BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assessmen
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKesRI,
2006).
1
2
Kesalahan pemberian obat adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang
masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau
konsumen, dan seharusnya dapat dicegah (Cohen, 1991).
Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat - obatan yang aman. Perawat
harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan
perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas
yang direkomendasikan. Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka
memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan
kontra indikasi bagi status kesehatan klien. Sekali obat telah diberikan, perawat
bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi obat
seperti, Daftar Obat Indonesia ( DOI ), Physicians‘ Desk Reference (PDR), dan sumber
daya manusia, seperti ahli farmasi, harus dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas
mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan, kontra indikasi, dosis, efek samping yang
mungkin terjadi, atau reaksi yang merugikan dari pengobatan ( Kee and Hayes, 1996 ).
B. Rumusan Masalah
8. Berikan contoh studi kasus serta analisis pada kesalahan pemberian obat!
C. Tujuan
1) Tujuan Umum
2) Tujuan Khusus
BAB II
PEMBAHASAN
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi: assessmen
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKesRI,
2006).
1. Hak pasien 4
5
1) Standar SIKP.3
inap RSUD Liun Kendage Tahuna dapat disimpulkan sebagai berikut: Ada hubungan
pengetahuan perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di Ruang
Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna, dimana 95% perawat pelaksana mempunyai
pengetahuan baik tentang pelaksanaan keselamatan pasien, dan ada hubungan sikap
perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di Ruang Rawat Inap
RSUD Liun Kendage Tahuna, dimana 95% perawatpelaksana mempunyai sikap yang
baik dalam melaksanakan keselamatan pasien.
1) Nama obat
4) Efek samping
6) Efek toksik
7) Interaksi
1. DEFINISI OBAT
Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor
lain yang sekaligus sebagai kompensasi, memberi obat yang benar pada waktu yang
salah atau memberi obat yang benar pada rute yang salah, jika terjadi kesalahan
pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus segera menghubungi dokternya
atau kepala perawat atau perawat senior setelah kesalahan itu diketahuinya.
mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang
diberikan di luar batas yang direkomendasikan.Secara hukum perawat bertanggung
jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau
obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien.Sekali obat telah
diberikan, perawat bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi.
Buku-buku referensi obat seperti , Daftar Obat Indonesia (DOI), Physicians‘ Desk
Reference (PDR), dan sumber daya manusia, seperti ahli farmasi, harus dimanfaatkan
perawat jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan,
kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi, atau reaksi yang merugikan
dari pengobatan (Kee and Hayes, 1996).
1. Baca label obat dengan teliti. Banyak produk tersedia dalam kotak,warna dan bentuk
yang sama.
2. Pertanyakan pemberian banyak tablet atau vial untuk dosis tunggal. Kebanyakan
dosis terdiri dari satu atau dua tablet atau kapsul atau satu vial dosis tunggal.
Interprestasi yang salah terhadap program obat dapat mengakibatkan pemberian dosis
tinggi yang berlebihan.
4. Cermati angka belakang koma. Beberapa obat tersedia dalam jumlah yang merupakan
perkalian satu sama lain(contoh:tablet cumadin dalam tablet 2,5 dan 2
6. Ketika suatu obat baru atau obat yang tidak lazim di programkan,konsultasikan
kepada sumbernya. Jika dokter tidak lazim dengan obat tersebut maka resiko
pemberian dosis yang tidak akurat menjadi lebih besar.
7. Jangan beri obat yang di programkan dengan nama pendek atau singkatan yang tidak
resmi.Banyak dokter menggunakan nama pendek atau singkatan tidak resmi untuk
obat yang sering di programkan.Apabila perawat atau ahli farmasi tidak mengenal
singkatan tersebut obat yang diberikan atau dikeluarkan bisa salah.
9. Kenali klien yang memiliki nama sama juga minta klien,menyebutkan nama
lengkapnya,cermati nama yang tertera pada tanda pengenalan.
10. Sering kali satu atau dua klien memiliki nama akhir yang sama atau mirip label
khusus pada buku,obat dapat memberi peringatan tentang peringatan masalah yang
potensial.
F. PENATALAKSANAAN OBAT
13
Dalam membahas tentang prinsip peberian obat hal ini dibagi menjadi 3
yaitu persiaan peberian dan evaluasi.
a) Persiapan
Pertama perawat harus melihat obat apa yang akan di berikan. Kemudian
mengkaji obat (tujuan pemberian, cara kerja, efek samping, dosis dan lainnya).
Setelah itu melakukan persiapan yang berkaitan dengan pasien yaitu mengkaji
riwayat pengobatan pasien, pengetahuan pasien dan kondisi sebelum pengobatan.
b) Pemberian
c) Evaluasi
Pada pasien curiga tidak mudah percaya terhadap suatu tindakan atau
pemberian yang diberikan padanya.Perawat harus meyakinkan bahwa
tindakan treatment yang dilakukan ke pasien tidaklah berbahaya dan
bermanfaat bagi pasien. Secara verbal dan non verbal, perawat harus dapat
mengontrol perilakunya agar tidak menimbulkan keraguan pada diri pasien
karena tindakan ragu-ragu dari perawat akan menimbulkan kecurigaan pasien.
Berikan obat dala bentuk dan kemasan yang sama setiap emberi obat
agar pasien tidak bingung, cemas dan curiga. Jika ada perubahan dosis
diskusikan terlebih dahulu keadaan pasien sebelum meminta pasien untuk
meminumnya. Yakinkan obat benar-benar diminum dan ditelan dengan cara
meminta pasien membuka mulut dan gunakan spatel untuk melihat apakah
obat disebunyikan. Hal ini terutama pada pasien yang mempunyai riwayat
menyembunyikan obat di bawah lidah dan membuangnya.Untuk pasien yang
benar-benar menolak minum obat walaupun sudah dilakukan pendekatan
pemberian obat dilakukan melalui injeksi sesuai dengan instruktur dokter
dengan memperhatikan aspek legal dan hak pasien untuk menolak pengobatan
dalam keadaan darurat.
Pada pasien bunuh diri masalah yang sering timbul adalah penolakan
pasien untuk minum obat dengan maksud pasien untuk merusak
dirinya.Perawat harus bersikap tegas dalam pengawasan pasien untuk minum
obat karena pasien pada tahap ini berada dalam fase ambivalen antara
keinginan hidup dan mati.Perawat menggunakan kesempatan treatment pada
saat pasien memunyai keinginan hidup, agar keraguan pasien untuk
mengakhiri hidupnya berkurang karena pasien merasa diperhatikan.
c. Pendidikan Kesehatan
BAB III
TINJAUAN KASUS
CONTOH STUDI KASUS
Kasus
Kasus An. A di Rumah Sakit umur 3 tahun pada tanggal 14 februari 2012, pasien
di rawat di ruangan melati RS padang dengan diagnosa Demam kejang . Sesuai order
dokter infus pasien harus diganti dengan didrip obat penitoin namun perawat yang tidak
16
mengikuti operan jaga langsung mengganti infuse pasien tanpa melihat bahwa terapi
pasien tersebut infusnya harus didrip obat penitoin. Beberapa menit kemudian pasien
mengalami kejang-kejang, untung keluarga pasien cepat melaporkan kejadian ini
sehingga tidak menjadi tambah parah dan infusnya langsung diganti dan ditambah
penitoin.
16
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Analisis
Dalam kasus ini terlihat jelas bahwa kelalaian perawat dapat membahayakan
keselamatan pasien. Seharusnya saat pergantian jam dinas semua perawat memiliki
tanggung jawab untuk mengikuti operan yang bertujuan untuk mengetahui keadaan
17
pasien dan tindakan yang akan dilakukan maupun dihentikan. Supaya tidak terjadi
kesalahan pemberian tindakan sesuai dengan kondisi pasien.
Pada kasus ini perawat juga tidak menjalankan prinsip 6 benar dalam pemberian
obat. Seharusnya perawat melihat terapi yang akan diberikan kepada pasien sesuai order,
namun dalam hal ini perawat tidak menjalankan prinsip benar obat.
Disamping itu juga, terkait dengan hal ini perawat tidak mengaplikasikan konsep
patient safety dengan benar, terbukti dari kesalahan akibat tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan yang menyebabkan ancaman keselamatan pasien.
17
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling penting.
Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat
18
bertanggung jawab pada obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat tersebut
benar.Obat yang diberikan kepada pasien, menjadi bagian integral dari rencana
keperawatan.
B. Saran
Dan Jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat, perawat yang bersangkutan
harus segera menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior
segera setelah kesalahan itu diketahuinya, agar segera di atasi.
DAFTAR PUSTAKA 18
Bawelle, Selleya Cintya, dkk. 2013. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dengan
Pelaksanaaan Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Kozier, Barbara. 2000. Fundamental of Nursing: Concept, Prosess, and Practice: Sixh edition.
Menlo Park, California.