Pharmaceutical Blog
Hopefully can help and add to the knowledge
Perkenalkan
Seorang mahasiswi di pharmacy academy Al-Fatah Bengkulu. I'm Not Perfect But I'm Limited Edition
\() Semoga sesuatu yang ditulis di laman ini bisa membantu kawan-kawan semua, jangan lupa
tinggalkan komentar ya :) Bisa hubungi saya via twitter ataupun facebook. Terimakasih
UNDEFINEDUNDEFINED /UNDEFINED
1. Farmakognosi, mempelajari pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman dan
zat zat aktifmya, begitu pula yang berasal dari mineral dan hewan.
Pada zaman obat sintetis seperti sekarang ini, peranan ilmu farmakognosi sudah sangat
berkurang. Namun pada dasawarsa terakhir peranannya sebagai sumber untuk obat obat baru
berdasarkan penggunaannya secara empiris telah menjadi semakin penting. Banyak
phytoterapeutika baru telah mulai digunakan lagi (Yunani ; phyto = tanaman), misalnya tingtura
echinaceae (penguat daya tangkis), ekstrak Ginkoa biloba (penguat memori), bawang putih
(antikolesterol), tingtur hyperici (antidepresi) dan ekstrak feverfew (Chrysantemum
parthenium) sebagai obat pencegah migrain.
2. Biofarmasi, meneliti pengaruh formulasi obat terhadap efek terapeutiknya. Dengan kata lain
dalam bentuk sediaan apa obat harus dibuat agar menghasilkan efek yang optimal. Ketersediaan
hayati obat dalam tubuh untuk diresorpsi dan untuk melakukan efeknya juga dipelajari
(farmaceutical dan biological availability). Begitu pula kesetaraan terapeutis dari sediaan yang
mengandung zat aktif sama (therapeutic equivalance). Ilmu bagian ini mulai berkembang pada
akhir tahun 1950an dan erat hubungannya dengan farmakokinetika.
3. Farmakokinetika, meneliti perjalanan obat mulai dari saat pemberiannya, bagaimana
absorpsi dari usus, transpor dalam darah dan distrtibusinya ke tempat kerjanya dan
jaringan lain. Begitu pula bagaimana perombakannya (biotransformasi) dan akhirnya
ekskresinya oleh ginjal. Singkatnya farmakokinetika mempelajari segala sesuatu
tindakan yang dilakukan oleh tubuh terhadap obat.
4. Farmakodinamika, mempelajari kegiatan obat terhadap organisme hidup terutama cara dan
mekanisme kerjanya, reaksi fisiologi, serta efek terapi yang ditimbulkannya. Singkatnya
farmakodinamika mencakup semua efek yang dilakukan oleh obat terhadap tubuh.
5. Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh dan sebetulnya
termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek terapi obat barhubungan erat
dengan efek toksisnya.
Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan
merusak organisme. ( Sola dosis facit venenum : hanya dosis membuat racun
racun, Paracelsus).
Obat obat yang digunakan pada terapi dapat dibagi dalam tiga golongan besar sebagai
berikut :
1. Obat farmakodinamis, yang bekerja terhadap tuan rumah dengan jalan mempercepat atau
memperlambat proses fisiologi atau fungsi biokimia dalam tubuh, misalnya hormon, diuretika,
hipnotika, dan obat otonom.
2. Obat kemoterapeutis, dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh tuan rumah.
Hendaknya obat ini memiliki kegiatan farmakodinamika yang sekecil kecilnya terhadap
organisme tuan rumah berkhasiat membunuh sebesar besarnya terhadap sebanyak mungkin
parasit (cacing, protozoa) dan mikroorganisme (bakteri dan virus). Obat
obat neoplasma (onkolitika, sitostatika, obat obat kanker) juga dianggap termasuk golongan
ini.
3. Obat diagnostik merupakan obat pembantu untuk melakukan diagnosis (pengenalan penyakit),
misalnya untuk mengenal penyakit pada saluran lambung-usus digunakan barium sulfat dan
untuk saluran empedu digunakan natrium propanoat dan asam iod organik lainnya.
C. Farmakope dan Nama Obat
Farmakope adalah buku resmi yang ditetapkan hukum dan memuat standarisasi obat obat
penting serta persyaratannya akan identitas, kadar kemurnian, dan sebagainya, begitu pula
metode analisa dan resep sediaan farmasi. Kebanyakan negara memiliki farmakope nasionalnya
dan obat obat resmi yang dimuatnya merupakan obat dengan nilai terapi yang telah dibuktikan
oleh pengalaman lama atau riset baru. Buku ini diharuskan tersedia pada setiap apotik.
Telah dikeluarkan pada tahun 1962 (jilid I) disusul dengan jilid II (1965), yang
mengandung bahan bahan galenika dan resep. Farmakope Indonesia jilid I dan II telah direvisi
menjadi Farmakope Indonesia Edisi II yang mulai berlaku sejak 12 November 1972. Pada tahun
1979 terbit Farmakope Indonesia Edisi III kemudian Farmakope Indonesia Edisi IV terbit pada
tahun 1996.
Sebagai pelengkap Farmakope Indonesia, telah diterbitkan pula sebuah buku persyaratan
mutu obat resmi yang mencakup zat, bahan obat, dan sediaan farmasi yang banyak digunakan di
Indonesia, akan tetapi tidak dimuat dalam Farmakope Indonesia. Buku ini diberi nama Ekstra
Farmakope Indonesia 1974 dan telah diberlakukan sejak 1 Agustus 1974 sebagai buku
persyaratan mutu obat resmi di samping Farmakope Indonesia.
Di samping kedua buku persyaratan mutu obat resmi ini, pada tahun 1996 telah diterbitkan
pula sebuah buku dengan nama Formularium Indonesia, yang memuat komposisi dari beberapa
ratus sediaan farmasi yang lazim diminta di minta di apotik. Buku ini sudah direvisi pula dan
edisi kedua dari buku ini telah diberlakukan per 12 November 1978 dengan nama Formularium
Nasional.
Obat paten atau spesialite adalah obat milik suatu perusahaan dengan nama khas yang
dilindingi hukum, yaitu merk terdaftar atau proprietary name. Banyaknya obat paten dengan
beraneka ragam nama yang setiap tahun dikeluakan oleh industri farmasi dan kekacauan yang
diakibatkannya telah mendorong WHO untuk menyusun Daftar Obat dengan nama nama
resmi. Official atau generic name (nama generik) ini dapat digunakan disemua negara tanpa
melanggar hak paten obat bersangkutan. Hampir semua farmakope sudah menyesuaikan nama
obatnya dengan nama generik ini, karena nama kimia yang semula digunakan sering kali terlalu
panjang dan tidak praktis. Dalam buku ini digunakan pula nama generik, untuk jelasnya di
bawah ini diberikan beberapa contoh :
3. Tablet , adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
4. Krim, adalah sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
5. Emulsi, adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain,
dalam bentuk tetesan kecil.
6. Ekstrak, adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia
nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir
semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa
sehingga memenuhi syarat baku yang ditetapkan.
7. Gel (Jeli), adalah sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik
yang kecil atau molekul organik yang besar , terpenetrasi oleh suatu cairan.
8. Imunoserum, adalah sediaan yang mengandung immunoglobulin khas yang diperoleh dari
serum hewan dengan pemurnian.
9. Implan atau pelet, adalah sediaan dengan massa padat steril berukuran kecil, berisi obat dengan
kemurnian tinggi ( dengan atau tanpa eksipien ), dibuat dengan cara pengempaan atau
pencetakan. Implan atau pelet dimaksudkan untuk ditanam di dalam tubuh ( biasanya secara sub
kutan ) dengan tujuan untuk memperoleh pelepasan obat secara berkesinambungan dalam jangka
waktu lama.
10. Infusa. adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada
suhu 90 selama 15 menit.
O
11. Inhalasi, adalah sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri atas satu atau lebih bahan obat
yang diberikan melalui saluran napas hidung atau mulut untuk memperoleh efek lokal atau
sistemik.
12. Injeksi adalah sediaan steril untuk kegunaaan parenteral, yaitu di bawah atau menembus kulit
atau selaput lendir.
13. Irigasi, larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau membersihkan luka terbuka atau
rongga - rongga tubuh, penggunaan adalah secara topikal.
14. Lozenges atau tablet hisap, adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat,
umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet melarut atau
hancur perlahan dalam mulut.
16. Pasta, adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan
untuk pemakaian topikal.
17. Plester, adalah bahan yang digunakan untuk pemakaian luar terbuat dari bahan yang dapat
melekat pada kulit dan menempel pada pembalut.
18. Serbuk, adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, berupa serbuk
yang dibagi bagi (pulveres) atau serbuk yang tak terbagi (pulvis)
19. Solutio atau larutan, adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut. Terbagi atas :
a. Larutan oral, adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk pemberian oral. Termasuk ke dalam
larutan oral ini adalah :
- Syrup, Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi
- Elixir, adalah larutan oral yang mengandung etanol sebagai pelarut.
b. Larutan topikal, adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk penggunaan topical paad kulit
atau mukosa.
c. Larutan otik, adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk penggunaan dalam telinga.
e. Spirit, adalah larutan mengandung etanol atau hidro alkohol dari zat yang mudah menguap,
umumnya merupakan larutan tunggal atau campuran bahan.
f. Tingtur, adalah larutan mengandung etanol atau hidro alkohol di buat dari bahan tumbuhan
atau senyawa kimia
20. Supositoria, adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui
rectal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Di samping faktor formulasi, cara pemberian obat turut menentukan cepat lambatnya dan
lengkap tidaknya resorpsi obat oleh tubuh. Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek
sistemis (di seluruh tubuh) atau efek lokal (setempat), keadaan pasien dan sifat sifat fisika-
kimia obat.
1. Efek Sistemis
(a) Oral, Pemberiannya melalui mulut
(b) Oromukosal, Pemberian melalui mukosa di rongga mulut, ada dua macam cara yaitu :
Sublingual : Obat ditaruh di bawah lidah.
Bucal : Obat diletakkan diantara pipi dan gusi
(c) Injeksi, adalah pemberian obat secara parenteral atau di bawah atau menembus kulit / selaput
lendir. Suntikan atau injeksi digunakan untuk memberikan efek dengan cepat.
Macam macam jenis suntikan :
Subkutan / hypodermal (s.c) : Penyuntikan di bawah kulit
Intra muscular (i.m) : Penyuntikan dilakukan kedalam otot
Intra vena (i.v) : Penyuntikan dilakukan di dalam pembuluh darah
Intra arteri (i.a) : Penyuntikan ke dalam pembuluh nadi (dilakukan untuk membanjiri suatu organ
misalnya pada penderita kanker hati)
Intra cutan (i.c) : Penyuntikan dilakukan di dalam kulit
Intra lumbal : Penyuntikan dilakukan ke dalam ruas tulang belakang (sumsum tulang belakang)
Intra peritoneal : Penyuntikan ke dalam ruang selaput (rongga) perut.
Intra cardial : Penyuntikan ke dalam jantung.
Intra pleural : Penyuntikan ke dalam rongga pleura
Intra articuler : Penyuntikan ke dalam celah celah sendi.
(d) Implantasi, Obat dalam bentuk pellet steril dimasukkan di bawah kulit dengan alat
khusus (trocar), digunakan untuk efek yang lama.
(e) Rektal, pemberian obat melalui rectal atau dubur. Cara ini memiliki efek sistemik lebih cepat
dan lebih besar dibandingkan peroral dan baik sekali digunakan untuk obat yang mudah dirusak
asam lambung.
(f) Transdermal, cara pemakaian melalui permukaan kulit berupa plester, obat menyerap
secara perlahan dan kontinue masuk ke dalam system peredaran darah, langsung ke
jantung.
(b) Inhalasi, Obat disemprotkan untuk disedot melalui hidung atau mulut dan penyerapan
dapat terjadi pada selaput mulut, ternggorokkan danpernafasan
(c) Mukosa Mata dan telinga, Obat ini diberikan melalui selaput / mukosa mata atau telinga,
bentuknya obat tetes atau salep, obat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan efek.
(d) Intra vaginal, obat diberikan melalui selaput lendir mukosa vagina, biasanya berupa
obat antifungi dan pencegah kehamilan.
(e) Intra nasal, Obat ini diberikan melalui selaput lendir hidung untuk menciutkan selaput
mukosa hidung yang membengkak, contohnya Otrivin.
Posted in Farmakologi
Permalink 2 Comments
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
1.
Anggraini Ondubu
21 September 2014 04.50
Thanks ^^
2.
ahmad syahrony
6 Agustus 2015 00.23
wkwkwk
Leave a Reply
Archives
2012 (18)
o Mei (18)
Rhizoma
Farmakognosi
Pencatatan dan pelaporan serta manajemen keuangan ...
KAPSUL
PULVIS
CARA KERJA DI LABORATORIUM
PENENTUAN POTENSI ANTIBIOTIK
PEWARNAAN BAKTERI SECARA GRAM
ISOLASI MIKROBA LINGKUNGAN
Cara menghindari makanan haram
SUPPOSITORIA
BAHAN PENGAWET MAKANAN (Yang boleh dan tidak diper...
Macam Mikroorganisme
Aspek CPOB (Pembuatan dan Analisa Berdasarkan Kont...
Dasar-dasar Umum Farmakologi
KEMOTERAPEUTIKA
KONSEP KEFARMASIAN
Distribusi OBAT dan ALKES di IFK Bengkulu
Followers
Search
Beranda
Farmakologi berasal dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan). Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari obat dan cara kerjanya pada system biologis. Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian
tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat. Farmasi (English: pharmacy, Latin: pharmacon) adalah bidang
profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung-jawab
memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Profesional bidang farmasis disebut farmasis atau apoteker. Farmakologi
Klinik adalah ilmu farmakologi yang mempelajari pengaruh kondisi klinis pasien terhadap efikasi obat, misalkan kondisi hamil dan
menyusui, neonates dan anak, geriatric, inefisiensi ginjal dan hepar. Farmakologi Terapi atau sering disebut farmakoterapi adalah
ilmu yang mempelajari pemanfaatan obat untuk tujuan terapi. Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan
kimia yang merugikan bagi organisme hidup.
b. Interaksi obat-enzim
Contoh: obat penghambat enzim asetil kolin esterase (ACE) sehingga memberikan efek kolinergik a.l. neostigmin, parathion.
c. Kerja non-spesifik (tanpa ikatan dengan reseptor atau enzim)
Contoh: Na-bikarbonas (merubah pH cairan tubuh), alcohol (denaturasi protein), norit (mengikat racun atau bakteri)
2. Reseptor Obat
Reseptor dapat berupa protein, asam nukleat, enzim, karbohidrat atau lemak yang merupakan bagian dari sel, ribosom, atau bagian
lain. Semakin banyak obat yang menduduki reseptor, berbanding lurus dengan kadar obat dalam plasma. Reseptor yang umumnya
dikenal reseptor kolinergik/muskarinik, reseptor alfa-adrenergik (alfa-1 & alfa-2), reseptor beta-adrenergik (beta-1 & beta-2).
4. Interaksi Obat-Reseptor
Interaksi obat-reseptor sering dianalogikan sebagai GEMBOK-KUNCI. Obat adalah Kunci, Reseptor adalah Gembok. Kecocokan
obat dengan reseptor tertentu tergantung pada struktur molekulnya.
5. Kerja Obat yang Tidak Diperantarai Reseptor disebut juga Kerja Non Spesifik.
B. FARMAKOLOGI DAN SISTEM IMUN
1. IMUNISASI
Imunisasi adalah memberikan perlindungan spesifik terhadap patogen-patogen tertentu.
Imunitas spesifik bisa didapat dari imunisasi aktif atau pasif dan dapat terjadi secara alamiah atau buatan.
Anti Tetanus Serum
Nama : Tetanus antitoxins.
Sifat Fisikokimia : Serum yang dibuat dari plasma kuda yang dikebalkan terhadap toksin tetanus. Plasma ini dimurnikan dan
dipekatkan serta mengandung fenol 0.25% sebagai pengawet.
Bentuk Sediaan : Ampul 1 ml (1.500 IU), 2 ml (10.000 IU). Vial 5 ml (20.000 IU)
Indikasi : Pencegahan dan pengobatan tetanus.
Farmakologi : Menetralkan toksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani dan digunakan untuk memberikan kekebalan pasif
sementara terhadap tetanus, tetapi imunoglobulin tetanus lebih disukai
Analgetik, Antipiretik & Antihist amin
Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa meghalangi kesadaran.
Antipiretik adalah zat-zat yg dapat mengurangi suhu tubuh.
Anti-inflamasi adalah obat atau zat-zat yang dapat mengobati peradangan atau pembengkakan.
Antihistamin (antagonis histamin) adalah zat yang mampu mencegah penglepasan atau kerja histamin
Atas kerja farmakologisnya, analgesic dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:
1. Analgetik Perifer (non narkotik) . Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
2. Analgetik Narkotik. Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan kanker.
Obat golongan Antiinflamasi non Steroid
Turunan asam salisilat : aspirin, salisilamid,diflunisal.
Turunan 5-pirazolidindion : Fenilbutazon, Oksifenbutazon.
Turunan asam N-antranilat : Asam mefenamat, Asam flufenamat
Turunan asam arilasetat : Natrium diklofenak, Ibuprofen, Ketoprofen.
Turunan heteroarilasetat : Indometasin.
Turunan oksikam : Peroksikam, Tenoksikam.
2. ANTIHISTAMIN
Obat yang dapat mengurangi a/ menghilangkan kerja histamin dalam tubuh melalui mekanisme phambatan bersaing pada sisi
reseptor H1 dan H2
Antagonis-H1 : untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi.
Antagonis-H2 : untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan tukak lambung
3. HISTAMIN
Senyawa normal yang ada dalam jaringan tubuh ( sel mast & basofil ).
Berperan thd berbagai proses fisiologis penting yaitu mediator kimia yang dikeluarkan pada fenomena alergi seperti rhinitis, asma,
urtikaria, pruritis dan anafilaksis.
Efek Histamin + reseptor H1
Kontraksi otot polos usus & bronki, Meningkatkan permeabilitas vaskular, Meningkatkan sekresi mukus peningkatan cGMP dl sel,
Vasodilatasi arteri permeabel thd cairan & plasma protein sembab, pruritik, dermatitis, & urtikaria. Efek ini diblok oleh antagonis-H1
Contoh antagonis H1 : diphenhydramine, chlorpheniramine, fexofenadine, loratadine
Efek Histamin + reseptor H2
Meningkatkan kecepatan kerja jantung, Meningkatkan sekresi asam lambung penurunan cGMP dl sel & peningkatan cAMP dl sel
tukak lambung. Efek ini diblok oleh antagonis-H2
Contoh Antagonis H2: Simetidin, Ranitidin HCL, Famotidin, Roksatidin Asetat HCl
4. KORTIKOSTEROID
Obat-obat golongan kortikosteroid seperti prednison, dexametason dan hydrocortisone memiliki potensi efek terapi yang cukup
ampuh dalam pengobatan berbagai penyakit seperti asma, lupus, rheumatoid arthritis dan berbagai kasus inflamasi lainnya.
Tapi kortikosteroid juga memiliki berbagai efek samping, oleh karena itu sebelum menggunakan kortikosteroid apalagi dalam
jangka waktu lama dan dosis tinggi sebaiknya berhati-hati
C. FARMAKOLOGI DAN SISTEM HEMATOLOGI
Antikoagulan
Dibagi menjadi 2 sub-kelompok, yaitu
1. Antikoagulan parenteral, contoh : Heparin
2. Antikoagulan oral, contoh : Warfarin. Antikoagulan oral mengantagonisasi efek vitamin K. Efek samping utama semua
antikoagulan oral adalah pendarahan
Antiplatelet
Antiplatelet (antitrombosit) bekerja dengan cara mengurangi agregasi platelet, sehingga dapat menghambat pembentukan
trombus pada sirkulasi arteri, di mana trombi terbentuk melalui agregasi platelet.
Contoh : Asetosal, Dipiridamol
Fibrinolitik
Fibrinolitik yang bekerja sebagai trombolitik dengan cara mengaktifkan plasminogen untuk membentuk plasmin, yang lebih lanjut
mendegradasi fibrin dan dengan demikian memecah trombus.
Contoh : streptokinase, urokinase, alteplase.
Hemostatik dan antifibrinolitik
Defisiensi faktor pembekuan darah dapat menyebabkan pendarahan.
Pendarahan spontan timbul apabila aktivitas faktor pembekuan kurang dari 5% normal.
Contoh obat : Asam traneksamat
Pengertian Farmakologi
Farmakologi merupakan ilmu yang mempelajari
pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat
atau kegiatan fisiologinya dan juga nasibnya dalam
organisme hidup.
1. Farmakognosi
Adalah ilmu yang membahas mengenai obat yang
berasal dari tanaman, mineral dan hewan. Istilah
awam dari Farmakognosi bisa disebut sebagai ilmu
herbal.
Biofarmasi
Adalah ilmu yang membahas pengaruh formulasi
(racikan) atau pembuatan sediaan farmasi obat
terhadap khasiatnya. Dengan kata lain biofarmasi ini
mempelajarai bagaimana cara pembuatan atau
peracikan obat agar dapat memberikan efek yang
optimal bagi tubuh.
Farmakokinetika
Adalah ilmu yang membahas tentang proses obat di
dalam tubuh. Dengan kata lain, ilmu ini menjelaskan
tentang proses yang dilewati obat selama di dalam
tubuh hingga menghasilkan efek atau khasiat.
1# Absorpsi (Penyerapan)
Ini merupakan proses pertama yang sangat penting,
karena tanpa adanya proses absorpsi maka proses-
proses lainnya tidak akan terjadi. Obat yang
dikonsumsi, kemudian di dalam tubuh akan terpecah
dan diserap oleh saluran cerna.
2# Distribusi (Penyaluran)
Setelah obat diserap oleh tubuh, proses yang terjadi
selanjutnya adalah penyaluran obat tersebut ke seluruh
tubuh atau bagian tubuh yang diobati.
3# Metabolisme (Pengolahan)
Setelah sebelumnya melewati proses penyerapan dan
juga penyaluran ke seluruh tubuh atau bagian yang
diobati, kemudian obat akan memunculkan efek atau
khasiatnya.
1. Usia
2. Fungsi hati
3. Faktor genetik
4. Adanya pemakaian obat lain secara bersamaan
4# Ekskresi (Pengeluaran)
Ini merupakan proses terakhir, dari yang awalnya obat
diserap tubuh, kemudian di distribusikan, lalu timbul efek
pengobatan, setelah itu zat sisa obat di metabolisme atau
diolah agar bisa dikeluarkan, dan yang terakhir adalah
proses pengeluaran zat sisa obat tersebut.
Farmakodinamika
Adalah ilmu yang membahas mengenai pengaruh atau
efek yang dihasilkan obat terhadap sel hidup, organ tubuh,
atau makhluk.
Farmakoterapi
Adalah ilmu yang membahas mengenai penggunaan obat
untuk mengobati penyakit dan gejalanya dengan
didasarkan pada khasiat dan sifat obat serta penyakit
yang ingin diobati.