JURNAL ILMIAH
Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2016
Halaman Pengesahan
Oleh :
Menyetujui,
Pembimbing Pertama,
1. PENDAHULUAN
baik secara jasmani maupun rohani.Jika seseorang dalam keadaan sakit, pelayanan
setiap orang yang tertuang dalam UUD 1945 yaitu, pasal 28H ayat (1) yang
mengatakan: “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang
layak. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah melalui UU No.24 tahun 2011
pelayanan yang diterima oleh peserta BPJS Kesehatan dari semua faskes yang
keterbatasan ruang rawat inap dan tenaga medis, provider rumah sakit dan klinik
ii
swasta yang terbatas, serta tak jarang pasien harus menambah biaya pengobatan
sendiri karena biaya dari iuran BPJS tidak mencukupi tagihan rumah sakit. Hal
kenaikan tarif bagi peserta mendiri BPJS Kesehatan yang diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan. Kenaikan tarif BPJS
akan dibahas diantaranya: a. Apakah yang menjadi alasan adanya kenaikan tarif
diharapkan mampu menjadi bahan masukan bagi mahasiswa atau pihak yang
iii
conceptual approach dan sosiology approach.1Jenis data dan bahan hukum yang
makalah dan jurnal) dan studi lapangan (wawancara). Analisis data dan bahan
1
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2011, hlm.119
2
Amirudindan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2004.Hlm. 30
iv
I. PEMBAHASAN
Tarif atau iuran pada dasarnya adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh
untuk membiayai peserta dan anggota keluarganya apabila suatu saat terjadi
yang akan datang. Oleh sebab itu, Pemerintah beserta Dewan Jaminan Nasional
menaikkan tarif BPJS Kesehatan yang mulai diberlakukan pada bulan Juni 2016
Jaminan Kesehatan.
Kesehatan diatur dalam Pasal 16F Ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun
2016 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013
bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja: a. sebesar
v
Rp. 25.500,00 (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan
Manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III. b. sebesar Rp. 51.000,00 (lima
puluh satu ribu rupiah) per orang per bulan dengan Manfaat pelayanan di ruang
perawatan Kelas II. c. sebesar Rp. 80.000,00 (delapan puluh ribu rupiah) per
evaluasi terhadap besaran kapitasi dan non kapitasi setelah 2 tahun sejak
diamanatkan dalam Pasal 39 Ayat (4) dan (5) Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun
2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Peresiden Nomor 12 Tahun 2013
Ketentuan dalam pasal 39 ayat (4) dan Ayat (5) tersebut mengatakan
bahwa, Pasal 39 Ayat (4): “Besaran kapitasi dan non kapitasi serta Indonesian
Case Based Groups (INA-CBG’s) dan non Indonesian Case Based Groups (non
Menteri”.Pasal 39 Ayat (5) :“Menteri dalam meninjau besaran kapitasi dan non
kapitasi serta Indonesian Case Based Groups (IN-ACBG's) dan non Indonesian
Case Based Groups (non INA-CBG’s) sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
program sampai dengan 2 (dua) tahun ke depan yang dilakukan bersama dengan
yang mencapai angka Rp.6 triliun sejak tahun 2014 sampai dengan tahun 2016”3.
Kesehatan Fachmi Idris bahwa “penyebab adanya defisit anggaran adalah ketidak
sesuaian (mismatch) antara premi yang didapat dari peserta dengan klaim manfaat
yang dibayarkan kepada setiap fasilitas kesehatan yang telah bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan”4. Lebih lanjut Fachi Idris menyampaikan bahwa, “total iuran
yang didapat dari peserta pada akhir tahun lalu mencapai Rp.41,06 triliun
sedangkan, biaya klaim manfaat (benefit) yang dikeluarkan BPJS Kesehatan lebih
besar, yakni mencapai Rp.42,6 triliun. Artinya terjadi mismatch rasio klaim
sampai 103,88%”5.
dilakukan untuk menyesuaikan antara pelayanan dengan kebutuhan alat medis dan
yang diatur didalam Perpres Nomor 28 Tahun 2016 tersebut sebenarnya tidak
tepat dikatakan kenaikan tarif tetapi lebih tepat jika digunakan istilah penyesuaian
antara pelayanan kesehatan dengan harga obat-obatan dan alat-alat medis yang
3
Fachmi Idris, Penyesuaian Iuran Untuk Keberlangsungan Program, INFO BPJS
Kesehatan (Media Internal Resmi BPJS Kesehatan), edisi XXV tahun 2015, hlm. 3
4
Ibid.
5
Ibid, hlm.4
vii
penyesuaian premi tersebut juga merupakan implementasi dari Pasal 39 Ayat (4)
rasio pembayaran iuran BPJS Kesehatan yang disampaikan oleh Yani Putri .S.H,
orang tidak membayar iuran sehingga, jika hal tersebut terjadi terus menerus akan
antara iuran yang diterima dari peserta dengan klaim yang dibayarkan kepada
yang merupakan alasan utama adanya kenaikan tarif BPJS Kesehatan bagi Peserta
Mandiri.
6
Yani Putri (Staf Hukum Dan Komunikasi di Kantor BPJS Kesehatan Kota Mataram),
hasil wawancara pada tanggal 15 Agustus 2016 pukul 13.20 di kantor BPJS Kesehatan cabang
Mataram
7
Yani Putri (Staf Hukum Dan Komunikasi di Kantor BPJS Kesehatan Kota Mataram),
hasil wawancara pada tanggal 22 November 2016 pukul 14.30 di kantor BPJS Kesehatan cabang
Mataram
viii
peserta yang sakit, peserta yang mampu dapat membantu peserta yang kurang
mampu dan peserta yang berisiko rendah membantu yang berisiko tinggi. Namun
setelah mereka sakit. Pada saat mereka sakit, baru kemudian mendaftar menjadi
yang mendaftar jadi peserta BPJS setelah mereka sakit adalah salah satu penyebab
adanya defisit anggaran kerena, mereka belum pernah membayar iuran dan pada
Kesehatan.”8
tidak mendukung apa yang menjadi tujuan dari prinsip kegotongroyongan yang
hak Peserta Mandiri BPJS Kesehatan adalah bahwa kenaikan tarif tersebut
Kesehatan diatur dalam Pasal 24 Ayat (1) Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1
8
YaniPutri (Staf Hukum Dan Komunikasi Di Kantor BPJS Kesehatan Kota Mataram),
Hasil Wawancara Pada Tanggal 22 November 2016 Pukul 14.30 Di Kantor BPJS Kesehatan
Cabang Mataram.
ix
oleh masyarakat yang terdaftar menjadi peserta BPJS Kesehatan, faktor utamanya
hanya 5 orang, bukan karena tidak ada keluhan, dari 46 Peserta Mandiri BPJS
melakukan pengaduan.
peraturan presiden nomor 28 tahun 2016 tentang perubahan ketiga atas peraturan
masih sama seperti sebelum adanya kenaikan tarif Jaminan Kesehatan Nasional,
Berencana (KB) dan pemeriksaan medis dasar di UGD rumah sakit yang telah
II. PENUTUP
KESIMPULAN
dalam skripsi ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Kenaikan tarif bagi
Peserta Mandiri BPJS Kesehatan terjadi karena adanya ketidak seimbangan rasio
mismatch antara jumlah iuran yang dibayarkan oleh peserta denagn jumlah klaim
manfaat yang dibayarkan kepada fasilitas kesehatan yang telah bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan. Selain itu, ketidak seimbangan rasio yang terjadi juga
Pengaruh kenaikan tarif BPJS Kesehatan terhadap hak-hak Peserta Mandiri BPJS
Kesehatan adalah bahwa kenaikan tarif tersebut diikuti dengan penambahan dalam
Kualitas pelayanan sebelum dan sesudah adanya kenaikan tarif tidak mengalami
perubahan.
SARAN
kualitas pelayanan harus diutamakan karena jumlah pelayanan tidak akan ada
pengawasan terhadap pelayanan yang diberikan rumah sakit agar sesuai dengan
forum yang berfungsi untuk menampung setiap kritik, saran dan pengaduan dari
Perlunya membentuk lembaga khusus anti kecurangan atau fraud yang wilayah
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku :
Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers,
Jakarta, 2013.
Kesehatan).
Peraturan perundang-undangan