Anda di halaman 1dari 21

BAB III

TINJAUAN KHUSUS RSUD dr. CHASBULLAH ABDULMADJID


KOTA BEKASI

3.1 Sejarah dan Perkembangan RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi pada tahun 1939 masih merupakan
daerah terpencil dan merupakan bagian dari Karisedanan Jatinegara. Seorang tuan tanah
terketuk hatinya untuk menolong sesamanya yang sedang sakit, dengan membangun balai
kesehatan berukuran 6 x 18 meter di atas tanah seluas 400 m persegi yang dihibahkan untuk
kepentingan umum. Tahun 1942 saat penjajahan Jepang, balai ini mendapat perhatian dan
dikembangkan menjadi Poliklinik Bekasi yang dipimpin oleh seorang patriot pejuang
kemerdekaan bernama Bapak Jasman. Tahun 1945 poliklinik tersebut dijadikan basis
perlengkapan P3K. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, berubah status
menjadi RS Pembantu, tepatnya pada tanggal 24 Juli 1946.
Pada tahun 1946 kepemimpinan digantikan oleh seorang juru rawat dari RS Pembantu
Banjaran, bernama Bapak S.Wijaya. Pada saat kepemimpinannya berubah menjadi RSU Kab.
Bekasi dengan kapasitas 10 tempat tidur dan penambahan bangunan untuk Perawat dan
Bidan. Kepemimpinan Rumah Sakit pada tahun 1970 dipimpin oleh seorang Dokter dibantu
beberapa tenaga medis dan non medis. Sejak saat itu organisasi dan tata laksana RSUD
ditetapkan. Selanjutya, dalam perkembangannya Rumah Sakit ditetapkan sebagai Rumah
Sakit kelas C, berdasarkan SK Menkes Republik Indonesia Nomor 051/Menkes/SK/II/1979
tentang Pengelolaan Rumah Sakit Umum Pemerintah. Pada 1 April 1999 RSU diserahkan
oleh pemda Kabupaten Bekasi kepada Pemda Kabupaten Bekasi kepada Pemda Kotamadya
Daerah Tingkat II Bekasi.
Pada tanggal 30 November 2000 ditetapkan Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 12
tahun 2000 tentang Pembentukan RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi Nomor 12
Tahun 2000 tentang Pembentukan Rumah Sakit Umum Daerah Pemerintah Kota Bekasi
sekaligus dengan peningkatan status menjadi RSUD kelas B Non Pendidikan Pemerintah
Kota Bekasi oleh Walikota. Pada tahun 2001 dikeluarkannya Peraturan Daerah Nomor 20
Tahun 2001 tentang Penetapan RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi menjadi Unit
Swadana, untuk melengkapi Dasar Hukum dalam operasional Rumah Sakit ditetapkanlah
Perda Nomor 21 Tahun 2001 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Kota Bekasi. Pada tahun 2009 dikeluarkan Peraturan Walikota Nomor
060/Kep.251-Org/VII/2009 tentang RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi menjadi
BLUD dengan status penuh.
3.1.1 Tujuan, Visi, Misi, Motto dan Tugas Pokok RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid
Kota Bekasi
1. Tujuan
a. Meningkatnya tata kelola
b. Meningkatnya kualitas dan kuantitas SDM
c. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
d. Meningkatnya kualitas layanan secara paripurna
e. Meningkatnya kepercayaan pelanggan
f. Menangkap peluang besar
g. Meningkatnya peluang besar
h. Meningkatnya pendapatan
i. Menjadi Rumah Sakit rujukan regional yang berstandar nasional
j. Menjadi Rumah Sakit Pendidikan
2. Visi
RSUD terdepan dalam pelayanan secara paripurna menuju masyarakat sehat dan
mandiri.
3. Misi
a. Kami adalah Rumah Sakit umum daerah yang melayani dengan hati.
b. Kami Memberikan pelayanan terintegrasi berbasis teknologi modern.
c. Kami Menjamin kualitas layanan dengan mengutamakan kepuasan
pelanggan.
d. Kami Berjuang mewujudkan kualitas hidup seimbang secara fisik,
emosional, dan spiritual.
4. Motto
Ramah, Sopan, Unggul, Dinamis (RSUD)
3.1.2 Struktur Organisasi RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
Struktur Organisasi RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi dipimpin
oleh seorang Direktur. Dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.1.3 Tenaga Profesional RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
Tenaga kesehatan merupakan setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan juga harus memiliki kualifikasi
minimum, memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan
kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional. Kode etik standar
profesi diatur oleh organisasi masing–masing profesi.
Tenaga Kesehatan Rumah Sakit dibagi menjadi:
a. Tenaga medis meliputi Dokter dan Dokter gigi
b. Tenaga keperawatan meliputi Perawat dan Bidan
c. Tenaga kefarmasian meliputi Apoteker, Analisis Farmasi, dan Tenaga Teknis
Kefarmasian.
d. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi mikrobiologi, penyuluhan dan
Administrator kesehatan.
e. Tenaga gizi meliputi Nutrisionis, Dietisian
f. Tenaga keterampilan fisik meliputi fisioterapi, terapi wicara
g. Tenaga keteknisan meliputi Radiografer, Teknis Gigi, Elektromedia, Analisis
Kesehatan, Teknis Transfusi Dan Rekam Medis.(6)
3.1.4 Pelayanan RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
1. Instalasi Rawat Jalan
Instalasi rawat jalan RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi telah
memiliki hampir semua spesialisasi di masing-masing poliklinik. Poliklinik rawat
jalan buka setiap hari kerja senin sampai sabtu.
Poliklinik spesialis terdiri dari:
1. Spesialis penyakit dalam
2. VCT
3. MCU
4. Spesialis anak
5. Spesialis kandungan dan kebidanan
6. Spesialis mata
7. Spesialis THT
8. Spesialis paru
9. Spesialis jantung
10. Spesialis syaraf
11. Spesialis jiwa (psikiatri)
12. Spesialis bedah tulang (orthopedi)
13. Spesialis urologi
14. Spesialis gigi
15. Spesialis kulit kelamin
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan
Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian kepada Pasien dalam rangka
meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping
karena obat, untuk tujuan keselamatan Pasien (patient safety) sehingga kualitas
hidup Pasien (quality of life) terjamin.

2. Instalasi Rawat Inap


Pelayanan rawat Inap adalah pelayanan yang diberikan kepada Pasien yang
membutuhkan Perawatan secara intensif di Rumah Sakit sehingga mengharuskan
Pasien untuk tinggal di Rumah Sakit hingga kesehatannya membaik. Instalasi rawat
inap Rumah Sakit Umum Daerah dr Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi memiliki
kemampuan dalam mempersiapkan tempat rawat inap Pasien sebanyak 700 tempat
tidur.

3.2 Instalasi Farmasi RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi


Instalasi Farmasi RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi adalah satuan unit
kerja fungsional yang dipimpin oleh seorang Apoteker pejabat pengelola yang disebut Kepala
Instalasi Farmasi yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan perbekalan farmasi guna
memenuhi kebutuhan semua pelayanan kesehatan di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid
Kota Bekasi yang optimal meliputi: perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian
perbekalan farmasi dan produksi sediaan famasi, serta melaksanakan pelayanan farmasi
klinik sesuai prosedur kefarmasian dan etik profesi.
Instalasi Farmasi memiliki unit-unit pelayanan farmasi berupa depo farmasi. Depo
farmasi berada di bawah Instalasi Farmasi yang dipimpin oleh seorang profesional
(Apoteker) yang bertanggung jawab dalam pengelolaaan dan penggunaan perbekalan
kefarmasian dengan pelayanan medis dan keperawatan dengan tugas pokok melakukan
efisiensi pengadaan dan penyelenggaraan pelayanan farmasi sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
Depo Farmasi terdiri dari Depo Farmasi Gedung D, Depo Farmasi Gedung B, Depo
Farmasi IGD, Depo Farmasi Rawat Inap, Depo Farmasi Gedung E, dan Depo Farmasi Kamar
Operasi. Penanggung jawab farmasi masing-masing Depo adalah seorang Apoteker yang
diberi tanggung jawab untuk mengkoordinir seluruh kegiatan pelaksanaan pelayanan farmasi
sesuai dengan teknis secara cepat, tepat dan akurat. Struktur organisai Instalasi Farmasi
RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi dapat dilihat pada Lampiran .
Pelayanan farmasi klinis dipegang oleh seorang Apoteker yang bertanggung jawab
dalam mengkoordinasikan dan memastikan seluruh kegiatan pelayanan farmasi diberikan
dengan tujuan agar terapi obat yang diperoleh secara optimal serta dapat meningkatkan
kulaitas hidup Pasien melalui beberapa cara berupa pemantauan terapi obat, konseling dan
pemberian informasi obat.
3.2.1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi (Obat dan Bahan Medis Habis Pakai/BMHP)
Gudang farmasi dipimpin oleh seorang Kepala Gudang yaitu Apoteker.
Kegiatan di Gudang farmasi berupa usulan perencanaan, penerimaan, penyimpanan
dan pendistribusian, pemusnahan, dan pelaporan perbekalan farmasi.
1. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di RSUD dr.
Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi ini berdasarkan: Formularium Nasional,
pola penyakit, mutu, harga dan ketersediaan di pasaran. Pemilihan perbekalan
farmasi di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi dilakukan oleh
Komite Farmasi Terapi (KFT).
2. Perencanaan
Bagian perencanaan bertugas merencanakan, mengendalikan, dan
mengadakan perbekalan kesehatan, obat-obatan dan alat kesehatan sekali pakai.
Dasar perencanaan RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi:
a. Konsumsi, merupakan pola yang paling utama, berdasarkan data penggunaan
perbekalan kesehatan tahun sebelumnya.
b. Epidemiologi, berdasarkan pola kejadian penyakit di masyarakat tahun
sebelumnya.
c. Sisa Persediaan yang mengacu pada hasil stock opname
d. Rencana pengembangan
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan
perbekalan farmasi. Pengadaan di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota
Bekasi dilakukan oleh bagian unit pengadaan barang dan jasa (UPBJ) yang sudah
diberikan wewenang melalui surat keputusan Direktur secara berkala tahunan
secara online menggunakan e-purchasing untuk barang yang tersedia dalam e-
catalogue. Untuk barang yang belum tersedia dalam e-catalog maka dilakukan
pembelian secara manual ke distributor atau sub distributor rekanan RSUD dr.
Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi.
Salah satu cara untuk penentuan pengadaan yaitu Buffer stock atau yaitu stok
penyangga persediaan saat pemesanan, yang bertujuan untuk mengantisipasi
perubahan yang mungkin terjadi. Seperti: jumlah permintaan meningkat, atau
apabila obat datang terlambat. Buffer stock harus ada untuk semua item obat,
terutama untuk obat fast moving. Dengan demikian tidak ada kekosongan obat
di Rumah Sakit.
Pengadaan di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi dilakukan
secara berkala dan rutin setiap akhir bulannya. RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Kota Bekasi menetapkan cara penentuan Buffer stock sebesar 20%
untuk semua jenis obat terutama obat fast moving. Hal ini dilakukan untuk
mencegah kekosongan obat yang terlalu lama karena banyak hal, seperti:
pembayaran yang tertunda, keterlambatan perencanaan, keterlambatan dalam
pengiriman barang, antisipasi kosong pabrik, kosong regional, dan kosong
nasional. Sediaan farmasi yang ada di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota
Bekasi didapat melalui pembelian, konsinyasi, sumbangan atau hibah. Alur
Perencanaan dan Pengadaan Perbekalan Farmasi RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Kota Bekasi dapat dilihat pada Lampiran.
Sumber anggaran yang digunakan dalam pengadaan bekal kesehatan
adalah:
a. APBD (anggaran pendapatan dan belanja daerah)
b. BLUD (badan layanan umum daerah)
Sistem pengadaan bekal kesehatan di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota
Bekasi yaitu Sistem Pembelian.
Sistem pembelian di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi yaitu:
a. Pelelangan atau tender dilakukan untuk pengadaan barang diatas Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), khusus untuk obat-obatan pembelian
dilakukan untuk obat-obat yang sesuai dengan Formularium Rumah Sakit.
b. Pembelian langsung dilakukan apabila pelelangan tidak efisien dari segi
biaya pelelangan, biasanya dilakukan untuk pengadaan barang di bawah Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
c. Donasi : obat dan alat kesehatan oleh pihak tertentu, donasi dari pemerintah
dan fasilitas kesehatan di Jawa Barat.
4. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian surat pesanan,
faktur dan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan
barang harus tersimpan dengan baik.
Alur penerimaan barang di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
yaitu barang yang datang akan diperiksa oleh Panitia Pemeriksa Pekerjaan
Daerah (P3D) yang sudah diberikan wewenang melalui surat keputusan Direktur
secara berkala tahunan untuk melakukan rangkaian pemeriksaan di setiap sediaan
farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang datang dari distributor dan/atau sub
distributor. Pemeriksaan meliputi kesesuaian antara surat pesanan, faktur, dan
kondisi fisik barang. Adapun kesesuian yang diperiksa antara lain: Ketepatan
identitas pelanggan tujuan, nama dan jumlah barang, kadaluarsa. Minimal 2 (dua)
tahun sejak tanggal penerimaan barang, harga dan kondisi fisik barang.
Apabila semua telah sesuai, maka petugas pemeriksa barang akan
melakukan serah terima barang tersebut kepada Kepala G udang. Kemudian,
faktur yang telah diterima dibubuhi tanda tangan pemeriksa dan penerima, cap
dan tanggal penerimaan. Gudang mengambil salinan faktur sebanyak 2 lembar
untuk arsip gudang dan tembusan UPBJ guna pelaporan realisasi pengadaan.
Faktur asli digunakan untuk proses penagihan ke bagian keuangan setelah berkas
lengkap oleh pelaksana administrasi UPBJ. Setelah itu, salinan faktur akan
dimasukkan ke dalam sistem billing Rumah Sakit agar jumlah stok barang
gudang bertambah sesuai dengan jumlah yang diterima dan dicatat kembali
didalam kartu stok obat manual.
5. Penyimpanan perbekalan farmasi
Perbekalan farmasi disimpan di gudang Farmasi berdasarkan:
a. Suhu Penyimpanan:
Suhu Dingin (20 – 80 C), meliputi produk termolabil seperti serum, vaksin,
albumin, insulin, suppositoria, dll. Suhu Sejuk (160-250C), meliputi Antibiotik
injeksi, serbuk prebiotik, dll. Suhu Kamar (250-300C), meliputi tablet dan sirup
pada umumnya
b. Kelompok Obat:
Obat generik dan Obat bermerk (branded)
c. Bentuk Sediaan:
Oral solid, Oral semisolid-liquid, Parentheral, Obat Luar, Alkes dan Bahan
Medis Habis Pakai, Cairan Infus bervolume besar (500 ml)
d. Alfabetis
e. FIFO/FEFO
f. Penyimpanan Khusus
1) Narkotika/ Psikotropika/ Prekursor yang disimpan secara khusus, terpisah,
dan terawasi
2) High Alert Medicine dan larutan konsentrasi tinggi
3) Obat dengan Nama Obat Rupa Ucapan Mirip (NORUM)/ LASA (Look
Alike Sound Alike) yang penyimpanannya tidak boleh berdekatan
6. Pendistribusian perbekalan farmasi
Gudang farmasi melakukan pendistribusian ke depo farmasi, ruang
Perawatan, poliklinik, ruang hemodialisa dan unit lainnya sesuai dengan
kebutuhan masing-masing. Setiap pendistribusian perbekalan farmasi dari gudang
harus dibuat faktur pengeluaran barang sebagai bukti serah terima barang.
Prosedur pendistribusian dan penyerahan perbekalan farmasi di gudang farmasi
sebagai berikut:
a. Gudang farmasi menerima permintaan barang dari depo farmasi, poliklinik,
ruang Perawatan, dan unit lainnya melalui sistem billing atau lewat buku
permintaan manual
b. Penanggung jawab pengelolaan perbekalan farmasi memeriksa jumlah barang
yang akan diberikan
c. Petugas gudang akan menyiapkan barang yang diminta sesuai dengan
ketersediaan stok gudang
d. Petugas gudang melakukan serah terima dengan penerima barang di faktur
pengeluaran barang
e. Untuk kebutuhan paket Pasien hemodialisa, dilakukan metode floor stock
harian sejumlah kapasitas maksimal ruang hemodialisa
f. Pengarsipan
7. Pemusnahan
Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang
tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemusnahan obat-obat
yang kadaluarsa dilakukan di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
dengan mendata nama, jumlah, berat dan harganya, membuat berita acara serah
terima dari Instalasi Farmasi ke Instalasi K3LRS untuk diserahkan pada pihak
ketiga untuk dimusnahkan yaitu PT. Wastek melalui perusahan pengangkut PT.
Jalan Hijau.
Di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi pemusnahan resep
dilakukan terhadap resep yang telah berumur minimal 5 (lima) tahun dibuat berita
acara, untuk resep umum dan psikotropik ditimbang terlebih dahulu sedangkan
untuk resep narkotik harus dihitung perlembarnya. Pemusnahan resep disaksikan
oleh seorang Apoteker, tenaga kerja lain di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid
Kota Bekasi dan saksi dari Dinas Kesehatan.
8. Pengendalian
Pengendaliaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP di RSUD dr.
Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi menggunakan kartu stok manual dan
sistem billing (aplikasi komputer). Kartu stok manual dimutakhirkan setiap
sebulan sekali saat pelaksanaan stock opname. Stock Opname bertujuan untuk
mengetahui kesesuaian stok fisik obat, memeriksa kadaluarsa, menilai kecepatan
mutasi obat dan ketepatan pengadaan. Pengendalian ini dilakukan dengan tujuan
untuk menciptakan keseimbangan antara persediaan dengan permintaan serta
menjaga agar pelayanan di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi bisa
berjalan lancar tanpa adanya kehilangan, kehabisan, dan kelebihan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan BMHP.
9. Administrasi
1. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan melalui sistem aplikasi komputer dan manual pada kartu
stock. Pelaporan yang dilakukan oleh bagian gudang adalah :
a) Laporan Stock Opname
b) Laporan Penerimaan
c) Laporan Pengeluaran
d) Laporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
e) Laporan obat hibah (Program obat HIV, Vaksin Bantuan Dinkes, Program
Methadon)
Untuk laporan stock opname, laporan penerimaan dan laporan pengeluaran
disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan Anggaran Daerah
(BPKAD) Kota Bekasi sedangkan untuk pelaporan Psikotropika dan
Narkotika disampaikan ke Kemenkes melalui SIPNAP. Laporan untuk obat-
obat sumbangan/ hibah dibuat dan disampaikan kepada pihak pemberi hibah.
Laporan tersebut dibuat secara berkala tiap bulannya dan dibuat rekapitulasi
tahunan.
10. Pemberian Obat
1. Proses pemberian obat di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
dilakukan oleh:
a. Dokter.
b. Perawat pemegang Pasien dengan kualifikasi S1 nurse atau D3
berpengalaman lebih dari 1 tahun yang telah melewati orientasi selama 6
bulan.
c. Pada kondisi emergensi, Perawat tertentu yang ditunjuk oleh kordinator
ruangan dapat dilakukan pemberian obat.
2. Pemberian obat harus sesuai dengan resep/ instruksi Dokter yang tercantum
dalam rekam medik.
11. Pengembalian/ Penarikan Kembali Perbekalan Farmasi
a. Pengembalian (returnn) perbekalan farmasi dari Pasien adalah proses
pengembalian perbekalan farmasi yang tidak digunakan Pasien karena
alasan alergi, perubahan terapi atau Pasien meninggal dunia.
b. Penarikan kembali (recall) atau pengembalian perbekalan farmasi dari unit
pelayanan Pasien adalah sebuah sistem yang dibuat oleh unit farmasi untuk
memperoleh kembali perbekalan farmasi dari tempat distribusinya di
Rumah Sakit.
c. Pengembalian (return) perbekalan farmasi harus memenuhi persyaratan
berikut:
1. Obat/ Alat kesehatan masih dalam kemasan asli (tidak terbuka);
2. Label (nama obat, kekuatan nomor bacth, tanggal kadaluwarsa) masih
terbaca jelas;
3. Bukan obat racikan, obat termolabil, tablet tanpa kemasan;
d. Penarikan kembali perbekalan farmasi (recall) dari unit pelayan Pasien
dilakukan dengan alasan berikut :
1. Perbekalan farmasi ditarik oleh pabrik/produsen, distributor,
Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM),
2. Kepala Instalasi Farmasi mendokumentasikan hasil penarikan kembali
perbekalan farmasi tersebut untuk dilaporkan ke BPOM Perbekalan
farmasi kadaluwarsa/ rusak.
e. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab untuk memastikan penarikan
kembali perbekalan farmasi dari seluruh unit pelayanan dan menyerahkan
ke Sub unit perbekalan farmasi.
f. Pengembalian perbekalan farmasi kadaluwarsa/rusak harus disertai surat
pengantar yang dilengkapi dengan daftar perbekalan farmasi yang
dikembalikan dan ditanda tangani oleh Koordinator ruangan.
g. Petugas ruangan dan petugas farmasi melakukan serah terima perbekalan
farmasi yang dikembalikan dan didokumentasikan dalam berita acara serah
terima perbekalan farmasi.
12. Pencatatan dan Pelaporan
a. Pencatatan perbekalan farmasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan
untuk memonitor mutasi perbekalan farmasi yang terjadi di unit farmasi.
Pelaporan perbekalan farmasi merupakan sistem atau metode yang
dilakukan untuk melaporkan segala kegiatan yang dilakukan terkait dengan
pelayanan farmasi di Unit Farmasi RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid
Kota Bekasi.
b. Setiap perbekalan farmasi yang diterima harus terdokumentasikan dengan
baik dan benar.
c. Pencatatan perbekalan farmasi yang diterima dilakukan pada kartu stok
masing-masing perbekalan farmasi dan atau pada sistem perbekalan
farmasi.
d. Laporan dibuat oleh masing-masing penanggung jawab yang telah ditunjuk
oleh kepala Instalasi Farmasi untuk di laporkan ke pihak yang
berkepentingan.
e. Laporan yang dibuat terdiri dari laporan harian, laporan bulanan, laporan
triwulan dan laporan tahunan.
f. Kepala Instalasi Farmasi diwajibkan membuat laporan rutin yang terdiri
dari:
1. Laporan mutasi perbekalan farmasi
2. Laporan narkotika
3. Laporan stock opname
4. Laporan perbekalan farmasi kadaluwarsa
5. Laporan pendapatan
6. Laporan pembelian
7. Laporan kinerja (laporan sasaran mutu, laporan indikator mutu)
8. Laporan insiden
13. Pemusnahan
a. Pemusnahan perbekalan farmasi adalah rangkaian kegiatan mulai dari
seleksi perbekalan farmasi yang kadaluarsa/rusak, penandaan, penarikan,
pencatatan, menghitung nilai rupiah, sampai proses penghapusan.
b. Perbekalan farmasi kadaluwarsa/rusak dikembalikan ke gudang
perbekalan farmasi yang disertai dengan pembuatan berita acara serah
terima perbekalan farmasi yang dilengkapi dengan daftar perbekalan
farmasi yang dikembalikan dan ditanda tangani oleh kordinator ruangan/
unit kerja.
c. Pemusnahan perbekalan farmasi kadaluwarsa/rusak dilakukan oleh tim
kesehatan dan keselamatan kerja Rumah Sakit (K3RS) dan dibuatkan
berita acara pemusnahannya.
d. Pemusnahan perbekalan farmasi kadaluwarsa/rusak dilaksanakan secara
berkala atau dalam keadaan tertentu dapat dilaksanakan sesuai kebutuhan.
14) Pengawasan

a. Pengawasan mutu dan pengendalian perbekalan farmasi dilakukan dengan


cara memantau bentuk sediaan secara organoleptis meliputi, warna dan
bentuk sediaan yang tidak berubah, dan batas kadaluwarsa obat yang
dilakukan dalam tiap tahap yaitu:
1. Saat penerimaan obat dari supplier;
2. Pemeriksaan berkala (stock opname);
3. Return atau pengembalian perbekalan farmasi yang mendekati
kadaluwarsa, kadaluwarsa/ rusak.
b. Pengawasan mutu perbekalan farmasi yang dikelola dilakukan dengan cara
pemantauan harian (misalnya sampling stock opname harian, pemantauan
suhu ruangan dan suhu kulkas), pemantauan rutin (terhadap obat narkotika,
obat high allert, obat LASA, dan obat mendekati kadaluwarsa), dan secara
periodik pada saat stock opname.
c. Pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan kefarmasian dilakukan
dengan cara:
1. Survei terhadap Pasien;
2. Pengukuran respon time penyerahan obat Pasien;
3. Evaluasi sistem pelayanan.
3.2.2. Pelayanan farmasi klinik, meliputi:
1) Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,
pengkajian Resep, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai
pemberian informasi. Pada setiap tahap pelayanan Resep dilakukan pemeriksaan
untuk mencegah terjadinya Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak
Cedera (KTC) dan Kejadian Tidak Diinginkan (KTD). Di RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Kota Bekasi telah melakukan pelayanan farmasi berupa pengkajian
resep dengan teliti seperti yang terlihat pada saat pelayanan resep di rawat jalan
dan rawat inap gedung E dan gedung B. Untuk meminimalisir kesalahan, semua
tahapan dalam pengkajian dan pelayanan resep dilakukan oleh tenaga yang
berbeda.
2) PIO
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak bias,
terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada Dokter,
Apoteker, Perawat, profesi kesehatan lainnya serta Pasien dan pihak lain di luar
Rumah Sakit. Pemberian informasi tentang tata cara penggunaan obat di RSUD
dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi sudah berjalan dengan baik terutama
pada depo rawat jalan. Dengan PIO diharapkan supaya Pasien yang datang dapat
mendapatkan pemahaman yang baik tentang tata cara konsumsi obat yang telah
diresepkan Dokter dan meminimalisir kesalahan penggunaan obat. Pada Pasien
rawat inap, informasi obat diberikan kepada Perawat dan tenaga medis lainnya.
Informasi yang biasa disampaikan berupa ketersediaan obat, harga obat, cara
penggunaan obat khusus, aturan pakai, dan interaksi obat. Pemberian informasi
obat pada Pasien rawat inap dan rawat jalan bisa dilakukan melalui tatap muka
dan melalui telepon. Lembar kerja bukti pelayanan informasi obat sudah
terdokumentasi dengan baik dengan adanya lembaran PIO.
3) Konseling
Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi Obat dari Apoteker (Konselor) kepada Pasien dan/atau keluarganya.
Konseling untuk Pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas
kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan Dokter, keinginan
Pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan
kepercayaan Pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker.
Untuk kegiatan konseling di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
pada setiap depo farmasi rawat jalan dan rawat inap sudah maksimal dilakukan
dengan adanya bukti lembaran konseling.
4) Visite
Visite yang dilakukan di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
merupakan visite mandiri. Salah satu kegiatan yang dilakukan saat visite adalah
melakukan edukasi, CPPT dan Pemantauan Terapi Obat (PTO). RSUD dr.
Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi sudah melakukan kegiatan visite. Persiapan
berupa literature primer dan lembar kerja bukti visite sangatlah diperlukan untuk
melengkapi pelayanan visite ini. Serta, konsistensi dan kontinuitas sangatlah
berperan dalam kesuksesan program ini.
5) Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan obat yang telah didapat Pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk
mencegah terjadinya kesalahan obat (medication error) seperti obat tidak
diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat. Kesalahan obat
(medication error) rentan terjadi pada pemindahan Pasien dari satu Rumah Sakit
ke Rumah Sakit lain, antar ruang Perawatan, serta pada Pasien yang keluar dari
Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya. Tujuan dilakukannya
rekonsiliasi obat adalah:
a. Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan Pasien
b. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi
Dokter
c. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi Dokter.

Tahap proses rekonsiliasi obat yaitu:


a. Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang dan akan digunakan
Pasien, meliputi nama obat, dosis, frekuensi, rute, obat mulai diberikan,
diganti, dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi Pasien serta efek samping
obat yang pernah terjadi. Khusus untuk data alergi dan efek samping obat,
dicatat tanggal kejadian, obat yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan
efek samping, efek yang terjadi, dan tingkat keparahan. Data riwayat
penggunaan obat didapatkan dari Pasien, keluarga Pasien, daftar obat Pasien,
obat yang ada pada Pasien, dan rekam medik atau medication chart. Data
obat yang dapat digunakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan sebelumnya, semua
obat yang digunakan oleh Pasien baik resep maupun obat bebas termasuk
herbal harus dilakukan proses rekonsiliasi.
b. Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data obat yang pernah, sedang
dan akan digunakan. Discrepancy atau ketidakcocokan adalah bilamana
ditemukan ketidakcocokan atau perbedaan diantara data-data tersebut.
Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada obat yang hilang, berbeda,
ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang didokumentasikan pada
rekam medik Pasien. Ketidakcocokan ini dapat bersifat disengaja
(intentional) oleh Dokter pada saat penulisan resep maupun tidak disengaja
(unintentional) dimana Dokter tidak tahu adanya perbedaan pada saat
menuliskan resep.
Melakukan konfirmasi kepada Dokter jika menemukan
ketidaksesuaian dokumentasi, bila ada ketidaksesuaian maka Dokter harus
dihubungi kurang dari 24 jam. Hal lain yang harus dilakukan oleh Apoteker
adalah:
1. Menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau tidak
disengaja
2. Mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau pengganti
3. Memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya
rekonsilliasi obat
c. Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan Pasien dan/atau Keluarga Pasien atau
Perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung
jawab terhadap informasi obat yang diberikan.

3.3 Pengolahan Limbah RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi


3.3.1 Pengolahan Limbah Cair
Limbah cair berasal dari berbagai macam unit, seperti ruang Perawatan,
laboratorium, dapur dan laundry. Pemeriksaan limbah cair RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Kota Bekasi dilakukan dengan cara mengirimkan sampel uji ke
laboratorium pemerintah Kota Bekasi dan pada laboratorium swasta untuk melihat
aman atau tidaknya limbah tersebut untuk dibuang ke Kali Bekasi. Pemeriksaan
parameter pembuangan air limbah Rumah Sakit dilakukan sebulan sekali dengan
membuat laporan ke BPLHD (Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah) Provinsi
Jawa Barat setiap 1 bulan sekali dengan format yang sudah ditentukan. Parameter
pengolahan limbah cair adalah kadar klorin, kesadahan, senyawa aktif biru metilen,
Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological Oxygn Demand (BOD).
Pada proses pengolahan, semua limbah cair dialirkan ke dalam bak penampungan
sewang tank, penampung sewang tank ada dua yaitu tangki aerasi dan tangki satu dan
tangki aerasi dua. Setelah itu dimasukan ke kolam air asin, kemudiaan dilakukan
sedimentasi dimana sedimentasi ada dua yaitu sedimentasi primer dan sedimentasi
sekunder dengan ditambahkan bakteri aerob dan non aerob kemudiaan ditambahkan
kaporit lalu masuk ke dalam kolam effluent di filter dimana dengan menggunakan
karbon aktif dan sand filter kemudian dialirkan ke saluran kota. Alur pengolahan
limbah cair dapat dilhat pada Lampiran .

3.3.2 Pengolahan Limbah Padat


Pengolahan limbah padat dibedakan menjadi limbah padat B3 atau Bahan
Berbahaya dan Beracun (infeksi, beracun dan mudah terbakar) dan limbah padat non
B3, limbah padat B3 adalah bahan atau barang sisa atau buangan yang dihasilkan dari
kegiatan atau tindakan medis, seperti spuit, jarum suntik, kassa, verban, masker, sarung
tangan, dll. sedangkan limbah padat non B3 adalah bahan atau barang sisa atau
buangan yang dihasilkan dari kegiatan Pasien, pengunjung dan Petugas (selain tindakan
medis), seperti sisa makanan, kertas, kemasan plastik, kardus, botol , dll. Jumlah
limbah padat B3 yang di hasilkan rata-rata perhari ±300-350Kg, limbah paat non B3
rata-rata perhari ±6-7m³ pengelolaan limbah Rumah Sakit baik limbah padat B3dan
limbah padat non B3, dibagi dalam 3 (tiga) tahap, yaitu tahap pemilihan/pewadahan,
tahap pengumpulan/pengangkutan dan tahap pemusnahan, pada ke tiga tahap ini
pengelolaan limbah padat B3 dan limbah padat non B3, dibedakan peliharaannya,
sarananya, maupun pemusnahannya. Alur pengolahan limbah padat dapat dilhat pada
Lampiran.
1. Tahap pemilahan atau pewadahan limbah B3 (infeksi) dilakukan oleh petugas
medis, sarana pewadahan untuk limbah B3 infeksius, yaitu tempat sampah yang
dilapisi kantong plastic kuning dan safety box untuk tempat sampah infeksius
(benda tajam), pewadahan untuk limbah non B3, yaitu tempat sampah yang dilapisi
kantong plastik warna hitam.
2. Tahap pengumpulan atau pengangkutan limbah padat B3 (infeksi, beracun mudah
terbakar) dan limbah padat non B3 dilakukakn oleh petugas cleaning service,
sarana pengangkutan limbah B3, yaitu trolly warna kuning sedangkan limbah non
B3 trolly warna biru.
3. Tahap pemusnahan limbah padat B3 bekerja sama dengan pihak ke III yaitu PT.
Wastec International yang menunjuk PT. Jalan Hijau sebagai transporter
sedangkan limbah pada non B3 bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup
Kota Bekasi.
3.4 Tinjauan Khusus Bagian Farmasi RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
3.4.1 Tugas Bagian Farmasi
1. Perencanaan Perbekalan Farmasi
Perencanaan perbekalan farmasi di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota
Bekasi dibagi dua yaitu perencanaan untuk jangka panjang (1 tahun) yaitu penggunaan
dana BLUD dari pemerintah yang dilihat dari pemakaian obat atau alat kesehatan tahun
tahun sebelumnya, perencanaan jangka pendek (tiap minggu) yaitu untuk perencanaan
obat dan alat kesehatan yang dilihat dari pemakain sisa stok atau pemakaian tiap
minggunya. Pedoman yang digunakan untuk perencanaan adalah berdasarkan atas
kebutuhan atau permintaan di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi.
2. Pengadaan Perbekalan Farmasi
Pengadaan perbekalan farmasi di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
dibawah tanggung jawab Bidang Penunjang dilakukan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) yang dibantu oleh Pejabat Pengadaan di bagian unit pengadaan
barang dan jasa (UPBJ). Pola pembelian dilakukan secara online menggunakan e-
purchase untuk barang yang tersedia dalam e-catalogue. Untuk barang yang belum
tersedia dalam e-catalog maka dilakukan pembelian secara pengadaan langsung ke
distributor rekanan RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi.
3.4.2 Gudang Farmasi
Gudang farmasi bertugas untuk menerima, menyimpan, dan mendistribusikan
perbekalan kesehatan untuk Pasien rawat jalan, rawat inap, IGD, kamar operasi dan
setiap poli yang ada di Rumah Sakit. Perbekalan kesehatan yang dimaksud meliputi
material kesehatan yang berupa obat-obatan dan barang habis pakai.
3.4.3 Depo Farmasi Gedung D
Depo farmasi gedung D merupakan salah satu depo farmasi yang berada dibawah
struktur organisasi Bagian Farmasi RSUD dr. Chasbullah Abdul madjid Kota Bekasi.
Depo farmasi gedung D khusus ditujukan untuk melayani obat untuk rawat jalan, dan
rawat inap bagi Pasien bedah (R. Bougenville, R. Teratai, R.Wijaya kusuma ICU,
ICCU).
3.4.4 Depo Farmasi Gedung B
Depo farmasi gedung B merupakan salah satu depo farmasi yang berada dibawah
struktur organisasi Bagian Farmasi RSUD dr. Chasbullah Abddulmajid Kota Bekasi
yang melayani resep degan pembayaran Tunai dan Non Tunai. Depo farmasi gedung B
khusus ditujukan untuk melayani obat untuk rawat jalan Poli Paru, Poli Jiwa, Poli
Mata, Poli Gigi, Poli THT, Poli Anak, Poli Kebidanan, Poli Jantung.
3.4.5 Depo Farmasi IGD
Depo farmasi IGD hanya menyediakan alat kesehatan dan obat-obat emergensi.
Depo Farmasi IGD juga melayani resep rawat inap dalam keadaan emergensi. Tetapi
untuk pelayanan rawat inap dilakukan apabila depo rawat inap tidak menerima
pelayanan.
3.4.6 Depo Farmasi Rawat Inap C
Depo farmasi rawat inap suatu unit yang membawahi ruang-ruang UDD. Instalasi
Farmasi rawat inap melayani Pasien Pasien ruang ICU, ruang PICU, ruang
perinatologi, ruang MICU, ruang ICCU, ruang HCU ponek, ruang VK, ruang ponek
dahlia, ruang seruni, ruang dahlia, ruang melati, ruang tulip.
3.4.7 Depo Farmasi Gedung E
Depo frarmasi Gedung E merupakan depo yang melayani Pasien rawat jalan dan
rawat inap khusus Pasien-Pasien penyakit dalam, syaraf dam rehabilitasi medis yang
letaknya berada di gedung E. Untuk rawat inap distribusi resep dengan system One
daily dose. Alur distribusi obat di depo mayor oking meliputi penomoran resep, kode 0
merupakan resep racikan, kode 1 merupakan resep untuk non kronis dan kode 5
merupakan resep obat-obatan kronis untuk 1 bulan, kecuali antibiotik disesuaikan
dengan pemberian terapi. Setelah diberi nomer resep di entry. Obat disiapkan lalu
diberi etiket. Setelah itu penyerahan disertai dengan Pelayanan Informasi Obat (PIO).
Depo farmasi gedung E khusus ditujukan untuk melayani obat untuk rawat jalan (Poli
Syaraf Dan Poli Dalam, Poli Kulit, Poli Rehabilitasi Medik) dan untuk rawat inap (ICU
Cathleeya, HCU Cathleeya, Cathleeya, Sakura, Camellia, Aster, Azaleya, Edelweis).
3.4.8 Depo Farmasi Kamar Operasi
Depo farmasi kamar operasi suatu unit yang berfungsi melayani perbekalan
farmasi untuk keperluan tindakan operasi. Untuk tindakan operasi sesuai jadwal harian,
pendistribusian dilakukan secara individual spesifik per Pasien. Pada jadwal operasi
tercantum nama Pasien, medical record, jenis tindakan, serta obat-obatan anasthesi apa
yang diperlukan. Apabila ada alat kesehatan dan obat-obatan tambahan akan dicatat
dalam jadwal harian, setelah itu akan dibuat formulir Pemakaian Obat dan Alat
Anasthesi di Ruang OK.
Sedangkan untuk operasi cito diluar jadwal pelayanan farmasi, pendistribusian
dilakukan melalui sistem paket tindakan yang telah di floor stock dilakukan serah
terima antara Petugas Farmasi dengan petugas kamar operasi. Catatan pemakaian obat
dicatat dalam form Pemakaian Obat dan Alat Anasthesi di Ruang OK, kemudian
dimasukkan dalam sistem billing RS agar masuk ke dalam tagihan Pasien. Formulir
pemakaian obat dan alat Perawatan di ruang OK dapat dilihat pada Lampiran.

3.5 Central Sterilized and Supply Department (CSSD)


CSSD (Central Sterilized and Supply Department) merupakan departemen yang
bertanggungjawab untuk mensterilkan pakaian untuk operasi dan alat-alat kesehatan. Tujuan
dilakukannya sterilisasi yaitu untuk memutuskan mata rantai infeksi nosokomial. CSSD
RSUD dr. Chasbullah Abddulmajid Kota Bekasi di bawag naungan Kepala Instalasi
Penunjang Khusus yang berprofesi sebagai Apoteker yang dibawahi oleh Kepala Bidang
Pelayanan Penunjang Medis dan bertanggung jawab langsung kepada Wakil Direktur
Pelayanan.
Kegiatan pelayanan yang dilakukan di CSSD antara lain:
a. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan benda-benda
yang mungkin terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya bagi kehidupan, sehingga
aman untuk proses-proses selanjutnya.
Bahan dan instrumen dibagi menjadi 3 jenis golongan sesuai dengan proses
dekontaminasinya, yaitu critical, semi critical dan non critical. Jenis critical contohnya
adalah bahan atau instrumen yang menyentuh pembuluh darah Pasien, jenis ini harus
melalui sterilisasi. Jenis semi critical hanya memerlukan desinfeksi tingkat tinggi, tidak
melalui sterilisasi. Jenis non critical hanya memerlukan desinfeksi tingkat rendah. Proses
dekontaminasi menggunakan 2 jenis cairan pembersih yaitu cairan enzymatic dan
desinfektan.
b. Pengemasan dan Pelabelan
Pengemasan dan pelabelan dilakukan untuk mengelompokkan bahan atau
instrumen sesuai dengan jenis dan jumlah yang dibutuhkan. Bahan pengemas yang
digunakan antara lain linen dan plastik khusus. Setelah dikemas, diberi label indikator
yang terdiri dari tanggal sterilisasi, masa kadaluarsa, nama instrumen, dan petugas steril.
Masa kadaluarsa dari bahan atau instrumen yang dikemas dengan linen adalah 6 hari,
sedangkan yang dikemas dengan plastik adalah 1 tahun dan khusus untuk bahan dan
instrument ruang operasi masa kadaluarsa 3 bulan.

c. Sterilisasi
CSSD RSUD dr. Chasbullah Abddulmajid Kota Bekasi menggunakan 2 jenis alat
sterilisasi yaitu Autoclave untuk bahan atau instrumen yang tahan pemanasan suhu tinggi
(1310- 1380C selama 50 menit atau 1210- 1240C selama 1 jam) dan Plasma H2O2 untuk
bahan atau instrument yang tidak tahan pemanasan suhu tinggi (550C selama 1 jam).
d. Penyimpanan
Bahan dan instrumen yang sudah selesai disterilisasi disimpan diruang
penyimpanan khusus. Penyimpanan disusun berdasar jenis bahan atau instrumen, pada rak
stainless yang tidak menyentuh dinding, lantai atau plafon. Tekanan udara diatur pada
nilai positif dan petugas tidak boleh berlama-lama di dalam ruang penyimpanan untuk
menjamin mutu bahan dan instrumen yang telah disterilkan.
e. Distribusi
Produk steril yang dihasilkan CSSD didistribusikan ke bagian-bagian yang
memerlukan seperti: kamar operasi, kamar bersalin, IGD, ruang rawat inap, dan poliklinik.
Kemudian petugas dari CSSD akan mengantarkan alat dan perlengkapan yang dibutuhkan
untuk proses operasi dari ruangan CSSD ke unit terkait yang memerlukan produk steril
tersebut. Petugas harus membawa bahan atau isntrumen steril dalam box khusus untuk
menjaga mutu dan langsung dibawa ke ruangan yang memerlukan perlengkapan tersebut.
Serta petugas harus melakukan tindakan aseptik dalam menggunakan alat-alat maupun
perlengkapan yang sudah disterilikan. Bagian CSSD menghasilkan produk steril berupa
instrument set keperluan operasi, kasa steril berbagai ukuran, linen steril untuk operator
dan crew dan lain-lain. Alur kerja CSSD dapat dilihat pada lampiran.

Anda mungkin juga menyukai