Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PENELITIAN

PEMBUATAN DAN PENGAMATAN SIMPLISIA DARI


BIJI MANGGA (Mangifera indica L.)

Disusun oleh :
Fauzia Nurul Fajriah 3920187181409
Iftitah Silmi 3920187181421
Khumairoh Nur safira 3920187181422
Khurin Ainun 3920187181423

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
MANTINGAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat Indonesia sudah sejak zaman dahulu kala menggunakan
ramuan obat tradisional Indonesia sebagai upaya pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit, dan perawatan kesehatan. Ramuan obat tradisional
Indonesia tersebut dapat berasal dari tumbuhan, hewan dan mineral. Namun,
umumnya berasal dari tumbuhan. Persentasi penduduk Indonesia yang pernah
mengonsumsi jamu sebanyak 59,12% yang terdapat pada kelompok umur di atas
15 tahun, baik laki-laki maupun perempuan, di pedesaan maupun perkotaan, dan
95,60% merasakan manfaatnya. Bentuk sediaan jamu yang paling banyak disukai
penduduk adalah cairan, seduhan/serbuk, rebusan/rajangan, dan bentuk
kapsul/pil/tablet (RI, 2017).
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa
bahan yang telah dikeringkan (Ningsih I. Y., 2016). Pada umumnya pembuatan
simplisia melalui tahapan yaitu pengumpulan simplisia, sortasi basah, pencucian,
perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan
(Wahyuni, Guswandi, & Rivai, 2014).
Salah satu contoh simplisia adalah biji mangga karena memiliki
kandungan fitokimia yang cukup tinggi, diantaranya mempunyai kandungan
alkanoid, tanin, flavonoid dan saponin menunjukkan adanya efektivitas biji
manga sebagai bakterisida. Senyawa alkaloid dilaporkan mempunyai aktivitas
sebagai antibakteri sedangkan senyawa tanin berfungsi untuk melapisi lapisan
mukosa pada organ supaya terlindung dari infeksi bakteri. Senyawa saponin
dilaporkan dapat meningkatkan permeabilitas dinding usus, memperbaiki
penyerapan nutrisi dan juga menghambat aktivitas enzim urease. Biji manga juga
memiliki aktivitas antioksidan yang kuat karena mengandung senyawa fenolik
yang tinggi (Munawwarah, Aufia, & Masitha, 2017)
Penelitian terkait pembuatan dan identifikasi senyawa dari simplisia biji
mangga belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya lebih mengarah pada pembuatan ekstrak dan uji efektivitas dari
ekstrak tersebut. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengeksplor lebih
dalam terkait pembuatan serta identifikasi senyawa yang terdapat pada simplisia
bij manga.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara yang efektif untuk pembuatan simplisia biji manga
Arummanis (Mangifera indica L.) ?
2. Bagaimana cara ekstrak yang tepat pada simplisia Mangifera Indica. L. ?
3. Bagaimana cara mengevaluasi hasil dari ekstrak biji manga untuk pembuatan
simplisia ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui cara yang efektif untuk pembuatan simplisia biji manga
Arummanis (Mangifera indica L.).
2. Mengetahui ekstrak yang terdapat pada simplisia Mangifera Indica. L.
3. Mengetahui cara mengevaluasi hasil dari ekstrak biji manga (Mangifera
Indica. L.) untuk pembuatan simplisia.
1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah cara peling efektif untuk pembuatan
simplisia biji manga (Mangifera indica L.)
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk
penelitian selanjutnya.
1.5.2 Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah
ilmu pengetahuan dan menambah wawasan pembaca khususnya para
pemakai ekstraks biji mangga (Mangifera indica L).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman Mangga Arumanis

Kingdom Plantae
Kelas Magnoliopsida
Ordo Sapindales
Famili Anacardiaceae
Genus Mangifera
Spesies M. indica

2.2 Karekteristik Tanaman Mangga


Tanaman mangga ialah tanaman buah tahunan berupa pohon yang
berasal dari negara India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia
Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia. Tanaman mangga berasal dari
famili Anarcadiaceae, genus Mangifera, species Mangifera indica Pohon
mangga termasuk tumbuhan tingkat tinggi yang struktur batangnya (habitus)
termasuk kelompok arboreus, yaitu tumbuhan berkayu yang mempunyai tinggi
batang lebih dari 5 m dan memiliki ukuran tinggi mencapai 10-40 m
(Oktavianto, Sunaryo, & Agus, 2015).
Mangga merupakan tanaman potensial untuk dikembangkan karena
mempunyai tingkat keragaman genetik yang tinggi, sesuai dengan agroklimat
Indonesia, disukai oleh hampir semua lapisan masyarakat dan memiliki pasar
yang luas. Dalam dua dekade terakhir ini, mangga telah menjadi komoditas
penting dalam perdagangan internasional, terutama di pasar Amerika Utara,
Eropa, Jepang dan Timur Tengah karena merupakan salah satu buah tropis
unggulan yang digemari oleh masyarakat di dunia yang dikenal dengan istilah
The Best Loved Tropical mendampingi popularitas durian sebagai King of Fruit
Indonesia (Sadri, Enny, & Sakka, 2017).
Buah mangga merupakan tanaman buah yang potensial dikembangkan
karena mempunyai tingkat keragaman genetik yang tinggi. Dalam bidang
pemuliaan tanaman, buah mangga belum banyak dikembangkan. Kesulitan yang
dihadapi dalam pemuliaan buah mangga adalah sedikitnya jumlah plasma nutfah
yang diperoleh, sifat panikula dan bunga yang kompleks, tingkat kesuksesan
yang rendah dalam penyerbukan (Agustin , JB, & Tatik, 2013).

2.3 Manfaat tanaman mangga


Di Indonesia pemanfaatan bagian tanaman mangga hanya pada daging
buahnya saja, sedangkan bijinya belum banyak digunakan sehingga menjadi
limbah rumah tangga. Biji mangga harumanis yang tumbuh di Indonesia
mestinya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai bahan obat. Biji
mangga memiliki kandungan fitokimia yang tinggi, berupa tanin. Kandungan
fitokimia gallotanin yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap beberapa
macam bakteri Gram positif dan negatif (Prihandani, Noor, & poeloengan,
2016).
2.4 Cara Pembuatan Simplisia
Pembuatan simplisia yang baik agar dapat di konsumsi secara langsung
atau tidak langsung, dapat dilakukan dengan cara :
a. Sortasi basah
Sortasi basah bertujuan untuk memisahkan kotoran atau bahan asing
serta bagian tanaman lain yang tidak diinginkan dari bahan simplisia.
Kotoran tersebut dapat berupa tanah, kerikil, rumput/gulma, tanaman lain
yang mirip, bahan yang telah rusak atau busuk, serta bagian tanaman lain
yang memang harus dipisahkan dan dibuang.
b. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran lain
yang melekat pada bahan simplisia. Proses ini dilakukan dengan
menggunakan air bersih (standar air minum), air dari sumber mata air, air
sumur, atau air PDAM. Pencucian sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
air mengalir agar kotoran yang terlepas tidak menempel kembali.
c. Penirisan
Proses penirisan bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan
kandungan air di permukaan bahan dan dilakukan sesegera mungkin setelah
pencucian.
d. Pengubahan bentuk
Beberapa jenis bahan baku atau simplisia seringkali harus diubah
menjadi bentuk lain, misalnya irisan, potongan, dan serutan untuk
memudahkan kegiatan pengeringan, penggilingan, pengemasan,
penyimpanan dan pengolahan selanjutnya.
e. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air agar bahan
simplisia tidak rusak dandapat disimpan dalam jangka waktu yang lama,
menghentikan reaksi enzimatis, dan mencegah pertumbuhan kapang, jamur,
dan jasad renik lain.
f. Sortasi kering
Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan bahan-bahan asing dan
simplisia yang belum kering sempurna.
g. Pengemasan dan pemberian label
Kegiatan ini bertujuan untuk melindungi simplisia saat pengangkutan,
distribusi, dan penyimpanan dari gangguan luar, seperti suhu, kelembapan,
cahaya, pencemaran mikroba, dan adanya serangga atau hewan lainnya.
Bahan pengemas harus kedap air dan udara, serta dapat melindungi simplisia
dari berbagai gangguan.
h. Penyimpanan
Tujuan penyimpanan adalah agar simplisia tetap tersedia setiap saat
bila diperlukan dan sebagai stok bila hasil panen melebih kebutuhan. Proses
ini merupakan upaya untuk mempertahankan kualitas fisik dan kestabilan
kandungan senyawa aktif, sehingga tetap memenuhi persyaratan mutu yang
ditetapkan (ningsih, 2016).

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Perlakuan dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Fitofarmasi,
Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor
kampus putri. Pembuatan simplisia dilakukan di Laboratorium Farmakognosi,
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor. Pengamatan kuantitas
dan kualitas simplisia dilakukan di Laboratorium Farmakognosi, Fakultas Ilmu
Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor. Penelitian dilakukan selama 6 bulan,
mulai dari bulan Juni 2019 sampai November 2019.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian


Alat-alat yang digunakan adalah lumpang alu sebanyak 2 buah, pisau 2
buah, timbangan digital sebanyak 1 buah, toples sebanyak 1 buah, dan tissue
sebanyak 1 pack.
Bahan yang diperlukan adalah biji manga 3 kg, Aquades 3 liter.

3.3 Rancangan Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah proses ekstraksi
dengan pengeringan menggunakan panas matahari. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah biji mangga. Variabel terikat pada penelitian ini adalah
simplisia, pembuatan simplisia dengan proses pengeringan menggunakan panas
matahari.

Tabel 1. Perbandingan antar perlakuan


Perlakuan Metode Lama pengeringan (3x24 Jam)
Menggunakan 1x24 Jam 2x24 Jam 3x24 Jam
Simplisia 1 oven dengan suhu
30℃ ……gr ……gr ……gr
Menggunakan
Simplisia 2 oven dengan suhu
45℃ ……gr …….gr ……gr
Menggunakan
Simplisia 3 oven dengan suhu
60℃ ……gr ……gr ……gr

3.4 Prosedur Penelitian


3.4.1 Penyiapan Bahan Biji Mangga
Penelitian ini dimulai dengan menyiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan untuk proses pembuatan simplisia. Kemudian,
mempersiapkan biji manga yaitu dengan cara memisahkan biji manga
dari daginya. Mangga yang dibeli dari pasar Mantingan, Ngawi, Jawa
Timur.
3.4.2 Sortasi Basah
Sortasi basah bertujuan untuk memisahkan kotoran atau bahan asing
serta bagian tanaman lain yang tidak diinginkan dari biji mangga. Kotoran
tersebut dapat berupa tanah, kerikil, rumput/gulma, tanaman lain yang mirip,
bahan yang telah rusak atau busuk, serta bagian dari daging mangga yang
memang harus dipisahkan dan dibuang.
3.4.3 Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan daging buah dan
kotoran lain yang melekat pada biji mangga. Proses ini dilakukan dengan
menggunakan air bersih. Sebaiknya, pencucian dilakukan secepat
mungkin (tidak direndam) dan menggunakan air yang mengalir agar
kotoran tidak menempel lembali.
Setelah dicuci bersih, biji manga dikelupas kulit luarnya untuk
mengurangi jumlah mikroba karena sebagian mikroba biasanya terdapat
pada bagian permukaan kulit luar biji.
3.4.4 Penirisan
Setelah biji mangga dicuci bersih, dilakukan penirisan untuk
mencegah pembusukan atau bertambahnya kandungan air. Proses
penirisan bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kandungan air
di permukaan biji mangga dan dilakukan sesegera mungkin setelah
pencucian.
Selama penirisan, biji mangga dibolak-balik untuk mempercepat
penguapan dan dilakukan di tempat teduh dengan aliran udara cukup agar
terhindar dari fermentasi dan pembusukan. Setelah air yang menempel di
permukaan bahan menetes atau menguap, biji manga dapat dikeringkan
dengan cara yang sesuai.
3.4.5 Pengubahan Bentuk (Perajangan)
Pengubahan bentuk dapat memudahkan dan mempercepat
pengeringan, sehingga biji manga diubah kedalam bentuk irisan dan
potongan. Pengubahan bentuk harus dilakukan secara tepat dan hati-hati
agar tidak menurunkan kualitas simplisia yang diperoleh. Keseragaman
ukuran akan memenuhi standar kualitas dari simplisia.
Semakin tipis ukuran hasil rajangan atau potongan, maka akan
semakin cepat proses penguapan air sehingga waktu pengeringannya
menjadi lebih cepat. Namun ukuran hasil rajangan yang terlalu tipis dapat
menyebabkan berkurangnya atau hilangnya senyawa aktif yang mudah
menguap. Selain itu, perajangan yan terlalu tipis juga menyebabkan
simplisia mudah rusak saat dilakukan pengeringan dan pengemasan.
Ukuran ketebalan simplisia harus seragam tergantung pada bagian
tumbuhan yang diiris. Ketebalan irisan simplisia biji manga dipotong
dengan ukuran ± 3 mm.
3.4.6 Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air agar simplisia
biji mangga tidak rusak dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang
lama, menghentikan reaksi enzimatis, dan mencegah pertumbuhan
kapang, jamur, dan jasad renik lain. Dengan matinya sel bagian tanaman,
maka proses metabolisme (seperti sintesis dan transformasi) terhenti,
sehingga senyawa aktif yang terbentuk tidak diubah secara enzimatik.
Proses pengeringan yang dilakukan pada pengeringan simplisia
biji mangga adalah pengeringan dengan sinar matahri. Karena cara ini
dilakukan untuk meringkan bagian tanaman yang relative keras dan bahan
tanaman yang mengandung senyawa aktif yang relative stabil. Biji
mangga termasuk bagian yang tergolong keras. Sedangkan, kelemahan
pada proses ini adalah kecepatan pengeringannya sangat tergantung pada
kondisi cuaca.
3.4.7 Sortasi Kering
Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan bahan-bahan asing
dan simplisia biji mangga yang belum kering benar. Kegiatan ini
dilakukan untuk menjamin bahwa simplisia benar-benar bebas dari bahan
asing. Kegiatan ini dilakukan secara manual. Simplisia biji mangga yang
telah bersih dari bahan asing terkadang untuk tujuan tertentu (misalnya
untuk memenuhi standar mutu tertentu) masih diperlukan grading atau
pemisahan menurut ukuran, sehingga diperoleh simplisia dengan ukuran
seragam.
3.4.8 Penyimpanan
Tujuan penyimpanan adalah agar simplisia biji mangga tetap
tersedia setiap saat bila diperlukan. Proses ini merupakan upaya untuk
mempertahankan kualitas fisik dan kestabilan kandungan senyawa aktif,
sehingga tetap memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan.
3.5 Uji Evaluasi
3.5.1 Uji Evaluasi Fisik Sediaan Pengamatan Perubahan Bentuk, Warna
dan Bau (Organoleptik)
Pemeriksaan organoleptik dilakukan dengan mendeskripsikan
warna, bau, dan bentuk dari sediaan sabun cair, sediaan yang dihasilkan
sebaiknya memiliki warna yang menarik, bau yang menyenangkan, dan
kekentalan yang cukup agar nyaman dalam penggunaan.
3.5.2 Uji Pertumbuhan Jamur
Uji pertumbuhan jamur dilakukan untuk mengetahui tumbuh
tidaknya jamur pada simplisia, uji ini dilakukan selama 7 hari. Jika setelah
7 hari ditemukan tumbuhnya jamur pada simplisia, maka simplisia tidak
boleh digunakan.

3.6 Analisis Data


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif kualitatif karena peneliti ingin menggambarkan atau melukiskan fakta-
fakta atau keadaan ataupun gejala yang tampak dalam penelitian ini.
Daftar Pustaka

Agustin , N. N., JB, S. H., & Tatik, W. (2013). Identifikasi Keragaman Morfologi
Daun Mangga (Mangifera indica L.) Pada Tanaman Hasil Persilangan Antara
Varietas Arumanis 143 Dengan Podang Urang Umur 2 Tahun . Jurnal
Produksi Tanaman Volume 1 No.1, 62.

Munawwarah, Z. F., Aufia, W., & Masitha, N. (2017). Uji Aktivitas Antibaktei
Ekstrak Etanol Biji Mangga (Mangifera Indica.L) terhadap
Propionibacterium acnes. Jurnal Pharmasipha, Vol.1, No.1, Agustus 2017.

Ningsih, D. R., Zusfahair, & Diyu , M. (2017). Ekstrak Daun Mangga (Mangifera
indica L.) Sebagai Antijamur Terhadap Jamur Candida albicans Dan
Identifikasi Golongan Senyawanya. Jurnal Kimia Riset, 61-68.

ningsih, I. Y. (2016). Modul Saintifikasi Jamu. Penanganan Pasca Panen, 8-28.

Oktavianto, Y., Sunaryo, & Agus, S. (2015). KARAKTERISASI TANAMAN


MANGGA (Mangifera Indica L.) CANTEK, IRENG,. Jurnal Produksi
Tanaman, Volume 3, Nomor 2, Maret 2015, 92.

Prihandani, S. S., Noor, S. M., & poeloengan, M. (2016). Efektifitas Ekstrak Biji
Mangga Harumanis. Jurnal Voteriner Vol. 17 No 1, 46.

RI, K. m. (2017). Tentang Formularium Ramuan Obat Tradisional. Nomor


HK.01.07/MENKES/187/2017.

Sadri, M., Enny, A., & Sakka, S. (2017). IDENTIFIKASI KARAKTER


MORFOLOGI DAN ANATOMI MANGGA LOKAL (Mangifera spp.)
MOROWALI DI DESA BENTE DAN DESA BAHOMOLEO
KECAMATAN BUNGKU TENGAH. J. Agroland 24 (2) : 138 – 145,
Agustus 2017 , 138.

Wahyuni, R., Guswandi, & Rivai, H. (2014). Pengaruh Cara Pengeringan Dengan
Oven, Kering Angin dan Cahaya Matahari Langsung terhadap Mutu
Simplisia Herba Sambiloto. Jurnal Farmasi Higea, 126.

Anda mungkin juga menyukai