Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

FARMASETIKA SEDIAAN SOLID


Sejarah Kefarmasian

Dosen Pengampu :
Apt. Muhammad Arif, M.Farm

Disusun Oleh :
M. Irfan Wahyudi 230205056

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MIPA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan benar yang
berjudul “Sejarah Kefarmasian” dengan tepat waktu tanpa ada halangan. Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmasetika Sediaan Solid.
Dalam penulisan makalah ini saya ucapkan terimakasih kepada pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan masalah ini, terutama kepada dosen
pengampu mata kuliah Farmasetika Sediaan Solid Bapak Apt. Muhammad Arif,
M.Farm yang telah membantu dan membimbing dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan
baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
saya miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan
demi penyempurnaan dalam pembuatan makalah ini. Semoga apa yang ditulis
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Pekanbaru, 21 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. ........................................................................................ i


DAFTAR ISI . ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................... ............... 1


1.2. Rumusan Masalah.............................................................. ................ 2
1.3. Tujuan Penulisan ............................................................... ................ 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... ............. 3


1.1. Sejarah Kefarmasian di Dunia. .......................................................... 3
2.2. Sejarah Kefarmasian di Indonesia...................................................... 8
2.3. Sejarah Perkembangan Obat....................... ....................................... 10
2.4. Proses Penemuan Obat.................................................. ..................... 11
2.5. Pengertian Resep Serta Istilah-Istilah Pada Resep. ............................ 13

BAB III PENUTUP ................................................................................ ............ 16


3.1. Kesimpulan ........................................................................... ............ 16
3.2. Saran .................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. ............ 17

ii
BAB I
PENDAHULUAH

1.1 Latar Belakang


Pada awalnya semua ilmu pengobatan berawal dari coba-coba. Apabila suatu
ramuan berhasil menyebuhkan suatu penyakit, maka ramuan tersebut akan
digunakan seterusnya secara turun-temurun untuk menyembuhkan penyakit yang
sama. Hal inilah yang mendasari lahirnya ilmu tentang pengobatan.
Perkembangan ilmu pengetahuan telah membawa banyak perubahan disegala
aspek kehidupan. Tidak terkecuali ilmu pengobatan. Selama berabad–abad
lamanya, setelah ditemukannya teknologi-teknologi yang dapat membantu
manusia dalam melakukan berbagai penelitian, pengobatan pun turut mengalami
kemajuan. Obat yang pada awal mulanya hanya diproduksi terbatas dan terkadang
hanya terdapat di daerah tertentu kini dapat dimanfaatkan dan dikonsumsi secara
universal. Hal ini salah satu dampak karena adanya kemajuan dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sejarah ilmu farmasi berawal dari para pengobat di Yunani, Cina, Timur
tengah dan wilayah Asia yang menggunakan pengobatan tradisional. Pengobatan
tradisional ilmunya berasal dari turun-temurun. Di Cina pengobatan pengobatan
turun temurun dilakukan oleh tabib sedangkan di Yunani pengobatan turun-
temurun dilakukan oleh pendeta.
Farmasi berasal dari bahasa Yunani yaitu Pharmakon yang artinya obat atay
medika. Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara pembuatan, mencampur,
meracik formula obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi atau
pembakuan obat serta pengobatan, termasuk sifat-sifat obat dan distribusi serta
penggunaan obat yang aman.
Ilmu farmasi terbagi dalam beberapa bidang yaitu farmakologi,
farmakodinamika, farmakokinetika, farmakoterapi, toksikologi, farmakognosi,
farmakokimia, biofarmasi dan farmasetik.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berikut perumusan masalah yang akan dikaji dalam makalah ini, diantaranya:
1. Bagaimana sejarah kefarmasian di Dunia?
2. Bagaimana sejarah kefarmasian di Indonesia?
3. Bagaimana sejarah perkembangan obat?
4. Bagaimana proses penemuan obat?
5. Apa pengertian Resep serta istilah-istilah pada resep?

1.3 Tujuan Penulisan


Berikut tujuan penulisan yang akan dikaji dalam makalah ini, diantaranya:
1. Mengetahui sejarah kefarmasian di Dunia
2. Mengetahui sejarah kefarmasian di Indonesia?
3. Mengetahui sejarah perkembangan obat?
4. Mengetahui proses penemuan obat?
5. Mengetahui pengertian Resep serta istilah-istilah pada resep?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Kefarmasian di Dunia


2.1.1.Awal Mula Farmasi
Farmasi berasal dari kata “PHARMACON” yang berarti obat atau
racun. Sedangkan pengertian farmasi adalah suatu profesi di bidang kesehatan
yang meliputi kegiatan-kegiatan di bidang penemuan, pengembangan,
produksi, pengolahan, peracikan, informasi obat dan distribusi obat.
Ilmu farmasi awalnya berkembang dari para tabib dan pengobatan
tradisional yang berkembang di Yunani, Timur-Tengah, Asia kecil, Cina, dan
Wilayah Asia lainnya. Mulanya “ilmu pengobatan” dimiliki oleh orang
tertentu secara turun-temurun dari keluarganya. Di negaraCina, para tabib
mendapatkan ilmunya dari keluarga secara turun-temurun. Itu gambaran
“ilmu farmasi” kuno di Cina.
Sedangkan di Yunani, yang biasanya dianggap sebagai tabib adalah
pendeta. Dalam legenda kuno Yunani, Asclepius, Dewa Pengobatan
menugaskan Hygieia untuk meracik campuran obat yang ia buat. Oleh
mmasyarakat Yunani, Hygiea disebut sebagai apoteker (Inggris : apothecary).
Sedangkan di Mesir, praktek farmasi dibagi dalam dua pekerjaan, yaitu :
Yang mengunjungi orang sakit dan yang bekerja di kuil menyiapkan racikan
obat.
Perkembangan ilmu farmasi kemudian menyebar hampir ke seluruh
dunia. Mulai dari Inggris, Amerika Serikat, dan Eropa Barat. Sekolah Tinggi
Farmasi yang pertama didirikan di Philadelphia, Amerika Serikat pada tahun
1821 (sekarang sekolah tersebut bernama Philadelphia College of Pharmacy
and Science). Setelah itu, mulailah era baru ilmu farmasi dengan
bermunculannya sekolah-sekolah tinggi dan fakultas-fakultas di universitas.
Sejarah industri farmasi modern dimulai 1897 ketika Felix Hoffman
menemukan cara menambahkan dua atom ekstra karbon dan lima atom ekstra
karbon dan lima atom ekstra hidrogen ke adlam sari pati kulit kayu willow.

3
Hasil penemuannya ini dikenal dengan nama Aspirin, yang akhirnya
menyebabkan lahirnya perusahaan industri farmasi modern di dunia, yaitu
Bayer. Selanjutnya, perkembangan (R & D) pasca Perang Dunia I. Kemudian,
pada Perang Dunia II para pakar berusaha menemukan obat-obatan secara
massal, seperti obat TBC, hormaon steroid, dan kontrasepsi serta
antipsikotika.
Buku tentang bahan obat-obatan pertama kali ditulis di Cina sekitar
2735 SM.Para pengguna awal Cina dikenal pada materia medica adalah
Shennong Bencao Jing (Herb-Akar Klasik Petani Divine), datang kembali ke
abad 1. Bahan-bahan tersebut dikumpulkan selama dinasti Han dan dikaitkan
dengan mitos Shennong . Literatur sebelumnya termasuk daftar resep untuk
penyakit tertentu, dicontohkan oleh "Resep untuk 52 Penyakit" manuskrip,
ditemukan di makam Mawangdui, disegel di 168 SM. Kemudian sekitar
tahun 400 SM berdirilah sekolah kedokteran di Yunani. Salah seorang
muridnya adalah Hipocrates yang menempatkan profesi tabib pada tataran
etik yang tinggi. Ilmu farmasi secara perlahan berkembang.

2.1.2.Perkembangan Farmasi
a. Zaman Prasejarah
Farmasi telah ada sejak pemikiran manusia mulai berkembang meski
dalam bentuk yang sangat sederhana. Manusia purba belajar dengan
menggunakan insting dan observasi terhadap burung-burung dan
hewan-hewan buas. Mereka juga memanfaatkan air dingin, daun,
kotoran, dan lumpur. Dengan berbagai usaha yang bersifat coba-coba,
manusia purba mempelajari berbagai hal untuk menolong sesamanya.

b. Farmasi Pada Masa Babylonia Kuno


Babylon sering disebut juga sebagai tempat munculnya peradaban
manusia adalah yang pertama menemukan dan melaksanakan praktek
peracikan obat. Para ahli penyembuh ketika itu (sekitar 2600 SM)
melaksanakan tiga peran berbeda secara bersamaan sebagai agamawan,
dokter, dan apoteker. Naskah-naskah medikditulis di atas tablet tablet

4
tanah liat yang berisikan gejala-gejala penyakit , resep dan cara
peracikan obat, dan juga doa-doa. Orang-orang Babylon telah berhasil
menemukan hal-hal penting dalam upaya penyembuhan penyakit yang
pada masa sekarang dikenal dengan farmasetik modern, ilmu
kedokteran, serta kegiatan-kegiatan spiritual.

c. Farmasi Pada Masa Cina Kuno


Kefarmasian di Cina menurut legenda pertama kali dikembangkan
oleh Shen Nung (sekitar 2000 SM). Seorang kepala suku yang telah
mencari dan menginvestigasi khasiat obat dari ratusan herbal. Beliau
diyakini mencobakan beberapa herbal tersebut terhadap dirinya sendiri,
serta menulis Pen T-Sao pertama, tulisan tentang herbal-herbal asli
yang berisikan 365 jenis obat-obatan. Sesuatu yang masih dipuja oleh
orang cina asli penghasil obat sebagai wujud perlindungan Tuhan untuk
mereka.

d. papyrus Ebers
Praktek pengobatan di Mesir telah berlangsung sejak tahun 2900 SM
dan mereka juga diketahui memiliki catatan formula obat fenomenal,
Papyrus Ebers, yang dibuat sejak 1500 SM. Papyrus Ebers tersebut
memuat sekitar 800 formula dan 700 macam obat-obatan. Pusat farmasi
di Negara Mesir kuno diselenggarakan oleh dua orang pejabat negara
yang bertindak sebagai Ahli Farmasi di suatu ruangan yang disebut
sebagai “Rumah Kehidupan”.

e. Bapak Botani (Theophrastus)


Theoprastus (sekitar 300 SM) adalah sosok ilmuan Yunani kuno
ternama yang dikenal sebagai filosof besar dan ahli dalam ilmu alam
dan disebut-sebut sebagai Bapak Botani. Berbagai observasi dan
pengamatan yang dilakukannya mengenai medis dan herbal merupakan
suatu pencerahan bagi pemahaman manusia.

5
f. Sang Toksikologi (Mithridates VI)
Mithridates VI adalah seorang raja negeri Pontus (sekitar 100 SM)
yang senantiasa bertempur melawan kekaisaran Romawi. Beliau adalah
ilmuan toksikologi yang menemukan tidak hanya tentang berbagai jenis
racun, namun juga bagaimana mencegah dan mengobati efek racun.
Mithridates VI tanpa banyak pertimbangan menggunakan tubuhnya
sendiri dan juga tubuh para tahanan sebagai "kelinci percobaan" dalam
mengujicoba berbagai racun dan antiracun.

g. Terra Silgillata: Merek Obat Pertama


Orang-orang masa lampau telah mempelajari manfaat dari merek
dagang yang merupakan identitas suatu barang yang digunakan untuk
meraih konsumen. salah satu therapeutic agent yang memakai merek
dagang adalah Terra Sigillata (cap Bumi), suatu tablet tanah liat yang
berasal dari pulau Mediteranean di Lemnos sebelum tahun 500 SM.
setiap tahunnya tanah liat digali di terowongan Lemnian dihadiri oleh
pemerintah dan pendeta-pendeta. tanah liat dicuci, disuling, dan
digulung dengan ketebalan tertentu, tanah liat itu dibentuk seperti
pastilles dan diberi cap oleh para pendeta wanita, lalu dikeringkan di
bawah sinar matahari. Lalu tablet-tablet itu didistribusikan secara
komersial.

h. Dioscorides
Pedanios Dioscorides (abad pertama masehi), adalah saintis yang
telah berkontribusi dalam bidang kefarmasian. Untuk mempelajari
Materia Medica, Beliau melakukan kerjasama dengan tentara romawi di
seluruh dunia.

i. Galen
Galen adalah sosok dari masa lalu yang sampai sekarang masih
sangat dihormati oleh profesi farmasi dan kedokteran. Galen (tahun
130-200 M)merupakan pakar praktisi dan pendidikan farmasi dan

6
kedokteran di Roma. metode yang diterapkannya dalam menyiapkan
dan meracik obat telah digunakan di dunia barat selama 1500 tahun, dan
namanya sendiri telah diasosiasikan dengan metode peracikannya yang
dikenal dengan galenika. Beliau adalah penemu dari formula krim
dingin, yang secara esensial adalah sama dengan krim yang kita kenal
sekarang. banyak prosedur-prosedur yang ditemukan Galen masih
digunakan di laboratorium peracikan modern masa kini.

j. Hipocrates
Sejak masa Hipocrates (460-370 SM) yang dikenal sebagai “Bapak
Ilmu Kedokteran”, belum dikenal adanya profesi Farmasi. Seorang
dokter yang mendignosis penyakit, juga sekaligus merupakan seorang
“Apoteker” yang menyiapkan obat. Semakin lama masalah penyediaan
obat semakin rumit, baik formula maupun pembuatannya, sehingga
dibutuhkan adanya suatu keahlian tersendiri.

k. Abad Kegemilangan Farmasi di Peradaban Arab-Islam


Setelah abad pertama masehi terlewati, perlahan-lahan kemajuan
dibidang mengetahuan termasuk farmasi di barat mengalami
kemunduran, dikenal dengan abad kegelapan (Dark Age). Kebangkitan
di dunia farmasi selanjutnya diilhami dengan turunnya Al-Qur'an
seiiring dengan kemajuan bangsa arab yang merupakan pusat peradaban
dunia termaju saat itu, dimana ilmuan ilmuan islam berpatokan pada
Al-Qur'an dan Metode pengobatan nabawi (Nabi), disamping penelitian
dan pengembangan lainnya.

l. Menjelang abad ke-20 Penelitian farmasi awal mulai banyak


dilakukan :
Karl Wilhelm (1742-1786) seorang ahli farmasi swiss berhasil
menemukan zat kimia seperti asam laktat, asam sitrat, asam oksalat,
asam tartrat dan asam arsenat. Scheele juga berhasil mengidentifikasi
gliserin, menemukan cara baru membuat calomel, dan asam benzoat

7
serta menemukan oksigen. Friedrick seturner merupakan ahli farmasi
jerman (1783-1841) berhasil mengisolasi morpin dari opium, pada
tahun 1805, seturner juga menganjurkan suatu seri isolasi dari
tumbuhan lainnya juga. Joseph Caventou (1795-1877) dan joseph
pelletier (1788-1842) menggabungkan keahlian mereka dalam
mengisolasi kina dan sinkonin dari sinkona. Joseph pelletier (1788-
1842) dan pirre robiquet (1780-1840) mengisolasi kafein dan robiquet
sendiri memisahkan kodeina dari opium. secara metode satu persatu zat
kimia diisolasi dari tanaman, serta diidentifikasi sebagai zat yang
bertanggung jawab terhadap aktifitas medis tanamannnya. dieropa abad
ke18 dan 19 M mereka berdua sangat dihargai karna kemampuannya.

2.2 Sejarah Kefarmasian di Indonesia


Perkembangan farmasi di Indonesia sudah dimulai sejak zaman Belanda
sehingga buku pedoman maupun undang-undang yang berlaku pada waktu itu
berkiblat ke Belanda. Setelah kemerdekaan, buku pedoman dan undang-undang
yang dirasa masih cocok tetap dipertahankan. Pada zaman penjajahan, baik pada
masa pemerintahan Hindia Belanda maupun masa pendudukan jepang,
Kefarmasian di Indonesia pertumbuhannya sangat lambat, dan profesinya ini
belum di kenal secara luas oleh masyarakat.
Tenaga apoteker pada masa penjajahan umumnya berasal dari Denmark,
Australia, Jerman dan Belanda. Namun, semasa perang kemerdekaan,
kefarmasiaan di Indonesia mencatat sejarah yang sangat berarti, yakni "dengan
didirikannya perguruan tinggi Farmasi di Klaten pada tahun 1946 dan di Bandung
tahun 1947. Lembaga pendidikan Farmasi yang didirikan pada masa perang
kemerdekaan ini mempunyai andil yang besar bagi perkembangan sejarah
kefarmasiaan pada masa-masa selanjutnya.

1. Periode Zaman penjahan sampai perang kemerdekaan


Tonggak sejarah kefarmasian di indonesia pada umumnya di awal dengan
pendidikan asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

8
2. Periode setelah Perang Kemerdekaan – 1958
Pada zaman pendudukan Jepang mulai dirintis pendidikan tinggi Farmasi
dengan nama Yukagaku sebagai bagian dari Jakarta Ika Daigaku. Pada
tahun 1944 Yakugaku diubah menjadi Yaku Dairying.Pada periode ini
jumlah tenaga farmasi, terutama tenaga asisten apoteker mulai bertambah
jumlah yang relatif lebih besar. Pada tahun 1950 di Jakarta di buka
sekolah asisten apoteker negeri (republik) yang pertama, dengan jangka
waktu pendidikan selama dua tahun. Lulusan angkatan pertama sekolah
asisten apoteker ini tercatat sekitar 30 orang, sementara jumlah apoteker
pun mengalami peningkatan. Pada tahun 1946 dibuka Perguruan Tinggi
Ahli Obat di Klaten yang kemudian pindah dan berubah menjadi Fakultas
Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Tahun 1947 diresmikan
Jurusan Farmasi di Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Alam (FIPIA),
Bandung sebagai bagian dari Universitas Indonesia, Jakarta, yang
kemudian berubah menjadi Jurusan Farmasi, Institut Teknologi Bandung
pada tanggal 2 Mei 1959.
3. Periode Tahun 1958-1967
Pada periode ini Indonesia banyak merintis produksi obat pada
kenyataannya industri-industri farmasi mengalami hambatan dan
kesulitan yang cukup berat, yakni kekurangan devisa dan terjadinya
sistem penjatahan bahan baku sehingga industri farmasi yang hanya
bertahan yang mempunyai relasi dengan luar Negeri. Pada tahun 1960-
1965 industri farmasi mengalami kesulitan devisa dan keadaan ekonomi
yang suram,sehingga hanya dapat memproduksi 30% dari kapasitas
produksinya, sehingga penyediaan sangat terbatas dan sebagaian besar
berasal dari import, masalah selanjutnya yakni pada periode ini
pengawasan mutu belum dapat di lakukan dengan baik, banyak terjadi
kasus bahan baku maupun bahan obat jadi yang tidak memenuhi
persyaratan standar.

9
Pada tahun 1960-1965 Pemerintahan Republik indonesia mengeluarkan
perundang-
1. undangan yang berkaitan dengan kefarmasian antara lain.
2. Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-pokok kesehatan
3. Undang-undang Nomor 10 tahun 1961 tentang Barang
4. Undang-undang Nomor 7 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan, dan
5. Peraturan pemerintahan Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek. Pada
periode ini pula hal adalah hal penting yang patut di catat dalam Sejarah
Kefarmasian Indonesia, yakni Berakhirnya Apotek Dokter dan apotek
darurat.

2.3 Sejarah Perkembangan Obat


Pada mulanya penggunaan obat dilakukan secara empirik dari tumbuhan,
hanya berdasarkan pengalaman dan selanjutnya Paracelsus (1541-1493 SM)
berpendapat bahwa untuk membuat sediaan obat perlu pengetahuan kandungan
zat aktifnya dan dia membuat obat dari bahan yang sudah diketahui zat aktifnya.
Hippocrates (459-370 SM) yang dikenal dengan “bapak kedokteran” dalam
praktek pengobatannya telah menggunakan lebih dari 200 jenis tumbuhan.
Claudius Galen (200-129 SM) menghubungkan penyembuhan penyakit dengan
teori kerja obat yang merupakan bidang ilmu farmakologi. Selanjutnya Ibnu Sina
(980-1037) telah menulis beberapa buku tentang metode pengumpulan dan
penyimpanan tumbuhan obat serta cara pembuatan sediaan obat seperti pil,
supositoria, sirup dan menggabungkan pengetahuan pengobatan dari berbagai
negara yaitu Yunani, India, Persia, dan Arab untuk menghasilkan pengobatan
yang lebih baik. Johann Jakob Wepfer (1620-1695) berhasil melakukan verifikasi
efek farmakologi dan toksikologi obat pada hewan percobaan, ia mengatakan :”I
pondered at length, finally I resolved to clarify the matter by experiment”. Ia
adalah orang pertama yang melakukan penelitian farmakologi dan toksikologi
pada hewan percobaan. Percobaan pada hewan merupakan uji praklinik yang
sampai sekarang merupakan persyaratan sebelum obat diuji–coba secara klinik
pada manusia.

10
Sampai akhir abad 19, obat merupakan produk organik atau anorganik dari
tumbuhan yang dikeringkan atau segar, bahan hewan atau mineral yang aktif
dalam penyembuhan penyakit tetapi dapat juga menimbulkan efek toksik bila
dosisnya terlalu tinggi atau pada kondisi tertentu penderita Untuk menjamin
tersedianya obat agar tidak tergantung kepada musim maka tumbuhan obat
diawetkan dengan pengeringan.
Pengembangan bahan obat diawali dengan sintesis atau isolasi dari berbagai
sumber yaitu dari tanaman (glikosida jantung untuk mengobati lemah jantung),
jaringan hewan (heparin untuk mencegah pembekuan darah), kultur mikroba
(penisilin G sebagai antibiotik pertama), urin manusia (choriogonadotropin) dan
dengan teknik bioteknologi dihasilkan human insulin untuk menangani penyakit
diabetes. Dengan mempelajari hubungan struktur obat dan aktivitasnya maka
pencarian zat baru lebih terarah dan memunculkan ilmu baru yaitu kimia
medisinal dan farmakologi molekular.

2.4 Proses Penemuan Obat


Sejarah penemuan obat sebenarnya dimulai dari hal yang tidak disengaja
ketika Alexander Fleming sedang melakukan penelitian terhadap bakteri
Staphylococcus. Ketika penelitiannya telah selesai, ia meninggalkan laboratorium
dan lupa membersihkan cawan petri yang berisi bakteri tersebut. Sehingga, saat
kembali untuk melanjutkan penelitian Fleming melihat cawan petri yang berisikan
bakteri terkontaminasi oleh jamur yang menyebabkan perkembangan bakteri
menjadi terhambat, jamur itu adalah jamur Penicillium chrysogenum.
Penemuan dan pengembangan obat terus menerus dilakukan untuk terus
menghasilkan produk produk yang bermanfaat di dunia kesehatan. Tahapan yang
dilakukan dalam penemuan dan pengembangan obat yaitu penseleksian target
kerja obat, dilanjutkan dengan penentuan senyawa kemudian memprediksi kinerja
senyawa berdasarkan struktur kimia (in silico), lalu dilanjutkan dengan pengujian
pra klinis (in vitro dan in vivo) dan uji klinis untuk melihat respon obat terhadap
tubuh manusia. Jika tahapan pengujian telah dilalui tahapan registrasi merupakan

11
tahapan akhir untuk mendapatkan ijin edar dari pihak yang berwenang demi
memperkuat pernyataan keamanan obat.

Uji yang harus dilakukan pada obat baru adalah uji praklinik dan uji klinik.
1. Uji praklinik merupakan persyaratan uji untuk calon obat, dari uji ini
diperoleh informasi tentang efikasi (efek farmakologi), profil farmakokinetik
dan toksisitas calon obat. Pada mulanya yang dilakukan pada uji praklinik
adalah pengujian ikatan obat pada reseptor dengan kultur sel terisolasi atau
organ terisolasi, selanjutnya dipandang perlu menguji pada hewan utuh.
Hewan yang baku digunakan adalah galur tertentu dari mencit, tikus, kelinci,
marmot, hamster, anjing atau beberapa uji menggunakan primata, hewan-
hewan ini sangat berjasa bagi pengembangan obat.
2. Uji klinik terdiri dari 4 fase yaitu :
a) Fase I , calon obat diuji pada sukarelawan sehat untuk mengetahui
apakah sifat yang diamati pada hewan percobaan juga terlihat pada
manusia. Pada fase ini ditentukan hubungan dosis dengan efek yang
ditimbulkannya dan profil farmakokinetik obat pada manusia.
b) Fase II, calon obat diuji pada pasien tertentu, diamati efikasi pada
penyakit yang diobati. Yang diharapkan dari obat adalah mempunyai
efek yang potensial dengan efek samping rendah atau tidak toksik. Pada
fase ini mulai dilakukan pengembangan dan uji stabilitas bentuk sediaan
obat.
c) Fase III melibatkan kelompok besar pasien, di sini obat baru
dibandingkan efek dan keamanannya terhadap obat pembanding yang
sudah diketahui.
d) Fase IV, setelah obat dipasarkan masih dilakukan studi pasca pemasaran
(post marketing surveillance) yang diamati pada pasien dengan berbagai
kondisi, berbagai usia dan ras, studi ini dilakukan dalam jangka waktu
lama untuk melihat nilai terapeutik dan pengalaman jangka panjang
dalam menggunakan obat.

12
2.5 Pengertian Resep Serta Istilah-Istilah Pada Resep
2.5.1 Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi,
dokter hewan kepada apoteker di apotek untuk membuatkan obat dalam
bentuk sediaan tertentu dan menyerahkannya kepada pasien. Resep selalu
dimulai dengan tanda R/ yang artinya recipe atau ambillaah. Umumnya resep
ditulis dengan Bahasa latin.
Resep ditulis di atas kertas resep dengan ukuran panjang 15-18 cm dan
lebar 10-12 cm. satu lembar resep hanya diberikan untuk satu penderita atau
pasien. Resep asli yang obatnya tela diambil pasien harus disimpan di apotek
dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain kecuali kepada dokter yang
menulis resep atau yang merawat, pasien atau keluarga pasien, pegawai yang
ditugaskan untuk memeriksa dan Lembaga atau instansi yang menanggung
biaya pasien.
Resep yang lengkap harus memuat :
1. Nama, alamat, nomor izin praktek (SIP), nomor telepon, jam dan hari
praktek dokter
2. Nama kota serta tanggal resep ditulis dokter inscription
3. Tanda R/ atau recipe pada bagian kiri setiap penulisan resep
superscriptio
4. Nama setiap obat dan jumlah obat invocatio
5. Cara Pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki Subscriptio
6. Aturan pemakaian obat Signature disingkat dengan S
7. Tanda tangan atau paraf dokter yang menulis resep
Ketentuan penulisan resep :
1. Resep dokter gigi hanya ditujukan untuk jenis obat yang berhubungan
dengan penyakit gigi dan mulut.
2. Resep dokter hewan hanya ditujukan untuk penggunaan pada hewan.
3. Resep yang mengandung narkotika tidak boleh ada iterasi.
4. Alamat pasien dan aturan pakai ditulis dengan jelas.

13
5. Bagi pasien yang memerlukan obatnya segera, pada bagian kanan atas
lembar resep dokter dapat menuliskan Cito, Statim, Urgent, P.I.M
(Periculum In Mora = berbahaya bila ditunda) resep ini harus
didahulukan untuk dilayani.

Jenis- jenis resep dibagi menjadi :


1. Resep standar (Resep Officinalis/Pre Compounded) merupakan resep
dengan komposisi yang telah dibakukan dan dituangkan ke dalam buku
farmakope atau buku standar lainnya. Resep standar menuliskan obat jadi
(campuran dari zat aktif) yang dibuat oleh pabrik farmasi dengan merk
dagang dalam sediaan standar atau nama generik.
2. Resep magistrales (Resep Polifarmasi/Compounded) adalah resep yang
telah dimodifikasi atau diformat oleh dokter.

2.5.2 Istilah-Istilah Pada Resep


aa ana sama banyak
a.c ante coenam sebelum makan
a,n, ante noctum malam sebelum tidur
ad. libit ad libitum secukupnya
u.e usus externum untuk obat luar
u.p usus propius untuk dipakai sendiri
m.i. mihi ipsi dipakai sendiri
c cum dengan
C Cohlear sendok makan = 15 cc
Cth cohlear theae sendok teh = 5 cc
Clysm clysma clysma, lavement
Collyr collyrium obat cuci mata
Comp compositus (obat) campuran
Conc. Concent pekat
D.i.d. da in dimidio berikan separohnya
D.c durante coenam selama makan
D.d de die kali sehari
1 d.d semel dedie sekali sehari
2 d.d bis dedie 2 kali sehari
3 d.d ter de die 3 kalisehari
Dext dexter kanan
Dext . et sin. Dexter et sinistra kanan dan kiri
Emuls emulsum emulsi

14
Extr extractum ekstrak
F fac buat
Fla fac lege artis buat menurut cara semestinya
G gramma gram
Garg gargarisma obat kumur
Gtt guttae tetes
H hora jam
H.s hora somni jam sebelum tidur
i.m.m. in manum medici berikan ke tangan dokter
inj. Injektio injeksi
iter iteretur harap diulang
iter 2x iteretur 2x harap diulang dua kali
l loco penggantinya
lot lotio lotion, obat cair untuk obat luar
m misce campurlah
m.f. misce fac campur dan buatlah
m.f.l.a misce fac lege artis campur dan buatlah menurut
cara sebenarnya
D.c.f da cum formula berikan nama obat
mane pagi
m.et.v mane et vespere pagi dan sore
mg miligrama miligram
ne iter jangan diulang
o omni tiap
o.n. omni noctum tiap malam
p.p pro paupere untuk si miskin
p.c. post coenam sesudah makan
PIM periculum in mora berbahaya bila ditunda
P.r.n pro re nata kalau perlu
S.n.s si necesse sit kalau perlu
S.o.s si opus sit kalau perlu
Pulv pulveres serbuk terbagi = puyer
Pulv. Pulvis serbuk
Puv. adspers Pulv is adspersorius serbuk hari tabur
Q.s quantum satis secukupnya
R/ recipe ambillah
S signa tandai
U.c. usus cognitus aturan pakai diketahui
U.n, usus notus aturan pakai diketahui
U.e usus externus untuk obat luar
Vesp. vespere sore hari
Sine confect sine confectionem tanpa bungkus asli
Sive simile sive simile boleh diganti

15
BAB III
PENUTUP
3.3. Kesimpulan
Ilmu farmasi awalnya berkembang dari para tabib dan pengobatan
tradisional yang berkembang di Yunani, Timur-Tengah, Asia kecil, Cina, dan
Wilayah Asia lainnya. Perkembangan farmasi di Indonesia sudah dimulai sejak
zaman Belanda sehingga buku pedoman maupun undang-undang yang berlaku
pada waktu itu berkiblat ke Belanda.
Pengembangan bahan obat diawali dengan sintesis atau isolasi dari berbagai
sumber yaitu dari tanaman, jaringan hewan, kultur mikroba, urin manusia dan
dengan teknik bioteknologi dihasilkan human insulin untuk menangani penyakit
diabetes. Penemuan dan pengembangan obat terus menerus dilakukan untuk
terus menghasilkan produk produk yang bermanfaat di dunia kesehatan.
Resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang artinya recipe atau ambillaah.
Umumnya resep ditulis dengan Bahasa latin. Resep adalah permintaan tertulis
dari seorang dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker di apotek untuk
membuatkan obat dalam bentuk sediaan tertentu dan menyerahkannya kepada
pasien.

3.4. Saran
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan penulis, maka penulis memberikan
beberapa saran agar penulisan makalah dapat lebih baik, diantaranya:
1. Perlu adanya penambahan sumber referensi yang lebih banyak dan valid
agar pemahaman mengenai topik yang dibahas semakin mendalam.
2. Perlu adanya penggunaan bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami
pembaca.
3. Perlu adanya penjabaran lebih rinci pada subbab-subbab terutama yang
bersifat teknis.
4. Perlu penyempurnaan penulisan aspek formal penulisan makalah seperti
sistematika penulisan dan tata bahasa yang benar.

16
DAFTAR PUSTAKA

Apt. Shandra Isasi Sustiwa, S. M. (2023). Farmasetik Dasar. Purbalingga: C.V.


EUREKA MEDIA AKSARA
Dr.Siti Maemonah, Fathiya, dkk. (2022). Buku Ajar Farmakologi. Yogyakarta:
Zahir Publishing
Endang, Linda, Tatik, dkk. (2023). Pengenalan Tentang Farmasi & Kefarmasian.
Banten: PT. Sada Kurnia Pustaka
Khairunnisa. (2019). Sulitnya Menemukan Obat Baru Di Indonesia. Sumedang:
Universitas Padjadjaran
Kisrini, Endang, Suyatmi, dkk. (2018). Buku Manual Keterampilan Klinik Topik
Keterampilan Penulisan Resep. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

17

Anda mungkin juga menyukai