A. PENDAHULUAN
Ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat pbatan
menjadi bentuk tertentu hingga siap sebagai obat. Penyediaan disini mengandung arti
pengumpalan, pengenalan, pengawetan dan bahan baku dari obat obatan.
Pada waktu seseorang masuk terjun kedalam pendidikan kefarmasian berarti dia mulai
mempersiapkan dirinya untuk melayani masyrakat dalam hal :
B. SEJARAH KEFARMASIAN
Ilmu farmasi menjadi ilmu pengetahuan yang sesungguhnya pada abad XVII di
perancis. Pada tahun 1797 telah berdiri sekolah farmasi pertama di prancis. Di amerika
sekolah farmasi berdiri tahun1821 di Philadelphia.
C. FARMAKOPE
Obat adalah semua bahan tunggal maupun campuran yang dipergunakan oleh semua
makhluk untuk bagian dalam maupun luar, guna mencegah, meringankan ataupun
menyembuhkan penyakit.
1. Obat jadi, obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, cairan
salep, teblet, pil, suppositoria atau bentuk lain yang mempunyai teknis sesuai
farmakope.
2. Obat patent, obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si pembuat yang
yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli.
3. Obat baru, yang terdiri dari zat, baik sebagai bagian yang berkhasiat, ataupun tidak
berkhasiat.
4. Obat asli, ialah obat yang didapat langsung dari bahan bahan alamiah indonesia,
terolah secara sederhana atas dasar pengalaman.
5. Obat esensial, ialah obat yang paling dibutuhkan untuk pelayan kesehatan masyrakat
terbanyak dan tercantum dalam daftar obat esensial yang ditetapkan oleh MENKES.
6. Obat generik, obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam FI untuk zat bekhasiat
yg dikandungnya.
Penggolongan obat
Sumber obat
E. RESEP
Pengertian Resep
Resep adalah permintaa tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter hewan yang diberi
izin berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku kepada apoteker pengelola
apotik untuk menyediakan dan menyerahkan obat obatan bagi penderita. Sering juga disebut
formulae officinalis (yaitu resep yang tercantum dalam buku farma kope ataubuku lainnya
yang merupkan standar).
Resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang artinya recipe (ambilah). Suatu resep yang
lengkap harus memuat :
Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter hewan.
Tanggal penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi obat
Randa resep pada bagian kiri setiap penulisan resep
Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan
perundang undangan yang berlaku.
Nama pasien, jenis hewan, umur, serta alamat/ pemilik hewan
Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimal.
Yang berhak menulis resep adalah dokter, dokter gigi dan dokter hewan. Sedangkan
pembiusan atau patirasa secara umum tetap dilarang bagi dokter gigi Depkes No.
19/Ph/62 Mei 1962
Cito : segera
Urgent : penting
Statim : penting
P.I.M : berbahaya bila ditunda
Penyimpanan Resep
Resep yang disimpan sekurang kurangnya selama 3 tahun, resep yang mengandung
narkotika disimpan terpisah. Resep yang disimpan melebihi jangkan 3 tahun dapat
dimusnahkan.
Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang
memadai oleh apoteker pengelola apotek bersama sama dengan sekurang kurangnya seorang
petugas apotek.
F. DOSIS
Pengertian dosis
1. Dosis Maksimal
2. Dosis Lazim
Misalkan jumlahnya lebih dari 16,67 atau lebih dari 1/6, BJ larutannya 1,3. Misalnya
kurang dari 16,67 BJ larutanya 1.
Selain dosis maksimal kita juga mengenal dosis lazim, yaitu dosis yang menimbulkan
efek pada pengobatan org dewasa yang sesuai dengan gejalanya. Obat-obat paten yang dijual
di apotek pada umumnya sdh tersedia dalam dosis lazimnya, seh ngga memudahkan tenaga
kesehatan untuk menentukan misalnya dosis lazim untuk orang dewasa maupun anak
Ex: CTM tab (4mg/tab), dexamethason tab (0,5mg/tab) prednison tab (5mg/tab).
Ampicillin cap (250mg/kap atau 500mg/kap), ampicillin syr (125mg/cth).
PULVIS
A. Pengertian
Pulvis (Serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar. Karena mempunyai permukaan yang
luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada bentuk sediaan yang dipadatkan.
Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (pulveres) atau tidak terbagi
(pulvis).
Kelebihan :
Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan si
penderita.
Lebih stabil terutama untuk obat yang rusak oleh air.
Penyerapan lebih cepat dan lebih sempurna dibanding sediaan padat lainnya.
Cocok digunakan untuk anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan
kapsul atau tablet.
Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul dapat
dibuat dalam bentuk serbuk.
Kelemahan :
Tidak tertutupnya rasa tidak enak seperti pahit, sepat, lengket di lidah (bisa
diatasi dengan corrigent saporis)
Pada penyimpanan menjadi lembab
Syarat-syarat serbuk : bila tidak dinyatakan lain serbuk harus kering,halus dan homogen.
Keterangan :
1
semua partikel serbuk melewati pengayak dengan nomor nominal tertentu
2
batas persentase yang melewati pengayak dengan ukuran yang telah ditentukan
C.Jenis Serbuk
(1).Pulvis Adspersorius
Catatan.
Umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak
menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.Contoh: Pulvis Salicylatis Compositus
(Form.Ind)
(2).Pulvis Dentifricius
Serbuk Gigi,Menggunakan carmin sebagai pewarna yang dilarutkan terlebih dahulu dalam
chloroform/Etanol 90%
(3).Pulvis Sternutatorius
Serbuk bersin,penggunaan nya dihisap melalui hidung,sehingga serbuk tersebut halus sekali
(4).Pulvis effervescent
Serbuk biasa yang sebelum ditelan dilarutkan terlebih dahulu dalam air dingin atau hangat
dari proses pelarutan ini akan mengeluarkan gas CO2,Kemudian membentuk larutan yang
pada umumnya jernih
Serbuk ini Campuran Senyawa asam dan Senyawa basa.Interkasi Asam dan basa dalam air
akan menghasilkan gas karbondioksida
*Obat yang berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit dicampur dengan zat penambah dalam
mortir
*Obat yang berlainan warna diaduk bersamaan agar tampak bahwa serbuk sudah merata
A.Belerang,Tidak dapat diayak dengan ayakan sutera maupun logam karena menimbulkan
butiran bermuatan listrik akibat gesekan,karena itu dalam pembuatan bedak tabur tidak ikut
diayak
B.Iodoform,Karena baunya yang sukar dihilangkan maka dalam bedak tabur diayak terpisah
(Ayak khusus)
Serbuk dapat masuk ke dalam pori pori mortir dan warnanya sulit hilang,maka pada watu
menggerus mortir dilapisi zat tambahan
-Timbang Luminal 50 mg
500Mg
Sebelum dicampur dengan bahan obat yang lain,zat digerus terlebih dahulu Contoh :
Serbuk sangat ringan mudah terbang yang akan menyebabkan rangsangan terhadap selaput
lendir hidung dan mata hingga akan bersin.dalam hal ini asam salisilat kita basahi dengan eter
dan segera dikeringkan dengan zat tambahan
Dikerjakan seperti diatas,untuk obat dalam dipakai etanol 95% sedangkan untuk onat luar
digunakan eter
Diteteskan terakhir ,dapat juga dibuat oleo sacchara,yakni campuran 2 gram gula dengan 1
tetes minyak.bila hendak dibuat 4 g oleosacchara anisi,kita campur 4 g saccharum dengan 2
tetes minyak anisi
Spiritus sebagai pelarutnya diganti dengan zat tambahan ,Contohnya : Iodii Tinc,Camphor
Spiritus , Tinc.Opii Benzoic
Kalau jumlahnya banyak dilakukan pengeringan pada suhu serendah mungkin.tapi kalau
jumlahnya sedikit dapat ditambah langsung kedalam campuran serbuk.kita batasi maksimal 4
tetes dalam 1 gram serbuk. Contohnya : Valerianae Tinc. Aromatic Tinc
Pengerjaan nya seperti membuat serbuk dengan zat padat halus. Contoh : Opii Extractum
Diperlukan zat tambahan sehingga perlu diperhitungkan beratnya.dapat kita ambil bentuk
tablet atau kapsul itu langsung.Tablet digerus halus kemudian ditimbang beratnya.
CAPSULAE (KAPSUL)
Macam-macam kapsul
1. Kapsul keras (capsulae durae, hard capsul)
2. Kapsul lunak (capsulae molles, soft capsul)
Perbedaan kapsul keras dan kapsul lunak
Kapsul mengandung zat warna yang diizinkan atau zat warna dari berbagai oksida besi,
bahan opak seperti titanium dioksida, bahan pendispersi, bahan pengeras seperti sukrosa dan
pengawet. Biasanya bahan ini mengandung antara 10 – 15 % air.
Kapsul cangkang lunak yang dibuat dari gelatin (disebut gel lunak). Kapsul lunak dapat
mengandung pigmen atau pewarna, bahan opak seperti Titanium dioksida, pengawet,
pengharum dan pemanis /sukrosa 5 %. Cangkang gelatin lunak mengandung air 6 – 13 %,
berbentuk bulat atau silindris atau bulat telur (disebut pearles atau globula).
Kapsul lunak bekerjanya long acting umumnya berisi granula dan disebut Spansule.
Untuk hewan : 10 11 12
Kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk memanjang (dikenal sebagai ukuran OE )
kapasitas isi lebih besar tanpa peningkatan diameter.
Yang dimaksud kapsul disini adalah kapsul keras. Kapsul gelatin keras terdiri dari dua bagian
yaitu bagian dalam / induk yaitu bagian yang lebih panjang (biasa disebut badan kapsul) dan bagian
luar / tutup. Kapsul juga disebut Capsulae Operculatae.
Ada 3 macam cara pengisian kapsul yaitu dengan tangan, dengan alat bukan mesin dan dengan
alat mesin
Penutupan kapsul yang berisi serbuk dilakukan dengan cara yang biasa yakni menutupkan
bagian tutup kedalam badan kapsul tanpa penambahan bahan perekat. Penutupan cangkang kapsul
dapat dilakukan dengan pemanasan langsung, menggunakan energi ultrasonik atau pelekatan
menggunakan cairan campuran air – alkohol
Untuk menutup kapsul yang berisi cairan perlu dilakukan cara khusus seperti diatas. Cara
paling sederhana ialah menambahkan bahan perekat agar isinya tidak keluar atau bocor. Caranya
oleskan sedikit campuran air-alkohol pada tepi luar bagian badan kapsul, kemudian ditutup sambil
diputar.
Untuk melihat adanya kebocoran kapsul, kapsul diletakkan diatas kertas saring kemudian
gerakkan ke depan dan ke belakang hingga menggelinding beberapa kali. Apabila kapsul tersebut
bocor akan meninggalkan noda pada kertas.
Didalam pabrik besar penutupan kapsul dilakukan otomatis. Umumnya larutan gelatin diberi
tambahan zat warna. Warna ini dapat dipergunakan sebagai tanda pengenal dari suatu pabrik.
Caranya letakkan kapsul diatas sepotong kain (linnen,wol ) kemudian digosok-gosokkan sampai
bersih.
A B
Dalam FI IV waktu hancur kapsul tidak dinyatakan dengan jelas, namun menurut FI. III, kecuali
dinyatakan lain waktu hancur kapsul adalah tidak lebih dari 15 menit.
Pengertian
FI ed.III : salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar.
FI ed.IV : salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical
pada kulit atau selaput lender. Salep tidak boleh berbau tengik. Kcuali dinyatakan lain
kadarbahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotika adalah 10%
Bahan obat harus larut dan terdispersi homogeny ke dalam dasar salep yang cocok.
Penggolongan Salep
1. Menurut konsistensinya :
a. Unguenta: konsistensinya seperti mentega, tahan terhadap suhu kamar, dan
mudah dioleskan.
b. Cream : banyak mengandung air, mudah diserap, dan dapat dicuci dengan air.
c. Pasta : mengandung belih dari 50% zat padat(serbuk), salep tebal karena sebagai
pelindung kulit.
d. Cerata : salep berlemak mengandung presentase lilin yang tinggi sehingga
konsistensinya lebih keras.
e. Gelones/spumae/jelly : salep lebih halus, umumnya cair dan sedikit
mengandung/tanpa mukosa, sebagai pelicin atau basis, biasanya berupa campuran
sederhana dari minyak dan lemak dengan titik lebur rendah.
1. Stabil, tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembaban dan selama bisa dipakai harus
bebas dari inkompatibilitas
2. Lunak, halus, dan homogen
3. Mudah dipakai
4. Dasar salep yang cocok
5. Dapat dioleskan secara merata
1. Zat padat
a. Zat padat dan larut dalam dasar salep
Champora
1. Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan di dalem pot salep
tertutup (jika tidak dilampaui daya larutnya)
2. Jika terdapat minyak lemak (ol.sesami), champora dilarutkan lebih dahulu
dalam minyak tersebut
3. Jika terdapat salol, menthol, atau zat yang dapat mencair jika dicampur
(karena penurunan titik eutectik), champora dicampurkan supaya mencair,
baru ditambahkan dasar salep
4. Jika berupa zat tunggal, camphora ditetesi terlebih dahulu dengan
eter/alcohol 95%, kemudian digeus dengan dasar salepnya
Pellidol
1. Pellidol larut dalam 3% dasar salep, pengerjaannya dilarutkan bersama
basisnya atau disaring dengan penambahan penimbangan sebanyak 20%
2. Jika bobot melebihi daya larut, maka digerus dengan basis yang sudah
dicairkan
Iodium
1. Jika tidak melewati kelarutannya, pengerjaannya = camphora
2. Larutkan dalam KI atau NaI pekat
3. Tetesi dengan etanol 95% sampai larut
b. Zat padat larut dalam air
Protargol
1. Taburkan diatas air, diamkan ditempat gelap selama ¼ jam sampai larut
2. Jika terdapat gliserin tambahkan gliserin dulu, baru tambahkan air
Colargol
Dikerjakan = protargol
Argentum nitrat (AgNO3)
Tidak boleh dilarutkan dalam air, kecuali dalam resep obat wasir
Fenol
Tidak boleh dilarutka dalam air dan tidak boleh diganti dengan fenol
liquifactum karena dapat mengiritasi kulit
c. Bahan obat yang larut dalam air tetapi tidak boleh dilarutkan dalam air, yaitu:
Argentum nitrat
Fenol
Hidrargyri bichloridum
Chrisarobin
Stibii et kalii tartras
Ol. Iocoris aselli
Zinc sulfat
Antibiotic
Choloretum auripo natrico
Pirogalol
d. Bahan yang ditambahkan terakhir
Ictyol
Jika ditambahkan pada basis salep yang masih panas atau terlalu lama
digerus, akan terjadi pemisahan
Balsem-balsem dan minyak yang mudah menguap
Jika digerus terlalu lama, damarnya akan keluar
Air
Ditambahkan terakhir karena berfungsi sebagai pendingin dan untuk
mencegah permukaan mortar menjadi licin
Glyserin
Harus ditambahkan dalam basis yang dingin karena tidak bisa bercampur
dengan basis yang sedang mencair dan harus ditambahkan sedikit demi
sedikit karena tidak mudah diserap oleh basis
Marmer album
Dimasukan terakhir dalam keadaan kasar agar dapat memberikan pengaruh
pada kulit
e. Zat padat tidak larut dalam air
PASTA
Pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang
ditujukan untuk pemakaian topikal. Bahan padatnya lebih dari 50% . Pasta hamamelidis
saponata/ hazeline snow sebetulnya bukan termasuk pasta tetapi krim
KRIM
Krim adalah bentuk sediaaan padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai mengandung air tidak
kurang dari 60%.
Tipe krim :
stabilitas krim akan rusak jika terganggu oleh perubahan suhu dan perubahan
komposisi
bahan pengemulsi krim harus sesuai dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Bahan
pengawet yang sering digunakan umumnya methyl paraben (nipagin) 0,12%-0,18%, propyl
paraben (nipasol) 0,02%-0,05%
LINIMENTUM
Linimentum adalah sdiaan cair atau kental, mengandung analgetik dan zat yang
mempunyai sifat rubefasient untuk melemaskan otot atau menghangatkan. Digunakan sebagai
obat luar, tidak untuk luka atau lecet
Penyimpanan: botol berwarna bermulut kecil dan ditempat sejuk dan pada etiket tertera “obat
luar”
GEL
Gel adalah sistem semi padat terdiri atas suspense yang dibuat dari partikel anorganik
yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan
Sistem 2 fase: Jika massa gel terdiri atas jaringan partikel kecil yang terpisah
Gel banyak digunakan untuk topikal atau dimasukan kedalam lubang tubuh
Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik, dalam botol mulut lebar, terlindung dari
cahaya,ditempat sejuk
Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata dengan menggunakan dasar
salep yang cocok
Bahan obaat dan dasar salep disterilkan dengan dikocok, tube disterilkan dengan
autoklaf ( suhu 115-116 derajat celcius, tidak kurang dari 30 menit),
1. bacitracini ucolentum
2. chloramphenicoli oculentum
3. hydrocortisone acetas oculentum
4. cortetracyclini hydrocloridi oculentum
5. sulfacetamidi natrici oculentum
1. bacitracini oculentum
2. chloramphenicoli hyrocortisoni oculentum
3. chloramphenicoli oculentum
4. clortetraciklini oculentum
5. hydrocortisone oculentum
perlu diperhatikan :
jika mengandung sublimat harus diperhatikan takaran maksimumnya karena mempunyai TM
khusus untuk mata. HgO yang dipakai biasanya HgO flavum yang tentunya lebih halus.
SOLUTIO
A. Pengertian
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut.
Bila zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain akan terjadi tipe larutan sebagai berikut :
1. Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.
2. Larutan, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.
3. Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat
larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
4. Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut
melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur tertentu.
Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat yang terlarut disebut solute. Solvent
yang biasa dipakai adalah :
1. Air untuk macam-macam garam
2. Spiritus , misalnya untuk kamfer, iodium , menthol.
3. Gliserin, misalnya untuk tannin, zat samak, borax, fenol.
4. Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor , sublimat.
5. Minyak, misalnya untuk kamfer dan menthol.
6. Parafin Liquidum, untuk cera, cetaceum, minyak-minyak, kamfer, menthol,
chlorobutanol.
7. Eter minyak tanah , untuk minyak-minyak lemak.
2. Cosolvensi.
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya
penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya Luminal tidak larut dalam
air, tetapi larut dalam campuran air – gliserin atau solutio petit
3. Kelarutan.
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut , zat yang sukar larut
memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi
umumnya adalah :
a. Dapat larut dalam air.
Semua garam klorida larut , kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2.
Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base, seperti bismuthi subnitras.
Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4 (sedikit larut)
4. Temperatur.
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat tersebut bersifat
endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak larut, zat
tersebut bersifat eksoterm, karena pada proses kelarutannya menghasilkan panas.
Contoh : K2SO4, KOH, CaHPO4, Calsium gliseropospat, minyak atsiri, gas-gas yang
larut.
5. Salting Out.
Adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih
besar di banding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau
terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contoh :
a. Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan
larutan NaCl jenuh. Disini kelarutan NaCl dalam air lebih besar dibanding kelarutan
minyak atsiri dalam air, maka minyak atsiri akan memisah.
b. Reaksi antara papaverin Hcl dengan solutio charcot menghasilkan endapan
papaverin base.
6. Salting In.
Adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama
dalam solvent menjadi lebih besar. Contoh : riboflavin (vitamin B2) tidak larut dalam
air, tetapi larut dalam larutan yang mengandung nicotinamidum (terjadi penggaraman
riboflavin + basa NH4 ).
7. Pembentukan kompleks
Adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang
larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI
atau NaI jenuh.
KI + I2 → KI3
3. Sublimat (HgCl2), untuk obat tetes mata harus dilakukan dengan pemanasan atau
dikocok-kocok dalam air panas → disaring setelah dingin. NaCl dapat meningkatkan
kelarutan sublimat, tetapi menurunkan daya baktericidnya. Kadar Sublimat dalam obat
mata 1 : 4000
5. Seng klorida, melarutkan seng klorid harus dengan air sekaligus, kemudian disaring .
Karena jika airnya sedikit demi sedikit maka akan terbentuk seng oksi klorid yang
sukar larut dalam air. Bila terdapat asam salisilat larutkan seng klorid dengan sebagian
air kemudian tambahkan asam salisilat dan sisa air baru disaring.
7. Tanin, tanin mudah larut dalam air dan dalam gliserin. Tetapi tanin selalu mengandung
hasil oksidasi yang larut dalan air, tetapi tidak larut dalam gliserin sehingga larutannya
dalam gliserin harus disaring dengan kapas yang dibasahkan. Jika ada air dan gliserin,
larutkan tanin dalam air kocok baru tambahkan gliserin.
8. Extract opii dan extract ratanhiae, dilarutkan dengan cara ditaburkan ke dalam air sama
banyak, diamkan selama ¼ jam.
9. Perak protein, dilarutkan dalam air suling sama banyak, diamkan selama ¼ jam , di
tempat yang gelap.
12. Codein :
a. direbus dengan air 20 X nya, setelah larut diencerkan sebelumdingin.
b. dengan alkohol 96 % sampai larut ,lalu segera encerkan dengan air.
c. diganti dengan HCl Codein sebanyak 1,17 X-nya.
14. Bila terdapat bahan obat yang harus diencerkan dengan air, hasil pengenceran yang
diambil paling sedikit adalah 2 CC
15. Pepsin, tidak larut dalam air tapi larut dalam HCl encer.
Pembuatan : pepsin disuspensikan dengan air 10 X nya → + HCl encer. Larutan
pepsin hanya tahan sebentar dan tidak boleh disimpan.
17. Fenol, diambil fenol liquefactum yaitu larutan 20 bagian air dalam 100 bagian fenol.
Jumlah yang diambil 1,2 x jumlah yang diminta.
2. Elixir
Adalah sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan
(pemanis, pengawet, pewarna, pewangi) sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap
dan sebagai pelarut digunakan campuran air - etanol. Disini etanol berfungsi
mempertinggi kelarutan obat . Pada elixir dapat pula ditambahkan glycerol, sorbitol
atau propilenglikol. Sedangkan untuk pengganti gula bisa digunakan sirup gula.
3. Sirup.
Ada 3 macam sirup yaitu :
b. Saturatio adalah obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan basa
tetapi gas yang terjadi ditahan dalam wadah sehingga larutan jenuh dengan gas.
Pembuatan :
1. Komponen basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air yang tersedia. Misalnya
NaHCO3 digerus tuang kemudian masuk botol.
2. Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air yang tersedia.
3. 2/3 bagian asam masuk basa, gas dibuang seluruhnya. Sisa asam dituang hati-hati
lewat tepi botol, segera tutup dengan sampagne knop sehingga gas yang terjadi
tertahan.
Gas CO2 umumnya digunakan untuk pengobatan, menjaga stabilitas obat, dan
kadang kadang dimaksudkan untuk menyegar-kan rasa minuman ( corrigensia).
Hal yang harus diperhatikan untuk sediaan saturatio dan potio effervescent
adalah :
diberikan dalam botol yang kuat , berisi kira-kira 9/10 bagian dan tertutup kedap
dengan tutup gabus atau karet yang rapat. Kemudian diikat dengan sampagne
knop.
Tidak boleh mengandung bahan obat yang tidak larut , karena tidak boleh
dikocok. Pengocokan menyebabkan botol pecah karena botol berisi gas dalam
jumlah besar.
a. Garam dari asam yang sukar larut . misalnya natrii benzoas, natrii salisilas.
b. Bila saturasi mengandung asam tartrat maka garam-garam kalium dan
ammonium harus ditambahkan kedalam bagian basanya, bila tidak, akan
terbentuk endapan kalium atau ammonium dari asam tartrat.
Untuk melihat berapa bagian asam atau basa yang diperlukan dapat melihat tabel penjenuhan
( saturasi dan netralisasi ) dalam Farmakope Belanda edisi V berikut ini :
Asam
Untuk 10 Asam Asam Asam
Asetat Asam Tartrat
bagian Amygdalat Sitrat Salisilat
Encer
Ammonia 8,9 58,8 4,1 8,1 4,41
Kalium
- 144,7 10,1 20,0 10,9
Karbonat
Natrium
- 69,9 4,9 9,7 5,2
Karbonat
Natrium
18,1 119,0 8,3 16,4 8,9
Bikarbonat
Kalium Natrium Natrium
Ammonia
Karbonat karbonat Bikarbonat
Asam
11,2 - - 5,5
Amygdalat
Asam
1,7 0,7 1,43 0,84
Asetat (e)
Asam
24,0 9,9 20,4 12,0
Sitrat
Asam
12,3 5,0 10,4 6,1
Salisilat
Asam
22,7 9,2 19,1 11,2
Tartrat
5. Guttae ( drop)
Guttae atau obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi ,
apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan untuk obat dalam. Biasanya obat diteteskan
ke dalam makanan atau minuman atau dapat diteteskan langsung kedalam mulut.
Dalam perdagangan dikenal pediatric drop yaitu obat tetes yang digunakan untuk
anak-anak atau bayi . Obat tetes sebagai obat luar, biasanya disebutkan tujuan
pemakaiannya misalnya : eye drop untuk mata, ear drop untuk telinga.
Larutan topikal
Ialah larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali juga pelarut lain,
misalnya etanol untuk penggunaan topikal pada kulit dan untuk penggunaan topikal pada
mukosa mulut. Larutan topikal yang berupa suspensi disebut lotio Sedian-sedian termasuk
larutan topical :
1. Collyrium
Adalah sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing, isotonus,
digunakan untuk membersihkan mata.dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet.
Kolirium dibuat dengan melarutkan obat dalam air, saring hingga jernih,masukkan
kedalam wadah, tutup dan sterilkan. Penyimpanan : Dalam wadah kaca atau plastik
tertutup kedap.
Catatan :
Pada etiket harus tertera :
a. Masa penggunaan setelah tutup dibuka.
b. “ Obat cuci mata”
Kolirium yang tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan paling lama
24 jam setelah botol dibuka tutupnya. Kolirium yang mengandung pengawet dapat
digunakan paling lama tujuh hari setelah botol dibuka tutupnya.
2. Guttae Ophthalmicae.
Tetes mata adalah larutan steril bebas partikel asing merupakan sediaan yang dibuat dan
dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. Tetes mata juga tersedia
dalam bentuk suspensi, partikel halus dalam bentuk termikronisasi agar tidak
menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea.
Hal –hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan obat tetes mata :
a. Nilai isotonisitas.
Secara ideal obat tetes mata harus memiliki nilai isotonis sama dengan larutan NaCl
0,9 % b/v. Tetapi mata masih dapat tahan terhadap nilai isotonis rendah yang setara
dengan larutan NaCl 0,6 % b/v dan tertinggi yang setara dengan larutan NaCl 2, 0 %
b/v.
b. Pendaparan
Salah satu maksud pendaparan larutan obat mata adalah untuk mencegah kenaikan
pH yang disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil oleh wadah kaca. Hal
tersebut dapat mengganggu kelarutan dan stabilitas obat. Selain itu penambahan
dapar juga dimaksudkan untuk menjaga stabilitas obat tertentu misalnya : garam –
garam alkaloid.
Air mata normal memiliki pH 7,4 secara ideal obat tetes mata memiliki pH seperti
pada air mata, tetapi karena beberapa bahan obat tidak stabil (tidak larut/ rusak/
mengendap) pada pH tersebut maka sebaiknya obat tetes mata di dapar pada pH
sedekat mungkin dengan pH air mata supaya tidak terlalu merangsang mata.
Pada larutan yang digunakan pada mata, terlebih pada mata yang luka sterilitas
adalah yang paling penting, untuk mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut.
c. Pengawet
Wadah larutan obat mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas
pada pemakaian pertama. Larutan harus mengandung zat atau campuran zat yang
sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan bakteri yang mungkin
masuk pada waktu wadah dibuka pada saat digunakan.
Untuk penggunaan pada pembedahan , selain steril larutan obat mata tidak boleh
mengandung antibakteri karena dapat menimbulkan iritasi pada jaringan mata.
d. Pengental
a. Obat dilarutkan kedalam salah satu zat pembawa yang mengandung salah satu zat
pengawet , dijernihkan dengan cara penyaringan, masukkan kedalam wadah, tutup
wadah dan sterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 115-116oC selama 30 menit.
b. Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu zat
pengawet dan disterilkan menggunakan bakteri filter masukkan kedalam wadah
secara tehnik aseptis dan tutup rapat
c. Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu zat
pengawet, dijernihkan dengan cara penyaringan, masukkan kedalam wadah, tutup
rapat dan sterilkan dengan penambahan bakterisid , dipanaskan pada suhu 98-
100oC selama 30 menit.
3. Gargarisma (Gargle)
Gargarisma atau obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutan umumnya dalam
keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan. Dimaksudkan untuk
digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan.
Penandaan.
4. Litus Oris.
Oles Bibir adalah cairan agak kental dan pemakaiannya secara disapukan dalam mulut.
5. Guttae Oris
Tetes mulut adalah obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara mengencerkan
lebih dahulu dengan air untuk dikumur-kumurkan, tidak untuk ditelan.
6. Guttae Nasales
Tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat
ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet.
Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa.
7. Inhalationes
Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot hidung atau mulut, atau disemprotkan dalam
bentuk kabut kedalam saluran pernafasan . Tetesan butiran kabut harus seragam dan
sangat halus sehingga dapat mencapai bronkhioli. Inhalasi merupakan larutan dalam air
atau gas. ( akan dibahas lebih lanjut dikelas III)
Penandaan : Jika mengandung bahan yang tidak larut pada etiket harus tertera “ Kocok
dahulu”
tidak boleh mengandung zat lendir. Juga berfungsi sebagai karminativa, emolient,
diagnostic, sedative, anthelmintic dan lain-lain. Untuk mengurangi kerja obat yang
bersifat merangsang terhadap usus , dipakai basis berlendir misalnya mucilago amyli.
Pada pemakaian per rectal berlaku dosis maksimal.
Enema diberikan dalam jumlah variasi tergantung pada umur dan keadaan penderita.
Umumnya 0,5 sampai 1 liter, tetapi ada juga yang diperpekat dan diberikan sebanyak
100 – 200 ml.
10. Douche.
Adalah larutan dalam air yang dimasukkan dengan suatu alat ke dalam vagina, baik
untuk pengobatan maupun untuk membersihkan. Karenanya larutan ini mengandung
bahan obat atau antiseptik. Untuk memudahkan, kebanyakan douche ini dibuat dalam
bentuk kering/padat (serbuk, tablet yang kalau hendak digunakan dilarutkan dalam
sejumlah air tertentu, dapat juga diberikan larutan kental yang nantinya diencerkan
seperlunya. Contoh Betadin Vaginal Douche (dikemas beserta aplikatornya)
E.Hitungan Farmasi
Farmakope Indonesia Edisi IV memberikan 3 bentuk persen yaitu :
Menurut FI edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase, yang cairannya terdispersi dalam
cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil
2. Komponen Emulsi
a. Kompenen dasar : kompenen /bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat dalam
emulsi
b. Kompenen tambahan : bahan tambahan yang sering ditabahkan pada emulsi utuk
memperoleh hasil yang lebih baik anatara penambah rasa, bau, dan warna
*Fase kontinue yaitu zatcair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar dari emulsi
*Kompenen tambahan bahan tambahan untuk memperoleh hasil yang baik EX: corrigen
odoris, odoris, colouris, preservative (pengawet), anti oksidan
3. tipe emulsi
Untuk memperoleh preparat yang stabil dan ratadari campuran dua cairan yang saling
tidak bisa bercampur
Semakin tinggi perbedaan teganagan yang terjadi pada bidang maka zat cair akan
semakain susah untuk bercampur. Emulgator akan menurunkan menghilangkan tegangan
yang terjadi pada bidang sehingga antara kedua zat akan mudah bercampur.
Masing-masing kelompok akan bergabung dalam zat yang sesenanginya, kelompok hidrofil
kedalam air, kelompok lipofil kedalam minyak akan menjadi tali pengikat antara air dan
minyak
Semakin besar harga HLB semakin banyak kelompok suka pada air. Itu aratinya emulgator
akan mudah larut dalm air.
Emulgator akan diserap pada batas anatar air dan minyak, sehingga bentuk lapisn film akan
membungkus oartikel fase disper.
A. emulgator alam
gom arab baik untuk tipe o/w untuk obat dalam. Kestabilan emulsi yang dibuat dengan gom
arab berdasarkan 2 faktor
Cara pembuatan :
Minyak padat dilebur lalu ditambahkan gom, buat corpus emulsi dengan air panas 1,5
X berat gom kemudian encerkn dan dinginkan dengan air dingin.
B. Emulgator Buatan
Sabun
Tween 20 : 40 : 60 : 80
Span 20 : 40 : 80
Dilihat dari factor tersebut, faktor c dan b merupakan faktor yang tidak dapat diubah lagi
karena muatan atau sifat alam dan konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalam
resep tersbut. Mengurangi ukuran partikel dapat dilakukan dengan pertolongan alat mixer,
homogenizer, colloid mill dan mortir. Menambah kekentalan dapat ditambah zat pengental
yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Contoh: golongan polysaccharida, golongan gom,
golongan agar, golongan selulose, golongan tanahliat, golongan organik polimer.
BAHAN PENSUSPENSI
Bahan pensuspensi dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1. Bahan Pensuspensi dari Alam
2. Bahan Pensuspensi Sintesis
Sistem pembentukan suspensi akan lebih stabil jika menggunakan sistem flokulasi dengan
metode structure vehicle.
1. Volume sendimentasi
Perbandingan volume sendimentasi(Vu) terhadap volume mula-mula suspensi(Vo)
sebelum menguap.
F = Vu : Vo
2. Derajat flokulasi
Perbandingan volume sendimen akhir suspensi flokulasi(Vu) terhadap volume
sendimen akhir suspensi deflokulasi(Voc)
Derajat flokulasi = Vu : Voc
3. Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sendimentasi dan redispersibilitas, membantu
menentukan perilaku pengendapan,, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk
tujuan perbandingan.
4. Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara “freeze thraw cycling” Yaitu temperatur diturunkan sampai titik
beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali.
TABLET
PENGERTIAN MENURUT FI EDISI IV
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Warna tablet :
Tablet yang berwarna kemungkinan karena zat aktifnya berwarna, tetapi ada tablet yang
sengaja diberikan warna dengan maksud agar tablet lebih menarik, mencegah pemalsuan,
membedakan tablet yang satu dengan tablet yang lain.
B.PENGOLONGAN
1. Berdasarkan metode pembuatan
a. Tablet cetak (molding tablet) : Dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi
umumnya mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai
perbandingan.
b. Tablet kempa (tabulae compressoe) : Dibuat dengan memberikan tekanan
tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Dibuat dengan cara
dikempa, umumnya menggunakan manitol, sorbitol atau sukrosa sebagai bahan
pengikat dan bahan pengisi, mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma
untuk meningkatkan penampilan dan rasa.
Contoh tablet dengan cara di kempa : Tablet triturat, Tablet hipodermik, Tablet
Sublingual, Tablet bukal,Tablet effervesent
2. Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh:
a. Bekerja lokal
Tablet hisap untuk pengobatan pada rongga mulut. Ovula pengobatan pada
infeksi di vagina.
b. Tablet yang bekerja sistemik dapat dibedakan menjadi :
1) Yang bekerja short acting ( jangka pendek ), dalam satu hari memerlukan
beberapa kali menelan tablet.
2) Yang bekerja long acting ( jangka panjang )
2 a). Delayed action tablet ( DAT )
Kerjanya karena terlepasnya zat berkhasiat dalam selang waktu.
2 b) Repeat action tablet ( RAT )
Melepaskan sejumlah zat dan melepaskannya lagi kegiatannya berulang.
3. Berdasarkan jenis bahan penyalut.
Macam-macam tablet salut :
a. Tablet salut biasa / salut gula ( dragee/SCT ), disalut dengan gula dari
suspensi dalam air mengandung serbuk yang tidak larut. Kelemahannya waktu
penyalutan lama, dan perlu penyalut tahan air. Hal ini memperlambat disolusi
dan memperbesar bobot tablet. Tahapan pembuatan salut gula :
1) Penyalutan dasar ( subcoating ) : Untuk tablet mengandung zat yang
hygroskopis, menggunakan salut penutup (sealing coat) agar air tidak masuk
dalam tablet.
2) Melicinkan (smoothing) : Membuat tablet menjadi bulat dan licin.
3) Pewarnaan (coloring) : Dengan memberi zat warna yang dicampur pada
sirup pelicin.
4) Penyelesaian (finishing) : Proses pengeringan salut menghasilkan tablet
yang licin.
5) Pengilapan (polishing) : Tablet salut menjadi mengkilap, menggunakan
cera.
b. Tablet salut selaput (film coated tablet / FCT), disalut dengan
hidroksipropil metilselulosa, metil selulosa, hidrosi propil selulosa, Na-CMC
dan campuran selulosa asetat ftalat dengan P.E.G yang tidak mengandung air
atau mengandung air. Penyalut adalah hasil pengendapan dari pelarut yg cocok,
dikenakan ke tablet atau disemprotkan, lapisan umumnya tidak lebih dari 10%
berat tablet.
c. Tablet salut kempa (press coated tablet/PCT : Dikempa cetak dengan
massa granulat yang terdiri dari laktosa, kalsium fosfat dan zat lain yang cocok.
Mula-mula dibuat tablet inti, kemudian granul halus dan kering dikempa
disekitar tablet inti sehingga terbentuk tablet berlapis ( multi layer tablet ). Untuk
pengobatan secara repeat action.
d. Tablet salut enterik (enteric coated tablet/ECT), (tablet lepas-tunda)
bertujuan menunda pelepasan obat di lambung, penyalut yg relatif tdk boleh
larut dalam asam tetapi larut dalam usus.
e. Tablet lepas-lambat (sustained release), (efek diperpanjang, efek
pengulangan dan lepas lambat) dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan
tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan.
Tujuan penyalutan tablet adalah :
a. Melindungi zat aktif yang bersifat hygroskopis(tidak tahan udara, kelembaban atau
cahaya),
b. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak,
c. Membuat penampilan lebih baik dan menarik,
d. Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna. Misalnya enteric tablet yang
pecah di usus.
4. Berdasarkan cara pemakaian.
A. Tablet biasa / tablet telan : dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral
dengan cara ditelan, pecah di lambung
B. Tablet kunyah (chewable tablet) : Bentuk seperti tablet biasa, caranya
dikunyah dulu dalam mulut kemudian ditelan., rasanya umumnya tidak pahit.
C. Tablet hisap (lozenges, trochisi, pastiles): Tablet dihisap dalam mulut,
beraroma dan manis. Tablet ini dibuat dengan cara tuang ( dengan bahan dasar
gelatin dan atau sukrosa yang dilelehkan atau sorbitol ) disebut Pastilles atau
dengan cara kempa dengan bahan dasar gula yang disebut Trochisi. Digunakan
sebagai obat lokal pada infeksi di rongga mulut atau tenggorokan. Umumnya
mengandung antibiotik, antiseptik, adstringensia.
D. Tablet larut (effervescent tablet) : Contohnya Ca-D-Redoxon , Supradin
Effervescent tablet.
E. Tablet implantasi (pelet): Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril dan bersi
hormon steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek kulit sedikit,
kemudian tablet dimasukkan, kemudian kulit dijahit kembali. Zat khasiat akan
dilepas perlahan-lahan.
F. Tablet hipodermik (hypodermic tablet) : tablet steril, berat umumnya 30
mg, larut dalam air digunakan dengan cara melarutkan ke dalam air untuk injeksi
secara aseptik dan disuntikkan di bawah kulit ( subcutan ).
G. Tablet bukal (buccal tablet) : Digunakan dengan cara meletakan tablet
diantara pipi dan gusi.
H. Tablet sublingual : Meletakan tablet dibawah lidah (contoh: Coclocard
sublingual tab, sorbitol tab, fersorbid tab). Waktu hancur singkat sekitar 2 menit.
I. Tablet vagina (Ovula) : Pengobatan lokal dengan memasukan tablet kedalam
vagina menggunakan alat yang cara penggunaan nya tertera di etiket. Contoh:
Canesten vaginal tablet, Flagystatin, Naxogen complex vaginal tablet, Trovogen
vaginal tablet, Gyne lotrement vaginal tablet.
KOMPONEN
Zat aktif harus memenuhi syarat yang ditentukan Farmakope
a. Bahan excipient / bahan tambahan
b. Bahan pengisi(Diluent)
Untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak.Misalnya laktosa, pati,
kalsium fosfat dibase, dan selulosa mikrokristal.
c. Bahan pengikat (binder)
Untuk menyatukan atau mengikat bahan menjadi tablet, agar tablet tidak pecah dan
retak.Misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa, CMC, pasta pati
terhidrolisa, selulosa mikrokristal.
d. Bahan penghancur / pengembang (desintegran)
Membantu hancurnya tablet setelah ditelan.Misalnya pectin,cerosol,gelatin dan asam
alginat.
e. Bahan pelicin (lubrikan/ lubricant)
Untuk mencegah melekatnya tablet waktu di cetak dengan mesin tablet bahan
pelicin.Misalnya senyawa asam stearat dengan logam, asam stearat, minyak nabati.
f. Bahan pewarna (colour)
Meningkatkan nilai estetika atau untuk identitas produk. Misalnya zat pewarna dari
tumbuhan.
g. Bahan pengharum (flavour)
Menutupi rasa dan bau zat khasiat yang tidak enak (tablet isap Penisillin).Misalnya
macam-macam minyak atsiri.
STERILISASI adalah proses kerja agar suatu bahan obat,alat atau tempat dapat bebas dari
semua jasad renik atau mikroba baik yang patogen maupun tidak patogen bersama dengan
sporanya
PEMANASAN KERING:
1. Pemanasan Kering
FI III disebut CARA D (PEMANASAN KERING)
2. Pemijaran
Dipakai api gas tidak berwarna
Contoh : Benda logam (pinset,penjepit krus) dan bahan obat (ZnO,NaCl,talk)
PEMANASAN BASAH
Yang dipanaskan adalah air yang menjadi uap air (koagulasi)
Waktu singkat (30 menit-1jam) dan suhu rendah (max 116’C)
Digunakan untuk injeksi pada pembawa berair
Celupkan seluruh unit penyaring dalam air, lalu hubungkan dengan pompa, masukkan
udara. Apabila terjadi gelembung kecil – kecil rata, berarti tidak bocor. Bila ada yang besar
berarti bocor atau retak.
STERILISASI ASEPTIK
a. Semua alat, bahan, pelarut dan ruang kerja yang dipakai lebih dahulu disterilkan lebih
dahulu dengan cara yang cocok dan bahan disiapkan dalam jumlah berlebih.
b. Perencanaan alat harus seteliti mungkin dan pekerja harus benar paham maksud
pekerjaan ini
INJEKSI
A. PENGERTIAN
Menurut FI III
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan,emulsi, atau suspensi yg harus dilarutkan
atau didispersikan lebih dahulu sblm digunakan yg disuntukkan dengan cara merobek
jaringan kedlm kulit atau melalui kulit atau selaput lender.
Menurut FI IV
Injeksi adalah sediaan steril untuk kegunaan parenteral, digolongkan menjadi 5 jenis
yang berbeda, yaitu :
1. Obat atau larutan atau emulsi yg digunakan untuk injeksi disebut Injeksi…
2. Sediaan padat kering atau cairan pekat tidak mengandung dapar,pengencer atau
bahan tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah penambahan pelarut yang
sesuai memenuhi syarat injeksi atau dapat dibedakan dari nama bentuknya …steril
3. Sediaan seperti tertera pada (2) tetapi mengandung satu atau lebih dapar,
pengencer atau bahan tambahan lain, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya
…untuk injeksi
4. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak
disuntikkan secara intra vena atau ke dalam saluran spinal dan dapat dibedakan
dari nama bentuknya, suspense…steril
5. Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutanyang
memenuhi persyaratan untuk suspense steril setelah penambahan bahan pembawa
yang sesuai dan dapat dibedakan dari nama bentuknya …steril untuk suspensi.
Penggolongan
Syarat-syarat infuse :
a. Steril
b. Jernih
c. Harus isotonis,isohidris,isoioni
d. Harus bebas pyrogen
e. Memenuhi syarat keseragaman volume
f. Jika bentuk emusi dibuat dgn tipe O/W, diameter fase dlm tidak lebih dari
5mikrometer, jika dikocok harus tetap homogen dan tdk menunjukkan
pemisahan
g. Tidak boleh mengandung bakterisida dan zat dapar.
9. Injeksi subkonjungtiva
Disuntikkan pada selaput lender bawah mata. Volume tidak lebih dari 1ml.
Kekurangan :
1. Karena kerja obat cepat, jika terjadi kesalahan sukar mengambil tindakan
pencegahannnya
2. Pemberian obat lebih sukar dan memerlukan tenaga khusus
3. Sakit pada bekas suntikkan/anak-anak takut disuntik
4. Kemungkinan infeksi lebih besar dibandingkan per oral
5. Tidak ekonomis/lebih mahal
penjelasan
1. bahan obat
bahan obat harus memenuhi syarat yang tercantum dalam farmakope Indonesia
2. pelarut / pembawa
pelarut dan zat pembawa air
pelarut dan pembawa bukan air
o pelarut dan zat pembawa air
umumnya di pakai air. Karena mudah, murah, dan dapat diterima baik
oleh tubuh
aqua pro injectione adalah pelarut pilihan untuk larutan injeksi,
terbuat dari aqua bidestillata.
Aqua pro injection
a) yang digunakan untuk pembuatan obat suntik : aqua bidest r.p.
b) yang digunakan untuk pelarut serbuk p.i. : aqua bidest
disterilkan dengan cara A atau C segera setelah
diwadahkan.
“obat suntik dengan minyak sebagai pelarut tidak boleh disuntikkan ke dalam
pembuluh darah, hanya boleh disuntikkan ke dalam otot”
3. Bahan pembantu
1) Pencapai isotoni
Suatu larutan dikatakan istoni apabila :
a. Tekanan osmosi nya sama dengan tekanan osmose cairan tubuh
(tekanan osmose larutan 0,9% NaCl
b. Titik bekunya sama dengan titik beku cairan tubuh -0,52°C
Kadar zat terlarut berbanding lurus dengan dengan tekanan osmose dari
larutan tsb. Jika kadar zat terlarut kecil, maka tekanan osmose kecil.
Jika dua macam cairan yang dipisah oleh suatu selaput semipermeable yang
mempunyai tekanan osmose yang berlainan, maka cairan (air) selalu akan
mengencerkan larutan yang lebih pekat, agar kedua sisi selaput seimbang.
2) Pencapai pH optimal
Isohydris = pH larutan obat suntik sama dengan pH cairan tubuh
Sering terjadi obat dibuat sesuai dengan pH optimal obat, karena tidak tahan
pada pH cairan tubuh.
Antara isohydri atau pH optimal, kita lebih mengutamakan pH optimal.
Fungsi pengaturan pH suatu larutan :
a) Menjamin stabilitas obat (mencegah perubahan warna larutan, efek
terapi optimal obat, menghindari terjadinya reaksi obat)
b) Mengurangi sifat merangsang beberapa obat/perasaan sakit waktu
disuntukkan
Pengaturan PH dapat dilakukan dengan cara :
a) Penambahan zat tunggal (asam untuk alkaloida, basa untuk sulfa-
sulfa
b) Penambahan larutan dapar
3) Pencapai isoioni
Pada penyuntikan larutan jumlah besar, sebaiknya susunan ion dalam larutan
disesuaikan dengan ion-ion dalam darah
Obat infus sebaiknya mengandung : K, Mg, Ca, selain Na dan Cl
Contoh bakterisida yang dipakai untuk obat suntik dan tercantum dalam FI III:
Fenol 0,5 % b/v, chlorbutanol 0,5 % b/v, kresol 0,3% b/v, klorkresol 0,1 %
b/v, fenil raksa II nitrat 0,001% b/v.
Syarat bakteriostatika :
o Memenuhi syarat-syarat bahan tambahan seperti yang tertera
pada ketentuan umum FI
o Harus mempunyai daya bakteriostatika yang cukup besar
o Stabil pada waktu sterilisasi
6) Bahan Stabilisator
u/ menjaga stabilitas larutan injeksi dalam penyimpanan. Stabilisator
digunakan untuk :
- Mencegah terjadinya oksidasi oleh udara, dengan cara :
(a) Mengganti udara di atas larutan injeksi dengan gas inert,
misalnya gas N₂ atau gas CO₂.
-Cairan infuse digunakan botol infuse (uk +- 500 ml); Plastik atau botol gelas.
Kelebihan: 1) netral scr kimiawi; 2) Tidak berat & tidak pecah shgg mudah
diangkut; 3) tidak perlu penutup karet.
Kekurangan: Dapat ditembus dgn uap air; bila disimpan slm setahun pda suhu
kamar akan kehilangan air sebanyak 1%; ditembus gas CO2; mengendapkan
karbonat.
6. Harus memenuhi syarat " Uji Wadah kaca untuk injeksi ".
Syarat gelas / kaca:
Tutup karet :
Digunakan pada wadah dosis ganda yang terbuat dari gelas / kaca. Tutup karet
dibuat dari karet sintetis atau bahan lain yang cocok. Untuk injeksi minyak ,
tutup harus dibuat dari bahan yang tahan minyak atau dilapisi bahan pelindung
yang cocok.
a. Syarat fisika:
- Bila ditusuk tidak boleh rusak. Tidak boleh ada bagian yang melekat
pd jarum.
- Lubang bekas ditusuk harus di tutup kembali.
- Kenyal dan lentur.
b. Kimia (dipanasi 120 C 1/2 jam dgn air yg harus:
- pH 5,2-7
- Tetap jenrih, tidak berwarna, boleh pahit sedikit.
- 100 ml larutan jika diuapkan sisa tidak lebih dari 10 mg.
- Tidak boleh mengandung pirogen.
- Uap yg tdk menghitamkan kertas timbale asetat.
Cara sterilisasi :
masukkan tutup karet ke dalam labu berisi larutan bakterisida, tutup, sterilkan dengan
cara sterilisasi A, biarkan selama tidak kurang dari 7 hari. Bakterisida yang digunakan
harus sama dengan bakterisida yang digunakan dalam obat suntiknya dengan kadar 2
kalinya dengan volume untuk tiap 1 gram karet dibutuhkan 2 ml.
D. SYARAT-SYARAT INJEKSI
1. Keseragaman bobot / volume
2. Uji kejernihan
3. Uji sterilitas
4. Uji kebocran
5. Uji pirogenitas
Kriteria injeksi:
1. Larutan jernih, tidak berwarna (kecuali suspense dan warna dari obatnya)
2. Steril
3. Jika memungkinkan Isotonis;Isohidris;Ioioni
4. Memenuhi syarat keseragaman bobot (u/ injeksi yg harus dilarutkan atau
disuspensikan dulu)
5. Memenuhi syarat keseragaman volume u/ injeksi bentuk cairan
6. u/ injeksi yg 1x pemakaian lebih besar 10 ml, harus bebas pirogen.
Pemeriksaan
Untuk injeksi dalam bentuk cairan, volume isi netto tiap wadah harus
sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan. Kelebihan volume yang dia
jurkan tertera dalam daftar berikut:
2. Pemeriksaan Kejernihan
Candida albicans Penafsiran hasil : zat uji dinyatakan pada suhu 300 –
320 selama tidak kurang dari 7 hari, tidak terdapat pertumbuhan jasad
renik.
4. Pemeriksaan kebocoran
Ampul: disterilkan dgn cara terbalik (ujung dilebur), yg bocor isinya akan kosong atau
berkurang setelah di sterilisasi.
Vial : setelah disterilkan, dlm keadaan masih panas masukkan ke dlm larutan biru
(metilen 0,1%) yg dingin, wadah yg bocor larutannya akan berwarna biru.
Dgn memasukkan ked lm eksikator dan divakumkan, wadah yg bocor isinya akan
terhisap keluar.
5. pemeriksaan Pirogen: Dpt dilakukan dgn cara LAL atau hewan percobaan
Pirogen: hasil metabolisme mikroorganisme dgn kadar 0,001-0,01g /BB dpt larut dlm air,
tahan pemanasan & menimbulkan demam bila disuntikan. Untuk larutan injeksi yg
1×pemakaian volumenya >10ml harus bebas pirogen.
3) Sumber pirogen
a. Air suling yg dibiarkan lama
b. Wadah larutan seperti glucose.NaCl,Na Sitrat
Ptb sebanding dgn besarnya tekanan asmose, ptb cairan tubuh -0,52°C
0,52 − b₁. C
𝐵=
b₂
ex:
R/ Methadon HCL 10 mg
0,52 − b₁. C
𝐵=
b₂
0,52−0,1×0,101
Agar isotonis, maka 𝐵 = 0,576
B = 0,885243
Jadi bobot NaCl yang masih diperlukan untuk tiap 100 cc = 0,885243≈ 0,088 gram
(E) adalah sekian gram NaCl yg menimbulkan tekanan asmose yg sama dgn yg
disebabkan 1 gram zat terlarut.
Rumus ekivalensi:
V= W.E.V’
V= (W₁×E₁)+(W₂×E₂)+…. ×111,1
Ket:
Ex:
R/ AtSO₄ 0,1
Ekivalen NaCl= 1
Jwb:
10= [(0,1×0,13)+(0,1×0,12)+(W₃×1)]×111,1
=(0,025+ W₃)×111,1
W₃= 0,065 g