Anda di halaman 1dari 9

Farmasetika

Kata farmasetika berasal dari bahasa Yunani, yaitu farmakon yang artinya adalah medika
atau obat. Jadi farmasetika merupakan ilmu yang mempelajari tentang:
 resep
 bahasa latin (?)
 dosis
 hingga metode pengerjaan/pembuatan sediaan farmasi
Ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari cara penyediaan bahan aktif dalam bentuk
tertentu (cara tersebut disebut  meracik)  hingga siap digunakan sebagai obat (art of drug
compounding).

Galen (130-200M): dokter dan ahli farmasi dari Yunani, yang memperkenalkan obat-obatan
yang berasal dari alam, formula dan sediaan farmasi. Ketiga hal tersebut disebut Farmasi
Galenika.

Dioscorides (master romawi farmakologi), Hipocrates (Bapak kedokteran dari Yunani,


memperkenalkan ilmu farmasi secara ilmiah)

 Ilmu yang berhubungan dengan dunia kefarmasian, ada 6:


 
1.    Farmakologi: ilmu yang mempelajari obat dengan segala aspeknya (sejarah, kimiawi, fisika
dan biologi)
2.     Farmakognosi: mempelajari obat-obat yang berasal dari tanaman
Farmakognosi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari 2 suku kata
yaitu pharmacon dan gignosco. Pharmacon artinya “obat” (obatan-obatan yang berasal
dari alam, misal: tanam-tanaman bukan yang sintetis) dan gignosco yang artinya
pengetahuan.
Sehingga seharusnya pengertian dari farmakognosi adalah pengetahuan tentang obat-
obatan alamiah.
3.    Biofarmasi: ilmu yang mempelajari pengaruh formulasi bentuk obat terhadap kegiatan
terapinya. Biofarmasi dibagi menjadi 2, yaitu biofarmasetika dan farmakokinetika.
Biofarmasetika: adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara sifat fisikokimia
formulasi dengan bioavailabilitas obat (Shargel & Andrew, 2005) hal 85. Bioavailabilitas
obat atau ketersediaan biologis adalah jumlah relatif obat atau zat aktif suatu produk obat
yang diabsoprsi dan kecepatan obat tsb masuk kedalam peredaran darah sistemik.
Farmakokinetika: mempelajari nasib obat mulai saat pemberian, transpor dalam darah,
distribusi ke tempak kerja dan jaringan lain, hingga ekskresinya.
4.       Farmakodinamika: ilmu tentang bagaimana obat bekerja di dalam sistem hidup dan
bagaimana obat mengubah metabolisme sel untuk menimbulkan efek tertentu.
5.       Toksikologi: efek racun terhadap tubuh
6.       Farmakoterapi: penggunaan obat untuk pengobatan
Pengertian Obat
Obat merupakan semua bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam:
a.       Menentukan diagnosis
b.      Mencegah,
c.       Mengurangi,
d.      Menghilangkan,
e.      Menyembuhkan
-          penyakit atau gejala penyakit,
-           luka atau kelainan badaniah atau rohaniah
-          pada manusia atau hewan,
f.        termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia.

Beberapa istilah yang perlu diketahui tentang obat:


1.       Obat jadi
Obat jadi adalah obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, cairan,
salep, tablet, pil, supositoria atau bentuk lain yang mempunyai nama teknis sesuai dengan
Farmakope Indonesia atau buku lain (Joenoes, 2001). 
2.       Obat paten
Obat paten adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama pembuat atau
yang dikuasakannya, dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya
(Joenoes, 2001).
3.       Obat baru
Obat baru adalah obat yang terdiri dari atau berisi suatu zat sebagai bagian yang
berkhasiat, maupun yang tidak berkhasiat, misalnya lapisan, pengisi, pelarut, bahan
pembantu atau komponen lain yang belum dikenal, hingga tidak diketahui khasiat
keamanannya (Joenoes, 2001).
4.       Obat tradisional
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan-bahan tersebut
yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman
(UU RI No.23 tahun 1992).
5.       Obat esensial (DOEN)
Obat esensial adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelaksanaan dan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat terbanyak yang meliputi diagnosa, profilaksis (pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit), terapi, dan rehabilitasi. Dan tercantum dalam
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) serta mutunya terjamin karena diproduksinya sesuai
dengan persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan diuji ulang oleh Pusat
Pemeriksaan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan. 
6.       Obat generik
Obat generik adalah obat berkhasiat yang sudah habis masa patennya dan boleh diproduksi
oleh perusahaan farmasi, contohnya obat Paracetamol, Pantoprazole,  dll. Obat ini relatif 
terjangkau.
Macam-Macam Obat

Berdasarkan cara penggunaannya:
1.       Medicamentum ad usum internum
                   - Pemakaian dalam (oral)
                   - Beretiket putih

2.       Medicamentum ad usum externum


       - Pemakaian luar
       - Beretiket biru
       - injeksi, rektal, vaginal, nasal, ophtalmic, aurical, gargarisma, implan (implan
dimaksudkan    untuk ditanam dalam tubuh manusia, biasanya secara sub kutan. Nantinya
diharapkan memperoleh pelepasan obat secara berkesinambungan dalam jangka waktu
yang lama)

 
Berdasarkan cara kerjanya:
1.       Lokal
Obat yang bersifat lokal adalah obat yang bekerja hanya di suatu tempat tidak melalui
peredaran darah
2.       Sistemik
Obat yang bersifat sistemik adalah obat yang bekerja melalui sistem peredaran darah
Berdasarkan Undang-Undang yaitu Permenkes no. 917/MENKES/PER/X/1993 tentang Wajib
Daftar Obat
1.       Obat bebas
Obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter dan bisa dijual di apotek maupun toko
obat.
Contoh: Parasetamol, Mylanta, Oralit, Curcuma plus, dll

2.       Obat bebas terbatas (BT/W=waarschuwing, peringatan)

Golongan obat ini sebenarnya termasuk obat keras, namun hingga batas tertentu bisa
diperoleh di apotek tanpa resep dokter.
Contoh: Efedrin HCl, klorfeniramin maleat, Promag, Dulcolax, Methicol, dll

3.       Obat Keras (K/G = Geverlijk, berbahaya)

Hanya bisa dibeli dengan resep dokter, semua jenis psikotropika dan antibiotik
termasuk ke dalam golongan ini sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Contoh: Triamsinolon asetonida, bethametason valerat, ampisilin, prednison, asetosal,
kloramfenikol, dan papaverin HCl.

4.       Obat Narkotika

Distribusi obat dalam golongan ini diawasi secara ketat karena rawan
penyalahgunaan sehingga hanya bisa dibeli dengan resep asli. Untuk pengobatan rutin,
salinan resep bisa digunakan di apotek yang menyimpan resep aslinya.
Contoh: codein HCl, ophium, morfin, heroin, dll
Resep

Adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter hewan yang diberi izin
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlakuk kepada Apoteker Pengelola
Apotek (APA) untuk menyiapkan dan atau membuat, meracik serta menyerahkan obat
kepada pasien.

R/ artinya ambillah
Kelengkapan Resep
1.       Nama, SIP, dan alamat Dokter
2.       Nama Kota dan tanggal resep ditulis [insriptio]
3.       Tanda R/ singkatan dari recipe, ambillah (supercriptio) [invocatio]
4.       Nama dari setiap jenis atau bahan obat yang diberikan serta jumlahnya
(inscriptio) [praescriptio]
5.       Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki (subcriptio)
6.       Aturan pemakaian obat oleh penderita (transcriptio)
7.       Identitas pasien yang meliputi nama, umur (untuk penderita anak-anak), dan alamat
pasien
8.       Tanda tangan atau paraf dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan yang menuliskan
resep tersebut (doctor’s signature) [signatura]
9.       Refill information [iteratie/iter]

Resep yang memerlukan penanganan khusus


1.       Cito = segera
2.       Statim = penting
3.       Urgent = sangat penting
4.       P.I.M = periculum in mora = berbahaya jika ditunda
5.       Resep dengan tanda seru = dosis melebihi dosis maksimum
Kopi Resep
Adalah salinan tertulis dari suatu resep

Jenis Sediaan Obat Berdasarkan Kosistensinya


Sediaan padat
Contoh:
1.       Serbuk (Pulvis dan Pulveres)
Pulvis adalah serbuk tak terbagi,
sedangkan pulveres adalah serbuk yang terbagi, dengan kata lain serbuk tersebut dibagi
dalam bobot yang kurang lebih sama dibungkus dengan kertas perkamen atau yang sesuai
dengan jenis serbuk, jadi satu bungkus sudah sesuai dengan dosisnya untuk satu kali
pemakaian.
2.       Pil
Adalah sediaan berupa massa bunda yang mengandung 1 atau lebih bahan obat yang
digunakan untuk obat dalam dan beratnya kira-kira 50-300 mg
3.       Granula
Adalah pil kecil biasanya berwarna putih atau merah karmin, berat kira-kira 30 mg
4.       Kapsul
Pengertian menurut FI III, kapsul adalah bentuk sediaan obat yang terbungkus cangkang
kapsul yang keras atau lunak. Sedangkan pengertian kapsul menurut FI IV, kapsul adalah
sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut.
5.       Mikrokapsul
Merupakan partikel berukuran kecil yang mengandung zat aktif atau zat inti yang dilapisi
oleh coating atau shell. Sekarang ini belum ada patokan tertentu untuk ukuran partikel
dari mikrokapsul
6.       Mikrofer
7.       Suppositoria
Merupakan bentuk sediaan padat yang dibentuk sesuai dengan pemakaiannya, yaitu
dimasukkan melalui rektum, vagina, dan uretra. Suppositoria yang dimasukkan ke dalam
vagina disebut ovula, yang dimasukkan ke dalam rektum disebut analia, sedangkan yang
dimasukkan ke dalam uretra disebut suppositoria urethal.
8.       Tablet
Adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan atau tanpa bahan
pengisi.

Sediaan setengah padat


1.       Salep
Adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput
lendir.
Memiliki konsistensi lebih padat dibandingkan dengan krim (kekentalan), tersedia dalam
bentuk suspensi dan emulsi
2.       Krim
Memiliki konsistensi lebih encer dibandingkan dengan salep, hanya tersedia dalam bentuk
emulsi
3.       Emulsi
Merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang
kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
4.       Pasta
Memiliki konsistensi kekentalan lebih besar dibandingkan salep, daya absorpsinya lebih
besar dan kurang berlemak daripada salep. pasta digunakan untuk pemakaian topikal.
Sediaan cair

1.       Larutan
2.       Suspensi
3.       Emulsi
4.       Eliksir
Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa. Mengandung selain obat atau
zat tambahan seperti,gula atau zat pemanis lainnya, zat pengawet, zat warna, dan zat
pewangi.  Digunakan sebagai obat dalam.
5.       Sirup
6.       Aerosol
7.       Obat suntik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN


KEFARMASIAN

  Pasal 1

1.   Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi,


pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
2.       Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
3.    Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri
atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan
sumpah jabatan Apoteker.
4.  Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani
Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis
Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
5.  Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
6.    Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin
untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
7.   Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
Apoteker.
8.  Surat Izin Praktik Apoteker selanjutnya disingkat SIPA adalah surat izin yang diberikan
kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada Apotek atau
Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
9.      Surat Izin Kerja selanjutnya disingkat SIK adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker
dan Tenaga Teknis Kefarmasian untuk dapat melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada
fasilitas produksi dan fasilitas distribusi atau penyaluran.
10.   Industri farmasi harus memiliki 3 (tiga) orang Apoteker sebagai penanggung jawab masing-
masing pada bidang pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu setiap produksi
Sediaan Farmasi.
11.   Industri obat tradisional dan pabrik kosmetika harus memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu)
orang Apoteker sebagai penanggung jawab.

Pasal 5
1.       Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi
2.       Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi
3.       Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi
4.       Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi.
Zat Aktif
chemical compound with pharmacological (or other direct effect ) intended for used in
diagnosis, treatment or prevention of diseases
senyawa kimia dengan efek farmakologi ( efek langsung yang lain) dimaksudkan untuk
penggunaan untuk diagnosa, pengobatan, atau pencegahan penyakit.

Penggunaan secara langsung zat aktif jarang dilakukan karena beberapa alasan:
-        Penanganan bahan aktif sulit atau tidak mungkin dilakukan, karena massanya yang terlalu
kecil
-          Dosis obat yang akurat juga sulit atau tidak mungkin dilakukan
-          Administrasi zat aktif dapat menjadi tidak praktis, tidak layak
-     Beberapa zat actif ada yang bisa terkena langsung dengan paparan lingkungan (seperti
cahaya, kelembapan). Namun beberapa yang lainnya tidak bisa, mereka harus distabilkan
dengan bahan lainnya secara kimiawi
-    Zat aktif dapat didegradasikan pada tempat kerjanya dengan beberapa persyaratan (misal,
pH lambung yang rendah)
-     Zat aktif dapat menyebabkan iritasi lokal atau luka apabila diambil dalam konsentrasi yang
tinggi pada tempat kerjanya.
-      Zat aktif memiliki kualitas organoleptik yang tidak menyenangkan (seperti rasanya yang
pahit, atau baunya yang tidak sedap)

Selain menentukan zat aktif mana yang dipilih, kita juga perlu memilih rute perjalanan
obatnya dan bentuk sediaannya (drug delivery system) -- pilihan yang salah dapat
menyebabkan gagalnya terapi.

Anda mungkin juga menyukai