Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FARMAKOGNOSI

SEJARAH FARMAKOGNOSI,SIMPLISIA DAN METABOLIT PRIMER DAN

METABOLIT SEKUNDER

Dosen Pengampu : Apt.Aried Eriadi M,Farm

Disusun Oleh Kelompok 4 :


Ayi Fadila (20011030)
Dhiva Desientris (23011119)
Nur Hidayah (23011083)
Ferdyan Prima Abadi (23011144)
Selvy Yuliza Efendi (23011036)
Suci Novia Sari (23011227)

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI PADANG


JURUSAN S1 FARMASI
2024

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas salah satu mata kuliah yang berjudul “sejarah farmakognosi,simplisia,metabolit
primer dan metabolit sekunder”.

Oleh karena itu, saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen yang bersangkutan yang
telah memberikan tugas ini, sehingga memberikan wawasan dan pengetahuan untuk kami. Tidak
lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut berkontribusi
dalam penyusunan makalah ini.

Sebagai penyusun kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan baik dari
penyususunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah.Keterbatasan kemampuan kami
dalam membuat makalah ini menyebabkan masih banyak kekurangan dari teknik penulisan
maupun isi makalah. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
untuk membangun penulisan yang lebih baik kedepannya.kami berharap semoga makalah yang
kami susun dapat memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................II

DAFTAR ISI......................................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah..................................................................................................1

1.3 Tujuan.......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

2.1 Sejarah Farmakognosi...............................................................................................3


2.2 Definisi Simplisia......................................................................................................4
2.3 Jenis Jenis Simplisia.................................................................................................4
2.4 Tahap Pembuatan Simplisia......................................................................................5

2.5 Pembuatan Simplisia Secara Khusus........................................................................7


2.6 Syarat Syarat Simplisia Yang Baik Diantaranya......................................................8
2.7 Jenis Jenis Pemeriksaan Untuk Menilai Mutu Simplisia..........................................9
2.8 Metabolit Primer Dan Metabolit Sekunder...............................................................10
BAB III PENUTUP...........................................................................................................13

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................13

3.2 Saran.........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemanfaatan tanaman obat sebagai obat tradisional merupakan suatu produk pelayanan
kesehatan yang strategis karena berdampak positif terhadap tingkat kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat. Tanaman obat dapat memberikan nilai tambah apabila diolah
lebih lanjut menjadi berbagai jenis produk. Tanaman obat tersebut dapat diolah lebih lanjut
menjadi berbagai macam produk seperti simplisia(rajangan), serbuk, instan, sirup, permen,
kapsul.Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan bahan baku obat yang mengalami
pengolahan atau baru dirajang saja, tetapi sudah dikeringkan. Permintaan bahan baku
simplisia sebagai bahan baku obat-obatan semangkin meningkat dengan bertambahnya
industri jamur. Selain itu, efek samping penggunaan tanaman obat untuk mengobati suatu
penyakit lebih kecil dibandingkan obat sintetis (amin dkk, 2009).Proses pembuatan simplisia
diperlukan beberapa tahapan yaitu pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian,
perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan. Agar simplisia
memiliki mutu dan ketahan kualitas yang baik. Karena sangat berpengaruh terhadap kadar
zat aktif dalam simplisia(amin dkk, 2009).

Metabolit primer merupakan senyawa yang secara langsung terlibat dalam pertumbuhan
suatu tumbuhan sedangkan metabolit sekunder adalah senyawa yang dihasilkan dalam jalur
metabolism lain yang walaupun dibutuhkan tapi dianggap tidak penting peranannya dalam
pertumbuhan suatu tumbuhan.

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang, maka masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Bagaimana saja farmakognosi?
2. Apa pengertian simplisia?
3. Apa saja jenis-jenis simplisia?
4. Bagaimana cara pembuatan simplisia?
5. Apa saja macam-macam pemeriksaan menilai simplisia?

iv
6. Bagaimana cara mengetahui metabolit biosintesis primer dan metabolit biosisntesis
sekunder?

1.3. Tujuan
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah farmakognosis
2. Untuk mengetahui pengertian simplisia
3. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis simplisia
4. Untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan simplisiaa
5. Untuk mengetahui macam-macam pemeriksaan untuk menilai simplisia
6. Untuk mengetahui metabolit primer dan sekunder

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Farmakognosi

Farmakognosi , berasal dari kata Yunani “pharmakon” (obat) dan “gnosis” (pengetahuan),
jadi farmakognosi merupakan ilmu pengetahuan tentang obat, khususnya dari nabati, hewani
dan mineral. Istilah Farmakognosi pertama kali diperkenalkan oleh dokter Austria Schmidt
pada tahun 1811 dan kemudian pada tahun 1815 oleh Seydler dalam sebuah karya berjudul
Analecta Pharmacognostica.Definisi yang mencangkup seluruh ruang lingkup farmakognosi
diberikan oleh fluckiger, yaitu pengetahuan tentang berbagai macam cabang ilmu pengetahuan
untuk memperoleh hal-hal yang petlu diketahui tentang obat.

Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari obat yang berasal dari alam. Farmakognosi
membahas aspek biologi, kimia, biokimia, fisika, farmakologi, budidaya dan cara pembuatan
sediaan dan spek ekonominya. Penggunaan tanaman obat sudah dilakukan orang sejak dahulu,
pada ≥ 2500 tahun sebelum masehi diketahui dari lempeng tanah liat yangtersimpan
diperpustakaan Ashurbanipal di Assiria, yang memuat simplisia,antara lain kulit delima,
opium, adas manis, madu, ragi, minyak jarak. Pada 466 tahun sebelum masehidi yunani kuno,
Hippocrates seorang tabib telah mengenal kayu ,anis, hiosiamina, gentiana, kelembak, gom
arab, bunga kantilndn lainnya.

Pada tahun 1737 Linnaeus , seorang ahli bitani swedia, menulis buku "Gebera Plantarum"
yang kemudian merupakan buku pedpoman utama darinsistematik botani, sedangkan
farmakognosi modern mulai dirintis oleh martius. Seorang apoteker jerman dalam bukunya
"Grundriss Der Farmakognosie Des Planzenreisches" telah menggolongkan simplisia menurut
segi farmakologi, cara-cara untuk kemurnian simplisia.Farmakognosi mulai berkembang pesat
setelah pertengahan abad ke 19 dan masih terbatas pada uraian makroskopis dan mikroskopis.
Saat ini perkembangan farmakognosi sudah sampai ke usaha-usaha isolasi, identifikasindan
teknik-teknik kromatografi untuk tujuan analisa kualitatif dan kuantitatif.

vi
2.2 Pengertian Simplisia

Menurut farmakope herbal indonesia ed 2017 simplisia adalah bahan alam yang telah
dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan.
Pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran di bawah sinar matahari, diangin-angin, atau
menggunakan oven, kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan dengan oven tidak lebih dari
60°.simplisia dapat berupa tumbuhan utuh ,bagian tanaman,atau eksudat tanaman,hewan
utuh ,bagian hewan,atau zat zat berguna yang dihasilkan oleh hewan kemudian bahan pelikan
atau mineral yg belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa
bahan kimia murni.(FHI ED, 2017)

Dalam buku Materia Medika Indonesia, didefinisikan bahwa simplisia adalah bahan
alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan
kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi
simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral).(DEPKES RI ,1977)

2.3 Jenis jenis simplisia


Simplisia terbagi dalam beberapa jenis yaitu diantaranya :
A. Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia atau bahan yang berasal dari tanaman utuh,bagian
tanaman,atau eksudat tanaman.hasil pengolahan bahan nabati merupakan simplisia dari
pengolahan (bukan dari proses pengeringan sepeerti pembuatan simplisia pada
umumnya ) bahan dasar tanaman (bisa berupa akar,batang,dahan ,daun,bunga,buah,atau
bebrapa bagian tanaman bahkan keseluruhannya).contohnya tanaman utuh temulawak
(curcuma xanthorrhiza),bagian tanaman daun jambu biji (psidium guajava),eksudat
tanaman getah damar (agathis dammara).
B. Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang berasal dari hewan berupa hewan utuh ,bagian
dari hewan,atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan dari hewan dan belum berupa zat
kimia murni.contohnya yaitu cacing tanah merah (lumbricus rubellus),bagian hewan
empedu sapi (fel bovis),zat zat berguna yang dihasilkan oleh hewan madu (mal
depuratum).

vii
C. Simplisia mineral
Simplisia mineral atau pelikan adalah simplisia yang berupa mineral atau pelikan
yang belum diolah ataupun diolah dengan cara sederhana dan belum berpa zat kimia
murni Contohnya yaitu bahan pelikan batu kapur(calcii carbonas),dan bahan mineral
belerang (sulfur sublimatum).

2.4 Tahap pembuatan simplisia


Pada umumnya tahapan pembuatan simplisia melalui tahapan diantaranya yaitu :
pengumpulan bahan baku,sortasi basah,pencucian,perajangan,pengeringan,sortasi
kering,pengepakan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu.
a. Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda beda antara lain terganrung pada :
1. bagian tanaman yang digunakan
2. umur tanamana atau bagian tanaman pada saat panen
3. waktu panen
4. lingkungan tempat tumbuh
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif didalam
bagian tanaman yang akan dipanen.waktu panen yang tepat pada bagian tanaman
tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang besar senyawa aktif terbentuk
secara maksimal didalam bagian tanaman atau tanaman pada umur tertentu.
b. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan bahan asing
lainnya dari bahan simplisia.misalnya, pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman
obat.bahan-nahan asingnya seperti tanah,kerikil,rumput,batang,daun,akar yang telah
rusak,serta kotoran lainnya yang harus dibuang.tanah banyak mengandung mikroba dalam
jumlah yang tinggi.oleh karena itu,pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat
mengurangi jumlah mikroba awal.
c. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang
melekat pada bahan simplisia.pencucian dilakukan dengan air bersih,misalnya air dari
mata air ,air sumur atau air PAM. Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis

viii
dan jumlah mikroba awal simplisia.misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian
kotor,maka jumlah mikroba pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat
pertumbuhan mikroba.
d. Perajangan
Perajangan bahan simplisia dapat dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan,pengepakan, dan penggilingan.tanaman yang diambil jangan lansgung
dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari.perajangan dapat dilakukan
dengan pisau,dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau
potongan dengan ukuran yang diinginkan.
e. Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah
rusak,sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.dengan mengurangi kadar
air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penuruan mutu atau perusakan
simplisia.Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau
menggunakan alat pengering.hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan
adalah suhu pengeringan,kelembapan udara,aliran udara,waktu pengeringan,dan luas
permukaan bahan.Suhu pengeringan tergantung pada bahan simplisia dan cara
pengeringannya.bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30º sampai 90º C,tetapi
suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60ºc atau disesuaikan dengan bahan simplisia.
f. Sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan
simplisia.tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan
tertinggal pada simplisia kering.proses ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus untuk
kemudian disimpan.seperti halnya pada sortasi awal.
g. Pengepakan dan penyimpanan
Pengepakan dilakukan dengan sebaik mungkin untuk menghindari simplisia dari
kerusakan atau penurunan mutu.beberapa faktor yang dapat menurunkan mutu simplisia
antara lain :
 Cahaya matahari
 Oksigen/udara

ix
 Dehidrasi
 Absorbsi air
 Pengotoran
 Serangga

Hal yang harus diperhatikan saaat pengepakan dan penyimpanan adalah suhu dan
kelembapan udara.suhu yang baik untuk simplisia umumnya adalah suhu kamar (15º- 30º
C).untuk simplisia yang membutuhkan suhu sejuk dapat disimpan pada suhu (5º -15º C)
atau simplisia yang perlu disimpan pada suhu dingin (0º-5º C).

2.5 Pembuatan Simplisia Secara Khusus


1.Jamur
Simplisia dari jamur, lumut kerak, dan spora paku-pakuan Simplisia dijemur di bawah
sinar matahari sebab materialnya halus dan berbentuk lapisan tipis. Dikemas dalam
kemasan plastik atau kaleng, bila perlu diberi bahan pengering
2.Akar
Dicuci bersih, diiris tipis, atau dipotong pendek sesuai dengan ukuran akar, kemudian
dijemur. Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari atau lemari pengering
3.Buah
Buah berbentuk kecil atau sudah agak kering, sewaktu dipanen seperti lada dan
adas langsung dikeringkan. Buah yang agak besar, seperti cabe merah,sebaiknya
dibelah menjadi dua atau menjadi beberapa bagian kemudian dijemur.
4.Bunga
Pengeringan bunga sebaiknya tidak menggunakan matahari secara langsung karena
akan mengakibatkan warna menjadi lebih gelap. Namun perlu diperhatikan kelembapan
bunga harus serendah mungkin karena jika masih tinggi, saat penyimpanan akan
berubah warna.
5.Biji
Bila biji hanya tercemar oleh bahan organik asing, langsung dijemur. Selama proses
pengeringa, jika ada biji yang pecah langsung dibuang untuk menghindarkan dari
kapang.

x
6.Daun
Caranya hampir sama seperti bunga, atau untuk beberapa yang masih tahan dengan
sinar matahari dapat menggunakan pengeringan dengan sinar matahari kemudian setelah
lebih kering diangin-anginkan.
7.Kayu
Diserut tipis, pengeringan dilakukan di dalam lemari pengering
8.Rimpang
Rimpang dicuci bersih, yang berukuran kecil dibiarkan utuh, sedangkan rimpang
yang besar diiris tipis memanjang atau melintang bergantung pada permintaan pasar.
9.Umbi
Umbi dicuci bersih, diiris tipis, jika perlu irisan tipis bagian tengah yang besar
dipotong menjadi dua atau beberapa bagian. Perlakuan selanjutnya seperti pada kayu.
Bila dalam keadaan utuh seperti bawang merah, setelah dicuci lalu dijemur.

2.6 Syarat syarat simplisia yang baik


Syarat syarat simplisia yang baik diantaranya yaitu:
a. Ketepatan Identitas Botani
Nama ilmiah dan nama daerah simplisia harus sesuai dengan yang tertera dalam
Farmakope Herbal Indonesia (FHI) atau Materia Medika Indonesia (MMI) Identitas
simplisia dapat dipastikan dengan pengamatan makroskopis dan mikroskopis, serta uji
kromatografi.
b. Mutu Baik
Simplisia harus bebas dari kotoran, jamur, dan serangga. Simplisia tidak boleh
mengandung pestisida dan bahan kimia berbahaya lainnya.Simplisia harus memiliki
kadar air yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
c. Keamanan
Simplisia harus aman digunakan dan tidak memiliki efek samping yang
berbahaya.Uji keamanan simplisia dapat dilakukan dengan uji toksisitas akut dan
subakut.
d. Khasiat

xi
Simplisia harus memiliki khasiat yang sesuai dengan yang tertera dalam FHI atau
MMI.Khasiat simplisia dapat dibuktikan dengan penelitian ilmiah.
e. Bahan baku simplisia harus mengalami proses yang baik
f. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan atau bahan baku harus
sesuai prosedur.

2.7 Jenis jenis pemeriksaan untuk menilai mutu simplisia

Untuk mengetahui kebenaran dan mutu obat tradisional termasuk simplisia maka dilakukan
identifikasi dan analisis yang meliputi analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kualitatif
terdiri atas pengujian organoleptik, pengujian makroskopik, pengujian mikroskopik, dan
pengujian histokimia.

1. Identifikasi
Identifikasi bertujuan untuk mengetahui kebenaran jenis tumbuhan obat yang akan
diolah lebih lanjut. Jenis tumbuhan dari sudut keragaman hayati dapat dikonfirmasi
sampai informasi genetik sebagai faktor internal untuk validasi jenis (spesies).
2. Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui khususnya bau dan
rasa simplisia yang diuji.
3. Uji Makroskopik
Uji makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau tanpa
menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk mencari khususnya morfologi, ukuran,
dan warna simplisia yang diuji.
4. Uji Mikroskopik
Uji mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat
perbesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa
sayatan melintang, radial, paradermal maupun membujur atau berupa serbuk. Pada uji
mikroskopik dicari unsur – unsur anatomi jaringan yang khas. Dari pengujian ini akan
diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi masing–
masing simplisia.
5. Uji Histokimia

xii
Uji histokimia bertujuan untuk mengetahui berbagai macam zat kandungan yang
terdapat dalam jaringan tanaman. Dengan pereaksi spesifik, zat–zat kandungan
tersebut akan memberikan warna yang spesifik pula sehingga mudah dideteksi.
2.8 Metabolit primer dan Metabolit sekunder

Semua makhluk hidup mengubah dan menginterkoneksikan sejumlah besar senyawa


organik untuk melangsungkan kehidupan, tumbuh dan bereproduksi. Makhluk hidup
memiliki kemampunan menyediakan energi dalam bentuk ATP dan pasokan gugus
pembangun untuk merancang jaringan tubuhnya.

Sebuah hubungan kolektif yang terintegrasi dari reaksi kimia yang dimediasi secara
enzimatik dan ditata secara rapi dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas disebut
sebagai metabolisme antara, sedangkan jalur yang terlibat diistilahkan sebagai jalur
metabolisme. Beberapa biomolekul yang sangat penting diantaranya adalah karbohidrat,
protein, lemak, dan asam nukleat. Karbohidrat tersusun atas unit gula, protein dibuat dari
asam amino, asam nukleat tersusun berdasarkan nukleotida dan lemak terbentuk oleh 3
rantai asam lemak yang berikatan dengan gliserol.Makhluk hidup secara umum bervariasi
jika ditinjau dari kapasitasnya dalam melakukan sintesis dan proses pengubahan senyawa
kimia. Misalnya, tumbuhan sangat efisien dalam mensintesis senyawa organik melalui

Fotosintesis dari bahan anorganik yang ditemukan di lingkungan, sementara organisme


lain seperti hewan dan mikroorganisme bergantung pada memperoleh bahan mentah
mereka dalam makanan mereka, misalnya dengan mengkonsumsi tumbuhan. Dengan
demikian, beberapa jalur metabolik berkaitan dengan senyawa dasar yang diperoleh dari
penguraian makanan, sementara yang lainnya diminta untuk mensintesis molekul khusus
dari senyawa dasar yang diperoleh. Meskipun karakteristik organisme hidup yang sangat
bervariasi, jalur untuk memodifikasi dan mensintesis karbohidrat, protein, lemak, dan asam
nukleat pada dasarnya sama pada semua organisme.

Proses-proses ini menunjukkan kesatuan mendasar dari semua materi hidup, dan secara
kolektif digambarkan sebagai metabolisme utama. Senyawa yang terlibat dalam jalur yang
disebut metabolit primer. Karenanya, degradasi karbohidrat dan gula umumnya terjadi
melalui jalur yang ditandai dengan baik yang dikenal sebagai glikolisis dan siklus Krebs

xiii
/sitrat/siklus asam trikarboksilat, yang melepaskan energi dari senyawa organik melalui
reaksi oksidasi. Oksidasi asam lemak dari lemak dengan urutan yang disebut β-oksidasi
juga menghasilkan energi. Organisme aerobik mampu mengoptimalkan proses- proses ini
dengan menambahkan pada proses selanjutnya yaitu fosforilasi oksidatif. Proses ini
meningkatkan efisiensi oksidasi dengan menggabungkan proses yang lebih umum berlaku
untuk oksidasi berbagai substrat daripada harus menyediakan proses spesifik untuk masing-
masing substrat.

Metabolisme merupakan seluruh perubahan kimia yang terjadi dalam sel hidup yang
meliputi pembentukan dan penguraian senyawaan kimia. Metabolime primer dalam suatu
tumbuhan meliputi seluruh jalur metabolisme yang sangat penting kemampuan tumbuhan
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Metabolit primer merupakan senyawa yang secara langsung terlibat dalam


pertumbuhan suatu tumbuhan sedangkan metabolit sekunder adalah senyawa yang
dihasilkan dalam jalur metabolisme lain yang walaupun dibutuhkan tapi dianggap tidak
penting peranannya dalam pertumbuhan suatu tumbuhan.

Metabolit dibagi menjadi 2 yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder

a) metabolit primer yaitu senyawa yang secara langsung terlibat dalam pertumbuhan
suatu tumbuhan
b) metabolit sekunder yaitu senyawa yang dihasilkan dalam jalur metabolisme lain dan
dianggap tidak penting dlam pertumbuhan.
c) Metabolit primer : karbohidrat , protein , lemak , asam nukleat. Metabolit sekunder :
fenolik , alkaloid , terpenoid poliketida

Metabolisme sekunder menghasilkan sejumlah besar senyawa- senyawa khusus (kurang


lebih 200.000 senyawa) yang secara fungsi tidak memiliki peranan dalam mebantu
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan namun diperlukan oleh tumbuhan untuk
bertahan dari keadaan lingkungannya. Metabolisme sekunder terhubung dengan
metabolism primer dalam hal senyawa pembangun dan enzim dalam biosintesis.
Metabolisme primer membentuk seluruh proses fisiologis yang memungkinkan tumbuhan

xiv
mengalami pertumbuhan melalui menerjemahkan kode genetik menghasilkan protein,
karbohidrat dan asam amino.

Senyawa khusus dari metabolisme sekunder sangat penting untuk berkomunikasi


dengan organisme lain secara mutualistik (misalnya penarik organisme menguntungkan
seperti penyerbuk) atau interaksi antagonis (misalnya pencegah terhadap herbivora dan
mikroba patogen). Lebih jauh lagi metabolit sekunder membantu dalam mengatasi stres
abiotik seperti peningkatan radiasi UV walaupun mekanisme fungsinya masih belum
sepenuhnya dipahami.

Beberapa fungsi penting metabolit sekunder:

a) Hormon
b) Sebagai agen pewarna untuk menarik atau memberi peringatan pada Spesies
lainnya
c) Fitoalexan (sebagai bahan racun) yang memberikan pertahanan melawan predator
d) Merangsang sekresi senyawa-senyawa lainnya seperti
alkaloid,terpenoid,Senyawa fenolik, glikosida, gula dan asam amino

Hubungan antara metabolisme sekunder dan metabolisme primer:

a) Proses dan produk metabolisme primer sama pada hampir semua organisme
sedangkan metabolisme sekunder lebih spesifik
b) Dalam tumbuhan, metabolism primer dibuat melalui fotosintesis, respirasi dan lain-
lain menggunakan CO2, H2O, dan NH3 sebagai bahan baku dan membentuk produk
seperti glukosa, asam amino, asam nukleat. Sedangkan di dalam metabolism
sekunder, tahap biosintesis, substrat dan produknya khas untuk tiap famili dan
spesies. Spesies-spesies yang dekat secara toksonomi memiliki kesamaan jenis
metabolit sedangkan spesies yang jauh secara taksonomi memiliki metabolit
sekunder yang sangat berbeda.

xv
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Farmakognosi , berasal dari kata Yunani “pharmakon” (obat) dan “gnosis” (pengetahuan),
jadi farmakognosi merupakan ilmu pengetahuan tentang obat, khususnya dari nabati, hewani
dan mineral. Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari obat yang berasal dari alam.
Farmakognosi membahas aspek biologi, kimia, biokimia, fisika, farmakologi, budidaya dan
cara pembuatan sediaan dan spek ekonominya. Dalam buku Materia Medika Indonesia,
didefinisikan bahwa simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani dan
simplisia pelikan (mineral).(DEPKES RI ,1977).
Metabolit primer merupakan senyawa yang secara langsung terlibat dalam pertumbuhan
suatu tumbuhan sedangkan metabolit sekunder adalah senyawa yang dihasilkan dalam jalur
metabolisme lain yang walaupun dibutuhkan tapi dianggap tidak penting peranannya dalam
pertumbuhan suatu tumbuhan.contoh Metabolit primer : karbohidrat , protein , lemak , asam
nukleat. Metabolit sekunder : fenolik , alkaloid , terpenoid poliketida.

3.2 Saran
pada makalah ini masih banyak kekurangan baik dari penulisan ataupun tata bahasa yang
digunakan masih belum sempurna,oleh karena itu kami berharap saran ataupun kritik yang
dapat membangun dalam makalah ini agar kedepannya lebih baik lagi.

xvi
DAFTAR PUSTAKA

Depkes R1., 2017, Farmakope Herbal Indonesia edisi II, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta

Depkes R1., 2008, Farmakope Herbal Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta

Depkes RI,1975-1995, Materia Medika Indonesia. Jilid I-VI, Dep, Kes, RI, Jakarta.

Depkes RI.1985. Cara Pembuatan Simplisia. Depkes RI. Jakarta.

FARMAKOGNOSI OLEH Dr.H.M. Hembing wijayakusuma,M.S.

Gunawan, D dan Mulyani, S. 2002. Ilmu Obat Alam. (Farmakognosi) Jilid 1. Penebar Swadaya,
Jakarta

Lully Hanni Endarini. Farmakognisi dan Fitokimia. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan

https://sites.google.com/site/wwwilmukitacom/materi-kuliah/pembuatan-simplisia

https://www.academia.edu/38119769/Tugas_Farmakognosi_SIMPLISIA

xvii

Anda mungkin juga menyukai