Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SEJARAH PENGOBATAN

DISUSUN OLEH:
NUR KHALIFAH EKA PUTRI SARI (20013182)

TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang


Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar,
serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai “Sejarah Pengobatan dalam Farmasi”.

Melalui kata pengantar, saya terlebih dahulu meminta maaf


dan memohon permakluman bilamana makalah ini ada kekurangan
dan ada tulisan penulis yang buat kurang tepat atau menyinggung
perasaan pembaca.

Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan


penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT. Memberkahi
makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat. Amin...

Makassar, 31 November 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................2

DAFTAR ISI................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG...........................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................4
C. TUJUAN PENULIS............................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Farmasi menurut para ahli........................................5


B. Pembagian Bidang dalam farmasi................................................5
C. Peran Farmasi...................................................................................6

BAB III METODE

A. Metode pengumpulan data...............................................................7

BAB IV PEMBAHASAN

A. SEJARAH PENGOBATAN DI DUNIA.............................................8


B. SEJARAH PENGOBATAN TRADISIONAL...................................13
C. SEJARAH PENGOBATAN MODERN............................................14
D. SEJARAH PERKEMBANGAN KEFARMASIAN...........................15
DI INDONESIA
E. ILMU YANG BERHUBUNGAN DENGAN FARAMSI...................17

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN...................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut
seni dan ilmu penyediaan bahan obat dari sumber alam atau
sintetik yang sesuai untuk disalurkan dan digunakan pada
pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi mencakup
pengetahuan mengenai identifikasi, pemilihan, aksi farmakologis,
pengawet, analisis, dan pembakuan bahan obat (drugs) dan
sediaan obat (medicine).
Pengetahuan kefarmasian mencakup pula penyaluran dan
penggunaan obat yang sesuai dan aman, baik melalui resep
dokter berizin, dokter gigi, dan dokter hewan, maupum melalui
cara kepada pemakai lain yang sah, misalnya dengan cara
menyalurkan atau menjual langsung.
Kata farmasi diturunkan dari bahasa ”pharmakon”, yang
berarti cantik atau elok, yang kemudian berubah artinya menjadi
racun, dan selanjutnya berubah lagi menjadi obat atau bahan
obat. Oleh karena itu seorang ahli farmasi (pharmacist) ialah
orang yang paling mengetahui ikhwal obat. Ia satu-satunya ahli
mengenai obat, karena pengetahuan ahli mengenai obat
memelurkan pengetahuan yang mendalam mengenai semua
aspek kefarmasian seperti yang tercantum pada definisi yang
diatas.
Dewasa ini farmasi sudah berkembang dengan baik, hal
ini bisa dilihat dengan berdrinya farmasi, tenaga kefarmasian, dan
sekolah menengah farmasi dan perguruan tinggi farmasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah pengobatan di dunia
2. Bagaimana sejarah pengobatan tradisional
3. Bagaimana sejarah pengobatan modern
4. Apa saja ilmu yang berhubungan dengan farmasi

C. TUJUAN PENULIS
1. Untuk mengetahui sejarah pengobatan di dunia
2. Untuk mengetahui sejarah pengobatan tradisional
3. Untuk mengetahui sejarah pengobatan modern
4. Untuk mengetahui ilmu yang berhubungan dengan farmasi

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Farmasi menurut para ahli


1. Syamsuni
Farmasi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
cara membuat, meracik, memformulasi, mengidentifikasi,
mengkombinasi, serta menganalisis obat-obatan dan
pengobatannya.
2. Wikipedia
Farmasi adalah ilmu kedokteran dan ilmu kimia yang
dikombinasikan. Bidang ilmu ini mempunyai tanggung jawab
dalam mempelajari sifat-sifat obat beserta penditribusian dan
memastikan penggunaannya secara aman.

B. Pembagian Bidang dalam farmasi


1. Farmakologi
Farmakologi merupakan ilmu  pengetahuan  yang
mempelajari tentang obat-obatan dan seluruh aspeknya.
2. Farmakognosi
Farmakognosi merupakan ilmu yang mempelajari
tentang pengtahuan serta pengenalan obat yang terbuat dari
bahan tanaman.
3. Biofarmasi
Biofarmasi ilmu yang meneliti tentang suatu pengaruh
dari formulasi obat terhadap efek terapeutiknya.
4. Farmakokinetik
Farmakokinetik merupakan cabang ilmu farmasi yang
mempelajari perjalanan obat mulai dari kinetika proses absorbs
obat, distribusi serta eliminasi (metabolisme dan ekskresi).
5. Farmakodinamika
Farmakodinamika merupakan reksi fisiologi dan efek
terapi suatu obat terhadap  organisme  hidup.
6. Toksikologi
Taksikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang efek
racun  dari obat terhadap tubuh.
7. Farmakoterapi

5
Farmakoterapi meruakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang penggunaan obat untuk mengobati
penyakit dan gejalanya.

C. Peran Farmasi
Dibawah ini merupakan beberapa point penting mengenai
peran seorang  farmasis  dalam pelayanan kesehatan pada
masyarakat.
1. Melakukan imunisasi dan penyuluhan kesehatan pada
masyarakat, sehingga dapat meningkatkan partisipasi.
2. Penyuluhan penularan penyakit seksual dan keluarga
berencana.
3. Fluoridation: keseimbangan elektrolit air bersih, kesehatan gigi.
4. Promosi kesehatan.
5. Pencegahan keracunan.
6. Persiapan penanggulangan bahaya dan keadaan darurat
perlindungan terhadap lingkungan.
7. Mengajarkan dan menyadarkan masyarakat tentang keamanan
dan keselamatan ditempat kerja serta bagaimana melakukan
pengobatan sendiri seperti P3K.

6
BAB III

METODE

A. Metode pengumpulan data


Selama proses penulisan makalah tersebut, penulis
menggunakan metode browsing. Metode browsing adalah penulis
mengambil referensi dari internet, penulis mencari dan
mengumpulkan data dari sumber-sumber pendukung materi
makalah dengan cara mencari di internet (browsing).

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH PENGOBATAN DI DUNIA

a. OBAT- OBATAN ZAMAN DAHULU

Manusia yang hidup ribuan tahun yang lalu selalu


hidup berkelompok dan senantiasa berpindah-pindah tempat
(nomaden). Dengan kehidupan yang tidak menetap itulah
sehingga kemungkinan terserang berbagai penyakit
menghantui mereka. Dengan segala keterbatasan pengetahuan
yang dimiliki, mereka menyangka jika suatu penyakit
menyerang, itu merupakan kutukan dari dewa atau masuknya
roh jahat ke dalam tubuh. Penyembuhan biasanya dilakukan
dengan mantra-mantra, tetabuhan, atau sedikit lebih maju
dengan menggunakan ramuan tumbuhan.
Karena pengetahuan dan kesabaran para ahli
purbakala, jenis dan obat khusus yang digunakan untuk terapi
pada zaman dahulu terungkap seperti yang kita kenal
sekarang ini. Sejumlah tablet, gulungan kertas dan barang
peninggalan kuno lainnya terhitung mulai tahun 3000 SM telah
dapat diuraikan dan diungkapkan oleh ahli purbakala untuk
mengetahui sejarah kedokteran dan farmasi, dokumen-
dokumen kuno seperti “Sumerian clay tablet“ yang berkaitan
dengan sejarah manusia, berupa suatu lembaran yang terbuat
dari tanah liat berisi catatan bangsa Sumeria dari milenium
ketiga sebelum masehi dan diyakini merupakan resep tertulis
yang tertua di dunia.
Tulisan tersebut memuat pembuatan sediaan dari biji
tanaman kayu, resin gom markhazi, thymus, semua bahan
tersebut digerus hingga menjadi serbuk dan dilarutkan dalam
bir, kombinasi serbuk akar Moon plant dan pohon pir putih
juga dilarutkan dalam bir.

8
Mungkin yang paling terkenal dari benda-benda
bersejarah yang bertahan yaitu Ebers papyrus, suatu gulungan
kertas sepanjang 60 kaki dan selebar satu kaki yang
ditemukan pada abad ke-16 SM. Dokumen ini sekarang
tersimpan di university of Leipzig, diberi nama seorang Jerman
ahli Mesir yang terkenal bernama Georg Ebers yang
menemukan gulungan kertas tersebut di dalam sebuah makam
mumi dan menterjemahkannya sebagian, selama setengah dari
akhir abad ke-19. Sejak saat itu banyak ahli berpartisipasi
dalam penerjemahan dokumen yang dituliskan dalam bahasa
Mesir kuno ini. Meskipun interpretasi atas terjemahan tulisan
tersebut tidak semuanya sama, namun tidak diragukan bahwa
bangsa Mesir masih menggunakan obat-obatan seperti ini
sampai tahun 1550 sebelum masehi, bentuk sediaannya
sampai sekarang masih digunakan.
Selanjutnya penemuan arkeologi mengenai tulisan-
tulisan mengenai farmasi yang terkenal adalah penemuan
catatan-catatan yang disebut 'Papyrus Ebers', papyrus ebers ini
merupakan suatu kertas yang berisi tulisan yang panjangnya
60 kaki (kurang lebih 20 meter) dan lebarnya 1 kaki (sekitar
sepertiga meter) berisi lebih dari 800 formula atau resep yang
telah dideskripsikan dan lebih dari 700 obat yang disebutkan.
Obat-obat tersebut sebagiaaan besar berupa bahan nabati,
meskipun obat -obat yang berasal dari dari mineral dan
hewani juga tercantum. Dokumen ini ditemukan george ebers,
seorang ahli sejarah mesir berkebangsaan jerman. Sekarang
dokumen ini disimpan di Universitas of leipzig, Jerman.
Bahan-bahan nabati seperti akasia, biji jarak (dari
bahan ini diperoleh minyak jarak), dan ada disebutkan
bersama rujukan bahan mineral seperti besi oksida, natrium
karbonat, natriu klorida, dan belerang. Pembawa yang
digunakan pada saat itu yaitu bir, anggur, susu dan madu.
Banyak formula farmasetika menggunakan dua lusin bahan
obat atau lebih, formula ini merupakan jenis sediaan yang
kemudian hari disebut polifarmasi.
Di Cina, jejak pengobatan kuno ditemukan pada
sebuah tulisan yang diperkirakan berasal dari masa kekuasaan
kaisar Sheng Nung pada tahun 2000 SM. Diantara bahan
obat yang ditulis adalah chang sang (Dichroa febrifuga)
sebagai antimalarial. Obat lainnya adalah mahuang yang

9
dikenal dengan nama latin Ephedra sinica, sebagai
stimulansia.

b. FARMASI PADA MASA BABYLONIA KUNO

Babylon, permata bagi Mesopotamia kuno, sering


disebut juga sebagai tempat munculnya peradaban manusia,
adalah yang pertama menemukan dan melaksanakan praktek
peracikan obat. Para ahli penyembuh ketika itu (sekitar 2600
SM) melaksanakan tiga peran berbeda secara bersamaan
sebagai agamawan, dokter, dan apoteker. Naskah-naskah
medic ditulis di atas tablet-tablet tanah liat yang berisikan
gejala-gejala penyakit, resep dan cara peracikan obat, dan
juga doa-doa. Orang-orang Babylon telah berhasil menemukan
hal-hal penting dalam upaya penyembuhan penyakit yang
pada masa sekarang dikenal dengan farmasetik modern, ilmu
kedokteran, serta kegiatan-kegiatan spiritual.

c. FARMASI PADA MASA CINA KUNO

Kefarmasian di Cina menurut legenda pertama kali


dikembangkan oleh Shen Nung (sekitar 2000 SM). Seorang
kepala suku yang telah mencari dan menginvestigasi khasiat
obat dari ratusan herbal. Beliau diyakini mencobakan beberapa
herbal tersebut terhadap dirinya sendiri, serta menulis Pen T-
Sao pertama, tulisan tentang herbal-herbal asli yang berisikan
365 jenis obat-obatan. Sesuatu yang masih dipuja oleh orang
cina asli penghasil obat sebagai wujud perlindungan Tuhan
untuk mereka.
Shen Nung secara menakjubkan menguji beberapa
herbal, kulit kayu, dan akar yang diperoleh dari ladang, rawa-

10
rawa, dan hutan yang masih dikenal dalam bidang
kefarmasian hingga kini. Menggunakan background “Pa Kua”,
suatu simbol matematis dari penciptaan dan kehidupan.
Tanaman-tanaman obat yang ditemukan oleh Shen Nung
antara lain podophyllum, rhubarb, ginseng, stramonium, kulit
kayu cinnamon, dan juga seperti yang berada di tangan
bocah pada gambar, ma huang, atau disebut juga ephedra.

d. Papyrus Ebers

Praktek pengobatan di Mesir telah berlangsung sejak


tahun 2900 SM dan mereka juga diketahui memiliki catatan
formula obat fenomenal, Papyrus Ebers, yang dibuat sejak
1500 SM. Papyrus Ebers tersebut memuat sekitar 800 formula
dan 700 macam obat-obatan. Pusat farmasi di Negara Mesir
kuno diselenggarakan oleh dua orang pejabat Negara yang
bertindak sebagai Ahli Farmasi di suatu ruangan yang disebut
sebagai “Rumah Kehidupan”. Dengan seting kira-kira seperti
gambar ini, Papyrus Ebers didiktekan oleh seorang ahli
farmasi mengenai prosedur formulasi yang sedang dikerjakan.

e.
Theophrastus
Bapak Botani: Theophrast Bapak Botani:

Theoprastus (sekitar 300 SM) adalah sosok ilmuan


Yunani kuno ternama yang dikenal sebagai filosof besar dan
ahli dalam ilmu alam dan disebut-sebut sebagai Bapak Botani.
Berbagai observasi dan pengamatan yang dilakukannya
mengenai medis dan herba merupakan suatu pencerahan bagi
pemahaman manusia. Beliau bertindak sebagai pengajar bagi
sekumpulan siswa yang mempunyai minat yang sama
dengannya. Di dalam gambar ini Beliau memperagakan

11
tanaman Belladonna, dan di belakangnya terletak bunga
pomegranate, senna, dan juga manuskrip-manuskrip perkamen.
Siswa juga terlihat menggunakan papan gading yang dilapisi
madu warna sebagai alat tulis.

f. Sang Toksikolog: Mithridates VI

Mithridates VI adalah seorang raja negeri Pontus


(sekitar 100 SM) yang senantiasa bertempur melawan
kekaisaran Romawi. Beliau adalah ilmuan toksikologi yang
menemukan tidak hanya tentang berbagai jenis racun, namun
juga bagaimana mencegah dan mengobati efek racun.
Mithridates VI tanpa banyak pertimbangan menggunakan
tubuhnya sendiri dan juga tubuh para tahanan sebagai "kelinci
percobaan" dalam menguji coba berbagai racun dan antiracun.
Tampak dalam gambar, di belakang Mithridates terletak
rhizotomists, offering fresh, flowering aconite, ginger, dan
gentian. Dan di kanan bawah gambar terletak dua buah
wadah biang sampanye. Formula yang diramu Mithridates
yang paling terkenal adalah suatu panantidotal yang popular
digunakan selama kurang lebih seribu tahun yang dikenal
dengan Mithridatum.

g. Terra Silgillata: Merek Obat Pertama

Orang-orang masa lampau telah mempelajari manfaat


dari merek dagang yang merupakan identitas suatu barang
yang digunakan untuk meraih konsumen. Salah satu
therapeutic agent yang memakai merek dagang adalah Terra
Sigillata (cap Bumi), suatu tablet tanah liat yang berasal dari
pulau Mediteranean di Lemnos sebelum tahun 500 SM. Setiap

12
tahunnya tanah liat digali di terowongan Lemnian dihadiri oleh
pemerintah dan pendeta-pendeta. Tanah liat dicuci, disuling,
dan digulung dengan ketebalan tertentu, tanah liat itu dibentuk
seperti pastilles dan diberi cap oleh para pendeta wanita, lalu
dikeringkan di bawah sinar matahari. Lalu tablet-tablet itu
didistribusikan secara komersial.

h. Dioscorides

Dengan adanya berbagai pencapaian dalam dunia


ilmu pengetahuan serta perkembangan yang memotivasi
banyak orang melakukan observasi atau studi intensif oleh
para saintis, penelitian menjadi kian penting bagi kebutuhan
perdagangan dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan itu
sendiri. Pedanios Dioscorides (abad pertama masehi), adalah
saintis yang telah berkontribusi dalam bidang kefarmasian.
Untuk mempelajari Materia Medica, Beliau melakukan
kerjasama dengan tentara romawi di seluruh dunia. Dia
mencatat hasil-hasil observasi, menyampaikan tentang cara
yang baik dalam mengumpulkan, menyimpan, dan
menggunakan obat-obatan. Berbagai uji coba yang telah
dilakukannya terus digunakan sampai pada abad keenam.

i. Galen

Galen adalah sosok dari masa lalu yang sampai


sekarang masih sangat dihormati oleh profesi farmasi dan
kedokteran. Galen (tahun 130-200 M) merupakan pakar
praktisi dan pendidikan farmasi dan kedokteran di Roma.
Metode yang diterapkannya dalam menyiapkan dan meracik
obat telah digunakan di dunia barat selama 1500 tahun, dan

13
namanya sendiri telah diasosiasikan dengan metode
peracikannya yang dikenal dengan galenika. Beliau adalah
penemu dari formula krim dingin, yang secara esensial adalah
sama dengan krim yang kita kenal sekarang. Banyak
prosedur-prosedur yang ditemukan Galen masih digunakan di
laboratorium peracikan modern masa kini.

j. Damian dan Cosmas

Identiknya dua professional kesehatan, farmasi dan


kedokteran, digam-barkan secara menarik oleh pasangan
kembar, Damian (Farmasis) dan Cosmas (Dokter). Pasangan
tersebut merupakan keturunan arab yang beragama nasrani.
Mereka memasukkan unsur religious dalam pengetahuan
mereka untuk membantu pasien. Karir mereka berahir pada
tahun 303 M secara martir dan selama berabad-abad makam
mereka di Kota Syiria (Cyprus) dianggap suci. Mereka
termasuk dari deretan saintis penting yang menyokong
kefarmasian dan kedokteran.

B. SEJARAH PENGOBATAN TRADISIONAL


Pengobatan tradisional adalah bagian dari kebudayaan
bangsa Indonesia yang diturunkan dari menciptakan untuk
menciptakan, baik secara lisan maupun tulisan (Djlantik, 1983).
Obat-obatan tradisional yang terbuat dari tumbuhan tersebut
mudah didapat di sekitar tempat tinggal dan juga secara
ekonomi terjangkau bila dibandingkan dengan obat dan
pengobatan saat modern ini. Selain itu, obat-obat tradisional
relative seorang pria karena tidak habis dengan bahan kimia
sehingga tidak berefek samping seperti halnya obat-obatan
modern.
Pengetahuan tentang pengobatan tradisional merupakan
tradisi warisan leluhur bangsa Indonesia. Selain telah diturunkan
secara lisan, turun-temurun dari menciptakan ke menciptakan,
ilmu pengobatan tradi-sional telah catatan dalam naskah-naskah
kuno, di ada naskah berbahasa Sunda yang dinamakan

14
Kumpulan Mantra, Paririmbon, dan Petangan. Naskah-naskah
tersebut berisi mantera-mantera yang berka-itan dengan
pengobatan, membasmi yang mewabah penyakit, dan
mencampakkan racun.
Hingga kini, pengetahuan tentang obat dan pengobatan
secara tradisional masih digunakan oleh sebagian masyarakat
meskipun terbatas di kelas tertentu saja untuk mengatasi sakit
dalam kondisi darurat dan kata kesehatan. Selain itu, berbagai
jenis tumbuhan yang menjadi tumpuan pengobatan tradisional
terus dikembangkan untuk kepentingan pengo-batan modern. Oleh
karena itu, keberadaan obat dan pengobatan tradisional semakin
mendapat pengakuan di bidang kesehatan, menyusul adanya
hasil-hasil riset kesehatan yang kesimpulan berbagai tumbuhan
sangat bermanfaat bagi kesehatan dan kecantikan. Hasil riset
Supriadi dan kawan-kawan (2001) kesimpulan bahwa sebanyak
78 spesies tumbuhan telah digunakan oleh 34 untuk pengobatan
penyakit malaria; 133 spesies tumbuhan digunakan oleh 30 untuk
etnis pengobatan penyakit demam; 110 spesies tumbuhan
digunakan oleh 30 untuk etnis pengobatan penyakit gangguan
pencernaan; dan 98 spesies tumbuhan digunakan oleh 27 untuk
pengobatan penyakit kulit. Hasil-hasil riset tersebut terjadi dengan
pemaparan unsur kandungan yang terdapat dalam tumbuhan-
tumbuhan.
Pengobatan tradisional disini menurut WHO (2000)
diartikan sebagai jumlah total pengetahuan, ketrampilan, praktik-
praktik yang berdasarkan teori, keyakinan dan pengalaman
masyarakat yang mempunyai adat budaya yang berbeda, baik
dijelaskan atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan kesehatan
serta dalam pencegahan diagnosa, perbaikan dan pengobatan
penyakit secara fisik juga mental.
Menurut Asmino (1995), pengobatan tradisional dibedakan
menjadi dua, (1) cara penyembuhan tradisional (traditional
healing) yang terdiri dari pijatan, kompres, akupuntur dan lain
sebagainya, (2) obat tradisional (traditional drugs) yaitu dengan
menggunakan bahan-bahan yang telah tersedia dari alam seperti
halnya tanaman, hewan, sumber mineral / garam- garam serta
air.
Obat tradisional ini terdiri dari tiga jenis yaitu, (i) terbuat
dari sumber nabati yang diambil dari bagian-bagian tumbuhan
seperti buah, daun, kulit, batang dan sebagainya, (ii) obat yang

15
diambil dari sumber hewani seperti bagian kelenjar-kelenjar,
tulang-tulang maupun dagingnya dan (iii) obat tradisional yang
diambil dari sumber mineral atau garam-garam yang bisa
didapatkan dari mata air yang keluar dari tanah.
Dalam perkembangannya, pengobatan tradisional itu
sendiri dikategorikan kedalam salah satu cabang dari pengobatan
alternative yang dapat pula didefinisikan sebagai cara pengobatan
yang dipilih oleh seseorang bila cara pengobatan konvensional
tidak memberikan hasil yang memuaskan.

C. SEJARAH PENGOBATAN MODERN


Sistem pengobatan modern telah berkembang pesat di
masa sekarang ini dan telah menyentuh hampir semua lapisan
masyarakat seiring dengan majunya ilmu pengetahuan, teknologi,
kedokteran, farmasi, dan sebagainya. Dalam kenyataannya pada
saat ini, perkembangan praktik-praktik pengobatan medis modern
baik yang dikelola oleh lembaga pemerintah maupun swasta
selalu diiringi dengan perkembangan praktik-praktik pengobatan
tradisional. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya pengobatan
tradisional yang masih tetap hidup dan menjadi model
pengobatan alternative dalam masyarakat. Kondisi yang demikian
menunjukkan bahwa health care merupakan salah satu fenomena
sosial budaya yang kompleks yang melibatkan banyak faktor
didalam kehidupan masyarakat secara umum dan khusus
(Kasniyah, 1997: 71).
Sebagaimana ditunjukkan dalam masyarakat Jawa, kuatnya
budaya mistis atau magis yang bercampur dengan kehidupan
modern mengarahkan kecenderungan untuk memilih dan
menggunakan sistem pengobatan tradisional sebagai alternative
sistem pengobatan modern yang ada di klinik- klinik kesehatan,
puskesmas dan rumah sakit. Perlu dipahami, sistem pengobatan
tradisional ini disebut sebagai sistem pengobatan alternative baik
itu dari sisi orang/pelaku praktik pengobatan, ilmunya, obatnya
maupun juga dari segi biayanya yang biasanya lebih murah
dibanding cara-cara pengobatan modern. Secara khusus,
mahalnya biaya penyembuhan penyakit secara medis mendorong
masyarakat untuk berbondong-bondong menuju berbagai tempat
pengobatan tradisional.
Kecenderungan untuk memilih sistem pengobatan
tradisional, menurut pakar Sosiologi dan Kebudayaan Prof. Dr.

16
Tadjoer Ridjal, M. Pd, menunjukkan sebuah gambaran umum
tentang masyarakat Indonesia yang masih memegang teguh nilai-
nilai tradisi warisan generasi sebelumnya (Andreasari, 2010).
Pemikiran masyarakat yang masih konservatif tersebut didukung
dengan adanya factor kepercayaan (belief) yang begitu kuat
terhadap kekuatan metafisik yang memiliki daya penyembuh bagi
berbagai macam penyakit. Kepercayaan ini merupakan sesuatu
yang diyakini keberadaannya, dia selalu memunculkan sebuah
pertanyaan benar dan salah, beberapa orang berpendapat bahwa
kepercayaan tidak dapat didiskusikan dalam konteks benar atau
salah, sebab ini menyangkut tentang sebuah keyakinan.

D. SEJARAH PERKEMBANGAN KEFARMASIAN DI INDONESIA


Farmasi di Indonesian berkembang secara berarti setelah
masa kemerdekaan, jadi relatif masih muda. Pada zaman
penjajahan Hindia Belanda maupun Jepang kefarmasian di
Indonesia berkembang sangat lambat dan masyarakat kurang
mengenal profesi farmasi . Pada masa setelah kemerdekaan
tenaga farmasi di Indonesia pada umumnya masih terdiri dari
asisten apoteker dengan jumlah masih sedikit. Sementara
apoteker pada masa penjajahan umumnya berasal dari Denmark,
Austria, Jerman dan Belanda. Meskipun demikian pada masa
peperangan di Klaten didirikan Perguruan tinggi Farmasi tahun
1946 dan di Bandung tahun 1947. Lembaga Pendidikan Tinggi
Farmasi tersebut mempunyai andil yang sangat besar bagi
perkembangan sejarah kefarmasian sampai sekarang.
Sejarah kefarmasian Indonesia dapat dilihat dalam
beberapa periode, yaitu :

1. Periode Zaman Penjajahaan sampai Perang Kemerdekaan :


tonggak sejarah kefarmasian di Indonesia pada umumnya
diawaliu dengan pendidikan asisten apoteker semasa
pemerintahan Hindia Belanda
2. Periode Setelah Perang Kemerdekaan Sampai dengan
Tahun 1958 : pada periode ini meskipun untuk
memproduksi obat telah banyak dirintis, namun industri
farmasi masih banyak mengalami hambatan dan tantangan
yang berat, misalnya kekurangan devisa dan terjadinya
sistem penjatahan bahan baku obat sehingga yang dapat
bertahan adalah industri yang mempunyai relasi dengan
luar negeri. Sekitar tahun 1960-1965 Indonesia dalam

17
kesulitan ekonomi yang cukup berat, sehingga industri
farmasi hanya dapat memproduksi obat sesuai dengan
jatah bahan baku yang ada. Disamping itu karena
pengawasan belum dapat dilakukan dengan baik banyak
terjadi kasus bahan baku dan obat jadi yang tidak
memenuhi persyaratan standar.
3. Pada Periode 1960-1965 Pemerintah menerbitkan beberapa
perundang-undangan yang berkaitan dengan kefarmasian,
antara lain :
a. Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-
pokok Kesehatan
b. Undang–undang Nomor 10 tahun 1061 tentang barang
c. Undang-undang Nomor 7 tahun 1963 tentang tenaga
kesehatan, dan
d. Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek.
Pada periode ini juga patut dicatat dalam sejarah
kefarmasian di Indonesia bahwa diakhirinya apotek dokter dan
apotek darurat dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No
33148/48/kab/176 tanggal 8 Juni 1962, antara lain ditetapkan 2 hal
yaitu :
a. Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembentukan apotek-
dokter,
b. Semua izin apotek-dokter dinyatakan tidak berlaku lagi sejak
tanggal 1 januari 1963.
Berakhirnya apotek darurat ditetapkan dengan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 770/Ph/63/b tanggal 29
Oktober 1963 yang isinya antara lain :
a. Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembentukan apotek
darurat,
b. Semua izin apotek darurat Ibu kota Daerah tingkat I sejak
tanggal 1 Februari 1964,
c. Semua izin apotek darurat di Ibu kota Daerah
Tinggkat II dan kota-kota lainnya dinyatakan tidak
berlaku lagi sejak tanggal 1 Mei 1964.
Pada tahun 1963, sebagai realisasi Undang-
undang Pokok Kesehatan telah dibentuk Lembaga
Farmasi Nasional. (Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 39521/lab/199 tanggal 11 Juli 1963)

E. ILMU YANG BERHUBUNGAN DENGAN DUNIA FARMASI


1. Farmakologi :  Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu
yang mempelajari pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya,
baik sifat kimiawi maupun fisikanya, kegiatan fisiologi, resorpsi,

18
dan nasibnya dalam organisme hidup. Dan untuk menyelidiki
semua interaksi antara obat dan tubuh manusia khususnya,
serta penggunaannya pada pengobatan penyakit disebut
farmakologi klinis
2. Farmakognosi :  mempelajari pengetahuan dan pengenalan
obat yang berasal dari tanaman dan zat – zat aktifmya, begitu
pula yang berasal dari mineral dan hewan. Pada zaman obat
sintetis seperti sekarang ini, peranan ilmu farmakognosi sudah
sangat berkurang. Namun pada dasawarsa terakhir peranannya
sebagai sumber untuk obat – obat baru berdasarkan
penggunaannya secara empiris telah menjadi semakin penting .
Banyak phytoterapeutika baru telah mulai digunakan lagi
(Yunani ; phyto = tanaman), misalnya tingtura echinaceae
(penguat daya tangkis), ekstrak Ginkoa biloba (penguat
memori), bawang putih (antikolesterol), tingtur hyperici
(antidepresi) dan ekstrak feverfew (Chrysantemum parthenium)
sebagai obat pencegah migrain.
3. Biofarmasi : meneliti pengaruh formulasi obat terhadap efek
terapeutiknya. Dengan kata lain dalam bentuk sediaan apa
obat harus dibuat agar menghasilkan efek yang optimal.
Ketersediaan hayati obat dalam tubuh untuk diresorpsi dan
untuk melakukan efeknya juga dipelajari (farmaceutical dan
biological availability). Begitu pula kesetaraan terapeutis dari
sediaan yang mengandung zat aktif sama (therapeutic
equivalance). Ilmu bagian ini mulai berkembang pada akhir
tahun 1950an dan erat hubungannya dengan farmakokinetika.
 Biofarmasetika :  adalah  ilmu yang mempelajari tentang
hubungan antara sifat fisikokimia formulasi dengan
bioavailabilitas obat (Shargel & Andrew, 2005) hal 85.
Bioavailabilitas obat atau ketersediaan biologis adalah
jumlah relative obat atau zat aktif suatu produk obat
yang diabsoprsi dan kecepatan obat tersebut masuk
kedalam peredaran darah sistemik.
 Farmakokinetika :  mempelajari nasib obat mulai saat
pemberian, transpor dalam darah, distribusi ke tempat
kerja dan jaringan lain, hingga ekskresinya.
4.  Farmakokinetika: meneliti perjalanan obat mulai dari saat
pemberiannya, bagaimana absorpsi dari usus, transport dalam
darah dan distrtibusinya ke tempat kerjanya dan jaringan lain.
Begitu pula bagaimana perombakannya (biotransformasi) dan

19
akhirnya ekskresinya oleh ginjal. Singkatnya farmakokinetika
mempelajari segala sesuatu tindakan yang dilakukan oleh
tubuh terhadap obat.
5. Farmakodinamika: mempelajari kegiatan obat terhadap
organisme hidup terutama cara dan mekanisme kerjanya,
reaksi fisiologi, serta efek terapi yang ditimbulkannya.
Singkatnya farmakodinamika mencakup semua efek yang
dilakukan oleh obat terhadap tubuh.
6. Toksikologi  adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat
terhadap tubuh dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok
farmakodinamika, karena efek terapi obat berhubungan erat
dengan efek toksisnya. Pada hakikatnya setiap obat dalam
dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan
merusak organisme. ( “Sola dosis facit venenum” : hanya dosis
membuat racun racun, Paracelsus).
7. Farmakoterapi :  mempelajari penggunaan obat untuk
mengobati penyakit atau gejalanya. Penggunaan ini
berdasarkan atas pengetahuan tentang hubungan antara
khasiat obat dan sifat fisiologi atau mikrobiologinya di satu
pihak dan penyakit di pihak lain. Adakalanya berdasarkan pula
atas pengalaman yang lama (dasar empiris). Phytoterapi
menggunakan zat – zat dari tanaman untuk mengobati
penyakit.

20
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah mempelajari tentang sejarah kefarmsian kita
mengetahui bahwa sejak zaman dulu secara naluri orang primitif
sudah dapat melakukan suatu tindakan untuk meringankan suatu
penyakit. Kemudian berkembang menjadi ada anggapan jika sakit itu
karena gaib sehingga seorang pendeta bertindak sebagai
penyembuh rohani dan fisik secara bersamaan. Dengan
ditemukannya dokumen-dokumen kuno membuka mata kita ternyata
sebelum masehi nenek moyang kita sudah mempunyai catatan
penting tentang obat dan formula. Bangsa Eropa khususnya Yunani
banyak yang memiliki ketekunan dan ketelitian dalam bidang
kedokteran sekaligus sebagai ahli dalam bidang obat-obatan, banyak
penemuan tentang bahan obat baik nabati maupun kimiawi yang
dilakukan mereka hingga saat ini masih dapat digunakan sebagai
obat.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://sejarahunik.net/sejarah/sejarah-berawalnya-dan-
perkembangan-obat.html

https://www.researchgate.net/publication/323787130_SISTEM_PENG
OBATAN_TRADISIONAL_Studi_Kasus_di_Desa_Juntinyuat_Kecamat
an_Juntinyuat_Kabupaten_Indramayu

https://eprints.uny.ac.id/21787/3/3.%20BAB%20I.pdf

https://www.academia.edu/34661976/Makalah_Perkembangan_Farma
si_KATA_PENGANTAR_Puji_dan_Syukur_kami_panjatkan_ke_Hadira
t_Tuhan_Yang_Maha_Esa

22

Anda mungkin juga menyukai