Anda di halaman 1dari 21

Search

Pharmaceutical Blog
Hopefully can help and add to the knowledge

Perkenalkan

Putri Serindang Bulan

Seorang mahasiswi di pharmacy academy Al-Fatah Bengkulu. I'm Not Perfect But I'm Limited Edition
\() Semoga sesuatu yang ditulis di laman ini bisa membantu kawan-kawan semua, jangan lupa
tinggalkan komentar ya :) Bisa hubungi saya via twitter ataupun facebook. Terimakasih

Lihat profil lengkapku

Follow aku di twitter


Categories
Farmakognosi (2)
Farmakologi (2)
Farmasetika (5)
Kimia Farmasi (1)
Manajemen Farmasi dan akutansi (2)
Mikrobiologi dan Parasitologi (4)
Pendidikan Agama Islam (1)
Teknologi Farmasi (1)

UNDEFINEDUNDEFINED /UNDEFINED

Dasar-dasar Umum Farmakologi

A. Perkembangan Sejarah Obat


Yang di maksud dengan obat ialah semua zat baik kimiawi, hewani maupun nabati, yang
dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut gejala-
gejalanya. Kebanyakan obat yang digunakan dimasa lampau adalah obat yang berasal dari
tanaman. Dengan cara mencoba coba, secara empiris orang purba mendapatkan pengalaman
dengan berbagai macam daun atau akar tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit. Pengetahuan
ini secara turun temurun disimpan dan dikembangkan, sehingga muncul ilmu pengobatan rakyat,
sebagaimana pengobatan tradisional jamu di Indonesia.
Obat yang pertama digunakan adalah obat yang berasal dari tanaman yang di kenal dengan
sebutan obat tradisional (jamu). Obat-obat nabati ini di gunakan sebagai rebusan atau ekstrak
dengan aktivitas yang seringkali berbeda-beda tergantung dari asal tanaman dan cara
pembuatannya.
Hal ini dianggap kurang memuaskan, maka lambat laun ahli-ahli kimia mulai mencoba
mengisolasi zat-zat aktif yang terkandung dalam tanaman tanaman sehingga menghasilkan
serangkaian zat zat kimia sebagai obat misalnya efedrin dari tanaman Ephedra vulgaris ,
atropin dari Atropa belladonna, morfin dari Papaver somniferium, digoksin dari Digitalis lanata,
reserpin dari Rauwolfia serpentina, vinblastin dan Vinkristin adalah obat kanker dari Vinca
Rosea.
Pada permulaan abad XX mulailah dibuat obat obat sintesis, misalnya asetosal, di susul
kemudian dengan sejumlah zat-zat lainnya. Pendobrakan sejati baru tercapai dengan penemuan
dan penggunaan obat-obat kemoterapeutik sulfanilamid (1935) dan penisillin (1940). Sejak tahun
1945 ilmu kimia, fisika dan kedokteran berkembang dengan pesat dan hal ini menguntungkan
sekali bagi penyelidikan yang sistematis dari obat-obat baru.
Penemuan-penemuan baru menghasilkan lebih dari 500 macam obat setiap tahunnya,
sehingga obat-obat kuno semakin terdesak oleh obat-obat baru. Kebanyakan obat-obat yang kini
digunakan di temukan sekitar 20 tahun yang lalu, sedangkan obat-obat kuno di tinggalkan dan
diganti dengan obat modern tersebut.

B. Definisi dan Pengertian :


Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dengan
seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisikanya, kegiatan fisiologi, resorpsi, dan nasibnya
dalam organisme hidup. Dan untuk menyelidiki semua interaksi antara obat dan tubuh manusia
khususnya, serta penggunaannya pada pengobatan penyakit disebut farmakologi klinis. Ilmu
khasiat obat ini mencakup beberapa bagian yaitu :

1. Farmakognosi, mempelajari pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman dan
zat zat aktifmya, begitu pula yang berasal dari mineral dan hewan.
Pada zaman obat sintetis seperti sekarang ini, peranan ilmu farmakognosi sudah sangat
berkurang. Namun pada dasawarsa terakhir peranannya sebagai sumber untuk obat obat baru
berdasarkan penggunaannya secara empiris telah menjadi semakin penting. Banyak
phytoterapeutika baru telah mulai digunakan lagi (Yunani ; phyto = tanaman), misalnya tingtura
echinaceae (penguat daya tangkis), ekstrak Ginkoa biloba (penguat memori), bawang putih
(antikolesterol), tingtur hyperici (antidepresi) dan ekstrak feverfew (Chrysantemum
parthenium) sebagai obat pencegah migrain.

2. Biofarmasi, meneliti pengaruh formulasi obat terhadap efek terapeutiknya. Dengan kata lain
dalam bentuk sediaan apa obat harus dibuat agar menghasilkan efek yang optimal. Ketersediaan
hayati obat dalam tubuh untuk diresorpsi dan untuk melakukan efeknya juga dipelajari
(farmaceutical dan biological availability). Begitu pula kesetaraan terapeutis dari sediaan yang
mengandung zat aktif sama (therapeutic equivalance). Ilmu bagian ini mulai berkembang pada
akhir tahun 1950an dan erat hubungannya dengan farmakokinetika.
3. Farmakokinetika, meneliti perjalanan obat mulai dari saat pemberiannya, bagaimana
absorpsi dari usus, transpor dalam darah dan distrtibusinya ke tempat kerjanya dan
jaringan lain. Begitu pula bagaimana perombakannya (biotransformasi) dan akhirnya
ekskresinya oleh ginjal. Singkatnya farmakokinetika mempelajari segala sesuatu
tindakan yang dilakukan oleh tubuh terhadap obat.

4. Farmakodinamika, mempelajari kegiatan obat terhadap organisme hidup terutama cara dan
mekanisme kerjanya, reaksi fisiologi, serta efek terapi yang ditimbulkannya. Singkatnya
farmakodinamika mencakup semua efek yang dilakukan oleh obat terhadap tubuh.

5. Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh dan sebetulnya
termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek terapi obat barhubungan erat
dengan efek toksisnya.
Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan
merusak organisme. ( Sola dosis facit venenum : hanya dosis membuat racun
racun, Paracelsus).

6. Farmakoterapi mempelajari penggunaan obat untuk mengobati penyakit atau gejalanya.


Penggunaan ini berdasarkan atas pengetahuan tentang hubungan antara khasiat obat dan sifat
fisiologi atau mikrobiologinya di satu pihak dan penyakit di pihak lain. Adakalanya berdasarkan
pula atas pengalaman yang lama (dasar empiris). Phytoterapi menggunakan zat zat dari
tanaman untuk mengobati penyakit.

Obat obat yang digunakan pada terapi dapat dibagi dalam tiga golongan besar sebagai
berikut :

1. Obat farmakodinamis, yang bekerja terhadap tuan rumah dengan jalan mempercepat atau
memperlambat proses fisiologi atau fungsi biokimia dalam tubuh, misalnya hormon, diuretika,
hipnotika, dan obat otonom.

2. Obat kemoterapeutis, dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh tuan rumah.
Hendaknya obat ini memiliki kegiatan farmakodinamika yang sekecil kecilnya terhadap
organisme tuan rumah berkhasiat membunuh sebesar besarnya terhadap sebanyak mungkin
parasit (cacing, protozoa) dan mikroorganisme (bakteri dan virus). Obat
obat neoplasma (onkolitika, sitostatika, obat obat kanker) juga dianggap termasuk golongan
ini.

3. Obat diagnostik merupakan obat pembantu untuk melakukan diagnosis (pengenalan penyakit),
misalnya untuk mengenal penyakit pada saluran lambung-usus digunakan barium sulfat dan
untuk saluran empedu digunakan natrium propanoat dan asam iod organik lainnya.
C. Farmakope dan Nama Obat
Farmakope adalah buku resmi yang ditetapkan hukum dan memuat standarisasi obat obat
penting serta persyaratannya akan identitas, kadar kemurnian, dan sebagainya, begitu pula
metode analisa dan resep sediaan farmasi. Kebanyakan negara memiliki farmakope nasionalnya
dan obat obat resmi yang dimuatnya merupakan obat dengan nilai terapi yang telah dibuktikan
oleh pengalaman lama atau riset baru. Buku ini diharuskan tersedia pada setiap apotik.
Telah dikeluarkan pada tahun 1962 (jilid I) disusul dengan jilid II (1965), yang
mengandung bahan bahan galenika dan resep. Farmakope Indonesia jilid I dan II telah direvisi
menjadi Farmakope Indonesia Edisi II yang mulai berlaku sejak 12 November 1972. Pada tahun
1979 terbit Farmakope Indonesia Edisi III kemudian Farmakope Indonesia Edisi IV terbit pada
tahun 1996.
Sebagai pelengkap Farmakope Indonesia, telah diterbitkan pula sebuah buku persyaratan
mutu obat resmi yang mencakup zat, bahan obat, dan sediaan farmasi yang banyak digunakan di
Indonesia, akan tetapi tidak dimuat dalam Farmakope Indonesia. Buku ini diberi nama Ekstra
Farmakope Indonesia 1974 dan telah diberlakukan sejak 1 Agustus 1974 sebagai buku
persyaratan mutu obat resmi di samping Farmakope Indonesia.
Di samping kedua buku persyaratan mutu obat resmi ini, pada tahun 1996 telah diterbitkan
pula sebuah buku dengan nama Formularium Indonesia, yang memuat komposisi dari beberapa
ratus sediaan farmasi yang lazim diminta di minta di apotik. Buku ini sudah direvisi pula dan
edisi kedua dari buku ini telah diberlakukan per 12 November 1978 dengan nama Formularium
Nasional.
Obat paten atau spesialite adalah obat milik suatu perusahaan dengan nama khas yang
dilindingi hukum, yaitu merk terdaftar atau proprietary name. Banyaknya obat paten dengan
beraneka ragam nama yang setiap tahun dikeluakan oleh industri farmasi dan kekacauan yang
diakibatkannya telah mendorong WHO untuk menyusun Daftar Obat dengan nama nama
resmi. Official atau generic name (nama generik) ini dapat digunakan disemua negara tanpa
melanggar hak paten obat bersangkutan. Hampir semua farmakope sudah menyesuaikan nama
obatnya dengan nama generik ini, karena nama kimia yang semula digunakan sering kali terlalu
panjang dan tidak praktis. Dalam buku ini digunakan pula nama generik, untuk jelasnya di
bawah ini diberikan beberapa contoh :

Nama Kimia Nama Generik Nama Paten

Asam asetilsalisilat Asetosal Aspirin (Bayer)


Naspro (Nicholas)

Aminobenzil Ampisilin Penbritin


penisillin (Beecham)
Ampifen
(Organon)

D. Macam -Macam Sediaan Umum


Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV,macam - macam sediaan umum adalah sebagai
berikut :
1. Aerosol, adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapeutik yang
dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan untuk pemakaian
topikal pada kulit dan juga untuk pemakaian lokal pada hidung ( aerosol nasal ), mulut ( aerosol
lingual ) atau paru - paru ( aerosol inhalasi ).
2. Kapsul , adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang
dapat larut. Digunakan untuk pemakaian oral.

3. Tablet , adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.

4. Krim, adalah sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.

5. Emulsi, adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain,
dalam bentuk tetesan kecil.

6. Ekstrak, adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia
nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir
semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa
sehingga memenuhi syarat baku yang ditetapkan.

7. Gel (Jeli), adalah sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik
yang kecil atau molekul organik yang besar , terpenetrasi oleh suatu cairan.

8. Imunoserum, adalah sediaan yang mengandung immunoglobulin khas yang diperoleh dari
serum hewan dengan pemurnian.

9. Implan atau pelet, adalah sediaan dengan massa padat steril berukuran kecil, berisi obat dengan
kemurnian tinggi ( dengan atau tanpa eksipien ), dibuat dengan cara pengempaan atau
pencetakan. Implan atau pelet dimaksudkan untuk ditanam di dalam tubuh ( biasanya secara sub
kutan ) dengan tujuan untuk memperoleh pelepasan obat secara berkesinambungan dalam jangka
waktu lama.

10. Infusa. adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada
suhu 90 selama 15 menit.
O

11. Inhalasi, adalah sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri atas satu atau lebih bahan obat
yang diberikan melalui saluran napas hidung atau mulut untuk memperoleh efek lokal atau
sistemik.

12. Injeksi adalah sediaan steril untuk kegunaaan parenteral, yaitu di bawah atau menembus kulit
atau selaput lendir.
13. Irigasi, larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau membersihkan luka terbuka atau
rongga - rongga tubuh, penggunaan adalah secara topikal.

14. Lozenges atau tablet hisap, adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat,
umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet melarut atau
hancur perlahan dalam mulut.

15. Sediaan obat mata :


a. Salep mata, adalah salep steril yang digunakan pada mata.
b. Larutan obat mata, adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan yang
dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata.

16. Pasta, adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan
untuk pemakaian topikal.

17. Plester, adalah bahan yang digunakan untuk pemakaian luar terbuat dari bahan yang dapat
melekat pada kulit dan menempel pada pembalut.

18. Serbuk, adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, berupa serbuk
yang dibagi bagi (pulveres) atau serbuk yang tak terbagi (pulvis)

19. Solutio atau larutan, adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut. Terbagi atas :
a. Larutan oral, adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk pemberian oral. Termasuk ke dalam
larutan oral ini adalah :
- Syrup, Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi
- Elixir, adalah larutan oral yang mengandung etanol sebagai pelarut.

b. Larutan topikal, adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk penggunaan topical paad kulit
atau mukosa.

c. Larutan otik, adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk penggunaan dalam telinga.

d. Larutan optalmik, adalah sediaan cair yang digunakan pada mata.

e. Spirit, adalah larutan mengandung etanol atau hidro alkohol dari zat yang mudah menguap,
umumnya merupakan larutan tunggal atau campuran bahan.
f. Tingtur, adalah larutan mengandung etanol atau hidro alkohol di buat dari bahan tumbuhan
atau senyawa kimia

20. Supositoria, adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui
rectal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.

E. Cara Cara Pemberian Obat

Di samping faktor formulasi, cara pemberian obat turut menentukan cepat lambatnya dan
lengkap tidaknya resorpsi obat oleh tubuh. Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek
sistemis (di seluruh tubuh) atau efek lokal (setempat), keadaan pasien dan sifat sifat fisika-
kimia obat.

1. Efek Sistemis
(a) Oral, Pemberiannya melalui mulut

(b) Oromukosal, Pemberian melalui mukosa di rongga mulut, ada dua macam cara yaitu :
Sublingual : Obat ditaruh di bawah lidah.
Bucal : Obat diletakkan diantara pipi dan gusi

(c) Injeksi, adalah pemberian obat secara parenteral atau di bawah atau menembus kulit / selaput
lendir. Suntikan atau injeksi digunakan untuk memberikan efek dengan cepat.
Macam macam jenis suntikan :
Subkutan / hypodermal (s.c) : Penyuntikan di bawah kulit
Intra muscular (i.m) : Penyuntikan dilakukan kedalam otot
Intra vena (i.v) : Penyuntikan dilakukan di dalam pembuluh darah
Intra arteri (i.a) : Penyuntikan ke dalam pembuluh nadi (dilakukan untuk membanjiri suatu organ
misalnya pada penderita kanker hati)
Intra cutan (i.c) : Penyuntikan dilakukan di dalam kulit
Intra lumbal : Penyuntikan dilakukan ke dalam ruas tulang belakang (sumsum tulang belakang)
Intra peritoneal : Penyuntikan ke dalam ruang selaput (rongga) perut.
Intra cardial : Penyuntikan ke dalam jantung.
Intra pleural : Penyuntikan ke dalam rongga pleura
Intra articuler : Penyuntikan ke dalam celah celah sendi.

(d) Implantasi, Obat dalam bentuk pellet steril dimasukkan di bawah kulit dengan alat
khusus (trocar), digunakan untuk efek yang lama.
(e) Rektal, pemberian obat melalui rectal atau dubur. Cara ini memiliki efek sistemik lebih cepat
dan lebih besar dibandingkan peroral dan baik sekali digunakan untuk obat yang mudah dirusak
asam lambung.

(f) Transdermal, cara pemakaian melalui permukaan kulit berupa plester, obat menyerap
secara perlahan dan kontinue masuk ke dalam system peredaran darah, langsung ke
jantung.

2. Efek Lokal ( pemakaian setempat )


(a) Kulit (percutan), obat diberikan dengan jalan mengoleskan pada permukaan kulit,
bentuk obat salep, cream dan lotio

(b) Inhalasi, Obat disemprotkan untuk disedot melalui hidung atau mulut dan penyerapan
dapat terjadi pada selaput mulut, ternggorokkan danpernafasan

(c) Mukosa Mata dan telinga, Obat ini diberikan melalui selaput / mukosa mata atau telinga,
bentuknya obat tetes atau salep, obat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan efek.

(d) Intra vaginal, obat diberikan melalui selaput lendir mukosa vagina, biasanya berupa
obat antifungi dan pencegah kehamilan.

(e) Intra nasal, Obat ini diberikan melalui selaput lendir hidung untuk menciutkan selaput
mukosa hidung yang membengkak, contohnya Otrivin.
Posted in Farmakologi
Permalink 2 Comments
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Next post Previous post

2 responses to Dasar-dasar Umum Farmakologi

1.

Anggraini Ondubu
21 September 2014 04.50
Thanks ^^
2.

ahmad syahrony
6 Agustus 2015 00.23
wkwkwk

Leave a Reply

Check this out :)



Akademi Farmasi Al-Fatah Bengkulu - Akademi Farmasi Al-Fatah Bengkulu

Putri di storia

Archives
2012 (18)
o Mei (18)
Rhizoma
Farmakognosi
Pencatatan dan pelaporan serta manajemen keuangan ...
KAPSUL
PULVIS
CARA KERJA DI LABORATORIUM
PENENTUAN POTENSI ANTIBIOTIK
PEWARNAAN BAKTERI SECARA GRAM
ISOLASI MIKROBA LINGKUNGAN
Cara menghindari makanan haram
SUPPOSITORIA
BAHAN PENGAWET MAKANAN (Yang boleh dan tidak diper...
Macam Mikroorganisme
Aspek CPOB (Pembuatan dan Analisa Berdasarkan Kont...
Dasar-dasar Umum Farmakologi
KEMOTERAPEUTIKA
KONSEP KEFARMASIAN
Distribusi OBAT dan ALKES di IFK Bengkulu

Add aku di facebook


Putri Serindang Bulan II

Followers

Search

Beranda

Diberdayakan oleh Blogger.


Proudly powered by Blogger | Theme: Pink Touch 2 by Automattic.
Converted by Smashing Blogger for LiteThemes.com.

KONSEP DASAR FARMAKOLOGI


A. KONSEP DASAR

Farmakologi berasal dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan). Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari obat dan cara kerjanya pada system biologis. Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian
tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat. Farmasi (English: pharmacy, Latin: pharmacon) adalah bidang
profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung-jawab
memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Profesional bidang farmasis disebut farmasis atau apoteker. Farmakologi
Klinik adalah ilmu farmakologi yang mempelajari pengaruh kondisi klinis pasien terhadap efikasi obat, misalkan kondisi hamil dan
menyusui, neonates dan anak, geriatric, inefisiensi ginjal dan hepar. Farmakologi Terapi atau sering disebut farmakoterapi adalah
ilmu yang mempelajari pemanfaatan obat untuk tujuan terapi. Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan
kimia yang merugikan bagi organisme hidup.

II. Konsep Dasar Farmakodinamika


Farmakodinamika mempelajari efek obat dalam tubuh atau jaringan hidup atau memelajari pengeruh obat terhadap fisiologi tubuh.
1. Mekanisme Obat
Efek obat terjadi karena interaksi fisiko-kimiawi antara obat atau metabolit aktif dengan reseptor atau bagian tertentu dalam tubuh.
Obat bekerja melalui mekanisme sbb:
a. Interaksi obat-reseptor
Obat+Reseptor memberikan efek farmakologi, disebut agonis. Contoh: agonis reseptor kolinergik/muskarinik a.l. carbakol, arecolin,
methakolin, pilokarpin. Obat+Reseptor menghalangi obat lain memberikan efek farmakologi, disebut antagonis. Contoh: antagonis
reseptor kolinergik a.l. atropine, ipatropium, skopolamin.

b. Interaksi obat-enzim
Contoh: obat penghambat enzim asetil kolin esterase (ACE) sehingga memberikan efek kolinergik a.l. neostigmin, parathion.
c. Kerja non-spesifik (tanpa ikatan dengan reseptor atau enzim)
Contoh: Na-bikarbonas (merubah pH cairan tubuh), alcohol (denaturasi protein), norit (mengikat racun atau bakteri)

2. Reseptor Obat
Reseptor dapat berupa protein, asam nukleat, enzim, karbohidrat atau lemak yang merupakan bagian dari sel, ribosom, atau bagian
lain. Semakin banyak obat yang menduduki reseptor, berbanding lurus dengan kadar obat dalam plasma. Reseptor yang umumnya
dikenal reseptor kolinergik/muskarinik, reseptor alfa-adrenergik (alfa-1 & alfa-2), reseptor beta-adrenergik (beta-1 & beta-2).

3. Transmisi Sinyal Obat


Interaksi obat dengan reseptor bisa menghasilkan efek agonis, agonis parsial, antagonis kompetitif dan antagonis non-kompetitif.

4. Interaksi Obat-Reseptor
Interaksi obat-reseptor sering dianalogikan sebagai GEMBOK-KUNCI. Obat adalah Kunci, Reseptor adalah Gembok. Kecocokan
obat dengan reseptor tertentu tergantung pada struktur molekulnya.

5. Kerja Obat yang Tidak Diperantarai Reseptor disebut juga Kerja Non Spesifik.
B. FARMAKOLOGI DAN SISTEM IMUN

1. IMUNISASI
Imunisasi adalah memberikan perlindungan spesifik terhadap patogen-patogen tertentu.
Imunitas spesifik bisa didapat dari imunisasi aktif atau pasif dan dapat terjadi secara alamiah atau buatan.
Anti Tetanus Serum
Nama : Tetanus antitoxins.
Sifat Fisikokimia : Serum yang dibuat dari plasma kuda yang dikebalkan terhadap toksin tetanus. Plasma ini dimurnikan dan
dipekatkan serta mengandung fenol 0.25% sebagai pengawet.
Bentuk Sediaan : Ampul 1 ml (1.500 IU), 2 ml (10.000 IU). Vial 5 ml (20.000 IU)
Indikasi : Pencegahan dan pengobatan tetanus.
Farmakologi : Menetralkan toksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani dan digunakan untuk memberikan kekebalan pasif
sementara terhadap tetanus, tetapi imunoglobulin tetanus lebih disukai
Analgetik, Antipiretik & Antihist amin
Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa meghalangi kesadaran.
Antipiretik adalah zat-zat yg dapat mengurangi suhu tubuh.
Anti-inflamasi adalah obat atau zat-zat yang dapat mengobati peradangan atau pembengkakan.
Antihistamin (antagonis histamin) adalah zat yang mampu mencegah penglepasan atau kerja histamin
Atas kerja farmakologisnya, analgesic dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:
1. Analgetik Perifer (non narkotik) . Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
2. Analgetik Narkotik. Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan kanker.
Obat golongan Antiinflamasi non Steroid
Turunan asam salisilat : aspirin, salisilamid,diflunisal.
Turunan 5-pirazolidindion : Fenilbutazon, Oksifenbutazon.
Turunan asam N-antranilat : Asam mefenamat, Asam flufenamat
Turunan asam arilasetat : Natrium diklofenak, Ibuprofen, Ketoprofen.
Turunan heteroarilasetat : Indometasin.
Turunan oksikam : Peroksikam, Tenoksikam.
2. ANTIHISTAMIN
Obat yang dapat mengurangi a/ menghilangkan kerja histamin dalam tubuh melalui mekanisme phambatan bersaing pada sisi
reseptor H1 dan H2
Antagonis-H1 : untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi.
Antagonis-H2 : untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan tukak lambung
3. HISTAMIN
Senyawa normal yang ada dalam jaringan tubuh ( sel mast & basofil ).
Berperan thd berbagai proses fisiologis penting yaitu mediator kimia yang dikeluarkan pada fenomena alergi seperti rhinitis, asma,
urtikaria, pruritis dan anafilaksis.
Efek Histamin + reseptor H1
Kontraksi otot polos usus & bronki, Meningkatkan permeabilitas vaskular, Meningkatkan sekresi mukus peningkatan cGMP dl sel,
Vasodilatasi arteri permeabel thd cairan & plasma protein sembab, pruritik, dermatitis, & urtikaria. Efek ini diblok oleh antagonis-H1
Contoh antagonis H1 : diphenhydramine, chlorpheniramine, fexofenadine, loratadine
Efek Histamin + reseptor H2
Meningkatkan kecepatan kerja jantung, Meningkatkan sekresi asam lambung penurunan cGMP dl sel & peningkatan cAMP dl sel
tukak lambung. Efek ini diblok oleh antagonis-H2
Contoh Antagonis H2: Simetidin, Ranitidin HCL, Famotidin, Roksatidin Asetat HCl
4. KORTIKOSTEROID
Obat-obat golongan kortikosteroid seperti prednison, dexametason dan hydrocortisone memiliki potensi efek terapi yang cukup
ampuh dalam pengobatan berbagai penyakit seperti asma, lupus, rheumatoid arthritis dan berbagai kasus inflamasi lainnya.
Tapi kortikosteroid juga memiliki berbagai efek samping, oleh karena itu sebelum menggunakan kortikosteroid apalagi dalam
jangka waktu lama dan dosis tinggi sebaiknya berhati-hati
C. FARMAKOLOGI DAN SISTEM HEMATOLOGI
Antikoagulan
Dibagi menjadi 2 sub-kelompok, yaitu
1. Antikoagulan parenteral, contoh : Heparin
2. Antikoagulan oral, contoh : Warfarin. Antikoagulan oral mengantagonisasi efek vitamin K. Efek samping utama semua
antikoagulan oral adalah pendarahan
Antiplatelet
Antiplatelet (antitrombosit) bekerja dengan cara mengurangi agregasi platelet, sehingga dapat menghambat pembentukan
trombus pada sirkulasi arteri, di mana trombi terbentuk melalui agregasi platelet.
Contoh : Asetosal, Dipiridamol

Fibrinolitik
Fibrinolitik yang bekerja sebagai trombolitik dengan cara mengaktifkan plasminogen untuk membentuk plasmin, yang lebih lanjut
mendegradasi fibrin dan dengan demikian memecah trombus.
Contoh : streptokinase, urokinase, alteplase.
Hemostatik dan antifibrinolitik
Defisiensi faktor pembekuan darah dapat menyebabkan pendarahan.
Pendarahan spontan timbul apabila aktivitas faktor pembekuan kurang dari 5% normal.
Contoh obat : Asam traneksamat

Dalam dunia farmasi dan kesehatan bidang ilmu


Farmakologi memang sebuah kewajiban untuk dikuasai,
utamanya bagi pelajar farmasi seperti saya.

Yah meskipun ilmu farmakologi itu lebih diwajibkan untuk


dikuasai para praktisi kesehatan, namun tidak ada
salahnya jika masyarakat mengetahuinya.

Dengan mengetahui dasar-dasar farmakologi, nantinya


masyarakat diharapkan bisa mendapatkan manfaat dan
mengetahui kerja obat dalam tubuh, sehingga kesalahan
dan penyalahgunaan obat bisa di minimalisir.

Tentunya banyak sekali manfaat yang didapatkan, oleh


karena itu saya ingin berbagi kepada anda tentang ilmu
Farmakologi dasar yang saya ketahui.

Pengertian Farmakologi
Farmakologi merupakan ilmu yang mempelajari
pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat
atau kegiatan fisiologinya dan juga nasibnya dalam
organisme hidup.

Dalam arti yang lebih simpel, farmakologi bisa


didefinisikan sebagai ilmu yang membahas mengenai
kerja obat dalam tubuh seperti mekanisme obat dan juga
interaksi serta khasiat obat pada tubuh.

Karena cakupan ilmu farmakologi yang sangat luas, maka


ilmu farmakologi dibagi lagi menjadi beberapa bagian
dengan pembahasan yang lebih spesifik dan mendasar.

Berikut ini penjelasannya :

Image from Lifestyle.Liputan6.com

1. Farmakognosi
Adalah ilmu yang membahas mengenai obat yang
berasal dari tanaman, mineral dan hewan. Istilah
awam dari Farmakognosi bisa disebut sebagai ilmu
herbal.

Peranan Farmakognosi ini sangat penting, karena


memang tanaman obat merupakan salah satu
alternatif pengobatan yang aman dan juga alami.

Kata Farmakognosi berasal dari Yunani yaitu


"Pharmakon" yang berarti obat dan "Gnosis" yang
berarti ilmu atau pengetahuan.

Karena farmakognosi berkaitan erat dengan tanaman


obat, maka pembahasannya pun juga seputar
tanaman obat. Baik itu cara pengolahan, peracikan,
penggunaan, bahkan juga identifikasi dan penelitian
tanaman obat.

Dari pengalaman saya belajar tentang farmakognosi,


yang paling berkesan ialah ketika diperintahkan guru
untuk menghafalkan tanaman obat secara lengkap
mulai dari nama, nama latin, khasiat, kandungan,
bagian yang digunakan, bentuk dan ciri, cara panen,
dan penyimpanan.

Dan yang lebih parahnya lagi yang dihafalin bukan


satu atau dua tanaman obat, melainkan ada puluhan
bahkan ratusan. Jadi tidak heran jika banyak yang
menganggap sekolah farmasi itu susah.

Biofarmasi
Adalah ilmu yang membahas pengaruh formulasi
(racikan) atau pembuatan sediaan farmasi obat
terhadap khasiatnya. Dengan kata lain biofarmasi ini
mempelajarai bagaimana cara pembuatan atau
peracikan obat agar dapat memberikan efek yang
optimal bagi tubuh.

Jika berbicara mengenai racikan dan pembuatan


obat, maka hal utama yang perlu diperhatikan ialah
dosis. Dosis yang terlalu rendah tidak akan efektif
atau memberikan khasiat, sebaliknya jika dosis
berlebih maka efek yang ditimbulkan bukan lagi
berupa penyembuhan tetapi justru menjadi racun,
akibatnya terjadilah over dosis yang sering berbuah
kematian.

Nah, hal-hal yang seperti inilah yang dibahas dalam


biofarmasi.

Farmakokinetika
Adalah ilmu yang membahas tentang proses obat di
dalam tubuh. Dengan kata lain, ilmu ini menjelaskan
tentang proses yang dilewati obat selama di dalam
tubuh hingga menghasilkan efek atau khasiat.

Mekanisme obat dalam tubuh terbagi menjadi


beberapa proses, yang meliputi :

1# Absorpsi (Penyerapan)
Ini merupakan proses pertama yang sangat penting,
karena tanpa adanya proses absorpsi maka proses-
proses lainnya tidak akan terjadi. Obat yang
dikonsumsi, kemudian di dalam tubuh akan terpecah
dan diserap oleh saluran cerna.

Proses penyerapan ini dipengaruhi oleh beberapa hal


yaitu : Kelarutan obat
2. Konsentrasi (jumlah) obat
3. Kemampuan obat melintasi sel membran
4. Luas permukaan obat
5. Bentuk sediaan obat
6. Cara dan waktu pemakaian obat
Untuk obat luar tubuh, proses penyerapannya melalui kulit
atau selaput lendir.

2# Distribusi (Penyaluran)
Setelah obat diserap oleh tubuh, proses yang terjadi
selanjutnya adalah penyaluran obat tersebut ke seluruh
tubuh atau bagian tubuh yang diobati.

Proses penyaluran ini umumnya melalui darah. Adapun


jika yang dipakai adalah obat luar tubuh (topikal) maka
distribusinya adalah melalui kulit.

3# Metabolisme (Pengolahan)
Setelah sebelumnya melewati proses penyerapan dan
juga penyaluran ke seluruh tubuh atau bagian yang
diobati, kemudian obat akan memunculkan efek atau
khasiatnya.

Disinilah peranan proses metabolisme, setelah obat


menghasilkan efek yang diinginkan kemudian obat akan
diolah sedemikian rupa agar bisa dikeluarkan dari tubuh.

Proses pengolahan ini biasa terjadi di dalam ginjal, kecuali


pada obat luar. Karena memang obat luar tidak
dikonsumsi sehingga proses metabolisme tidak terjadi.

Adapun beberapa hal yang mempengaruhi proses


metabolisme obat :

1. Usia
2. Fungsi hati
3. Faktor genetik
4. Adanya pemakaian obat lain secara bersamaan

4# Ekskresi (Pengeluaran)
Ini merupakan proses terakhir, dari yang awalnya obat
diserap tubuh, kemudian di distribusikan, lalu timbul efek
pengobatan, setelah itu zat sisa obat di metabolisme atau
diolah agar bisa dikeluarkan, dan yang terakhir adalah
proses pengeluaran zat sisa obat tersebut.

Proses pengeluaran terjadi melalui beberapa organ, yaitu :


1. Kulit (bersama keringat)
2. Paru-paru (bersama penafasan)
3. Hati (bersama saluran empedu)
4. Air Susu Ibu (misalnya alkohol, obat tidur, nikotin
rokok, dll)
5. Ginjal (bersama air seni)

Farmakodinamika
Adalah ilmu yang membahas mengenai pengaruh atau
efek yang dihasilkan obat terhadap sel hidup, organ tubuh,
atau makhluk.

Contoh gampangnya seperti ketika obat yang dipakai


kemudian memberikan efek kesembuhan atau justru
merusak organ atau sel dalam tubuh.

Efek obat terhadap tubuh ini dibagi menjadi 8 bagian,


yaitu :

1. Efek terapi, yaitu efek obat yang diinginkan


seperti menyembuhkan penyakit atau meringankan
dan meniadakan gejalanya.
2. Efek samping, yaitu efek obat yang tidak
diinginkan yang berlainan dengan efek terapi .
3. Efek toksik, yaitu efek obat yang tidak diinginkan
karena bersifat toksik atau racun, biasanya terjadi
karena dosis obat yang terlalu tinggi.
4. Toleransi, yaitu peristiwa dimana dosis obat
harus dinaikan terus menerus untuk mencapai efek
terapi yang sama.
5. Habituasi, yaitu ketergantungan fisik akibat
kebiasaan dalam mengonsumsi suatu obat.
6. Adisi, yaitu ketergantungan atau ketagihan obat
secara fisik dan mental dan apabila pemakaian obat
dihentikan maka akan menimbulkan efek hebat yang
menyakitkan.
7. Alergi, yaitu peristiwa hipersensitif atau
kepekaan berlebih terhadap suatu obat sehingga
menimbulkan efek yang berlainan seperti gatal,
kemerahan, dan sebagainya.
8. Idiosinkrasi, yaitu peristiwa dimana suatu obat
memberikan efek yang sangat berlainan dari efek
terapinya.

Selain hal diatas, Farmakodinamika juga membahas


mengenai waktu pemakaian obat, indeks terapi, kombinasi
obat, serta interaksi obat terhadap obat lain ataupun
makanan dan minuman.

Farmakoterapi
Adalah ilmu yang membahas mengenai penggunaan obat
untuk mengobati penyakit dan gejalanya dengan
didasarkan pada khasiat dan sifat obat serta penyakit
yang ingin diobati.

Kelima cabang farmakologi yang telah saya jelaskan


diatas sebenarnya belum mewakili ilmu farmakologi
secara luas.
Jadi jangan beranggapan bahwa ilmu farmakologi hanya
sebatas kelima hal diatas, masih banyak pembahasan
dalam ilmu farmakologi seperti pembahasan penyakit,
fungsi organ tubuh serta obatnya, dan juga hubungan
anatomi makhluk dengan obat.

Anda mungkin juga menyukai