Dosen Pembimbing :
Riska Purnamasari S.farm,M.Si,Apt
Pengertian
Farmakognosi
Farmakognosi sendiri berasal dari
bahasa Yunani yaitu dari kata
Pharmacon yang berarti Obat
dan Gnosis yang berarti
Pengetahuan.
Kelompok 3
1.wahyuddin
2.Wilda Asmi Nur
3. Yisvayanti Andarias
4.wulan asman
5. Nurfadilah Ningrum
6. Dila Rapang
7.yayat
8.rulita tonapa
9.sahdia saputri
10. Aditya virgiani
11.eys atika sari
Pada mulanya farmakognosi muncul dari jampi-jampi
suku Vodoo yang tanpa disadari telah ikut
menyelamatkan resep-resep tidak tertulis dari dukun
leluhur. Istilah pharmacognosy diperkenalkan
pertama kali oleh C.A. Seydler, seorang mahasiswa
kedokteran di Halle Saale, Jerman pada tahun 1815,
dalam disertasinya yang berjudul “ Analectica
Pharmacognostica”.
Pengertian yang lebih luas tentang farmakognosi
dijelaskan oleh Fluckiger, menurutnya farmakognosi
adalah penggunaan terpadu dari berbagai disiplin ilmu
dengan obyek pengetahuan mengenai obat yang
diperlukan, dipandang dari berbagai sudut. Namun
menurut penelitian sejarah baru, istilah farmakognosi
telah ditemukan lebih awal yaitu penggunaan kata
pharmakognosis oleh J.A. Schmidt pada tahun 1811 dalam
bukunya yang berjudul
“ Lehrbuch der Materia Medica”.
Manusia selalu menggunakan tumbuhan dengan banyak cara dalam
tradisi masa evolusi manusia. Seleksi tumbuhan obat merupakan
proses yang dilakukan secara hati-hati sehingga sejumlah besar
tumbuhan obat digunakan oleh berbagai budaya dunia. Contoh
pengobatan yang terkenal ada Aryuveda, Jamu, kampo dan masih
banyak lagi. Hal ini merupakan cikal bakal dari adanya
pengembangan pendekatan baru terhadap penelitian dan penggunaan
farmasetik tumbuh-tumbuhan.
Sejak saat itu terjadi peningkatan yang pesat terhadap
pengetahuan mengenai obat dari bahan alam sehingga
dianggap perlu untuk mengadakan pemisahan disiplin
ilmu, oleh karena itu pada abad 19, Materia Medica sudah
memiliki dua disiplin ilmu yaitu: