Anda di halaman 1dari 39

MATERI FARMAKOGNOSI

PERTEMUAN 1
Farmakognosi adalah – Pengertian, Sejarah, Hubungan,
Peran & Ruang Lingkup – Untuk pembahasan kali ini kami
akan mengulas mengenaiFarmakognosi yang dimana dalam
hal ini meliputi pengertian, sejarah, hubungan, peran dan
ruang lingkup, nah agar lebih memahami dan di mengerti
simak ulasannya berikut ini.

PENGERTIAN

Farmakognosi sendiri berasal dari kata Pharmakon yang


berarti obat dan Gnosis yang berarti pengetahuan, melalui
perkembangan ilmu lebih lanjut, para ahli kimia mulai
memberikan perhatian pada senyata-senyawa kimia
kandungan bahan alam yang di duga mempunyai khasiat
bagi kesehatan.

Farmakognosi adalah salah satu ilmu yang mempelajari


tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat
digunakan sebagai obat alami yang telah melewati berbagai
macam uji seperti uji farmakodinamik, uji toksikologi dan uji
biofarmasetika.

Farmakognosi ialah sebagai bagian biofarmasi, biokimia dan


kimia sintesa sehingga ruang laingkupnya menjadi luas
seperti yang diuraikan dalam definisi Fluckiger. Sedangkan
di Indonesia saat ini untuk praktikum Farmakognosi hanya
meliputi segi pengamatan makroskopis, mikroskopis dan
organoleptis yang seharusnya juga mencakup indentifikasi,
isolasi dan pemurnian setiap zat yang terkandung dalam
simplisia dan bila perlu penyelidikan dilanjutkan ke arah
sintesa.

Sebagai contoh Chloramphenicol dapat dibuat secara


sintesa total, yang sebelumnya hanya dapat diperoleh dari
biakkan cendawan Streptomyces venezuela. Pada akhir
abad 19 mereka mulai mencoba mensitesis senyawa kimia
yang mempunyai khasiat terapi tersebut dan melakukan
modifikasi struktur senyawa dengan tujuan tertentu. Hal ini
yang membidangi lahirnya disiplin ilmu baru yaitu kimia
medisinal.

Dengan demikian, melalui pengetahuan tentang khasiat


bahan alam telah berkembang tiga disiplin ilmu dasar yaitu:

1. Farmakologi yang berhubungan dengan aktivitas dan


efek obat.
2. Farmakognosi yang mencakup semua informasi obat
dari sumber bahan alam “tumbuhan, hewan, mineral,
mikroorganisme”.
3. Kimia medisinal yang berhubungan dengan semisintesis
obat.

Sejarah Farmakognisi
Dalam sejarah penemuan obat bahan alam di mulai dari
pengetahuan manusia akan khasiat bahan alam bagi
kesehatan yang merupakan awal dari berkembangnya
farmakognosi.

Bukti dari hal itu dapat diketahui melalui buku Materia


Medika yang diterbitkan sebelum abad 19 yakni buku
pertama yang memuat tentang khasiat dan penggunaan
lebih kurang 600 macam obat dari bahan alam “tanaman,
hewan, mineral”.

Sejak saat itu terjadi peningkatan yang pesat terhadap


pengetahuan mengenai obat dari bahan alam sehingga
dianggap perlu untuk mengadakan pemisahan disiplin ilmu,
oleh karena itu pada abad 19, materia medika sudah
memiliki dua disiplin ilmu yaitu:

 Farmakologi yang mempelajari kerja obat “action of


drug”.
 Farmakognosi yang mempelajari segala aspek obat dari
alam.

Hubungan Farmakognosi Dengan Obat


Perkataan Farmakognosi berasal dari dua kata Yunani
yaitu  Pharmakon yang  berarti obat dan gnosis  yang
berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi farmakognosi berarti
pengetahuan tentang obat.
Definisi yang mencakup seluruh ruang lingkup farmakognosi
diberikan olehFluckiger,  yaitu pengetahuan secara serentak
berbagai macam cabang ilmu pengetahuan untuk
memperoleh segala segi yang perlu diketahui tentang obat.

Peran Farmakognosi
Penggunaan tumbuhan obat sebagai obat di Indonesia telah
meningkat, akan tetapi dalam penggunaannya masih banyak
hanya sebatas pengalaman yang diturunkan dari nenek
moyang bangsa Indonesia. Disini peran ilmu farmakognosi
yang memilah tanaman yang berkhasiat obat atau tidaknya
dengan berbagai tes yang dilakukan terhadap tumbuhan
tersebut seperti kromatografi, spektrofotometrik dan lain-
lain.

Alam memberikan kepada kita bahan alam darat dan laut


berupa tumbuhan, hewan dan mineral yang jika diadakan
identifikasi dan menentukan sistematikanya maka diperoleh
bahan alam berkhasiat obat. Jika bahan alam yang
berkhasiat obat ini dikoleksi, dikeringkan, diolah, diawetkan
dan disimpan, akan di peroleh bahan yang siap pakai atau
yang disebut dengan simplisia disinilah keterkaitannya
dengan farmakognosi.

Ruang Lingkup Farmakognosi


Farmakognosi  adalah  sebagai  bagian  biofarmasi,
biokimia dan kimia sintesa, sehingga  ruang lingkupnya
menjadi luas seperti yang  diuraikan dalam definisi
Fluckiger.  Sedangkan di Indonesia saat ini untuk praktikum
Farmakognosi hanya  meliputi segi pengamatan
makroskopis, mikroskopis dan organoleptis yang seharusnya
juga mencakup identifikasi, isolasi dan pemurnian setiap zat
yang  terkandung dalam simplisia dan bila perlu
penyelidikan dilanjutkan ke arah sintesa. Sebagai contoh : 
Chloramphenicol dapat dibuat secara sintesa total, yang
sebelumnya hanya dapat diperoleh dari biakkan
cendawan Streptomyces venezuela.

Alam memberikan kepada kita bahan alam darat dan laut


berupa tumbuhan, hewan dan mineral yang jika diadakan
identifikasi dan menentukan sistimatikanya, maka diperoleh
bahan alam berkhasiat obat. Jika bahan alam yang
berkhasiat obat ini dikoleksi, dikeringkan, diolah, diawetkan
dan disimpan, akan diperoleh bahan yang siap pakai atau
simplisia, disinilah keterkaitannya dengan farmakognosi.

Simplisia yang diperoleh dapat berupa rajangan atau serbuk.


Jika dilakukan uji khasiat, diadakan pengujian toksisitas, uji
pra klinik dan uji klinik untuk menentukan fitofarmaka atau
fitomedisin ; bahan – bahan fitofarmaka inilah yang disebut
obat. Bila dilakukan uji klinik, maka akan diperoleh obat
jadi.

Serbuk dari simplisia jika diekstraksi dengan menggunakan


berbagai macam metode ekstraksi dengan pemilihan pelarut
, maka hasilnya disebut ekstrak. Apabila ekstrak yang
diperoleh ini diisolasi dengan pemisahan berbagai
kromatografi, maka hasilnya disebut isolat.

Jika isolat ini dimurnikan, kemudian ditentukan sifat-sifat


fisika dan kimiawinya akan dihasilkan zat murni, yang
selanjutnya dapat dilanjutkan penelitian tentang identifikasi,
karakterisasi, elusidasi struktur dan spektrofotometri.

Proses ekstraksi dari serbuk sampai diperoleh isolat bahan


obat dibicarakan dalam fitokimia dan analisis fitokimia.
Bahan obat jika diadakan uji toksisitas dan uji pra klinik
akan didapatkan obat jadi.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Membran Sel

Hubungan Farmakognisi dengan Botani -


Zoologi
Simplisia  harus mempunyai  identitas  botani – zoologi 
yang  pasti, artinya  harus diketahui dengan tepat nama
latin tanaman atau hewan dari mana  simplisia tersebut
diperoleh, misalnya : menurut Farmakope Indonesia
ditentukan bahwa untuk Kulit Kina harus diambil dari
tanaman asal Cinchona succirubra, sedangkan jenis kina
terdapat banyak sekali , yang tidak mempunyai kadar kina
yang tinggi.
Atas dasar pentingnya identitas botani – zoologi maka nama-
nama tanaman  atau hewan dalam Farmakope selalu
disebut nama latin dan tidak dengan nama   daerah, karena
satu nama daerah seringkali  berlaku untuk lebih dari satu
macam tanaman  sehingga dengan demikian nama daerah
tidak selalu memberikan kepastian identitas. Dengan
demikian menetapkan identitas botani – zoologi secara tepat
adalah langkah pertama yang harus ditempuh sebelum 
melakukan kegiatan-kegiatan lainnya dalam bidang
farmakognosi.

Hubungan Farmakognosi Dengan Ilmu-Ilmu


Lain 
Sebelum kimia organik dikenal, simplisia merupakan bahan
utama yang harus tersedia di tempat meramu atau meracik
obat dan  umumnya diramu atau diracik  sendiri oleh tabib
yang memeriksa sipenderita,  sehingga dengan cara
tersebut Farmakognosi  dianggap sebagai bagian dari
Materia Medika. Simplisia diapotik kemudian terdesak oleh
perkembangan galenika, sehingga persediaan simplisia di
apotik digantikan dengan sediaan-sediaan galenik yaitu, 
tingtur, ekstrak, anggur dan lain-lain.

Kemudian setelah kimia organik berkembang, menyebabkan


makin  terdesaknya  kedudukan simplisia di apotik – apotik.
Tetapi hal ini bukan berarti  simplisia tidak diperlukan lagi,
hanya  tempatnya tergeser ke pabrik – pabrik  farmasi,
Tanpa  adanya simplisia di apotik tidak akan terdapat
sediaan-sediaan galenik, zat kimia  murni maupun sediaan
bentuk lainnya, misalnya:  serbuk, tablet,  ampul,
contohnya:  Injeksi Kinin Antipirin,  Secara sepintas Kinina
antipirin dibuat secara sintetis tetapi dari sediaan tersebut
hanya Antipirin saja  yang dibuat sintetis  sedangkan kinina
hanya dapat diperoleh jika ada Kulit Kina, sedangkan untuk
mendapatkan kulit kina yang akan  ditebang atau dikuliti
adalah dari jenis Cinchona yang dikehendaki.

Untuk memperoleh jenis Cinchona yang dikehendaki tidak


mungkin diambil dari jenis Cinchona yang  tumbuh liar,
sehingga harus ada cara pengumpulan dan perkebunan yang
baik dan terpelihara. Dalam perkebunan ini farmakognosi
erat hubungannya dengan ilmu-ilmu lain misalnya: Biokimia,
dalam pembuatan zat-zat sintetis seperti Kortison,
Hidrokortison dan lain-lainnya.

Dari contoh-contoh tersebut maka dapat diketahui bahwa


ruang   lingkup Farmakognosi tidak terbatas pada
pengetahuan tentang simplisia yang tertera dalam
Farmakope, tetapi meliputi pemanfaatan alam  nabati-
hewani dan mineral  dalam berbagai aspeknya di bidang
farmasi dan Kesehatan.
MATERI FARMAKOGNOSI

PERTEMUAN 2
METABOLIT SEKUNDER
Perbedaan Utama – Metabolit Primer vs Sekunder. Metabolisme adalah kumpulan proses
kimia yang terjadi pada organisme hidup untuk mempertahankan kehidupan. Ribuan senyawa
kimia terlibat dalam metabolisme organisme hidup.

enyawa-senyawa ini disebut metabolit dan mereka adalah zat antara dan produk metabolisme.
Metabolit primer dan metabolit sekunder adalah dua kategori metabolit yang ditemukan pada
organisme hidup. Keduanya adalah molekul kecil, yang bertindak sebagai molekul pemberi
sinyal, katalis, stimulator, atau inhibitor untuk setiap aktivitas metabolik dalam tubuh.

Perbedaan utama antara metabolit primer dan metabolit sekunder adalah bahwa metabolit
primer secara langsung terlibat dalam perkembangan pertumbuhan primer dan reproduksi
sedangkan metabolit sekunder secara tidak langsung terlibat dalam metabolisme saat
memainkan fungsi ekologis penting dalam tubuh.
Pengertian Metabolit Primer
Metabolit primer adalah senyawa kimia kecil yang terlibat langsung dalam pertumbuhan,
perkembangan, dan reproduksi organisme hidup. Oleh karena itu, mereka adalah komponen
kunci dalam pemeliharaan fungsi fisiologis normal dalam tubuh. Dengan demikian, metabolit
primer sering disebut sebagai metabolit sentral. Metabolit primer biasanya terbentuk selama fase
pertumbuhan karena metabolisme energi. Mereka adalah komponen utama dari pertumbuhan
yang tepat. Etanol, asam laktat, nukleotida, vitamin, dan beberapa asam amino dianggap
sebagai metabolit primer.

Dalam mikrobiologi industri, etanol adalah metabolit primer yang paling umum diproduksi dalam
skala besar dengan fermentasi. Selain itu, asam amino seperti L-lysine dan L-glutamat diproduksi
dalam skala besar. Asam sitrat adalah metabolit primer umum lainnya yang diproduksi dalam
skala besar. Ini digunakan sebagai bahan dalam produksi makanan.

Jenis Metabolit Primer

Metabolite Primer Contoh

Alkohol Etanol

Asam amino Asam glutamat, asam aspartat

Nukleotida 5 'asam guanylic

Antioksidan Asam Isoascorbic

Asam organik Asam asetat, asam laktat

Poliol gliserin
Vitamin Vitamin B 2

Pengertian Metabolisme Sekunder


Metabolisme sekunder adalah senyawa organik kecil yang dihasilkan melalui modifikasi metabolit
primer. Mereka terbentuk di dekat fase diam pertumbuhan. Metabolisme sekunder tidak
berperan dalam pertumbuhan, perkembangan, atau reproduksi. Namun, mereka memainkan
peran dalam fungsi ekologi seperti mekanisme pertahanan, berfungsi sebagai antibiotik, dan
menghasilkan pigmen.

Atropin dan antibiotik seperti eritromisin dan bacitracin adalah metabolit sekunder yang penting
secara komersial yang diproduksi dalam skala besar. Atropin berfungsi sebagai antagonis
kompetitif untuk reseptor asetilkolin. Ini berasal dari berbagai tanaman yang dapat digunakan
untuk mengobati bradikardia. Eritromisin adalah antibiotik dengan spektrum antimikroba yang
luas.

Jenis Metabolit Sekunder

JENIS Contoh

Pigmen Karotenoid, Anthocyanin

Alkaloid, Polifenol, tanin, flavonoid, terpenoid Morfin, Codeine

Terpenungau Monoterpena, Diterpen

Minyak esensial Minyak sereh

Racun Abrin, Ricin

Lektin Concanavalin A

Narkoba Vinblastin, Curcumin


Zat polimer Karet, Getah, Selulosa

Metabolit primer dan sekunder adalah senyawa kimia kecil yang berfungsi sebagai sinyal
molekul, katalis, stimulator atau inhibitor untuk reaksi kimia tertentu.

Perbedaan Antara Metabolit Primer dan Sekunder


Definisi

 Metabolit Primer: Metabolit primer adalah kategori metabolit yang terlibat langsung
dalam pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi.

 Metabolisme Sekunder: Metabolisme sekunder adalah senyawa yang tidak terlibat


langsung dalam pertumbuhan dan perkembangan normal, tetapi memiliki beberapa fungsi
ekologis dalam tubuh.
Fungsi

 Metabolit Primer: Metabolit primer melakukan fungsi fisiologis dalam tubuh seperti fungsi
intrinsik.

 Metabolisme Sekunder: metabolit sekunder adalah turunan dari metabolit primer.


Terlibat dalam

 Metabolit Primer: Metabolit primer terlibat langsung dalam pertumbuhan, perkembangan,


dan reproduksi.

 Metabolisme Sekunder: metabolit sekunder memainkan peran dalam fungsi ekologi


seperti membantu mekanisme pertahanan, berfungsi sebagai antibiotik, dan memproduksi
pigmen.
Pembentukan

 Metabolit Primer: Metabolit primer terbentuk selama fase pertumbuhan karena


metabolisme energi.

 Metabolisme Sekunder: metabolit sekunder terbentuk di dekat fase diam pertumbuhan.


Kuantitas dan Ekstraksi

 Metabolit Primer: Metabolit utama diproduksi dalam jumlah besar. Oleh karena itu,
ekstraksi metabolit primer menjadi mudah.
 Metabolisme Sekunder: Karena metabolit sekunder diproduksi dalam jumlah kecil,
ekstraksi mereka sulit.
Pada Tanaman

 Metabolit Primer: Metabolisme primer sama di semua tanaman.

 Metabolisme Sekunder: metabolit sekunder yang berbeda unik untuk spesies tanaman
yang berbeda.
Struktur Molekuler Dasar

 Metabolit Primer: Metabolisme primer adalah bagian dari struktur molekul dasar suatu
organisme.

 Metabolisme Sekunder: Metabolisme sekunder bukan bagian dari struktur molekul dasar
suatu organisme.
Peran

 Metabolit Primer: Metabolisme primer sangat berguna untuk organisme.

 Metabolisme Sekunder: Tidak adanya metabolit sekunder tidak menunjukkan perubahan


signifikan dalam metabolisme.
Contoh

 Metabolit Primer: Etanol, asam laktat, nukleotida, vitamin, dan beberapa asam amino
adalah metabolit primer.

 Metabolisme Sekunder: Pigmen, antibiotik, dan obat-obatan adalah metabolit sekunder.


MATERI FARMAKOGNOSI

PERTEMUAN 3
ALKALOID
Alkaloid adalah senyawa kimia, yang ditemukan pada tumbuhan, yang dapat
bereaksi dengan asam untuk membentuk garam. Semua alkaloid mengandung
unsur nitrogen, biasanya dalam struktur multi-cincin yang kompleks.

Sifat alkaloid
Sifat dari alkaloid yaitu:

1. Alkaloid yang berbentuk cair yaitu konini, nikotin dan spartein.


2. Mengandung atom nitrogen yang umumnya berasal dari asam amino.
3. Umumnya berupa Kristal atau serbuk amorf.
4. Pada tanaman itu dalam bentuk bebas, dalam bentuk N-oksida atau dalam
bentuk garam.
5. Umumnya memiliki rasa pahit.
6. Alkaloid larut dalam air, tetapi larut dalam kloroform, eter, dan pelarut organik
lainnya
7. Alkaloid dalam bentuk garam mudah larut dalam air.
8. Alkaloid bebas bersifat basa karena adanya pasangan elektron bebas pada
atom N-nya.
9. Alkaloid dapat membentuk endapan dengan bentuk iodide dari Hg, Au dan
logam berat lainnya (dasar untuk identifikasi alkaloid).

Peran pada tumbuhan


Antara 10 dan 15% dari semua tumbuhan mengandung beberapa jenis alkaloid.
Tidak jelas mengapa alkaloid sangat umum, dan itu adalah masalah kontroversi di
antara para ilmuwan. Beberapa percaya bahwa tumbuhan membersihkan diri dari
kelebihan nitrogen melalui produksi alkaloid, seperti halnya manusia dan mamalia
lainnya mengubah kelebihan nitrogen menjadi urea untuk dilewatkan dalam urin.

Beberapa memodifikasi teori ini dengan menyarankan bahwa tumbuhan


menggunakan alkaloid untuk sementara waktu menyimpan nitrogen untuk digunakan
kemudian, alih-alih membuang unsur yang sulit didapat ini secara bersamaan.

Mungkin teori yang paling mungkin adalah kehadiran alkaloid menghambat


serangga dan hewan untuk memakan tumbuhan. Sifat beracun kebanyakan alkaloid
mendukung teori ini, meskipun berbagai alkaloid yang digunakan dalam jumlah kecil
untuk tujuan tertentu dapat bermanfaat bagi manusia.

Peran pada hewan


Banyak alkaloid bertindak dengan menghalangi atau mengintensifkan aksi
neurotransmiter, bahan kimia yang dilepaskan oleh sel-sel saraf sebagai respons
terhadap impuls listrik yang disebut sinyal saraf. Neurotransmitter berdifusi ke dalam
sel tetangga di mana mereka menghasilkan respons yang sesuai, seperti impuls
listrik di sel saraf lain atau kontraksi dalam sel otot.

Setiap sel saraf hanya menghasilkan satu jenis neuro-transmitter; asetilkolin dan
norepinefrin adalah yang paling umum. Namun, sel mungkin merespons lebih dari
satu jenis neurotransmitter, dan respons untuk setiap jenis mungkin berbeda.

Penggunaan medis
Sejumlah alkaloid digunakan sebagai obat. Di antara yang tertua dan paling terkenal
adalah kina, berasal dari kulit pohon Cinchona tropis. Orang India di Amerika
Selatan telah lama menggunakan kulit kayu Cinchona untuk mengurangi demam,
sama seperti kulit pohon willow digunakan di Eropa sebagai sumber aspirin. Pada
tahun 1600-an orang Eropa menemukan bahwa kulit pohon itu dapat mengobati
malaria — penyakit parasit yang melemahkan dan seringkali fatal.

Kina dimurnikan sejak tahun 1820, dan segera menggantikan kulit cinchona mentah
sebagai pengobatan standar untuk malaria. Tidak sampai tahun 1930an kina diganti
oleh analog sintetik yang menawarkan efek samping lebih sedikit dan pasokan yang
lebih andal. Kina masih digunakan sebagai zat penyedap utama dalam air tonik,
meskipun dalam dosis yang jauh lebih sedikit daripada yang digunakan pada
awalnya.

Kulit kayu manis juga menghasilkan quinidine, yang mengontrol kelainan irama
jantung seperti fibrilasi, serangkaian detak yang bergetar cepat yang tidak
memompa darah, dan penyumbatan jantung, suatu kondisi di mana arus listrik gagal
mengoordinasikan kontraksi ruang-ruang atas dan bawah jantung.

Vincaleukoblastine dan vincristine, dua alkaloid yang berasal dari tumbuhan


periwinkle (Catharanthus roseus), digunakan untuk mengobati kanker sel darah
putih. Vincaleukoblastine sangat berguna melawan limfoma (kanker kelenjar getah
bening), sementara vincristine digunakan untuk melawan bentuk leukemia anak
yang paling umum.
Atropin adalah contoh alkaloid yang diproduksi oleh beberapa tumbuhan, termasuk
tumbuhan malam yang mematikan (Atropa belladonna), gulma Jimson (Datura
stramonium), dan henbane (Hyoscyamus niger). Ini memiliki berbagai kegunaan
medis, karena mampu mengendurkan otot polos dengan menghalangi aksi
neurotransmitter acetylcholine.

Atropin paling sering digunakan untuk melebarkan pupil selama pemeriksaan mata.
Atropin juga mengurangi hidung tersumbat, berfungsi sebagai penangkal gas saraf
dan keracunan insektisida, dan digunakan untuk menyadarkan pasien dalam henti
jantung.

Pilocarpine, berasal dari beberapa semak Brasil dari genus Pilocarpus, adalah
alkaloid lain yang digunakan dalam oftalmologi. Obat ini merangsang drainase
cairan berlebih dari bola mata, menghilangkan tekanan optik tinggi yang disebabkan
oleh glaukoma. Jika tidak diobati, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan.

Pengenalan reserpin pada 1950-an merevolusi pengobatan tekanan darah tinggi


dan membawa harapan baru bagi mereka yang menderita kondisi yang sebelumnya
tidak dapat diobati dan mengancam jiwa ini. Berasal dari pohon-pohon tropis dan
semak-semak dari genus Rauwolfia, reserpin bekerja dengan menipiskan simpanan
neurotransmitter norepinefrin tubuh.

Di antara fungsinya yang lain, norepinefrin berkontraksi pada arteri, sehingga


berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi. Sayangnya, reserpin juga
menyebabkan kantuk dan terkadang depresi berat. Pengobatan tanpa efek samping
ini telah dikembangkan dalam beberapa dekade terakhir, dan reserpin sekarang
jarang digunakan.

Fungsi alkaloid pada tumbuhan


Alkaloid telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian terutama
karena pengaruh fisiologinya terhadap mamalia dan pemakaiannya di bidang
farmasi, tetapi fungsinya dalam tumbuhan hampir sama sekali kabur. Beberapa
pendapat mengenai kemungkinan perannya dalam tumbuhan sebagai berikut:

1. Alkaloid berfungsi sebagai limbah nitrogen seperti urea dan asam urat pada
hewan (salah satu pendapat pertama yang kami temukan, saat ini, tidak
diadopsi).
2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen
meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut
meskipun sangat kekurangan nitrogen.
3. Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan
parasit atau pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang
mendukung fungsi ini tidak dikemukakan, mungkin merupakan konsep yang
direka-reka dan bersifat ‘manusia sentris’.
4. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur,
beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangasang
perkecambahan yang lainnya menghambat.
5. Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar
bersifat basa, dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan
kesetimbangan ion dalam tumbuhan.

Sumber Alkaloid
Pada waktu yang lampau sebagian besar sumber alkaloid adalah pada tanaman
berbunga, angiosperma (Familia Leguminoceae, Papavraceae, Ranunculaceae,
Rubiaceae, Solanaceae,Berberidaceae) dan juga pada tumbuhan monokotil (Familia
Solanaceae dan Liliaceae). Pada tahun-tahun berikutnya penemuan sejumlah besar
alkaloid terdapat pada hewan, serangga, organisme laut, mikroorganisme dan
tanaman rendah. Beberapa contoh yang terdapat pada berbagai sumber adalah
isolasi muskopiridin dari sebangsa rusa; kastoramin dari sejenis musang Kanada ;
turunan Pirrol-Feromon seks serangga ; Saksitoksin – Neurotoksik konstituen
dari Gonyaulax catenella ;pirosiamin dari bacterium Pseudomunas aeruginosa;
khanoklavin-I dari sebangsa cendawan, Claviceps purpurea ; dan likopodin dari
genus lumut Lycopodium.
Karena alkaloid sebagai suatu kelompok senyawa yang terdapat sebagian besar
pada tanaman berbunga, maka para ilmuwan sangat tertarik pada sistematika
aturan tanaman. Kelompok tertentu alkaloid dihubungkan dengan famili atau genera
tanaman tertentu. Berdasarkan sistem Engler dalam tanaman yang tinggi terdapat
60 order. Sekitar 34 dari padanya mengandung alkaloid. 40% dari semua famili
tanaman paling sedikit mengandung alkaloid. Namun demikian, dilaporkan hanya
sekitar 8,7% alkaloid terdapat pada disekitar 10.000 genus. Kebanyakan famili
tanaman yang mengandung alkaloid yang penting adalah Liliaceae, solanaceae dan
Rubiaceae. Famili tanaman yang tidak lazim yang mengandung alkaloid adalah
Papaveraceae. Dalam kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkaloid,
beberapa genera mengandung alkaloid sedangkan genera yang lain tidak
mengandung alkaloid. Suatu genus sering menghasilkan alkaloid yang sama, dan
bahkan beberapa genera yang berbeda dalam suatu famili dapat mengandung
alkaloid yang sama. Sebagai contoh hiossiamin diperoleh dari tujuh generayang
berbeda dari famili tanaman Solanaceae. Dilain pihak alkaloid yang lebih kompleks,
seperti vindolin dan morfin, sering terdapat dalam jumlah yang terbatas pada satu
spesies atau genus tanaman.

Di dalam tanaman yang mengandung alkaloid, alkaloid mungkin terlokasi


(terkonsentrasi) pada jumlah yang tinggi pada bagian tanaman tertentu. Sebagai
contoh reserpin terkonsentrasi pada akar (hingga dapat diisolasi) Rauvolfia sp ;
Quinin terdapat dalam kulit, tidak pada daun Cinchona ledgeriana ; dan morfin
terdapat pada getah atau latexPapaver samniferum. Pada bagian tertentu tanaman
tidak mengandung alkaloid tetapi bagian tanaman yang lain sangat kaya alkaloid.
Namun ini tidak berarti bahwa alkaloid yang dibentuk di bagiam tanaman tersebut.
Sebagai contoh dalam species Datura dan Nicotiana dihasilkan dalam akar tetapi
ditranslokasi cepat ke daun, selain itu alkaloid juga dalam biji (Nux vomica, Areca
catechu), buah (Piperis nigri ), daun (Atropa belladona), akar & rhizoma (Atrpa
belladona & Euphorbia ipecacuanhae) dan pada kulit batang (Cinchona succirubra).
Fungsi alkaloid ini bermacam-macam diantaranya sebagai racun untuk melindungi
tanaman dari serangga dan binatang, sebagai hasil akhir dari reaksi detoksifikasi
yang merupakan hasil metbolit akhir dari komponen yang membahayakan bagi
tanaman, sebagai faktor pertumbuhan tanaman dan cadangan makanan.

Kisaran konsentrasi total alkaloid tang terdapat pada bagian tanaman tertentu
sangat bervariasi. Sebagai contoh, reserpin dapat mencapai konsentrasi hingga 1%
dalam akar Rauvolfia serpentine, tetapi vinkristin dari daunCatharanthus
roseus diperoleh hanya 4.10-6 % Dapat dibayangkan persoalan yang menyangkut
dalam industri yang memproduksi alkaloid yang terdapat dalam jumlah yang sangat
sedikit.

MATERI FARMAKOGNOSI

PERTEMUAN 4
GLIKOSIDA

Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula.
Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen (O – glikosida, dioscin),
jembatan nitrogen (N-glikosida, adenosine), jembatan sulfur (S-glikosida, sinigrin), maupun jembatan
karbon (C-glikosida, barbaloin). Bagian gula biasa disebut glikon sedangkan bagian bukan gula
disebut sebagai aglikon atau genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini
disebut sebagai glikosida

PENGERTIAN GLIKOSIDA
Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula.
Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen (O – glikosida, dioscin),
jembatan nitrogen (N-glikosida, adenosine), jembatan sulfur (S-glikosida, sinigrin), maupun jembatan
karbon (C-glikosida, barbaloin). Bagian gula biasa disebut glikon sedangkan bagian bukan gula
disebut sebagai aglikon atau genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini
disebut sebagai glikosida

STRUKTUR GLIKOSIDA 
terdiri dari glikon dan aglikon dengan unsur O di tengah seperti dibawah ini
Glikon O Aglikon

Glikosida berbentuk kristal atau amorf. Umumnya mudah larut dalam air atau etanol encer (kecuali
pada glikosida resin). Oleh karena itu, banyak sediaan-sediaan farmasi mengandung glikosida
umumnya diberikan dalam bentuk ekstrak, eliksir ataupun tingtur dengan kadar etanol yang rendah. 

II.2. Penggolongan Glikosida


Glikosida diklasifikasikan berdasarkan macam aglikon yang dihubungkan dengan efek
farmakologisnya. Kerugian dari klasifikasi seperti ini adalah banyak senyawa lain yang lebih spesifik
yang juga mempunyai efek terapi. Pengklasifikasian tidak dilakukan secara farmakologis karena
banyak jenis glikosida yang mempunyai efek terapeutik yang sama.
Penggolongan glikosida berdasarkan aglikonnya adalah sebagai berikut.
1. Glikosida Sterol-Cardio Active : Digitalis
2. Glikosida Antrakinon : Aloe, Casia Acutifolia
3. Glikosida Saponin : Saponin
4. Glikosida Sianofor : Prunus amygdalus
5. Glikosida Thosianat : Mustard, Brassica nigra
6. Glikosida Flavonol : Ruta Graviolens
7. Glikosida Alkohol : Salix Purpurea, S. Fragilis
8. Glikosida Aldehid : Vanili
9. Glikosida Lakton : Kumarin: Tonka, Cantharides
10. Glikosida Fenol 
11. Glikosida yang Aglikonnya tidak dapat dimasukkan dalam golongan di atas yaitu berupa:
• Zat pahit 
• Zat manis 
• Zat warna 
• Zat metal 
• Kombinasi suatu glikosida dengan minyak atsiri

Kegunaan :
            Glikosida steroid adalah glikosida yang aglikonnya berupa steroid. Glikosida steroid
disebut juga glikosida jantung karena memiliki daya kerja kuat dan spesifik terhadap otot
jantung.
Contoh tanaman yang mengandung glikosida steroid :
Daun Digitalis purpurea Linne atau D. lanata (keluarga Scorphulariaceae) telah
dikeringkan pada suhu tidak di atas 60 0 C.
Konten:
Contoh :
Strophantos adalah biji yang telah dikeringkan dari tanaman Strophanthus kombe Oliver
atau Stromphathus hispidus  DeCandolle (famili Apocynaceae).
Konten:
Kegunaan :

            Beberapa jenis obat pencahar yang berasal dari tanaman mengandung glikosida
sebagai isi aktifnya. Glikosida-glikosida yang terdapat di dalam obat pencahar tersebut
mengandung turunan antrasen atau antrakinon sebagai aglikonnya. Simplisia yang
mengandung glikosida ini antara lain Rhamni purshianae Cortex, Rhamni Frangulae Cortex,
Aloe, Rhei Radix, dan Sennae Folium. Kecuali itu Chrysa robin dan Cochineal (Coccus cacti)
juga mengandung turunan antrakinon, akan tetapi tidak digunakan sebagai obat pencahar
karena daya iritasinya terlalu keras (Chrysarobin) sehingga hanya digunakan sebagai obat
luar atau hanya digunakan sebagai zat warna (Cochineal, Coccus Cacti).
            Tanaman-tanaman seperti kelembak, aloe, sena, dan kaskara telah lama dikenal
sebagai obat alami kelompok purgativummeskipun pada saat itu kandungan kimiawinya
belum diketahui dengan jelas. Belakangan, ternyata ada persamaan kandungan kimiawi
antara obat purgativum dengan beberapa bahan pewarna alami. Senyawa yang pertama
ditemukan adalah sena dari tipe antrakuinon, baik dalam keadaan bebas maupun sebagai
glikosida. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa produk alam juga mengandung turunan
antrakuinon yang tereduksi, misalnya oksantron, antranol, dan antron. Termasuk juga produk
lain seperti senyawa yang terbentuk dari dua molekul antron, yaitu diantron. Senyawa-
senyawa ini dapat dalam keadaan bebas (tidak terikat dengan senyawa gula dalam bentuk
glikosida) dapat pula dalam bentuk glikosida dimana turunan antrakinon tersebut berfungsi
sebagai aglikon.
Contoh tanaman yang mengandung glikosida antarkuinon :
Aloe adalah getah kering atau daging daun Aloe Vera Linne, A. barbadense Miller, A
ferox Miller, atau berbagai genus Aloe ( famili Liliaceae).

MATERI FARMAKOGNOSI

PERTEMUAN 5
Polifenol
Pengertian Senyawa Polifenol, Struktur, Sub, Jenis,
Reaksi dan Klasifikasi adalah kelompok zat kimia yang
ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yaitu
memiliki banyak gugus phenol dalam molekulnya.

Pengertian Senyawa Polifenol


Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada
tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak
gugus phenol dalam molekulnya. Polifenol sering terdapat dalam
bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam pelarut polar
(Hosttetman, dkk, 1985). Beberapa golongan bahan polimer
penting dalam tumbuhan seperti lignin, melanin dan tanin adalah
senyawa polifenol dan kadang-kadang satuan fenolitik dijumpai
pada protein, alkaloid dan terpenoid (Harbone, 1987).

Senyawa fenol sangat peka terhadap oksidasi enzim dan mungkin


hilang pada proses isolasi akibat kerja enzim fenolase yang terdapat
dalam tumbuhan. Ekstraksi senyawa fenol tumbuhan dengan etanol
mendidih biasanya mencegah terjadinya oksidasi enzim. Semua
senyawa fenol berupa senyawa aromatik sehingga semuanya
menunjukkan serapan kuat di daerah spektrum UV. Selain
itu secara khas senyawa fenol menunjukkan geseran batokrom pada
spektrumnya bila ditambahkan basa. Karena itu cara spektrumetri
penting terutama untuk identifikasi dan analisis kuantitatif
senyawa fenol (Harbone, 1987).

Polifenol berperan dalam memberi warna pada suatu tumbuhan


seperti warna daun saat musim gugur. Polifenol banyak ditemukan
dalam buah-buahan, sayuran serta biji-bijian. Rata-rata manusia
mengkonsumsi polifenol dalam sehari sampai 23 mg. Khasiat dari
polifenol adalah menurunkan kadar gula darah dan efek melindungi
terhadap berbagai penyakit seperti kanker. Polifenol
membantu melawan pembentukan radikal bebas dalam tubuh
sehingga dapat memperlambat penuaan dini (Arnelia, 2002).
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Senyawa :
Pengertian, Ciri, Sifat, Dan Macam Beserta Contohnya Secara
Lengkap

Struktur dan Klasifikasi


Struktur flavonoid dan penomorannya

Flavonoid tersebut terdistribusi luas diberbagai tanaman dengan


aktivitasnya yang sangat beragam dan juga seringkali mendukung
suatu aktivitas senyawa utama ataupun sinergisme. Golongan
senyawa tersebut memiliki struktur yang hampir seragam yang
dapat memudahkan dalam penetapannya.

Identifikasi awal terhadap golongan flavonoid tersebut dengan


menggunakan analisis sitroborat, yaitu mencampur sampel tersebut
dengan asam formiat dan juga borat dengan eter setelah itu
dikeringkan didalam lemari asam (fumwehood). kemudian setelah
kering, dilihatlah fluoresensi pada bawah UV.
Jika Fluoresensi kuning itu menandakan bahwa positif keberadaan
flavonoid.
Struktur Phenol dan Polifenol

Klasifikasi Polifenol
Polifenol jika diklasifikasikan berdasarkan unit basanya di bagi
menjadi kelompok 3 kelompok besar yaitu asam galic, polivenol,
Flavon, asam sinamat.

Polifenol jika diklasifikasikan berdasarkan unit basanya di bagi


menjadikelompok 3 kelompok besar yaitu asam galic, polivenol,
Flavon, asam sinamat.
Asam galic

Senyawa ini memiliki struktur benzen yang tersubtitusi dengan 3


gugu – OH dan satu gugus Karboksilat. Contohnya seperti jenis
hydrolyzable tannins yang merupakan jenis tanin yang dapat larut
di dalam air membentuk asam gallic dan asam protocatechuic dan
gula.

Senyawa ini memiliki struktur benzen yang tersubtitusi dengan 3


gugu –OH dan satu gugus Karboksilat. Contohnya seperti jenis
hydrolyzabletannins yang merupakan jenis tanin yang dapat larut di
dalam airmembentuk asam gallic dan asam protocatechuic dan
gula. Contoh jenisini adalah gallotanin (Anonim, 2009)

Senyawa ini tidak terlalu berperan didalam tumbuhan tetapi


cukupmemberikan sumbangan manfaat bagi manusia khususnya
dalam bidangkesehatan. Senyawa jenis ini telah diteliti dapat
menghambat tumor, anti-virus, anti oksidasi, anti deabetes
(Hayashi et.al. 2002) dan anti cacing(Mori et.al, 2000).

Flavon.

Jeniss polifenol ini yang apaling banyak terdapat dialam. Senyawa


ini juga termasuk flavonoid yang telah dibahas dalam makalah bab
yang lain. Contoh senyawa ini adalah epicatechin dan
epigalocatechin, senyawa ini terkandung di dalam teh yang
memiliki fungsi sebagai antio ksidan.

Jeniss polifenol ini yang apaling banyak terdapat dialam.


Senyawaini juga termasuk flavonoid yang telah dibahas dalam
makalah bab yanglain. Contoh senyawa ini adalah epicatechin dan
epigalocatechin, senyawa ini terkandung di dalam teh yang
memiliki fungsi sebagai antioksidan.

Asam Sinamat Senyawa jenis ini memiliki struktur umum

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Perbedaan Antara


Senyawa Ionik Dan Senyawa Molekul

Jenis Polifenol
Tanin

Tanin merupakan senyawa kimia yang terdapat luas dalam


tumbuhan berpembuluh, khusus dalam tumbuhan angiospermae
terdapat dalam jaringan kayu. Secara kimia terdapat dua jenis
utama tanin, yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis.
Tanin terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap
terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal (galokatekin)
yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer yang
lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon menghubungkan satu flavon
dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4-6 atau 6-8. Kebanyakan
flavolan mempunyai 2-20 satuan flavon. Tanin terhidrolisis terdiri
atas dua kelas, yang paling sederhana ialah depsida galoiglukosa.
Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh lima
atau lebih gugus ester galoil. Pada jenis yang kedua, inti molekul
berupa senyawa dimer asam galat yaitu asam heksahidroksidifenat,
yang berikatan dengan glukosa. Bila dihidrolisis, elagitanin ini
menghasilkan asam elagat (Harborne, 1987).

Struktur Proanthocyanidin (kelompok tanin)

Tannin-terkondensasi tersebut terdapat didalam jenis paku-


pakuan, gymnospermae, dan juga angiospermae. Sedangkan tannin
ini terhidrolisiskan penyebarannya terbatas dalam tumbuhan
berkeping dua . Tannin tersebut seringkali dilaporkan ialah sebagai
mikromolekul yang mengganggu bioassay dan juga sering berikatan
tidak spesifik pada berbagai protein yang termasuk beragai jenis
reseptor sehingga dapat menjadi sukar larut air. Tetapi , beberapa
aktivitas cukup penting juga yang dilaporkan pada tannin, ialah
dapat menghambat, dapat menghentikan pedarahan dan juga dapat
mengobatai luka bakar.
Tannin tersebut mampu untuk membuat lapisan pelindung luka
dan juga ginjal. Kemampuan mengikat ion besi dengan dapat
menghasilkan warna larutan biru kehitaman ataupun hijau
kehitaman ialahh menjadi dasar analisis kualitatif tannin
terhidrolisis maupun tannin galat. Tannin tersebut dapat pula
dideteksi dengan cara menggunakan sinar UV pendek yang berupa
bercak lembayung yang bereaksi positif pada setiap pereaksi fenol
baku.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : 6 Perbedaan


Senyawa Polar Dengan Non Polar

Sub Komponen Fenolik


Fenol
Senyawa ini memiliki sub komponen berupa fenol yang tersusun
dari benzen tersubstitusi dengan gugus –OH. Salah satu contohnya
adalah capcaisin yang merupakan zat pedas pada cabe. Senyawa ini
memiliki sub komponen fenol dan terdapat amina di dalamnya
(Sudarma,2009).
Pyrocathecol
Senyawa ini memiliki subkomponen dengan benzena yang
tersubtitusi 2 gugus –OH secara Orto. Contoh senyawa ini adalah
quercetin dan catechin. Kedua senyawa ini terdapat dalam buah
apel dan daun teh,masing-masing senyawa memiliki dapat
digunakan sebagai antioksidan(Sudarma, 2009)

Pyrogallol
Senyawa ini memiliki fenolik berupa benzen tersubtitusi dengan 3
gugus  –OH yang berurutan. Contoh senyawa ini adalah myrecetin
dangallocatechins (EGCG ). Senyawa ini terkandung dalam buah
anggur dan daun teh. Myrecetin dapat dipakai sebagai penurun
kolestrol darah sedangkan EGCG dapat digunakan sebagai
antioksidan dan penangkal radikal bebas (Sudarma, 2009)
Recorcinol
Senyawa ini memiliki subkomponen fenol berupa benzen yang
tersubtitusi debgan 2 gugu –OH yang terletak secara meta. Contoh
dari senyawa ini adalah Resveratrol, senyawa ini meiliki fungsi
sebagai penghambat penuaan, antikanker dan obat penyakit kulit,
tetpai senyawa ini belum diteliti pada manusia sehingga yang
disebutkan tadi hanya berlaku pada beberapa jenis hewan saja.

Floroglucinol
Senyawa berikut memiliki phenol yang terdiri dari tiga subtituen
OHyang terletak secara selang-seling. Contoh senyawa ini adalah
jenissenyawa flavonoid yang telah dibahas dalam bab yang lain

Hidroquinon
Polifenol jenis ini berbeda dengan yang alain dalam hal aktivitasnya
dalam tubuh. Senyawa yang mengandung subkomponen ini dapat
menyebabkan kanker sedangkan polifenol yang lain dapat berfungsi
sebagai antikanker. Senyawa jenis ini memiliki fenol berupa benzen
yang tersubtitusi dengan dua gugus –OH yang terletak pada possisi
para. Contoh senyawa ini berupa glikosida yaitu arbutin.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengetian Dan


Perbedaan Monosakarida Disakarida dan Polisakarida

Reaksi Polifenol
Reaksi yang terjadi pada polifenol biasanya terjadi pada gugus –OH
yang terdapatdi dalam molekulnya. Reasksi ini seperti pada reaksi
fenol, antara lain reaksi esterfikasi,reaksi oksidasi dan reaksi
reduksi.

Reaksi esterfikasi

Reaksi Oksidasi
Reaksi oksidasi ini sering digunakan pada industri teh yang
menghasilkan produk berupa teh hitam yang bahan bakunya
diperoleh dari daun teh yang segar (teh hijau) secara teori teh hijau
mengandung senyawa poli fenol yang berupa catechin dan EGCG.
Senyawa ini jika dioksidasi dengan enzim oksidase maka produk
teh yang dihasilkan berupa teh hitam yang tidak lagi mengandung
keduasenyawa tersebut melainkan mengandung hasil oksidasi
senyawa tersebut yang berupa Theaflavin dan thearubugen. Berikut
reaksinya (Rohdiana, 2009) :
Biosintesis Polifenol
Senyawa pada tanaman teh banyak mengandung jenis polifenol
salah satunya EGCG atau Epigallocatechin gallat. Senyawa ini
penting dalam menangkal radikal bebeas yangmsuk kedalam tubuh
kita sehingga banya manusia memanfaatkannya sebagai
antioksidan dengan cara mengkonsumsi teh tiap hari

MATERI FARMAKOGNOSI
PERTEMUAN 6-7
VITAMIN DAN MINYAK ATSIRI
Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam
metabolisme setiap organisme. Vitamin tidak dapat dihasilkan sendiri oleh tubuh. Vitamin
berfungsi untuk pertumbuhan sel, mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh dan mengatur
penggunaan makanan dan energi. Vitamin membutuhkan vitamin dalam jumlah sedikit
namun terus menerus.

Fungsi Vitamin
Ada berbagai jenis vitamin, berikut adalah fungsi umum vitamin:

 Mengatur zat dalam tubuh


 Menguatkan gigi dan tulang
 Mempercepat pertumbuhan
 Memperkuat daya tahan tubuh
 Memperlambat proses penuaan
 Menjaga dan meningkatkan kebugaran tubuh
 Sebagai katalisator dalam reaksi biokimia tubuh
 Mempercepat proses penyembuhan penyakit
 Membangun sistem kekebalan tubuh
 Dan sebagainya

Jenis-jenis Vitamin
Terdapat 13 jenis vitamin yang diperlukan tubuh untuk dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik yaitu Vitamin A, C, D, E, K, dan B (tiamin, riboflavin,
niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat).

Ada vitamin yang larut dalam air dan lemak iklan yang larut dalam lemak. Vitamin
yang larut dalam air adalah Vitamin B dan Vitamin C, sedangkan Vitamin yang larut
dalam air (larut dalam lemak): Vitamin A, D, E, dan K

Vitamin A
Vitamin A atau Retinol adalah jenis vitamin yang berfungsi untuk menjaga dan
merawat kecantikan kulit agar tetap licin dan halus, untuk pertumbuhan tubuh dan
menjaga kesehatan mata.
Sumber vitamin A diantaranya wortel, sayuran hijau dan kuning, ubi jalar, semangka,
avokad, labu siam dan lain sebagainya. sumber vitamin A masih berupa provitamin
A jadi dalam hati provitamin A diubah menjadi Vitamin A. Kekurangan Vitamin A
dapat menyebabkan rabun senja, katarak, infeksi saluran pernapasan, kulit tidak
sehat dan lain sebagainya.

Vitamin B1
Vitamin B1 atau Tiamin adsalah salah satu vitamin yang penting bagi tubuh. Fungsi
Vitamin B1 yaitu untuk menambah nafsu makan dan mengatur fungsi alat-alat
pernapasan dan fungsi saraf.

Sumber vitamin B1 yang baik berasal dari biji-bijian yang masih berkulit ari,
kecambah, gandum, ragi, kacang-kacangan kering, telur, beras, gandum dan lain
sebagainya. Kekurangan vitamin B1 akan menyebabkan gangguan saraf, mudah
lelah, pencernaan kurang sempurna dan menyebabkan penyakit beri-beri.

Vitamin B2
Vitamin B2 atau Riboflavin berfungsi dalam pertumbuhan tubuh, menjaga
kesehatan kulit, menjaga kesehatan rambut, menjaga kesehatan kuku dan
membantu proses metabolisme karbohidrat sehingga mendapatkan energi. Sumber
vitamin B2 diantaranya susu, kacang-kacangan, telur, ragi dan lain sebagainya.

Vitamin B6
Vitamin B6 atau Piridoksin berfungsi dalam pertumbuhan tubuh, menjaga
kesehatan kulit dan rambut, mengurangi rasa mual dan meredakan mabuk
perjalanan, mengurangi kejang lengan, serta mencegah pelagra atau kulit kasar.
Sumber vitamin B6 diantaranya biji-bijian yang masih memiliki kulit ari, jagung, ikan,
ragi, dan lain sebagainya. Kekurangan vitamin B6 dapat menyebabkan pelagra,
susah tidur, mudah tersinggung dan depresi.

Vitamin B12
Vitamin B12 atau Sianokobalamin berfungsi dalam proses pembentukan sel-sel
darah merah serta memperbaiki daya konsentrasi. Sumber vitamin B12 diantaranya
hati, daging, dan telur. Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia,
kelelahan dan gangguan kulit.
Vitamin C
Vitamin C atau Asam Askorbat berfungsi dalam proses penyembuhan infeksi serta
menanggulangi alergi dan skorbut. Sumber vitamin C diantaranya jeruk, tomat,
nanas dan sayuran segar.
Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan gusi berdarah, proses penyembuhan
luka terhambat, nyeri pada persendian dan daya tahan terhadap infeksi lemah.

Vitamin D
Vitamin D ini sangat dibutuhkan dalam proses pembentukan tulang dan memperkuat
rangka. Sumber vitamin D diantaranya minyak ikan, kuning telur, susu, mentega,
dan ikan laut. Sumber vitamin D dari makanan masih berupa provitamin D. Sinar
matahari akan membantu mengubah provitamin D menjadi vitamin D di permukaan
kulit. Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, gigi
keropos, kaki bengkok dan kejang otot.

Vitamin E
Vitamin E atau Tokoferol berfungsi mencegah keguguran, kemandulan dan
perdarahan. Sumber vitamin E diantarnya kecambah biji-bijian, minyak zaitun dan
minyak kelapa. Kekurangan vitamin E dapat mengakibatkan gangguan pada otot
dan kemandulan.

Vitamin K
Vitamin K atau Filokuinon berperan pada proses pembekuan darah ketika terjadi
luka. Vitamin K banyak terdapat pada sayuran hijau, kedelai dan tomat. Kekurangan
vitamin K dapat menyebabkan darah sukar membeku.

Demikian artikel tentang”Pengertian Vitamin, Fungsi, Jenis dan Sumber Vitamin


Terlengkap“, semoga bermanfaat da jangan lupa ikuti postingan kami berikutnya.

Pengertian Minyak Atsiri


Minyak atsiri juga dikenal dengan sebutan minyak eteris (aetheric oil), minyak
esensial, minyak terbang dan minyak aromatik. Pengertian minyak atsiri adalah
kelompok besar minyak nabati atau minyak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
yang merupakan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok untuk pengobatan
alami dan memilik aroma khas. Atsiri juga seringkali disebut dengan bibit minyak
wangi.

Pengertian Para Ahli Tentang Minyak Atsiri


Makna lain juga datang dari beberapa ahli, antara lain:

1. Menurut Hardjono, 2004


Minyak atsiri adalah minyak terbang atau minyak yang mudah menguap dan terdiri
dari campuran senyawa berwujud cair yang diperoleh dari penyulingan berbagai
bagian tanaman, seperti kulit, daun, akar, batang, buah, biji dan bunga.

2. Menurut Gunawan & Mulyani, 2004


Minyak atsiri adalah suatu zat berbau yang terdapat pada tanaman. Pada suhu
kamar, minyak ini bersifat mudah menguap, dalam keadaan murni dan segar, pada
umumnya tidak berwarna.

Ciri-ciri Minyak Atsiri


Minyak ini memiliki karakteristik tertentu, yaitu memiliki titik uap rendah sehingga
mudah menguap. Susunan senyawa yang terdapat dalam minyak esensial ini sangat
kuat, sehingga mampu memengaruhi saraf manusia (hidung), dampaknya adalah
efek psikologis tertentu.

Minyak atsiri memiliki rasa getir (pungen taste), berbau wangi sesuai bau sumber
minyak berasal, serta larut dalam pelarut organik, namun tidak larut dalam air.

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah ciri atau sifat dari minyak atsiri:

 Memiliki titik uap yang rendah sehingga mudah menguap


 Mengandung komponen yang kuat sehingga berpengaruh terhadap indera
penciuman
 Sulit larut dalam air dan pelarut polar lainnya
 Pembuatannya berasa dal campuran berbagai senyawa yang menghasilkan bau
atau aroma khas sesua sumbernya
Komposisi dan Kandungan
Sesuai tanaman sumbernya, minyak esensial memiliki campuran komponen
senyawa yang berbeda-beda. Tidak ada minyak atsiri yang tersusun dari senyawa
tinggal, dan umumnya terdiri dari berbagai kandungan persenyawaan kimia dari
unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O).

Sebagian besar komposisi minyak atsiri tersusu dari senyawa terpen. Terpen
merupakan seyawa alami yang strukturnya dibagi dalam satuan-satuan isoprene
(C5H8). Satuan isoprene saling bergabung sehingga membentuk rantai yang lebih
panjang.

Senyawa terpen yang terdiri dari 2 satuan isoprene disebu monoterpen (C10H16),
senyawa yang mengandung 3 satuan isopren disebut seskuitrepen (C15H24),
senyawa yang mengandung 4 satuan isopren disebut triterpena (C30H48), dan
seterusnya.

Jenis terpen yang paling sering ditemukan dalam komponen susunan minyak atsiri
adalah monoterpen, sperti pada minyak penyulingan daun mint yang merupakan
salah satu unsur kimia yang aktif secara potensial, selain gas volatil seperti menthol,
menton, mentil asetat, neomenthol, isomenton, mentofuran, limonene, pulegenon,
alfa dan beta pinen, trans-sabin hidrat.

Sumber Minyak Atsiri


Minyak atsiri dapat diperoleh dari proses penyulingan berbagai jenis tanaman dan
bagian-bagiannya, seperti daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit dan akar.

Beragam tanaman memiliki potensi dan dapat dibudidayakan untuk memenuhi


kebutuhan perdagangan atsiri. Di Indonesia, terdapat sekitar 40 jenis tanaman
penghasil minyak atsiri, meskipun hanya sebagian yang baru dimanfaatkan, antara
lain:

 Roots - Parfum, Kemuning


 Daun - Kayu Manis, Cengkeh, Lemon Lemur, Serai, Sirih, Mentha, Putih,
Gandapura, Jeruk, Karmiem, Krangean, Parfum, Pikiran, Kunyit, Roti, Kelapa
 Biji – Pala, Lada, Seledri, Alpukat, Kapulaga, Klausena, Kasturi, Kosambi
 Buah – Adas, Jeruk, Jintan, Kemukus, Anis, Ketumbar
 Bunga - Cengkeh, Kenanga, Ylang-Ylang, Melati, Lezat, Kubis Kuning, Seribu Daun,
Jahe Kuning, Crochet, Angsana, Srigading
 Kulit Kayu - Kayu Manis, Akasia, Lawang, Cendana , Masoi, Selasihan, Sintok
 Ranting - Cemara Gimbul dan Kipas
 Badak - Jahe, Kunyit, Poni, Babon, Semangka, Jamur, Labu, Jus, Kehidupan Hitam,
Berlian, Putri-
 Semua bagian - Akar Kucing, Bandaton, Inggu, Salasih, Sudamala, Trawas

Anda mungkin juga menyukai