Anda di halaman 1dari 16

FARMAKOGNOSI

KEMAMPUAN AKHIR YANG


DIHARAPKAN
 Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mampu memahami
tentang bahan alam terutama tumbuh2an yang dapat
digunakan untuk obat dan pemeliharaan kesehatan lainnya,
cara-cara penggunaannya serta tentang metode analisis
dan mampu menerapkannya dalam menilai kualitas
simplisia dan produknya serta mampu berperan dalam
proses standardisasi bahan alam.
Sistem Penilaian
UTS 30%
UAS 30%
Tugas/Kuis 30%
Kehadiran 10%
Definisi Farmakognosi

• Berasal dari perkataan latin


- Pharmacon : Bahan obat yang berasal dari
tumbuhan, hewan dan mineral
- Gnosis : pengetahuan
• Jadi Pharmacognosi adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki bahan–bahan
baik berasal dari tumbuh-tumbuhan maupun
hewan dan juga beberapa mineral yang
mempunyai khasiat sebagai obat.
SEJARAH

 Berkembang dari peradaban kuno  digunakan


bagian dari tumbuh-tumbuhan dan hewan untuk
penyembuhan,  dari mantera, ilmu sihir, dan
berkembang terus sebagai resep rahasia yang
tak tertulis .
 Berkembang terus dari zaman ke zaman
berdasarkan pengalaman (empiris) sampai
sekarang di kenal theraputik agents.
 Pelajaran farmakognosi sekarang tidak
berdasarkan tukang sihir/mistik melainkan suatu
spesialisasi dari ilmu pendidikan farmasi.
Dalam sejarah obat-obatan terkenal
nama-nama:
 Hippocrates (460–370 SM)  sebagai Bapak
pengobatan dan banyak karangannya mengenai
anatomi, fisiologi manusia.
 Aristotle (370–322 SM) murid Plato, berusaha
memisahkan tahayul dari kenyataan dalam
tulisannya mengenai dunia hewan.
 Theophrastus (370–287 SM) murid Aristotle 
mengenai dunia tanaman.
 Dioscorides seorang dokter Yunani (78 SM)
menulis “ De Materia Medica “. Di dalamnya di
tulis 600 tumbuh-tumbuhan yang mengandung
obat. Hal ini sangat menakjubkan dan penting bagi
pengobatan modern.
 Galen (131–200 M) seorang dokter dan juga
farmasis Yunani menulis tentang cara-cara
penyediaan dari bahan obat yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan hewan. Sebagai
penghormatan atas jasa-jasany penyelidikannya
 disebut Galenika. Dari sini ilmu farmasi di
mulai dan di pisahkan dari tugas dokter. Dokter
mendiagnosa dan menulis obat-obat
farmasis/apoteker mengkoleksi, menyediakan
dan mencampur bahan-bahan obat.
 C. A Seydler (1815) Pharmacognosy mulai di
kembangkan oleh Seydler. Pharmacognosi
memegang peranan penting sebagai
penghubung antara farmakologi, kimia farmasi,
farmasetika.
RUANG LINGKUP

Dalam arti yang luas farmakognosi meliputi :


 Sejarah Perdagangan
 Penyebaran Identifikasi
 Kultivasi Evaluasi
 Koleksi Pengawetan
 Seleksi Pemakaian
 Preparasi Isi zat berkhasiat dan
khasiatnya
 Isolasi, sintesa zat yang berkhasiat yang
terdapat dalam tumbuhan dan cara isolasi
berdasarkan darimana zat berkhasiat lebih
mendalam di pelajari dalam fitokimia.
Perkembangan Obat
Modern
Tidak dapat dipisahkan dari tanaman Obat
 Th 1513 Tanaman Cinchona
 Th 1638 bagian kulit dapat digunakan
sebagai obat panas (Peru)
 Th 1805 masuklah tanaman Cinchona ledgeriana dibawa
oleh Charles Ledger ke Indonesia.
 Pda perang dunia ke 2, kebutuhan dunia (90 %) dari Jawa
 1834 Pelletier (Prancis)berhasil mengisolasi kuinin
 1930 dengan makin berkurangnya perkebunan kina di
Indonesia, diupayakan sintesis obat malaria lain yang
berbasis pada struktur dasar kinin diperoleh kloroquine,
primaquine dan mefloquine (inti 8-aminokinolin). mepakrine
(quinakrine) merupakan turunan akridin yang tidak
berkhasiat terhadap malaria
Proses penemuan senyawa obat dari tanaman :
proses yang cukup panjang, melalui

1.Etnofarmakologi, (adanya informasi-informasi penggunaan


suatu tumbuhan untuk pengobatan suatu penyakit)
2. Diikuti dengan percobaan eksperimental untuk
membuktikan khasiat/ aktifitas biologi
3. Isolasi dan beberapa tahap fraksinasi yang diiiringi dengan
monitoring khasiat sehingga diperoleh senyawa murni
4. Elusidasi struktur guna menentukan struktur molekul.
5.Tahap selanjutnya adalah uji khasiat hasil isolasi
6. Mencari formula :suatu bentuk sediaan farmasi yang dapat
diterima oleh konsumen. Upaya lain yaitu dengan melakukan
sintesis beserta modofikasi-modifikasi molekul untuk
memperoleh senyawa obat tersebut, ataupun senyawa lain
yang serupa yang kemungkinan mempunyai khasiat lebih
potensial dan efek samping yang lebih sedikit.
Artemisia annua (Asteraceae)
 Tanaman yang tumbuh di China, mengandung
Artemisinin, berkhasiat terhadap plasmodium
falcifarum (penyebab penyakit malaria) termasuk
yang sudah resisten terhadap kinin klorokuin.
 Telah sekitar 400 tahun rakyat china meggunakan
tanaman ini sebagai obat penyakit malaria tetapi
baru pada tahun 1971 diisolasi senyawa aktifnya.
Dalam bentuk turunan eter, yaitu artemeter dan
arteeter mempunyai sifat larut dalam minyak yang
dapat dibuat sediaan injeksi dan peroral. Dalam
tubuh semua turunan artemisinin dimetabolisme
menjadi dihidroartemisinin yang lebih potensial
daripada artemisinin.
 Artemisinin juga aktif terhadap bentuk gametosis
dari parasit malaria, sehingga senyawa ini juga dapat
mengurangi penularan penyakit malaria.
 Perlu diketahui bahwa artemisinin mempunyai
efek samping embriotoksik sehingga tidak
direkomendasikan untuk pasien hamil.
 Artemisinin telah dicoba dibuat secara sintesis
(dari 1,2,4 trioksane) tetapi prosesnya amat
kompleks dan tidak ekonomis, sehingga masih
lebih menguntungkan dengan melakukan
ekstraksi dari tanaman asal yang telah
dibudidayakan sehingga kadar artemisinin
mencapai 2% (tanaman liar hanya mengandung
artemisinin 0,06-0.5%) dan apabila panen
dilakukan pada waktu yang tepat yaitu saat
tanaman mulai bunga selesai mekar
Taxus brevifolia

 Kulit batangnya terdapat senyawa taxol.


Tanaman ini merupakan sejenis cemara
yang tumbuh di Canada dan beberapa
daerah di Amerika. Pertumbuhan tanaman
ini sangat lambat, dapat dipanen setelah
berumur lebih kurang 100 tahun (diameter
batang mencapai 25 cm) dengan kadar
sekitar 0,01-0,02%.
 Taxol digunakan untuk pengobatan penyakit
kanker rahim, payudara.
Perkembangan obat herbal
Indonesia

Beberapa publikasi tanaman obat antara


lain De Indiae Utriusquere Naturalis et
Medika (1665), Herbarium Amboinense
(1741), Jamu asli Indonesia (1940), Apotik
Hijau (1980), Materia Medika I – VI,
Tanaman obat keluarga sampai pada
Fitofarmaka (2005).
Farmakope Herbal Indonesia (2009)
Faktor yang mendorong
masyarakat Indonesia
menggunakan obat Herbal
Efek samping yang lebih kecil
Ketidakpuasan terhadap obat modern,
Timbulnya kesadaran akan gaya hidup sehat
yang lebih cenderung pada unsur pencegahan
dan harga relative lebih murah,
Persepsi masyarakat bahwa karena
berasal dari bahan alam, maka obat
tradisional itu aman perlu diluruskan.
 Dalam Industri obat herbal ada 3 pihak yang
terkait erat :petani, industri dan konsumen.
 Peran petani sangat menentukan untuk
menghasilkan suatu simplisia yang memenuhi
standar mutu sebagai bahan baku.
 Mengingat bahwa kandungan kimia aktif
dalam tanaman dipengaruhi oleh faktor
eksternal (tempat tumbuh meliputi: tanah,
suhu, iklim, cuaca panen dan pasca panen)
dan internal.

Anda mungkin juga menyukai