Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini saya akan membahas mengenai tentang “Sejarah
Perkembangan Farmasi”.

Makalah ini berisikan tentang sejarah perkembangan farmasi dari masa ke masa,
dari zaman Yunani hingga zaman modern. Dan di dalamnya membahas tentang momentum,
tokoh-tokoh, perkembangan farmasi di Indonesia dan tren dunia farmasi ke depan.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun saya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jakarta, 13 Oktober 2017

DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................. 1

Daftar Isi...................................................................................................................... 2

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................................

PEMBAHASAN

2.1 Farmasi Zaman Pra Sejarah....................................................................................


2.2 Farmasi Zaman Babylonia - Assyria.....................................................................
2.3 Sejarah Dunia Farmasi...........................................................................................
2.4 Sejarah Farmasi di Indonesia................................................................................
2.5 Tokoh - Tokoh yang Berjasa dalam Pengembangan Kefarmasian.......................
2.6 Momentum Perkembangan Kefarmasian..............................................................
2.7 Tren Dunia Farmasi ke Depan..............................................................................

PENUTUP

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................
3.2 Saran.....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Farmasi merupakan salah satu bidang profesional kesehatan yang merupakan
kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung jawab
memastikan efektivitas dan penggunaan obat.
Ruang lingkup dari farmasi termasuk praktik farmasi tradisional seperti peracikan
dan penyediaan sediaan obat, serta pelayanan farmasi modern yang berhubungan
dengan layanan terhadap pasien ( patient care ) di antaranya layanan klinik, evaluasi
efikasi dan keamanan penggunaan obat, dan penyediaan informasi obat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Farmasi dari zaman dahulu sampai
sekarang ?
2. Siapa saja tokoh dalam kefarmasian ?
3. Bagaimana perkembangan farmasi di Indonesia ?
1.3 Tujuan Penulisan
Ketika penulis menulis makalah tersebut, penulis berharap makalah ini bisa
bermanfaat bagi para pembaca, dan penulis berharap manfaat dari makalah tersebut
adalah :
1. Pembaca bisa mengetahui momentum-momentum dalam kefarmasian.
2. Pembaca bisa mengetahui sejarah perkembangan kefarmasian.
3. Pembaca bisa mengetahui tokoh-tokoh yang mengembangkan ilmu
kefarmasian.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Farmasi Zaman Pra Sejarah


Diantara beberapa karakteristik yang unik dan homo sapiens adalah
kemampuannya untuk mengatasi penyakit, baik fisik maupun mental dengan
menggunakan obat-obatan. Dari bukti arkeologididapatkan bahwa pencarian terhadap
obat-obatan setua pencarian manusia terhadap peralatan lain. Seperti halnya bebatuan
yang digunakan untuk pisau dan kapak, obat-obatan pun jarang sekali tersedia dalam
bentuk siap pakai. Bahan-bahan obat tersebut harus dikumpulkan, diproses dan
disiapkan, kemudian digabungkan menjadi satu untuk digunakan dalam pengobatan.
Aktivitas ini telah dilakukan jauh sebelum sejarah manusia dimulai dan sampai
sekarang tetap menjadi fokus pertama praktek kefarmasian.
Manusia purba belajar dari insting atau naluri, dengan melakukan pengamatan
terhadap hewan. Pertama kali mereka menggunakan air dingin, sehelai daun, debu,
bahkan lumpur untuk pengobatan. Naluri unuk menghilangkan rasa sakit pada luka
dengan merendamnya dalam air dingin atau menempelkan daun segar pada luka
tersebut atau menutupinya dengan lumpur, hanya berdasarkan kepercayaan.
Manusia purba belajar dari pengalaman dan mendapatkan cara pengobatan yang
satu lebih efektif dari yang lain. Dari sinilah terapi dengan obat dimulai. Mereka
mengeluarkan pengetahuan ini kepada sesamanya. Walaupun metode yang mereka
gunakan masih kasar, akan tetapi banyak sekali obat-obatan yang ada saat ini diperoleh
dari sumbernya dengan metode sederhana dan mendasar seperti yang telah mereka
lakukan.
2.2 Farmasi Zaman Babylonia - Assyiria
Pada daerah selatan kerajaan Babylonia ( sekarang Iraq ), bangsa Sumeria telah
mengembangkan sistem tulis menulis sekitar tahun 3000 SM sehingga mereka telah
memasuki periode sejarah. Bangsa Babylonia melakukan observasi terhadap planet-
planet dan bintang-bintang yang mendasari ilmu astronomi dan astrologi saat ini.
Kedudukan dan gerakan bintang-bintang diduga mempengaruhi kejadian di bumi.
Kepercayaan ini kemudian diadopsi oleh ilmu kedokteran dan kefarmasian berikutnya.
Bangsa Sumeria dan pewarisnya yakni bangsa Babylonia dan Assyria telah
meninggalkan ribuan tablet lempung dalam puing-puing peninggalan mereka sebagai
salah satu peradaban manusia yang paling berharga. Sejarah mereka terkubur rapat-
rapat dalam tablet lempung tersebut hingga berabad-abad berikutnya kelompok
sejarawan berhasil mengungkap “bagian yang hilang” dari catatan-catatan kuno ini.
Dari penelitian terhadap catatan-catatan kuno tersebut disebutkan tiga aspek yang
paling berpengaruh dalam ilmu pengobatan Babylonia - Assyria yakni :
1. Ketuhanan ( devination ).
2. Pengusiran roh jahat/setan ( exorcism ).
3. Penggunaan obat-obatan.
Tiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan yang sulit untuk dipisahkan. Penyakit
adalah kutukan atau hukuman Tuhan, sedangkan pengobatan adalah pembersihan atau
pensucian dari kedua hal tersebut.
Konsep tersebut dikenal sebagai katarsis ( chatarsis ). Konsep ini menjelaskan
makna hasil kata “pharmakon” ( Yunani ) yang merupakan asal kata “pharmacy”
( farmasi ). Konsep pharmakon dijelaskan sebagai berbagai usaha penyembuhan atau
pensucian dengan cara mengeluarkan atau membersihkan. Yang menarik, didalam
farmakologi ( ilmu tentang obat dan cara kerjanya ) dikenal obat katartik atau
pencahar, yakni obat yang bekerja meningkatkan motilitas kolon ( usus besar )
sehingga meningkatkan pengeluaran tinja ( feses ).
Para pendeta di masa itu berperan sebagai rohaniwan atau ( diviner ) dan pengusir
setan, yang mendukung peran mereka sebagai penyembuh/dokter. Dalam literature lain
disebutkan bahwa terdapat pemisahan profesi penyembuh diantara bangsa Babylonia,
yakni penyembuh empiris dan penyembuh spiritualis dikenal sebagai asipu, yang
menekankan pada penggunaan mantra atau doa-doa bersama dengan batu-batu bertuah
atau jimat-jimat dalam pegobatan.
Pada salah satu tablet lempung tercatat adanya mantra/doa yang tertulis di awal
dan di akhir suatu formula obat. Mantra/doa tersebut di harapkan memberikan
kekuatan menyembuhkan kepada obat-obatan yang telah dibuat. Fenomena ini
mungkin masih sering dijumpai di berbagai pengobatan tradisional atau pengobatan
alternative bangsa kita.
Penyembuh empiris dikenal sebagai asu, yang menggunakan obat/ramuan tertentu
dalam bentuk sediaan farmasi yang sekarang masih digunakan seperti :
1. Pil.
2. Supositoria.
3. Enema.
4. Bilasan.
5. Salep.
Kedua penyembuh tersebut seringkali bekerja sama dalam menangani penyakit yang
berat/sulit disembuhkan. Selain kedua penyembuh tersebut terdapat sekelompok orang
yang disebut pasisu. Akan tetapi peranan dan kedudukan mereka dalam pengobatan
belum diketahui secara pasti.
2.3 Sejarah Dunia Farmasi
Farmasi dalam naahsa inggris adalah pharmacy, bahasa Yunani adalah pharmacon,
yang mempunyai arti obat. Farmasi merupakan salah satu bidang ilmu profesional
kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan, ilmu penggunaan obat.
Ruang lingkup dari praktik farmasi sangat luas termasuk penelitian, pembuatan,
peracikan, penyediaan sediaan obat, pengujian, serta pelayanan informasi obat atau
berhubungan dengan layanan terhadap pasien diantaranya layanan kefarmasian.
Sejak masa Hipocrates ( 460 - 370 SM ) yang dikenal sebagai “Bapak Ilmu
Kedokteran”, belum dikenal adanya profesi farmasi. Saat itu seorang dokter yang
mendiagnosis penyakit, juga sekaligus merupakan seorang apoteker yang menyiapkan
obat. Semakin berkembangnya ilmu kesehatan masalah penyediaan obat semakin
rumit, baik formula maupun cara pembuatannya, sehingga dibutuhkan adanya suatu
keahlian tersendiri. Pada tahun 1240 M, Raja Jerman Frederick II memerintahkan
pemisahan secara resmi antara farmasi dan kedokteran dalam dekritnya yang terkenal
“Two Silices”. Dari sejarah ini, satu hal yang digaris bawahi adalah akar ilmu farmasi
dan ilmu kedokteran adalah sama.
Kata farmasi berasal dari kata farma ( pharma ). Farma merupakan istilah yang
dipakai pada tahun 1400 - 1600an.
Sejarah Perkembangan Farmasi :
- Claudius Galen ( 200 - 129 SM ) menghubungkan penyembuhan penyakit
dengan teori kerja obat yang merupakan bidang ilmu farmakologi.
- Hippocrates ( 459 - 370 SM ) yang dikenal dengan “ Bapak kedokteran ”
dalam praktek pengobatannya telah menggunakan lebih dari 200 jenis tumbuhan.
- Ibnu Sina ( 980 - 1037 ) telah menulis beberapa buku tentang metode
pengumpulan dan penyimpanan tumbuhan obat serta cara pembuatan sediaan obat
seperti pil, supositoria, sirup dan menggabungkan pengetahuan pengobatan dari
berbagai Negara yaitu Yunani, India, Persia, dan Arab untuk menghasilkan
pengobatan yang lebih baik.
- Paracelsus ( 1541 - 1493 SM ) berpendapat bahwa untuk membuat sediaan
obat perlu pengetahuan kandungan zat aktifnya dan dia membuat obat dari bahan
yang sudah diketahui zat aktifnya.
- Johann Jakob Wepfer ( 1620 - 1695 ) berhasil melakukan verifikasi efek
farmakologi dan toksikologi obat pada hewan percobaan, ia mengatakan : “ I
pondered at length, finally I resolved to clarify the matter by experiment ”. Ia
adalah orang pertama yang melakukan penelitian farmakologi dan toksikologi pada
hewan percobaan. Percobaan pada hewan merupakan persyaratan sebelum obat
diuji coba secara klinik pada manusia.
Institut farmakologi pertama didirikan pada tahun 1847 oleh Rudolf Buchheim ( 1820 -
1879 ) di Universitas Dorpat ( Estonia ). Selanjutnya Oswald Schiedeberg ( 1838 -
1921 ) di Scotlandia, J. Langley ( 1852 – 1925 ) di Jerman.
Pendidikan farmasi berkembang seiring dengan pola perkembangan teknologi agar
mampu menghasilkan produk obat yang memenuhi persyaratan dan sesuai kebutuhan,
dampak revolusi industry merambah dunia farmasi dengan timbulnya industri - industri
obat, sehingga terpisahlah kegiatan farmasi di bidang industri obat dan bidang
penyedia atau peracik obat.
Dalam hal ini keahlian farmasi jauh lebih dibutuhkan di sebuah industri farmasi dari
pada apotek. Dapat dikatakan bahwa farmasi identik dengan teknologi pembuatan obat.
Dilihat dari sisi pendidikan farmasi, di Indonesia mayoritas farmasi belum merupakan
bidang tersendiri melainkan termasuk dalam bidang MIPA ( Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam ) yang merupakan kelompok ilmu murni ( basic science ) dan buku
Pharmaceutical handbook menyatakan bahwa farmasi merupakan bidang yang
menyangkut semua aspek obat, meliputi :
1. Isolasi dan sintesis
2. Pembuatan
3. Pengendalian
4. Distribusi dan penggunaan.
Di Inggris, sejak tahun 1962, dimulai suatu era baru dalam pendidikan farmasi,
karena pendidikan farmasi yang semula menjadi bagian dari MIPA, berubah menjadi
suatu bidang yang berdiri sendiri secara utuh berkembang ke arah “ patient oriented ”,
memunculkan berkembangnya Clinical Pharmacy ( Farmasi klinik ).
Di USA telah disadari sejak tahun 1963 bahwa masyarakat dan profesional lain
memerlukan informasi obat yang seharusnya dating dari para apoteker. Temuan tahun
1975 mengungkapkan pernyataan para dokter bahwa apoteker merupakan informasi
obat yang “ parah ”, tidak mampu memenuhi kebutuhan para dokter akan informasi
obat. Apoteker yang berkualitas dinilai amat jarang atau langka, bahkan dikatakan
bahwa dibandingkan dengan apoteker, medical representatif dari industri farmasi
justru lebih merupakan sumber informasi obat bagi para dokter.
Perkembangan terakhir adalah timbulnya konsep “ pharmaceutical care ” yang
membawa para praktisi maupun para “ professor ” ke arah “ wilayah ” pasien. Secara
global terlihat perubahan arus positif farmasi menuju arah akarnya semula yaitu
sebagai mitra dokter dalam pelayanan pada pasien. Apoteker diharapkan setidak -
tidaknya mampu menjadi sumber informasi obat baik bagi masyarakat maupun profesi
kesehatan lain baik di rumah sakit, di apotek, puskesmas atau dimanapun apoteker
berada.

2.4 Sejarah Farmasi di Indonesia


Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia ( 1997 ) dalam “ informasi jabatan
untuk standard kompetensi kerja ” menyebutkan jabatan Ahli Teknik Kimia Farmasi, (
yang tergolong sektor kesehatan ) bagi jabatan yang berhubungan erat dengan obat
-obatan, dengan persyaratan :
- Pendidikan Sarjana Teknik Farmasi, di Indonesia mayoritas farmasi belum
merupakan bidang tersendiri melainkan termasuk dalam bidang MIPA
( Matematika Ilmu Pengetahuan Alam ) yang merupakan sekelompok ilmu murni
( basic science ) sehingga lulusan S-1 nya pun bukan disebut Sarjana Farmasi
melainkan Sarjana Sains.
Bagaimana dengan perkembangan farmasi di Indonesia ? Perkembangan farmasi boleh
dibilang dimulai ketika berdirinya pabrik kina di Bandung pada tahun 1896.
Kemudian, terus berjalan sampai sekitar tahun 1950 di mana pemerintah mengimpor
produk farmasi jadi ke Indonesia.
Perusahaan - perusahaan lokal pun bermunculan, tercatat ada Kimia Farma,
Indofarma, Dankos, dan lainnya. Di dunia pendidikan sendiri, sekolah tinggi atau
fakultas farmasi juga di buka di berbagai kota.
Tonggaknya sejarah munculnya profesi apoteker di Indonesia di mulai dengan
didirikannya Perguruan Tinggi Farmasi di Klaten pada tahun 1946, yang kemudian
menjadi Fakultas Farmasi UGM, dan di Bandung tahun 1947.
2.5 Tokoh - Tokoh yang Berjasa dalam Pengembangan Kefarmasian
Dimulai pada abad ke- 9, tanah Arab dan Islam berhasil membangun jembatan ilmu
yang menghubungkan antara sumbangan Yunani dengan dunia farmasi modern
sekarang ini. Tahap ilmu yang di peroleh dari Yunani terus ditingkatkan dan usaha ini
diteruskan hingga abad ke- 13 melalui berbagai karya, peningkatan ilmu pada zaman -
zaman berikutnya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, farmasi di praktekan secara
terpisah dari profesi medis yang lain. Puncak sumbangan dunia Arab - Islam dalam
farmasi dicapai dengan siapnya satu paduan cara meracik obat pada tahun 1260.

1. Ibnu Al - Baitar
Lewat risalahnya yang berjudul Al - Jami fi Al - Tibb ( Kumpulan Makanan dan
Obat - obatan yang Sederhana ), beliau turut memberi kontribusi dalam dunia
farmasi. Di dalam kitabnya itu, dia mengupas beragam tumbuhan berkhasiat obat
( sekarang lebih dikenal dengan nama herbal ) yang berhasil dikumpulkannya di
sepanjang pantai Mediterania. Lebih dari seribu tanaman obat dipaparkannya dalam
kitab itu. Seribu lebih tanaman obat yang ditemukannya pada abad ke- 13 M itu
berbeda dengan tanaman yang telah ditemukan ratusan ilmuwan sebelumnya.
Tak heran bila kemudian Al - Jami fi Al - Tibb menjadi teks berbahasa arab
terbaik yang berkaitan dengan botani pengobatan. Capaian yang berhasil
ditorehkan Al - Baitar melampaui prestasi Dioscorides. Kitabnya masih tetap
digunakan sampai masa Renaisance di benua Eropa.
2. Abu Ar - Rayhan Al - Biruni ( 973 M - 1051 M )
Al - Biruni mengenyam pendidikan di Khawarizm. Beragam ilmu pengetahuan
dikuasainya, seperti astronomi, matematika, filsafat dan ilmu alam. Ilmuwan
muslim yang hidup di zaman keemasan Dinasti Samaniyaah dan Ghaznawiyyah itu
turut member kontribusi yang sangat penting dalam farmasi. Melalui kitab As -
Sydanah fit - Tibb, Al - Biruni mengupas secara lugas dan jelas mengenai beluk -
beluk ilmu farmasi.
Kitab penting bagi perkembangan farmasi itu diselesaikannya pada tahun 1050
M setahun sebelum Al - Biruni tutup usia. Dalam kitab itu, Al - Biruni tidak hanya
mengupas dasar - dasar farmasi, namun juga meneguhkan peran farmasi serta tugas
dan fungsi yang diemban seorang farmasis.
3. Abu Ja’far Al - Ghafiqi ( wafat 1165 M )
Ilmuwan muslim yang satu ini juga turut memberi kontribusi dalam
perkembangan farmasi. Sumbangan Al - Ghafiqi untuk memajukan ilmu tentang
komposisi, dosis, meracik dan menyimpan obat - obatan dituliskannya dalam kitab
“ Al - Jami Al - Adawiyyah Al - Mufradah ”. Kitab tersebut memaparkan tentang
pendekatan metodologi eksperimen, serta observasi dalam bidang farmasi.

4. Al - Razi
Sarjana muslim yang dikenal di Barat dengan nama Razes itu juga ikut andil
dalam membesarkan bidang farmasi. Al - Razi memperkenalkan penggunaan bahan
kimia dalam pembuatan obat - obatan seperti pada obat - obatan kimia sekarang.
5. Sabur Ibnu Sahl ( wafat 869 M )
Ibnu Sahl adalah dokter pertama yang mempelopori pharmacopoeia
( farmakope ). Dia menjelaskan beragam jenis - jenis obat - obatan. Sumbangannya
untuk pengembangan farmasi dituangkannya dalam kitab Al - Aqrabadhin. Dalam
kitabnya beliau memberikan resep kedokteran tentang kaedah dan teknik meracik
obat, tindakan farmakologis dan dosisnya untuk setiap penggunaan. Formula ini
ditulis untuk ahli - ahli farmasi selama hampir 200 tahun.
6. Ibnu Sina
Dalam kitabnya yang fenomenal, Canon of Medicine, Ibnu Sina juga mengupas
tentang farmasi. Ia menjelaskan lebih kurang 700 cara pembuatan obat dengan
kegunaannya. Ibnu Sina menguraikan tentang obat - obatan yang sederhana.
7. Al – Zahrawi
Bapak ilmu bedah modern ini juga ikut andil dalam membesarkan farmasi. Dia
adalah perintis pembuatan obat dengan cara sublimasi dan destilasi.
8. Yuhanna Ibnu Masawayh ( 777 M - 857 M )
Orang Barat menyebutnya Mesue. Ibnu Masawayh merupakan anak seorang
apoteker. Kontribusinya juga terbilang penting dalam pengembangan farmasi.
Dalam kitab yang ditulisnya, Ibnu Masawayh membuat daftar sekitar 30 macam
aromatik. Salah satu karya Ibnu Masawayh yang terkenal adalah kitab Al -
Mushajjar Al - Kabir. Kitab ini merupakan semacam ensiklopedia yang berisi
daftar penyakit berikut pengobatannya melalui obat - obatan serta diet.

9. Abu Hasan ‘Ali bin Sahl Rabban At – Tabari


At - Tabari lahir pada tahun 808 M. Pada usia 30 tahun, dia dipanggil oleh
khalifah Al - Mu’tasim ke Samarra untuk menjadi dokter istana. Salah satu
sumbangan At - Tabari dalam bidang farmasi adalah dengan menulis sejumlah
kitab. Salah satunya yang terkenal adalah Paradise of Wisdom. Dalam kitab ini
dibahas mengenai pengobatan menggunakan binatang dan organ - organ burung,
Dia juga memperkenalkan sejumlah obat serta cara pembuatannya.
10. Zayd Hunayn b. Ishaq Al - Ibadi ( 809 – 873 )
Beliau adalah anak dari seorang apoteker. Hunayn diantar ke Baghdad, yang
pada masa itu merupakan pusat pendidikan islam terpenting untuk mengikuti
pendidikan dalam perawatan. Hunayn memainkan peranan yang penting dalam
penterjemahan atau penentuan ketepatan terjemahan yang dilakukan ( termasuk
penulis Hippocrate, Gelen dan penulis Yunani lain ) di samping menulis buku -
bukunya sendiri. Antara buku dan tulisan Hunayn adalah tentang aspek kebersihan
mulut, pencuci dan bahan - bahan penggunaan bahan - bahan pergigian.
Mereka adalah para tokoh Islam yang sangat berjasa pada dunia kesehatan
khususnya ilmu kefarmasian dan kedokteran, hasil penemuan buku - buku yang
ditulis merupakan cikal bakal penelitian bidang farmasi setelah zaman mereka
sampai sekarang.
2.6 Momentum Perkembangan Kefarmasian
Pada tahun 1240, Kaisar Frederick II mengeluarkan maklumat ( Magna Carta )
untuk memisahkan ilmu farmasi dan kedokteran, sehingga masing - masing ahli
mempunyai kesadaran, standar etik, pengetahuan dan keterampilan sendiri.
Pada tahun 1453 Konstantinopel ( Istambul ) jatuh ke tangan Turki, akademisi
Yunani kuno ke Barat dengan membawa buku - buku dan pengetahuannya. Obat - obat
baru dari dunia baru ( Colombus dan Vasco da Gama ) mulai masuk. Mesin cetak
Johann Gutenberg meningkatnya studi tentang

Anda mungkin juga menyukai