yang dikeluarkan oleh Joint
Commision on Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002,
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi rumah sakit di Indonesia. Standar
keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :

1. Hak pasien 4
5

2. Mendidik pasien dan keluarga

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi


dan program peningkatan keselamatan pasien

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

7. Komunikasi merupakan kunci (DepKesRI, 2006).

B. MENURUT INTERNATIONAL PATIENT SAFETY GOALS (IPSG) ATAU SASARAN


INTERNASIONAL KESELAMATAN PASIEN (SIKP)

International Patient Safety Goal (IPSG) merupakan syarat untuk implementasi di


semua rumah sakit yang terakreditasi oleh Joint Commission International (JCI) di bawah
Standar Internasional IPSG digunakan untuk Rumah Sakit untuk menggiatkan perbaikan-
perbaikan tertentu dalam soal keselamatan pasien (Soegiri, 2014).

Tujuan IPSG adalah untuk menggiatkan perbaikan-perbaikan tertentu dalam


soal keselamatan pasien. Sasaran dalam SIKP menyoroti bidang-bidang yang
bermasalah dalam perawatan kesehatan, memberikan bukti dan solusi hasil konsensus
yang berdasarkan nasihat para pakar. Dengan mempertimbangkan bahwa untuk
menyediakan perawatan kesehatan yang aman dan berkualitas tinggi diperlukan
desain sistem yang baik, sasaran biasanya sedapat mungkin berfokus pada solusi yang
berlaku untuk keseluruhan system (Soegiri, 2014).

Penyusunan sasaran sama saja seperti standar-standar lainnya, ada standar


(pernyataan sasaran), maksud dan tujuan, dan elemen penilaian. Penilaiannya juga
sama dengan penilaian terhadap standar lain yaitu menggunakan kriteria
“memenuhi,” “sebagian memenuhi,” atau “tidak memenuhi”. Dalam Kaidah
Keputusan Akreditasi tercakup juga syarat memenuhi ketentuan SIKP sebagai kaidah
keputusan yang terpisah. Daftar Sasaran, Persyaratan, Tujuan, dan Elemen Penilaian :
6

 SIKP 1 Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar

 SIKP 2 Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif

 SIKP 3 Meningkatkan Keamanan Obat-obatan Yang Harus Diwaspadai

 SIKP 4 Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur Yang Benar,


Pembedahan Pada PasienYang Benar.

 SIKP 5 Mengurangi Resiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan

 SIKP 6 Mengurangi Resiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh

1) Standar SIKP.3

Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki


keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai.

2) Maksud dan Tujuan SIKP.3

Bilamana dalam rencana perawatan pasien terdapat juga pemberian


obat-obatan, maka untuk memastikan keselamatan pasien pengelolaan obat
yang tepat menjadi sangat penting. Obat-obatan yang perlu diwaspadai adalah:
obat-obatan yang termasuk dalam sejumlah besar kesalahan obat-obatan yang
bila terjadi sesuatu yang tak diinginkan risikonya lebih tinggi, begitu pula
obat-obatan yang mirip bentuk/bunyi dan namanya. Daftar obat berisiko tinggi
dapat diperoleh dari organisasi seperti misalnya WHO atau Institute for Safe
Medication Practices. Masalah kekeliruan obat yang kerap dikutip adalah
pemberian elektrolit konsentrat secara tidak disengaja (misalnya, kalium
klorida [sama atau lebih besar daripada 2mEq /ml], kalium fosfat [sama atau
lebih besar dari 3mmol /ml], natrium klorida [lebih besar dari 0,9%], dan
magnesium sulfat [sama atau lebih besar dari 50%]). Kesalahan dapat terjadi
jika staf belum sungguh-sungguh mengenal unit perawatan pasien, yang
dipekerjakan adalah perawat kontrakan yang tidak diberi pengenalan secara
memadai, atau dalam keadaan darurat. Cara yang paling efektif untuk
mengurangi atau menghilangkan kejadian ini adalah menyusun proses
7

pengelolaan obat yang patut diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit


konsentrat dari unit perawatan pasien ke farmasi.

Rumah sakit bersama-sama menyusun kebijakan dan prosedur untuk


mengidentifikasi obat-obatan yang patut diwaspadai apa saja yang dimiliki
rumah sakit berdasarkan data yang ada. Kebijakan dan prosedur juga
menetapkan bagian mana saja secara klinis memang memerlukan elektrolit
konsentrat sesuai bukti dan praktik profesional yang ada, seperti misalnya
bagian gawat darurat atau kamar operasi, dan menetapkan cara pelabelannya
yang jelas dan cara penyimpanannya sedemikian rupa sehingga aksesnya
terbatas agar terhindar dan pemakaian tak sengaja.

3) Elemen Penilaian SIKP.3

a) Kebijakan dan/atau prosedur disusun untuk mengatasi masalah


identifikasi, lokasi, pemberian label, dan penyimpanan obat yang patut
diwaspadai.

b) Kebijakan dan/atau prosedur ini diterapkan.

c) Elektrolit konsentrat tidak boleh ada di unit perawatan pasien kecuali


jika secara klinis diperlukan dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian tidak sengaja di wilayah yang diizinkan oleh aturan
kebijakannya.Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit perawatan
pasien diberi label jelas dan disimpan sedemikian rupa hingga tidak
mudah diakses.

C. PERAN PERAWAT DALAM MEWUJUDKAN KESELAMATAN PASIEN


TERUTAMA PADA PEMBERIAN OBAT

Berdasarkan hasil penelitian Selleya tahun 2013 tentanghubungan pengetahuan


dan sikap perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di ruang rawat
8

inap RSUD Liun Kendage Tahuna dapat disimpulkan sebagai berikut: Ada hubungan
pengetahuan perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di Ruang
Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna, dimana 95% perawat pelaksana mempunyai
pengetahuan baik tentang pelaksanaan keselamatan pasien, dan ada hubungan sikap
perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di Ruang Rawat Inap
RSUD Liun Kendage Tahuna, dimana 95% perawatpelaksana mempunyai sikap yang
baik dalam melaksanakan keselamatan pasien.

Mempunyai kemampuan untuk mengelola, mengontrol dan memberikan obat


secara aman (safety).Sebelum memberikan obat ke pasien, perawat harus mengetahui
secara pasti tentang:

1) Nama obat

2) Golongan obat / kelas farmakoterapi

3) Efek yang diinginkan & mekanisme aksi

4) Efek samping

5) Efek yang merugikan

6) Efek toksik

7) Interaksi

8) Kontraindikasi & tindakan pencegahannya

9) Regimen dosis & rute pemberian

10) Data farmakokinetika

11) Bagaimana jika perawat salah memberikan obat ?

- Segera mengakui kesalahan

- Hubungi dokter / laporkan kepada institusi terkait


9

- Evaluasi (pribadi maupun institusi) untuk mencari kesalahan &tindakan


pencegahan guna mencegah terulangnya kesalahanyg sama / kesalahan
lainnya.

- Dokumentasikan dg benar pd MR / form khusus kekeliruan :penjelasan


kesalahan & langkah yg sudah diambil untuk mengatasinya

D. KESALAHAN PEMBERIAN OBAT

1. DEFINISI OBAT

Obat adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk


mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi(PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993).

Menurut Kep. MenKes RI No. 193/Kab/B.VII/71, obat adalah suatu bahan


atau paduan bahan – bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan
diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, penyakit atau gejala penyakit,
luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk
memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia.

2. KESALAHAN PEMBERIAN OBAT

Kesalahan pemberian obat adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan


yang masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien
atau konsumen, dan seharusnya dapat dicegah (Cohen, 1991).

Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor
lain yang sekaligus sebagai kompensasi, memberi obat yang benar pada waktu yang
salah atau memberi obat yang benar pada rute yang salah, jika terjadi kesalahan
pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus segera menghubungi dokternya
atau kepala perawat atau perawat senior setelah kesalahan itu diketahuinya.

Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman.Perawat


harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan
10

mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang
diberikan di luar batas yang direkomendasikan.Secara hukum perawat bertanggung
jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau
obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien.Sekali obat telah
diberikan, perawat bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi.
Buku-buku referensi obat seperti , Daftar Obat Indonesia (DOI), Physicians‘ Desk
Reference (PDR), dan sumber daya manusia, seperti ahli farmasi, harus dimanfaatkan
perawat jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan,
kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi, atau reaksi yang merugikan
dari pengobatan (Kee and Hayes, 1996).

3. FAKTOR PENYEBAB KESALAHAN PEMBERIAN OBAT

a. Kurang menginterpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan.

Perawat juga sering tidak bertanggung jawab untuk melakukan interpretasi


yang tepat terhadap orde obat yang diberikan. Saat orde obat yang dituliskan tidak
dapat dibaca,maka dapat terjadi kesalahan interpretasi terhadap order obat yang
akan diberikan.

b. Kurang tepat dalam menghitung dosis obat yang akan diberikan.

Dosis merupakan faktor penting, baik kekurangan atau kelebihan obat


dapat menyebabkan dan bisa membehayakan,sehingga perhitungan dosis yang
kurang tepat dapat membayakan klien.

c. Kurang tepat mengetahui dan memahami prinsip enam benar.

Dalam memberikan pengobatan,kita sebagai perawat sering melakukan


kesalahan yang fatal,hal tersebut bisa terjadi apabila kita kurang mengetahui dan
memahami prinsip enam benar yang tepat.

a) Tepat Obat : mengecek program terapi pengobatan dari dokter,


menanyakan ada tidaknya alergi obat, menanyakan keluhan pasien
sebelum dan setelah memberikan obat, mengecek label obat, mengetahui
11

reaksi obat, mengetahui efek samping obat,hanya memberikan obat yang


di siapkan diri sendiri.

b) Tepat dosis : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek


hasil hitungan dosis dengan dengan perawat lain, mencampur/mengoplos
obat.

c) Tepat waktu : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek


tanggal kadaluarsa obat, memberikan obat dalam rentang 30 menit.

d) Tepat pasien : mengecek program terapi pengobatan dari dokter,


memanggil nama pasien yang akan diberikan obat, mengecek identitas
pasien pada papan/kardeks ditempat tidur pasien

e) Tepat cara pemberian : mengecek program terapi pengobatan dari dokter,


mengecek cara pemberian pada label/kemasan obat.

f) Tepat dokumentasi : mengecek program terapi pengobatan dari dokter,


mencatat nama pasien, nama obat, dosis, cara, dan waktu pemberian obat
(Kozier,2000).

E. CARA MENCEGAH KESALAHAN PEMBERIAN OBAT

1. Baca label obat dengan teliti. Banyak produk tersedia dalam kotak,warna dan bentuk
yang sama.

2. Pertanyakan pemberian banyak tablet atau vial untuk dosis tunggal. Kebanyakan
dosis terdiri dari satu atau dua tablet atau kapsul atau satu vial dosis tunggal.
Interprestasi yang salah terhadap program obat dapat mengakibatkan pemberian dosis
tinggi yang berlebihan.

3. Waspada obat-obatan bernama sama. Banyak nama obat yang terdengar


sama(misalnya digoxin dan digitoxin).
12

4. Cermati angka belakang koma. Beberapa obat tersedia dalam jumlah yang merupakan
perkalian satu sama lain(contoh:tablet cumadin dalam tablet 2,5 dan 2

5. Pertanyakan peningkatan dosis yang tiba-tiba dan berlebihan. Kebanyakan dosis di


programkan secara bertahap supaya dokter dapat memantau efek teraupetik dan
responnya.

6. Ketika suatu obat baru atau obat yang tidak lazim di programkan,konsultasikan
kepada sumbernya. Jika dokter tidak lazim dengan obat tersebut maka resiko
pemberian dosis yang tidak akurat menjadi lebih besar.

7. Jangan beri obat yang di programkan dengan nama pendek atau singkatan yang tidak
resmi.Banyak dokter menggunakan nama pendek atau singkatan tidak resmi untuk
obat yang sering di programkan.Apabila perawat atau ahli farmasi tidak mengenal
singkatan tersebut obat yang diberikan atau dikeluarkan bisa salah.

8. Jangan berupaya menguraikan dan mengartikan tulisan yang tidak dapat di


baca.Apabila ragu tanya ke dokter kesempatan terjadinya interprestasi
kecuali,perawat mempertanyakan program obat yang sulit di baca.

9. Kenali klien yang memiliki nama sama juga minta klien,menyebutkan nama
lengkapnya,cermati nama yang tertera pada tanda pengenalan.

10. Sering kali satu atau dua klien memiliki nama akhir yang sama atau mirip label
khusus pada buku,obat dapat memberi peringatan tentang peringatan masalah yang
potensial.

11. Cermati ekuivalen.Saat tergesa-gesa salah baca ekuivalen mudah terjadi.Contoh:di


baca milligram padahal mililiter.

F. PENATALAKSANAAN OBAT
13

Dalam membahas tentang penatalaksaan obat dibagi menjadi 2 yaitu pemberian


obatlangsung ke pasien dan pengelolaan atau penyimpanan obat di ruangan.

1. Pemberian obat ke pasien

a. Prinsip-prinsip peberian obat

Dalam membahas tentang prinsip peberian obat hal ini dibagi menjadi 3
yaitu persiaan peberian dan evaluasi.

a) Persiapan

Pertama perawat harus melihat obat apa yang akan di berikan. Kemudian
mengkaji obat (tujuan pemberian, cara kerja, efek samping, dosis dan lainnya).
Setelah itu melakukan persiapan yang berkaitan dengan pasien yaitu mengkaji
riwayat pengobatan pasien, pengetahuan pasien dan kondisi sebelum pengobatan.

b) Pemberian

Ada 6 benar yang harus diperhatikan perawat dalam pemberian obat.

c) Evaluasi

Perawat bertanggung jawab untuk memonitor respon pasien terhadap


pengobatan. Untuk obat-obatan yang sering digunakan di rumah sakit jiwa efek
samping biasanya terlihat sampai 1 jam setelah pemberian.

b. Metode pendekatan khusus dalam pemberian obat

Pemberian obat untuk pasien gangguan jiwa memerlukan pendekatan


khusus sesuai dengan kasusnya seperti pada kasus pasien curiga pasien bunuh diri
dan pasien yang ketergantungan obat.

1) Pendekatan khusus kepada pasien curiga


14

Pada pasien curiga tidak mudah percaya terhadap suatu tindakan atau
pemberian yang diberikan padanya.Perawat harus meyakinkan bahwa
tindakan treatment yang dilakukan ke pasien tidaklah berbahaya dan
bermanfaat bagi pasien. Secara verbal dan non verbal, perawat harus dapat
mengontrol perilakunya agar tidak menimbulkan keraguan pada diri pasien
karena tindakan ragu-ragu dari perawat akan menimbulkan kecurigaan pasien.

Berikan obat dala bentuk dan kemasan yang sama setiap emberi obat
agar pasien tidak bingung, cemas dan curiga. Jika ada perubahan dosis
diskusikan terlebih dahulu keadaan pasien sebelum meminta pasien untuk
meminumnya. Yakinkan obat benar-benar diminum dan ditelan dengan cara
meminta pasien membuka mulut dan gunakan spatel untuk melihat apakah
obat disebunyikan. Hal ini terutama pada pasien yang mempunyai riwayat
menyembunyikan obat di bawah lidah dan membuangnya.Untuk pasien yang
benar-benar menolak minum obat walaupun sudah dilakukan pendekatan
pemberian obat dilakukan melalui injeksi sesuai dengan instruktur dokter
dengan memperhatikan aspek legal dan hak pasien untuk menolak pengobatan
dalam keadaan darurat.

2) Pendekatan khusus kepada pasien yang potensial bunuh diri.

Pada pasien bunuh diri masalah yang sering timbul adalah penolakan
pasien untuk minum obat dengan maksud pasien untuk merusak
dirinya.Perawat harus bersikap tegas dalam pengawasan pasien untuk minum
obat karena pasien pada tahap ini berada dalam fase ambivalen antara
keinginan hidup dan mati.Perawat menggunakan kesempatan treatment pada
saat pasien memunyai keinginan hidup, agar keraguan pasien untuk
mengakhiri hidupnya berkurang karena pasien merasa diperhatikan.

Perhatian Perawat merupakan stimulus penting bagi pasien untuk


meningkatkan motivasi hidup.Dalam hal ini peran perawat dalam memberikan
obat diintegrasikan dengan pendekatan keperawatan diantaranya untuk
meningkatkan harga diri pasien.
15

3) Pendekatan khusus pada pasien ketergantungan obat

Pada pasien yang mengalami ketergantungan obat biasanya


menganggap bahwa obat adalah segala-galanya dalam menyelesaikan
masalah. Sehingga perawat perlu memberikan penjelasan kepada pasien
tentang manfaat obat dan obat bukanlah satu-satunya cara untuk
menyelesaikan masalah. Terapi obat harus disesuaikan dengan terapi
modalitas lainnya seperti penjelasan cara-cara melewati proses kehilangan.

c. Pendidikan Kesehatan

Secara moral perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan


kesehatan pada pasien dan keluarga. Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan
mencakup informasi tentang penyakit kemajuan pasien, obat, cara merawat
pasien. Pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan pemberian obat yaitu
informasi tentang obat efek samping cara minum obat waktu dan dosis.

BAB III
TINJAUAN KASUS
CONTOH STUDI KASUS
Kasus

Kasus An. A di Rumah Sakit umur 3 tahun pada tanggal 14 februari 2012, pasien
di rawat di ruangan melati RS padang dengan diagnosa Demam kejang . Sesuai order
dokter infus pasien harus diganti dengan didrip obat penitoin namun perawat yang tidak
16

mengikuti operan jaga langsung mengganti infuse pasien tanpa melihat bahwa terapi
pasien tersebut infusnya harus didrip obat penitoin. Beberapa menit kemudian pasien
mengalami kejang-kejang, untung keluarga pasien cepat melaporkan kejadian ini
sehingga tidak menjadi tambah parah dan infusnya langsung diganti dan ditambah
penitoin.

16
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Analisis

Dalam kasus ini terlihat jelas bahwa kelalaian perawat dapat membahayakan
keselamatan pasien. Seharusnya saat pergantian jam dinas semua perawat memiliki
tanggung jawab untuk mengikuti operan yang bertujuan untuk mengetahui keadaan
17

pasien dan tindakan yang akan dilakukan maupun dihentikan. Supaya tidak terjadi
kesalahan pemberian tindakan sesuai dengan kondisi pasien.

Pada kasus ini perawat juga tidak menjalankan prinsip 6 benar dalam pemberian
obat. Seharusnya perawat melihat terapi yang akan diberikan kepada pasien sesuai order,
namun dalam hal ini perawat tidak menjalankan prinsip benar obat.

Disamping itu juga, terkait dengan hal ini perawat tidak mengaplikasikan konsep
patient safety dengan benar, terbukti dari kesalahan akibat tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan yang menyebabkan ancaman keselamatan pasien.

17
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling penting.
Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat
18

bertanggung jawab pada obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat tersebut
benar.Obat yang diberikan kepada pasien, menjadi bagian integral dari rencana
keperawatan.

Tugas seorang perawat adalah harus mengembalikan ke bagian farmasi.Setelah


obat diberikan, tugas seorang perawat adalah mendokumentasikan, dosis, cara/rute,
waktu dan oleh siapa obat itu diberikan.Bila pasien menolak diberikan obat, atau obat itu
tidak dapat dapat diberikan karena alasan tertentu, perawat harus mencatat alasannya dan
dilaporkan kepada dokter untuk tindakan selanjutnya.

B. Saran

Sebagai perawat kiranya harus melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya tanpa


menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang
lain.Perawat harus memahami betul apa saja peran yang harus dimilikinya dalam
pemberian obat kepada pasien, agar tidak terjadi kesalahan.Meningkatkan motivasi dan
kinerja perawat dengan pengawasan, karena sebenarnya perawat sudah mendapatkan
pengetahuan tentang bagaimana prinsip pemberian obat pada pasien yang benar.

Dan Jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat, perawat yang bersangkutan
harus segera menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior
segera setelah kesalahan itu diketahuinya, agar segera di atasi.

DAFTAR PUSTAKA 18

Aiken L. H. dan Clarke S. .(2002).

Bawelle, Selleya Cintya, dkk. 2013. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dengan
Pelaksanaaan Keselamatan Pasien (Patient Safety)

Bayang, Andi Thenry., dkk. 2013.Faktor Penyebab


19

Cohen, M.R. 1991.

Dwiprahasto I. 2006.“Intervensi Pelatihan untuk Meminimalkan Risiko Medication Error diPusat


Pelayanan Kesehatan Primer”, Jurnal Berkala Ilmu Kedokteran 2006, XXXVIII.http://i-
lib.ugm.ac.id/jurnal/detail. (diakses tanggal 29 April 2014).

Joyce L,Kee dan Hayes Evelyn R. 1996.Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.Jakarta:


EGC.

Kozier, Barbara. 2000. Fundamental of Nursing: Concept, Prosess, and Practice: Sixh edition.
Menlo Park, California.

Lisby M, et al.(2005).Errors in the medication process: frequency, type, andpotential.


International Journal for Quality in Health Care: 17 (1): 15-22.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.PerMenKes917/Menkes/Per/x/1993


tentang kesalahan obat.Jakarta : DepKes.

Anda mungkin juga menyukai