Anda di halaman 1dari 73

Konsep Kefarmasian

A. PENDAHULUAN

Ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat pbatan
menjadi bentuk tertentu hingga siap sebagai obat. Penyediaan disini mengandung arti
pengumpalan, pengenalan, pengawetan dan bahan baku dari obat obatan.

Pada waktu seseorang masuk terjun kedalam pendidikan kefarmasian berarti dia mulai
mempersiapkan dirinya untuk melayani masyrakat dalam hal :

 Memenuhi kebutuhan obat yang aman dan bermutu.


 Pengaturan dan pengawasan distribusi obat yang beredar dimasyarakat.
 Peningkatan peranan dalam bidang penyelidikan dan pengembangan obat.

B. SEJARAH KEFARMASIAN

Nama ilmuan yang berperan :

 Hipocrates (460-370), beliau disebut Bapak Ilmu Kedokteran


 Dioscorides (abad 1 setelah masehi), beliau adalah ahli botani dengan karya
De Materia Medica
 Galen (130-200 Masehi), beliau adalah dokter ahli farmasi yunani, sediaan
farmasinya adalah Farmasi Galenika

Ilmu farmasi menjadi ilmu pengetahuan yang sesungguhnya pada abad XVII di
perancis. Pada tahun 1797 telah berdiri sekolah farmasi pertama di prancis. Di amerika
sekolah farmasi berdiri tahun1821 di Philadelphia.

C. FARMAKOPE

Farmakope memuat persyaratan kemurnian, sifat kimiadan fisika, cara pemeriksaan,


serta beberapa ketentuan lain yang berhubungan dengan obat obatan. Jika digunakan istilah
FI tanpa keterangan lain selama periode berlakunya Farmakope Indonesia ini, maka yang
dimaksudkan adalah DI IV dan semua suplemennya.

 Bahan dan proses  Wadah dan penyimpanan


 Bahan tambahan  Kemasan tahan rusak
 Tangas uap  Wadah tidak tembus cahaya
 Tangan air  Wadah tertutup baik
 Larutan  Wadah tertutup rapat
 Bobot jenis  Wadah tertutup kedap
 Suhu  Wadah satuan tunggal maupun ganda
 Air  Wadah dosis tunggal maupun ganda
 Pemerian  Suhu penyimpanan
 Kelarutan  Persen dan daluarsa
C. OBAT DAN SEDIAAN

Obat adalah semua bahan tunggal maupun campuran yang dipergunakan oleh semua
makhluk untuk bagian dalam maupun luar, guna mencegah, meringankan ataupun
menyembuhkan penyakit.

Pengertian obat secara khusus

1. Obat jadi, obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, cairan
salep, teblet, pil, suppositoria atau bentuk lain yang mempunyai teknis sesuai
farmakope.
2. Obat patent, obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si pembuat yang
yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli.
3. Obat baru, yang terdiri dari zat, baik sebagai bagian yang berkhasiat, ataupun tidak
berkhasiat.
4. Obat asli, ialah obat yang didapat langsung dari bahan bahan alamiah indonesia,
terolah secara sederhana atas dasar pengalaman.
5. Obat esensial, ialah obat yang paling dibutuhkan untuk pelayan kesehatan masyrakat
terbanyak dan tercantum dalam daftar obat esensial yang ditetapkan oleh MENKES.
6. Obat generik, obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam FI untuk zat bekhasiat
yg dikandungnya.

Penggolongan obat

Macam macam penggolongan obat :

1. Menurut kengunaannya obat dapat dibagi :


a. Untuk menyembuhkan (terapeutik)
b. Untuk mencegah (prophylatic)
c. Untuk diagnosa (diagnostic)
2. Menurut cara penggunaan obat dapat dibagi:
a. Pemakaian dalam, adalah obat yang digunakan melalui oragan diberi dengan
etiket putih
b. Pemakaian luar, obat yang digunakan selain melalui oral dan diberi tanda
etiket biru.
3. Menurut carakerjanya:
a. Lokal, yg bekerja dijaringan setempat
b. Sistemis, terdistribusi kesu=eluruh tubuh
4. Menurut UU kesehatan obat digolongkan dalam:
a. Obat narkotika, obat yg berbahaya yang dipergunakan tanpa batasan dan
pengawasan
b. Obat psikotropika, obat yang mempengaruhi pikiran/perasaan/kelakuan
seseorang.
c. Obat keras adalah semua obat yang..
i. Yang tercantum dalam daftar obat keras.
ii. Diberi tanda khusus lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi
berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi.
iii. Obat baru, kecuali dinyatakan departemen kesehatan tidak
membahayakan.
iv. Semua sediaan parenteral
d. Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep
dokter dengan penyerahan dalam bungkus aslinya dan diberikan tanda
peringatannya.
e. Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli secara bebas, dan tidak
membahayakan bagi si pemakai.

Sumber obat

1. Tumbuhan (flora, nabati)


2. Hewan (fauna, nabati)
3. Mineral (pertambangan)
4. Sintesis (tiruan/buatan)
5. Mikroba seperti antibiotik penicillin.

E. RESEP

Pengertian Resep

Resep adalah permintaa tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter hewan yang diberi
izin berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku kepada apoteker pengelola
apotik untuk menyediakan dan menyerahkan obat obatan bagi penderita. Sering juga disebut
formulae officinalis (yaitu resep yang tercantum dalam buku farma kope ataubuku lainnya
yang merupkan standar).

Resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang artinya recipe (ambilah). Suatu resep yang
lengkap harus memuat :

 Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter hewan.
 Tanggal penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi obat
 Randa resep pada bagian kiri setiap penulisan resep
 Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan
perundang undangan yang berlaku.
 Nama pasien, jenis hewan, umur, serta alamat/ pemilik hewan
 Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimal.

Pembagian suatu resep yang lengkap :

 Tanggal dan tempat ditulisnya resep (inscriptio)


 Aturan pakai (sinatura)
 Tanda tangan dokter (supscriptio)
 Tanda buka penulisan resep dengan R/ (invocatio)
 Nama obat, jumlah dan cara pembuatannya (praescriptio atau ordinatio)

Yang berhak menulis resep adalah dokter, dokter gigi dan dokter hewan. Sedangkan
pembiusan atau patirasa secara umum tetap dilarang bagi dokter gigi Depkes No.
19/Ph/62 Mei 1962

Resep untuk pengobatan segera

 Cito : segera
 Urgent : penting
 Statim : penting
 P.I.M : berbahaya bila ditunda

Komponen Resep menurut Fungsi

 Remedium Cardinalis, bahan berkhasiat utama


 Remedium ajuvans, obat yang menunjang bekerjanya bahan utama
 Corrigents, zat tambahan yang digunakan untuk mempernaiki warna, rasa dan baudari
obat
o C. Actionis, digunakan untuk memperbaiki kerja zat khasiat utama
o C. Odoris, memperbaiki aroma
o C. Saporis, memperbaiki rasa
o C. Coloris, memperbaiki warna
o C. Solubilis, memperbaiki kelarutan dari obat utama
 Constituens/Vehiculum/Exipiens, merupakan zat tambahan. Adalah bahan obat yang
bersifat netral dan dipakai sebagai bahan pengisi dan pemberi bentuk.

Salinan Resep (Copy Resep)

1. Nama dan alamat apotek


2. Nama dan nomer izin apoteker pengelola aoptek
3. Tanda tangan atau paraf apoteker pengelola apotek
4. Tanda det atau obat yang sudah diserahkan dan tanda nedet untuk obat yang belum
diserahkan, pada resep dengan tanda Iter...X diberi tanda detur orig/detur... X
5. Nomor resep dan tanggal pembuatan

Penyimpanan Resep

Resep yang disimpan sekurang kurangnya selama 3 tahun, resep yang mengandung
narkotika disimpan terpisah. Resep yang disimpan melebihi jangkan 3 tahun dapat
dimusnahkan.

Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang
memadai oleh apoteker pengelola apotek bersama sama dengan sekurang kurangnya seorang
petugas apotek.

F. DOSIS
Pengertian dosis

Ketentuan umum FI edisi III mencantumkan 2 dosis yaitu :

1. Dosis Maksimal
2. Dosis Lazim

Macam macam dosis


Ditinjau dari dosis (takaran) yang dipakai, maka dapat dibagi sebagai berikut :
1. Dosis terapi, adalah dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan si sakit
2. Dosis maksimum, adalah dosis yang terbesar yang dapat diberikan kepada orang
dewasa untuk pemakaian sekali dan sehari tanpa membahayakan.
3. L.D.50, adalah dosis yang menbyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan
4. L.D.100, adalah dosis yang menyebabkan kematian pada 100% hewan percobaan
Dosis untuk ibu hamil
Sebaiknya diberikan dalam jumlah yang lebih kecil, bahkan untuk beberapa obat yang
dapat mengakibatkan abortus dilarang, juga wanita menyusui karena obat dapat diserap oleh
bayi melalui ASI.
Dosis untuk anak dan bayi
Aturan pokok untuk memperhitungkan dosis untuk anak tidak ada, karena itu
beberapa tokoh mencoba membuat perhitungan berdasarkan umur, bobot badan, dan luas
permukaan. Sebagai patokan sebagai berikut :
Untuk Anak : Berdasarkan umur
-Rumus YOUNG : n/(n+12) x dosis maksimal
-Rumus DILLING :n/20 x dosis maksimal
-Rumus FRIED :n/150 x dosis maksimal
: Berdasarkan Berat Badan
-Rumus CLARK (Amerika): BB anak(kg)/68 x dosis maksimal
-Rumus Thermich (Jerman) : BB anak (kg)/ 70 x dosis maksimal
Bahan yang mempunyai DM untuk obat luar yaitu :

 Napthol,guaiacol,kreosot untuk kulit


 Sublimat untuk mata
 Iodoform untuk obat pompa

Dosis maksimum gabungan


Bila dalam resep ada lebih dari 1 obat yg mempunyai kerja searah, maka harus dibuat
dosis maksimum gabungan. Yaitu : pemakian 1 kali zat A + pemakaian 1 kali zat B, hasil nya
kurang dari 100%

Ex: obat yang memiliki DM gabungan

1. Atropin Sulfas dg Ekstar Belladonae


2. Pulvis Opii dg Pulpis Doveri
3. Coffein dg Aminophyllin
4. Arsen Trioxida dg Natrii Arsenas
DOSIS UNTUK LARUTAN MENGANDUNG SYR DALAM JUMLAH BESAR

Misalkan jumlahnya lebih dari 16,67 atau lebih dari 1/6, BJ larutannya 1,3. Misalnya
kurang dari 16,67 BJ larutanya 1.

PENGENALAN PENIMBANGAN DOSIS

Selain dosis maksimal kita juga mengenal dosis lazim, yaitu dosis yang menimbulkan
efek pada pengobatan org dewasa yang sesuai dengan gejalanya. Obat-obat paten yang dijual
di apotek pada umumnya sdh tersedia dalam dosis lazimnya, seh ngga memudahkan tenaga
kesehatan untuk menentukan misalnya dosis lazim untuk orang dewasa maupun anak

Ex: CTM tab (4mg/tab), dexamethason tab (0,5mg/tab) prednison tab (5mg/tab).
Ampicillin cap (250mg/kap atau 500mg/kap), ampicillin syr (125mg/cth).
PULVIS

A. Pengertian
Pulvis (Serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar. Karena mempunyai permukaan yang
luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada bentuk sediaan yang dipadatkan.

Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (pulveres) atau tidak terbagi
(pulvis).

Kelebihan dan Kelemahan sediaan Serbuk

Kelebihan :
 Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan si
penderita.
 Lebih stabil terutama untuk obat yang rusak oleh air.
 Penyerapan lebih cepat dan lebih sempurna dibanding sediaan padat lainnya.
 Cocok digunakan untuk anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan
kapsul atau tablet.
 Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul dapat
dibuat dalam bentuk serbuk.

Kelemahan :
 Tidak tertutupnya rasa tidak enak seperti pahit, sepat, lengket di lidah (bisa
diatasi dengan corrigent saporis)
 Pada penyimpanan menjadi lembab

Syarat-syarat serbuk : bila tidak dinyatakan lain serbuk harus kering,halus dan homogen.

1. Pulveres (serbuk bagi)


Keseragaman bobot : timbang isi dari 20 bungkus satu-persatu,campur isi ke 20
bungkus tadi dan timbang sekaligus, hitung bobot isi rata-rata. Penyimpanan antara
penimbangan satu persatu terhadap bobot isi rata-rata tidak lebih dari 15% tiap 2
bungkus dan tidak lebih dari 10% tiap 18 bungkus.
2. Serbuk oral terbagi
Pada oral tidak terbagi hanya terbatas pada obat yang relatif tidak poten, seperti
laksan,antasida,maknan diet dan beberapa analgesik tertentu sehingga pasien dapat
menakar secara aman dengan sendok teh atau penakaran lain.
3. Serbuk tabur
Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100
mesh,agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian peka.
B.Derajat Halus Serbuk dan Pengayak

Klasifikasi Simplisia Nabati dan Simplisia Bahan Kimia


Serbuk Hewani
Nomor Batas derajat halus2 Nomor Batas derajat halus2
Nominal % Nomor Nominal % Nomor
Serbuk 1 Pengayak Serbuk 1 Pengayak
Sangat Kasar 8 20 60
Kasar 20 40 60 20 60 40
Setengah Kasar 40 40 80 40 60 60
Halus 60 40 100 80 60 120
Sangat Halus 80 100 80 120 100 120

Keterangan :
1
semua partikel serbuk melewati pengayak dengan nomor nominal tertentu
2
batas persentase yang melewati pengayak dengan ukuran yang telah ditentukan

C.Jenis Serbuk

(1).Pulvis Adspersorius

Serbuk ringan,bebas butiran kasar,dimaksudkan untuk pengobatan luar.Dikemas dalam


wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk mempermudah penggunaan pada kulit

Catatan.

Serbuk tabur tidak boleh digunakan untuk luka terbuka

Umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak
menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.Contoh: Pulvis Salicylatis Compositus
(Form.Ind)

(2).Pulvis Dentifricius

Serbuk Gigi,Menggunakan carmin sebagai pewarna yang dilarutkan terlebih dahulu dalam
chloroform/Etanol 90%

(3).Pulvis Sternutatorius

Serbuk bersin,penggunaan nya dihisap melalui hidung,sehingga serbuk tersebut halus sekali

(4).Pulvis effervescent
Serbuk biasa yang sebelum ditelan dilarutkan terlebih dahulu dalam air dingin atau hangat
dari proses pelarutan ini akan mengeluarkan gas CO2,Kemudian membentuk larutan yang
pada umumnya jernih

Serbuk ini Campuran Senyawa asam dan Senyawa basa.Interkasi Asam dan basa dalam air
akan menghasilkan gas karbondioksida

D.Cara mencampur serbuk

Hal hal yang perlu diperhatikan

*Obat yang berbentuk kristal hendaknya digerus halus terlebih dahulu

*Obat yang berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit dicampur dengan zat penambah dalam
mortir

*Obat yang berlainan warna diaduk bersamaan agar tampak bahwa serbuk sudah merata

*Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan terlebih dahulu

*obat yang volumenya kecil dimasukkan terlebih dahulu

Serbuk dengan bahan bahan Padat

(1).Serbuk halus sekali

A.Belerang,Tidak dapat diayak dengan ayakan sutera maupun logam karena menimbulkan
butiran bermuatan listrik akibat gesekan,karena itu dalam pembuatan bedak tabur tidak ikut
diayak

B.Iodoform,Karena baunya yang sukar dihilangkan maka dalam bedak tabur diayak terpisah
(Ayak khusus)

(2)Serbuk Sangat Halus berwarna

Contoh : Rifampisin,Stibii Penta Sulfidum

Serbuk dapat masuk ke dalam pori pori mortir dan warnanya sulit hilang,maka pada watu
menggerus mortir dilapisi zat tambahan

(3).Serbuk halus berkhasiat keras

Dalam jumlah banyak

Digerus dalam mortir dengan dilapisi zat tambahan

Dalam jumlah sedikit (kurang dari 50 mg) ,Dibuat pengenceran sbb

-Timbang Luminal 50 mg

-Lactosan + Carmin 450 mg


_____ +

500Mg

Dari Campuran ini kita ambil 35/50 * 500 Mg = 350 Mg

(2).Serbuk berbentuk hablur dan kristal

Sebelum dicampur dengan bahan obat yang lain,zat digerus terlebih dahulu Contoh :

Serbuk dengan champora

Champora sangat mudah mengumpul lagi,Solusinya dicampurkan dengan etanol 95 %.harus


hati2 karena kalau terlalu lama menggerus akan mengumpulkan kembali campuran tersebut

Serbuk dengan asam salisilat

Serbuk sangat ringan mudah terbang yang akan menyebabkan rangsangan terhadap selaput
lendir hidung dan mata hingga akan bersin.dalam hal ini asam salisilat kita basahi dengan eter
dan segera dikeringkan dengan zat tambahan

Serbuk dengan asam benzoat,naftol,menthol,thymol

Dikerjakan seperti diatas,untuk obat dalam dipakai etanol 95% sedangkan untuk onat luar
digunakan eter

Serbuk dengan garam garam yang mengandung kristal

Dikerjakan dalam lumpang panas,Misalnya KI dan garam garam bromida.Garam-garam yang


mempunyai garam exiccatusnya,lebih baik kita ganti dengan exiccatusnya

(3).Serbuk dengan setengah padat

Biasanya terdapat dalam bedak tabur,contohnya adeps lanae,cera flava,cera alba,parafin


padat,vaselin kuning,dan vaselin putih.dalam jumlah besar dilebur dulu diatas tangas air,baru
dicampur dengan zat tambahan.dalam jumlah sedikit digerus dengan penambahan aceton atau
eter.baru ditambah dengan zat tambahan

(4).Serbuk dengan bahan cair

1.Serbuk dengan minyak atsiri

Diteteskan terakhir ,dapat juga dibuat oleo sacchara,yakni campuran 2 gram gula dengan 1
tetes minyak.bila hendak dibuat 4 g oleosacchara anisi,kita campur 4 g saccharum dengan 2
tetes minyak anisi

2.Serbuk dengan tinctura

Contoh serbuk : Opii Tinctura,Digitalis Tinctura,Aconiti Tinctura,Belladonae


Tinctura,Tingtur dalam jumlah kecil dikerjakan dengan lumpang panas kemudian
dikeringkan dengan zat tambahan .dalam jumlah besar dikerjakan dengan menguapkan diatas
tangas air sampai kental baru ditambahkan zat tambahan (Sampai dapat diserap oleh zat
tambahan)

Zat Berkhasiat dari tinctur menguap,pada umumnya terbagi menjadi 2 :

*tinctur yang dapat diambil bagian bagiannya

Spiritus sebagai pelarutnya diganti dengan zat tambahan ,Contohnya : Iodii Tinc,Camphor
Spiritus , Tinc.Opii Benzoic

*Tinctur yang tidak dapat diambil bagian bagiannya

Kalau jumlahnya banyak dilakukan pengeringan pada suhu serendah mungkin.tapi kalau
jumlahnya sedikit dapat ditambah langsung kedalam campuran serbuk.kita batasi maksimal 4
tetes dalam 1 gram serbuk. Contohnya : Valerianae Tinc. Aromatic Tinc

Serbuk dengan Extractum

1.Extractum siccum (Ekstrak kering)

Pengerjaan nya seperti membuat serbuk dengan zat padat halus. Contoh : Opii Extractum

2.Extractum Spissum (Ekstrak Kental)

Dikerjakan dalam lumpang panas dengan sedikit penambahan pelarut(etanol 70%)Untuk


mengencerkan ekstrak,kemudian tambahkan zat tambahan sebagai pengering.Contohnya
Belladonae Extractum

3.Extractum Liquidum (Ekstrak Cair)

Dikerjakan seperti mengerjakan serbuk dengan tinctur.Contohnya : Rhamni Purshianae


Extractum

Serbuk dengan tablet atau kapsul

Diperlukan zat tambahan sehingga perlu diperhitungkan beratnya.dapat kita ambil bentuk
tablet atau kapsul itu langsung.Tablet digerus halus kemudian ditimbang beratnya.
CAPSULAE (KAPSUL)

A. Pengertian dan Macam Kapsul


Kapsul adalah sediaan padat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang
terbuat dari gelatin dan pati.

Macam-macam kapsul
1. Kapsul keras (capsulae durae, hard capsul)
2. Kapsul lunak (capsulae molles, soft capsul)
Perbedaan kapsul keras dan kapsul lunak

Kapsul keras Kapsul lunak


Terdiri atas tubuh dan tutup 1 kesatuan
Tersedia dalam bentuk kosong Selalu sudah terisi
Isi biasanya padat, dapat juga cair Isi biasanya cair, dapat juga padat
Cara pakai per oral Bisa oral, vaginal, rectal, topikal
Bentuk hanya 1 macam Bentuknya bermacam-macam

Kapsul mengandung zat warna yang diizinkan atau zat warna dari berbagai oksida besi,
bahan opak seperti titanium dioksida, bahan pendispersi, bahan pengeras seperti sukrosa dan
pengawet. Biasanya bahan ini mengandung antara 10 – 15 % air.
Kapsul cangkang lunak yang dibuat dari gelatin (disebut gel lunak). Kapsul lunak dapat
mengandung pigmen atau pewarna, bahan opak seperti Titanium dioksida, pengawet,
pengharum dan pemanis /sukrosa 5 %. Cangkang gelatin lunak mengandung air 6 – 13 %,
berbentuk bulat atau silindris atau bulat telur (disebut pearles atau globula).
Kapsul lunak bekerjanya long acting umumnya berisi granula dan disebut Spansule.

Macam-macam kapsul berdasarkan ukuran

Ukuran kapsul : 000 00 0 1 2 3 4 5

Untuk hewan : 10 11 12

Kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk memanjang (dikenal sebagai ukuran OE )
kapasitas isi lebih besar tanpa peningkatan diameter.

B. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Kapsul

Keuntungan bentuk sediaan kapsul.


1. Bentuk menarik dan praktis
2. Tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau dari obat yang kurang enak.
3. Mudah ditelan dan cepat hancur /larut didalam perut, sehingga bahan cepat segera
diabsorbsi (diserap) usus.
4. Dokter dapat memberikan resep dengan kombinasi dari bermacam-macam bahan obat
dan dengan dosis yang berbeda-beda menurut kebutuhan seorang pasien.
5. Kapsul dapat diisi dengan cepat tidak memerlukan bahan penolong seperti pada
pembuatan pil atau tablet yang mungkin mempengaruhi absorbsi bahan obatnya.

Kerugian bentuk sediaan kapsul.


1. Tidak bisa untuk zat-zat mudah menguap sebab pori-pori cangkang tidak menahan
penguapan
2. Tidak untuk zat-zat yang higroskopis
3. Tidak untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul
4. Tidak untuk Balita
5. Tidak bisa dibagi (misal ½ kapsul)

C. Cara Pengisian Kapsul

Yang dimaksud kapsul disini adalah kapsul keras. Kapsul gelatin keras terdiri dari dua bagian
yaitu bagian dalam / induk yaitu bagian yang lebih panjang (biasa disebut badan kapsul) dan bagian
luar / tutup. Kapsul juga disebut Capsulae Operculatae.
Ada 3 macam cara pengisian kapsul yaitu dengan tangan, dengan alat bukan mesin dan dengan
alat mesin

(1) Dengan tangan


Merupakan cara yang paling sederhana yakni dengan tangan, tanpa bantuan alat lain. Cara ini
sering dikerjakan di apotik untuk melayani resep dokter. Pengisian sebaiknya digunakan
sarung tangan untuk mencegah alergi yang mungkin timbul karena petugas tidak tahan
terhadap obat tersebut. Untuk memasukkan obat dilakukan dengan cara serbuk dibagi sesuai
dengan jumlah kapsul yang diminta lalu tiap bagian serbuk dimasukkan kedalam badan kapsul
dan ditutup.
(2) Dengan alat bukan mesin
Alat yang dimaksud disini adalah alat yang menggunakan tangan manusia. Dengan
menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih seragam dan pengerjaannya dapat
lebih cepat sebab sekali cetak dapat dihasilkan berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri dari dua
bagian yaitu bagian yang tetap dan bagian yang bergerak.
Caranya :
 Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan kedalam lubang dari bagian alat yang tidak
bergerak.
 Serbuk yang akan dimasukkan kedalam kapsul dimasukkan /ditaburkan pada
permukaan kemudian diratakan dengan kertas film.
 Kapsul ditutup dengan cara merapatkan/menggerakkan bagian yang bergerak. Dengan
cara demikian semua kapsul akan tertutup.
(3) Dengan alat mesin
Untuk menghemat tenaga dalam memproduksi kapsul secara besar-besaran dan untuk
menjaga keseragaman kapsul dipergunakan alat yang serba otomatis. Cara ini dapat
diproduksi kapsul jumlah besar dan memerlukan tenaga sedikit serta keseragamannya
terjamin.

D. Cara Penutupan Kapsul

Penutupan kapsul yang berisi serbuk dilakukan dengan cara yang biasa yakni menutupkan
bagian tutup kedalam badan kapsul tanpa penambahan bahan perekat. Penutupan cangkang kapsul
dapat dilakukan dengan pemanasan langsung, menggunakan energi ultrasonik atau pelekatan
menggunakan cairan campuran air – alkohol
Untuk menutup kapsul yang berisi cairan perlu dilakukan cara khusus seperti diatas. Cara
paling sederhana ialah menambahkan bahan perekat agar isinya tidak keluar atau bocor. Caranya
oleskan sedikit campuran air-alkohol pada tepi luar bagian badan kapsul, kemudian ditutup sambil
diputar.
Untuk melihat adanya kebocoran kapsul, kapsul diletakkan diatas kertas saring kemudian
gerakkan ke depan dan ke belakang hingga menggelinding beberapa kali. Apabila kapsul tersebut
bocor akan meninggalkan noda pada kertas.
Didalam pabrik besar penutupan kapsul dilakukan otomatis. Umumnya larutan gelatin diberi
tambahan zat warna. Warna ini dapat dipergunakan sebagai tanda pengenal dari suatu pabrik.

E. Cara Membersihkan Kapsul

Caranya letakkan kapsul diatas sepotong kain (linnen,wol ) kemudian digosok-gosokkan sampai
bersih.

F. Pengisian Cairan ke Dalam Kapsul Keras


(1) Zat-zat setengah cair/cairan kental
Ekstrak-ekstrak kental dalam jumlah kecil dapat dikapsul sebagai serbuk sesudah dikeringkan
dengan bahan-bahan inert, kalau jumlahnya banyak jika dikeringkan membutuhkan terlalu
banyak bahan inert, maka dapat dibuat seperti masa pil dan dipotong-potong sebanyak yang
diperlukan, baru dimasukkan kedalam cangkang kapsul keras dan direkat.
(2) Cairan-cairan
Cairan-cairan seperti minyak-minyak lemak dan cairan lain yang tidak melarutkan gelatinnya
(bahan pembuat cangkang kapsul) dapat langsung dimasukkan dengan pipet yang telah
ditara. Sesudah itu tutup kapsul harus ditutup (di seal) supaya cairan yang ada didalamnya
tidak bocor atau keluar.
Untuk cairan-cairan seperti minyak menguap, kreosot atau alkohol yang akan bereaksi
dengan gelatinnya hingga rusak/meleleh, harus diencerkan terlebih dahulu dengan minyak
lemak sampai kadarnya dibawah 40%. Sebelum dimasukkan kedalam kapsul. Kapsul
diletakkan dalam posisi berdiri pada sebuah kotak, kemudian cairan kita teteskan dengan
pipet yang sudah ditara dengan tegak lurus, setetah itu tutup.

G. Faktor – Faktor yang Merusak Cangkang Kapsul

(1) Mengandung zat-zat yang mudah mencair (higroskopis)


Zat ini menghisap lembab udara tetapi menyerap air dari kapsulnya sendiri hingga menjadi
rapuh dan mudah pecah. Penambahan lactosa atau amylum (bahan inert netral) akan
menghambat proses ini. Contohnya kapsul yang mengandung KI, NaI, NaNO2 dan sebagainya.
(2) Mengandung campuran eutecticum
Zat yang dicampur akan memiliki titik lebur lebih rendah daripada titik lebur semula, sehingga
menyebabkan kapsul rusak/lembek. Contohnya kapsul mengandung Asetosal dengan Hexamin
atau Camphor dengan menthol. Hal ini dapat dihambat dengan mencampur masing-masing
dengan bahan inert baru keduanya dicampur.
(3) Mengandung minyak menguap, kreosot dan alkohol.
(Sama seperti no 2)
(4) Penyimpanan yang salah
Di tempat lembab, cangkang menjadi lunak dan lengket serta sukar dibuka karena kapsul
tersebut menghisap air dari udara yang lembab tersebut.
Di tempat terlalu kering, kapsul akan kehilangan air sehingga menjadi rapuh dan mudah
pecah.

Sebaiknya kapsul disimpan :

Dalam ruang yang tidak terlalu lembab atau dingin kering


 Dalam botol gelas tertutup rapat dan diberi silika (pengering)
 Dalam wadah plastik yang diberi pengering
 Dalam blitser / strip alufoil

H. Syarat – Syarat Kapsul


(1) Keseragaman Bobot
Menurut FI. III, dibagi menjadi dua kelompok , yaitu :

 Kapsul berisi obat kering


Timbang 20 kapsul, timbang lagi satu persatu, keluarkan isi semua kapsul, timbang
seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi
kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi
kapsul tidak boleh lebih dari dua kapsul yang penyimpangannya lebih besar dari harga
yang ditetapkan oleh kolom A dan tidak satu kapsulpun yang penyimpangannya
melebihi yang ditetapkan oleh kolom B.

Bobot rata-rata kapsul Perbedaan bobot isi kapsul dalam %

A B

120 mg atau lebih lebih 10% 7,5% 20%


dari 120 mg
15%

 Kapsul berisi obat cair atau pasta


Timbang 10 kapsul, timbang lagi satu persatu. Keluarkan isi semua kapsul, cuci
cangkang kapsul dengan eter. Buang cairan cucian, biarkan hingga tidak berbau eter,
timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata
tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata
tiap isi kapsul tidak lebih dari 7,5%.

(2) Waktu Hancur


Uji waktu hancur digunakan untuk menguji kapsul keras maupun kapsul lunak. Waktu hancur
ditentukan untuk mengetahui waktu yang diperlukan oleh kapsul yang bersangkutan untuk
hancur menjadi butiran-butiran bebas yang tidak terikat oleh satu bentuk. Menurut FI IV.,
untuk melakukan uji waktu hancur digunakan alat yang dikenal dengan nama Desintegration
Tester.

Alat terdiri dari :


 Rangkaian keranjang yang terdiri dari 6 tabung transparan yang panjang masing –
masingnya 77,5 mm + 2,5 mm dengan diameter dalam 21,5 mm dan tebal dinding lebih
kurang 2 mm, kedua ujungnya terbuka. Ujung bawah tabung dilengkapi dengan suatu
kasa baja tahan karat dengan diameter lubang 0,025 inchi (ukuran 10 mesh nomor 23).
 Gelas piala berukuran 1000 ml yang berisi media cair. Volume cairan dalam wadah
sedemikian sehingga pada titik tertinggi gerakan ke atas, kawat kasa berada paling
sedikit 2,5 cm di bawah permukaan cairan dan pada gerakan ke bawah berjarak tidak
kurang 2,5 cm dari dasar wadah.
 Thermostat yang berguna untuk memanaskan dan menjaga suhu media cair antara 35o
– 39o C.
 Alat untuk menaikturunkan keranjang dalam media cair dengan frekuensi 29 kali hingga
32 kali per menit.
Caranya :
 Masukkan 1 kapsul pada masing-masing tabung di keranjang.
 Masukkan kasa berukuran 10 mesh seperti yang diuraikan pada rangkaian keranjang,
gunakan air bersuhu 37 o + 2 o sebagai media kecuali dinyatakan lain menggunakan
cairan lain dalam masing – masing monografi.
 Naik turunkan keranjang didalam media cair lebih kurang 29 – 32 kali per menit.
 Amati kapsul dalam batas waktu yang dinyatakan dalam masing-masing monografi,
semua kapsul harus hancur, kecuali bagian dari cangkang kapsul.
 Bila 1 kapsul atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 kapsul
lainnya, tidak kurang 16 dari 18 kapsul yang diuji harus hancur sempurna.

Dalam FI IV waktu hancur kapsul tidak dinyatakan dengan jelas, namun menurut FI. III, kecuali
dinyatakan lain waktu hancur kapsul adalah tidak lebih dari 15 menit.

(3) Keseragaman Sediaan


Terdiri dari keragaman bobot untuk kapsul keras dan keseragaman kandungan untuk kapsul
lunak.

(4) Uji Disolusi


Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera
dalam masing – masing monografi. Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin
lunak kecuali bila dinyatakan dalam masing – masing monografi.
UNGUENTA

Pengertian

FI ed.III : salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar.

FI ed.IV : salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical
pada kulit atau selaput lender. Salep tidak boleh berbau tengik. Kcuali dinyatakan lain
kadarbahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotika adalah 10%

Bahan obat harus larut dan terdispersi homogeny ke dalam dasar salep yang cocok.

Peraturan pembuatan salep menurut F. Van Duin

1. Peraturan pertama : larut dalam lemak


2. Peraturan kedua : larut dalam air
3. Peraturan ketiga : diayak dengan pengayak no. 100
4. Peraturan keempat : dileburkan

Persyaratan Salep Menurut FI III

1. Pemerian : tidak boleh berbau tengik


2. Kadar : jika tidak tertera untuk kandungan obat keras dan narkotika adalah 10%
3. Dasar salep : jika tidak tertera basis salep yang digunakan adalah vaselin
album/vaselin putih.
4. Homogenitas : jika dioleskan bahan tersebut harus menunjukkan kehomogenannya.
5. Penandaan : pada etiket harus tertera “obat luar”

Penggolongan Salep

1. Menurut konsistensinya :
a. Unguenta: konsistensinya seperti mentega, tahan terhadap suhu kamar, dan
mudah dioleskan.
b. Cream : banyak mengandung air, mudah diserap, dan dapat dicuci dengan air.
c. Pasta : mengandung belih dari 50% zat padat(serbuk), salep tebal karena sebagai
pelindung kulit.
d. Cerata : salep berlemak mengandung presentase lilin yang tinggi sehingga
konsistensinya lebih keras.
e. Gelones/spumae/jelly : salep lebih halus, umumnya cair dan sedikit
mengandung/tanpa mukosa, sebagai pelicin atau basis, biasanya berupa campuran
sederhana dari minyak dan lemak dengan titik lebur rendah.

2. Menurut farmakologi atau terapeutik dan penetrasinya


a. Salep epidermis(epidermic ointment) : untuk melindungi kulit dan berefek lokal
dan tidak diabsorbsi kulit.
b. Salep endodermis : salep yang menembus kedalam kulit tetapi hanya sebagian
yang terabsorbsi.
c. Salep diadermis : salep yang menembus kedalam tubuh melalui kulit dan
mencapai efek yang diinginkan.
3. Menurut dasar salep
a. Salep hidrofobik : tidak suka air, berlemak(greasy bases) dan tidak dapat dicuci
b. Salep hidrofilik : suka air, tipe oil in water dan dapat dicuci.
4. Formularium Nasional
a. Dasar salep 1 (ds. Senyawa hidrokarbon)
b. Dasar salep 2 (ds. Serap)
c. Dasar salep 3 (ds. Emulsi o/w)
d. Dasar salep 4 (ds. Dapat larut dalam air)

Kualitas Dasar Salep

1. Stabil, tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembaban dan selama bisa dipakai harus
bebas dari inkompatibilitas
2. Lunak, halus, dan homogen
3. Mudah dipakai
4. Dasar salep yang cocok
5. Dapat dioleskan secara merata

Cara pembuatan salep ditinjau dari zat kahsiat utamanya

1. Zat padat
a. Zat padat dan larut dalam dasar salep
 Champora
1. Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan di dalem pot salep
tertutup (jika tidak dilampaui daya larutnya)
2. Jika terdapat minyak lemak (ol.sesami), champora dilarutkan lebih dahulu
dalam minyak tersebut
3. Jika terdapat salol, menthol, atau zat yang dapat mencair jika dicampur
(karena penurunan titik eutectik), champora dicampurkan supaya mencair,
baru ditambahkan dasar salep
4. Jika berupa zat tunggal, camphora ditetesi terlebih dahulu dengan
eter/alcohol 95%, kemudian digeus dengan dasar salepnya
 Pellidol
1. Pellidol larut dalam 3% dasar salep, pengerjaannya dilarutkan bersama
basisnya atau disaring dengan penambahan penimbangan sebanyak 20%
2. Jika bobot melebihi daya larut, maka digerus dengan basis yang sudah
dicairkan
 Iodium
1. Jika tidak melewati kelarutannya, pengerjaannya = camphora
2. Larutkan dalam KI atau NaI pekat
3. Tetesi dengan etanol 95% sampai larut
b. Zat padat larut dalam air
 Protargol
1. Taburkan diatas air, diamkan ditempat gelap selama ¼ jam sampai larut
2. Jika terdapat gliserin tambahkan gliserin dulu, baru tambahkan air
 Colargol
Dikerjakan = protargol
 Argentum nitrat (AgNO3)
Tidak boleh dilarutkan dalam air, kecuali dalam resep obat wasir
 Fenol
Tidak boleh dilarutka dalam air dan tidak boleh diganti dengan fenol
liquifactum karena dapat mengiritasi kulit
c. Bahan obat yang larut dalam air tetapi tidak boleh dilarutkan dalam air, yaitu:
 Argentum nitrat
 Fenol
 Hidrargyri bichloridum
 Chrisarobin
 Stibii et kalii tartras
 Ol. Iocoris aselli
 Zinc sulfat
 Antibiotic
 Choloretum auripo natrico
 Pirogalol
d. Bahan yang ditambahkan terakhir
 Ictyol
Jika ditambahkan pada basis salep yang masih panas atau terlalu lama
digerus, akan terjadi pemisahan
 Balsem-balsem dan minyak yang mudah menguap
Jika digerus terlalu lama, damarnya akan keluar
 Air
Ditambahkan terakhir karena berfungsi sebagai pendingin dan untuk
mencegah permukaan mortar menjadi licin

 Glyserin
Harus ditambahkan dalam basis yang dingin karena tidak bisa bercampur
dengan basis yang sedang mencair dan harus ditambahkan sedikit demi
sedikit karena tidak mudah diserap oleh basis
 Marmer album
Dimasukan terakhir dalam keadaan kasar agar dapat memberikan pengaruh
pada kulit
e. Zat padat tidak larut dalam air

Umumnya dibuat serbuk halus lebih dahulu, misalnya:

1. Belerang (tidak boleh diayak)


2. Ac.boricum (diambil bentuk yang pulveratum)
3. Marmer album (diayak dengan ayakan no.25/ B.10)
4. Oxydum zincicum (diayak dengan ayakan no.100/ B.40)
5. Veratrin ( digerus dengan minyak, karena dapat menimbulkan bersin)
f. Zat cair
a. Sebagai pelarut bahan obat
1. Air
a. Terjadi reaksi penyabunan sehingga cara penggunaannya dengan cara
diteteskan sedikit demi sedikit, kemudian dikocok dalam sebuah botol
b. Tidak terjadi reaksi
 jumlah sedikit, teteskan terakhir sedikit demi sedikit
 jumlah banyak, diuapkan
2. spiritus/etanol/alcohol
a. jumlah sedikit, teteskan terakhir sedikit demi sedikit
b. jumlah banyak,
 tahan panas, dipanaskan ditangas air sampai sekental syrup atau 1/3
bagian
 tidak tahan panas, jika diketahui perbandingannya maka diambil
bagian-bagiannya saja. Jika tidak diketahui perbandingannya
teteskan terkahir sedikit demi sedikit
 jika dasar salep lebih dari 1 harus diperhitungkan menurut
perbandingan dasar salepnya
3. cairan kental
umumnya dimasukan sedikit demi sedikit, contoh: glycerin, balsam peru,
ichtyol, kreosot
2. bahan berupa ekstrak
a. siccum ( kering )
umumnya larut dalam air dan berat air dapat dikurangkan dari dasar salepnya
b. spissum ( kental )
diencerkan dahulu dengan air atau etanol
c. liquidum ( cair )
dikerjakan seperti pada cairan dengan spiritus
3. bahan-bahan lain
a. hydrargyrum
gerus dengan adeps lanae dalam lumping dingin sampai halus
b. naphtolum
larut dalam sapo kalicus jika tidak ada sapo dikerjakan = camphora
c. bentonit
dengan menambahkan sedikit demi sedikit kedalam air hangat (direndam dalam
air (+)(-) 1 jam).
bentonit jika ditambahkan air dapat memisah karenanya perlu ditambahkan
lemak

PASTA

Pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang
ditujukan untuk pemakaian topikal. Bahan padatnya lebih dari 50% . Pasta hamamelidis
saponata/ hazeline snow sebetulnya bukan termasuk pasta tetapi krim

KRIM

Krim adalah bentuk sediaaan padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai mengandung air tidak
kurang dari 60%.

Tipe krim :

1. O/W, dapat dicuci dengan air


2. W/O, tidak dapat dicuci dengan air

stabilitas krim akan rusak jika terganggu oleh perubahan suhu dan perubahan
komposisi

bahan pengemulsi krim harus sesuai dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Bahan
pengawet yang sering digunakan umumnya methyl paraben (nipagin) 0,12%-0,18%, propyl
paraben (nipasol) 0,02%-0,05%

LINIMENTUM

Linimentum adalah sdiaan cair atau kental, mengandung analgetik dan zat yang
mempunyai sifat rubefasient untuk melemaskan otot atau menghangatkan. Digunakan sebagai
obat luar, tidak untuk luka atau lecet

Bahan dasar: lanolin, emulgid, cera

Penyimpanan: botol berwarna bermulut kecil dan ditempat sejuk dan pada etiket tertera “obat
luar”
GEL

Gel adalah sistem semi padat terdiri atas suspense yang dibuat dari partikel anorganik
yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan

Sistem 2 fase: Jika massa gel terdiri atas jaringan partikel kecil yang terpisah

Magma: jika ukuran partikel dari fase terdispersi relative besar

Gel banyak digunakan untuk topikal atau dimasukan kedalam lubang tubuh

Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik, dalam botol mulut lebar, terlindung dari
cahaya,ditempat sejuk

Pada itiket harus tertera “kocok dahulu”

SALEP MATA ( OCULENTUM )

Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata dengan menggunakan dasar
salep yang cocok

Bahan obaat dan dasar salep disterilkan dengan dikocok, tube disterilkan dengan
autoklaf ( suhu 115-116 derajat celcius, tidak kurang dari 30 menit),

Oculenta yang ada dalam FI III :

1. bacitracini ucolentum
2. chloramphenicoli oculentum
3. hydrocortisone acetas oculentum
4. cortetracyclini hydrocloridi oculentum
5. sulfacetamidi natrici oculentum

oculenta yang resepnya tercantum dalam formularium nasional, antara lain:

1. bacitracini oculentum
2. chloramphenicoli hyrocortisoni oculentum
3. chloramphenicoli oculentum
4. clortetraciklini oculentum
5. hydrocortisone oculentum

perlu diperhatikan :
jika mengandung sublimat harus diperhatikan takaran maksimumnya karena mempunyai TM
khusus untuk mata. HgO yang dipakai biasanya HgO flavum yang tentunya lebih halus.
SOLUTIO

A. Pengertian
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut.

Bila zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain akan terjadi tipe larutan sebagai berikut :
1. Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.
2. Larutan, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.
3. Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat
larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
4. Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut
melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur tertentu.

Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat yang terlarut disebut solute. Solvent
yang biasa dipakai adalah :
1. Air untuk macam-macam garam
2. Spiritus , misalnya untuk kamfer, iodium , menthol.
3. Gliserin, misalnya untuk tannin, zat samak, borax, fenol.
4. Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor , sublimat.
5. Minyak, misalnya untuk kamfer dan menthol.
6. Parafin Liquidum, untuk cera, cetaceum, minyak-minyak, kamfer, menthol,
chlorobutanol.
7. Eter minyak tanah , untuk minyak-minyak lemak.

B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan


1. Sifat dari solute atau solvent.
Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-
garam anorganik larut dalam air.
Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula. Misalnya alkaloid
basa (umumnya senyawa organik) larut dalam chloroform.

2. Cosolvensi.
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya
penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya Luminal tidak larut dalam
air, tetapi larut dalam campuran air – gliserin atau solutio petit

3. Kelarutan.
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut , zat yang sukar larut
memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi
umumnya adalah :
a. Dapat larut dalam air.
 Semua garam klorida larut , kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2.
 Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base, seperti bismuthi subnitras.
 Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4 (sedikit larut)

b. Tidak larut dalam air.


 Semua garam karbonat tidak larut , kecuali K2CO3, Na2CO3, (NH4) 2CO3.
 Semua oksida dan hidroksida tidak larut , kecuali KOH, NaOH, NH4OH, BaO,
dan Ba(OH)2.
 Semua garam posphat tidak larut, kecuali K3PO4, Na3PO3, (NH4)3PO4

4. Temperatur.
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat tersebut bersifat
endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.

Zat terlarut + pelarut + panas → Larutan

Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak larut, zat
tersebut bersifat eksoterm, karena pada proses kelarutannya menghasilkan panas.

Zat terlarut + pelarut → Larutan + panas

Contoh : K2SO4, KOH, CaHPO4, Calsium gliseropospat, minyak atsiri, gas-gas yang
larut.

Beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan :


a. Zat-zat yang atsiri, misalnya etanol, minyak atsiri
b. Zat yang terurai, misalnya Natrii bicarbonas
c. Saturatio
d. Senyawa – senyawa calsium, misalnya aqua calcis

5. Salting Out.
Adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih
besar di banding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau
terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contoh :
a. Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan
larutan NaCl jenuh. Disini kelarutan NaCl dalam air lebih besar dibanding kelarutan
minyak atsiri dalam air, maka minyak atsiri akan memisah.
b. Reaksi antara papaverin Hcl dengan solutio charcot menghasilkan endapan
papaverin base.

6. Salting In.
Adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama
dalam solvent menjadi lebih besar. Contoh : riboflavin (vitamin B2) tidak larut dalam
air, tetapi larut dalam larutan yang mengandung nicotinamidum (terjadi penggaraman
riboflavin + basa NH4 ).
7. Pembentukan kompleks
Adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang
larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI
atau NaI jenuh.

KI + I2 → KI3

HgI2 + 2KI → K2HgI4

Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh :


 Ukuran partikel : makin halus solute, makin kecil ukuran partikel ; makin luas permukaan
solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
 Suhu : umumnya kenaikan suhu menambah kelarutan solute.
 Pengadukan.

C. Cara Mengerjakan Obat Dalam Larutan


Beberapa bahan obat memerlukan cara khusus dalam melarutkannya. diantaranya adalah :

1. Natrium bicarbonas, harus dilakukan dengan cara gerus tuang (aanslibben)

2. Natrium bicarbonas + Natrium salicylas, Bic natric digerus tuang → + natrium


salicylas. Untuk mencegah terjadinya perubahan warna pada larutan harus ditambahkan
Natrium pyrophosphat sebanyak 0,25 % dari berat larutan.

3. Sublimat (HgCl2), untuk obat tetes mata harus dilakukan dengan pemanasan atau
dikocok-kocok dalam air panas → disaring setelah dingin. NaCl dapat meningkatkan
kelarutan sublimat, tetapi menurunkan daya baktericidnya. Kadar Sublimat dalam obat
mata 1 : 4000

4. Kalium permanganat (KMnO4), KMnO4 dilarutkan dengan pemanasan. Pada proses


pemanasan akan terbentuk batu kawi ( MnO2) , oleh sebab itu setelah dingin tanpa
dikocok – kocok dituangkan ke dalam botol atau bisa juga disaring dengan gelas wol .

5. Seng klorida, melarutkan seng klorid harus dengan air sekaligus, kemudian disaring .
Karena jika airnya sedikit demi sedikit maka akan terbentuk seng oksi klorid yang
sukar larut dalam air. Bila terdapat asam salisilat larutkan seng klorid dengan sebagian
air kemudian tambahkan asam salisilat dan sisa air baru disaring.

6. Kamfer, kelarutan dalam air 1 : 650. Dilarutkan dengan spiritus fortior ( 96 % ) 2 X


berat kamfer dalam botol kering kocok-kocok kemudian tambahkan air panas
sekaligus , kocok lagi.

7. Tanin, tanin mudah larut dalam air dan dalam gliserin. Tetapi tanin selalu mengandung
hasil oksidasi yang larut dalan air, tetapi tidak larut dalam gliserin sehingga larutannya
dalam gliserin harus disaring dengan kapas yang dibasahkan. Jika ada air dan gliserin,
larutkan tanin dalam air kocok baru tambahkan gliserin.

8. Extract opii dan extract ratanhiae, dilarutkan dengan cara ditaburkan ke dalam air sama
banyak, diamkan selama ¼ jam.

9. Perak protein, dilarutkan dalam air suling sama banyak, diamkan selama ¼ jam , di
tempat yang gelap.

10. Succus liquiritiae,


a. dengan gerus tuang (aanslibben), bila jumlahnya kecil.
b. dengan merebus atau memanaskannya hingga larut.

11. Calcii Lactas dan Calcii Gluconas, kelarutan dalam air 1 : 20


Bila jumlah air cukup , setelah dilarutkan disaring untuk mencegah kristalisasi.
Bila air tidak cukup disuspensikan dengan penambahan PGS dibuat mixtura
agitanda.

12. Codein :
a. direbus dengan air 20 X nya, setelah larut diencerkan sebelumdingin.
b. dengan alkohol 96 % sampai larut ,lalu segera encerkan dengan air.
c. diganti dengan HCl Codein sebanyak 1,17 X-nya.

13. Bahan-bahan obat yang bekerja keras harus dilarutkan tersendiri.

14. Bila terdapat bahan obat yang harus diencerkan dengan air, hasil pengenceran yang
diambil paling sedikit adalah 2 CC

15. Pepsin, tidak larut dalam air tapi larut dalam HCl encer.
Pembuatan : pepsin disuspensikan dengan air 10 X nya → + HCl encer. Larutan
pepsin hanya tahan sebentar dan tidak boleh disimpan.

16. Nipagin dan Nipasol, kelarutan 1 : 2000


Nipagin berfungsi sebagai pengawet untuk larutan air dan larutan minyak
a. dilarutkan dengan pemanasan sambil digoyang-goyangkan
b. dilarutkan dulu dengan sedikit etanol baru dimasukkan dalam sediaan yang
diawetkan.

17. Fenol, diambil fenol liquefactum yaitu larutan 20 bagian air dalam 100 bagian fenol.
Jumlah yang diambil 1,2 x jumlah yang diminta.

D. Macam – Macam Sediaan Larutan Obat


Bentuk sediaan larutan berdasarkan cara pemberiannya dibedakan atas :
Larutan oral
Yaitu sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral , mengandung satu atau lebih
zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau
campuran kosolven-air.

1. Potiones (obat minum)


Adalah solutio yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam ( per oral ). Selain
berbentuk larutan potio dapat juga berbentuk emulsi atau suspensi.

2. Elixir
Adalah sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan
(pemanis, pengawet, pewarna, pewangi) sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap
dan sebagai pelarut digunakan campuran air - etanol. Disini etanol berfungsi
mempertinggi kelarutan obat . Pada elixir dapat pula ditambahkan glycerol, sorbitol
atau propilenglikol. Sedangkan untuk pengganti gula bisa digunakan sirup gula.

3. Sirup.
Ada 3 macam sirup yaitu :

a. sirup simplex mengandung 65 % gula dalam larutan nipagin 0,25 % b/v


b. sirup obat mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan
digunakan untuk pengobatan
c. sirup pewangi tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau
penyedap lain. Penambahan sirup ini bertujuan untuk menutup rasa atau bau obat
yang tidak enak.
4. Netralisasi, Saturatio dan Potio Effervescent.
a. Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan
bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral
Contoh : Solutio Citratis Magnesici, Amygdalas Ammonicus
Pembuatan : Seluruh bagian asam direaksikan dengan bagian basanya bila perlu
reaksi dipercepat dengan pemanasan.

b. Saturatio adalah obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan basa
tetapi gas yang terjadi ditahan dalam wadah sehingga larutan jenuh dengan gas.
Pembuatan :

1. Komponen basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air yang tersedia. Misalnya
NaHCO3 digerus tuang kemudian masuk botol.
2. Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air yang tersedia.
3. 2/3 bagian asam masuk basa, gas dibuang seluruhnya. Sisa asam dituang hati-hati
lewat tepi botol, segera tutup dengan sampagne knop sehingga gas yang terjadi
tertahan.

c. Potio Effervescent adalah saturatio yang CO2nya lewat jenuh.


Pembuatan :
Langkah 1 dan 2 sama dengan pada saturatio.

Langkah ke 3 Seluruh bagian asam dimasukkan kedalam basa dengan hati-hati,


segera tutup dengan sampagne knop.

Gas CO2 umumnya digunakan untuk pengobatan, menjaga stabilitas obat, dan
kadang kadang dimaksudkan untuk menyegar-kan rasa minuman ( corrigensia).

Hal yang harus diperhatikan untuk sediaan saturatio dan potio effervescent
adalah :

 diberikan dalam botol yang kuat , berisi kira-kira 9/10 bagian dan tertutup kedap
dengan tutup gabus atau karet yang rapat. Kemudian diikat dengan sampagne
knop.
 Tidak boleh mengandung bahan obat yang tidak larut , karena tidak boleh
dikocok. Pengocokan menyebabkan botol pecah karena botol berisi gas dalam
jumlah besar.

Penambahan Bahan –bahan.

►Zat – zat yang dilarutkan dalam bagian asam

a. Zat netral dalam jumlah kecil.


Bila jumlahnya banyak, sebagian dilarutkan dalam asam sebagian dilarutkan
dalam basa, berdasarkan perbandingan jumlah airnya.
b. Zat-zat mudah menguap.
c. Ekstrak dalam jumlah kecil dan alkaloid
d. Sirup

►Zat- zat yang dilarutkan dalam bagian basa.

a. Garam dari asam yang sukar larut . misalnya natrii benzoas, natrii salisilas.
b. Bila saturasi mengandung asam tartrat maka garam-garam kalium dan
ammonium harus ditambahkan kedalam bagian basanya, bila tidak, akan
terbentuk endapan kalium atau ammonium dari asam tartrat.

Untuk melihat berapa bagian asam atau basa yang diperlukan dapat melihat tabel penjenuhan
( saturasi dan netralisasi ) dalam Farmakope Belanda edisi V berikut ini :

Tabel saturasi dan netralisasi (Farmakope Belanda V)

Asam
Untuk 10 Asam Asam Asam
Asetat Asam Tartrat
bagian Amygdalat Sitrat Salisilat
Encer
Ammonia 8,9 58,8 4,1 8,1 4,41
Kalium
- 144,7 10,1 20,0 10,9
Karbonat
Natrium
- 69,9 4,9 9,7 5,2
Karbonat
Natrium
18,1 119,0 8,3 16,4 8,9
Bikarbonat
Kalium Natrium Natrium
Ammonia
Karbonat karbonat Bikarbonat
Asam
11,2 - - 5,5
Amygdalat
Asam
1,7 0,7 1,43 0,84
Asetat (e)
Asam
24,0 9,9 20,4 12,0
Sitrat
Asam
12,3 5,0 10,4 6,1
Salisilat
Asam
22,7 9,2 19,1 11,2
Tartrat

5. Guttae ( drop)
Guttae atau obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi ,
apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan untuk obat dalam. Biasanya obat diteteskan
ke dalam makanan atau minuman atau dapat diteteskan langsung kedalam mulut.

Dalam perdagangan dikenal pediatric drop yaitu obat tetes yang digunakan untuk
anak-anak atau bayi . Obat tetes sebagai obat luar, biasanya disebutkan tujuan
pemakaiannya misalnya : eye drop untuk mata, ear drop untuk telinga.

Larutan topikal
Ialah larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali juga pelarut lain,
misalnya etanol untuk penggunaan topikal pada kulit dan untuk penggunaan topikal pada
mukosa mulut. Larutan topikal yang berupa suspensi disebut lotio Sedian-sedian termasuk
larutan topical :

1. Collyrium
Adalah sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing, isotonus,
digunakan untuk membersihkan mata.dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet.
Kolirium dibuat dengan melarutkan obat dalam air, saring hingga jernih,masukkan
kedalam wadah, tutup dan sterilkan. Penyimpanan : Dalam wadah kaca atau plastik
tertutup kedap.

Catatan :
 Pada etiket harus tertera :
a. Masa penggunaan setelah tutup dibuka.
b. “ Obat cuci mata”
 Kolirium yang tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan paling lama
24 jam setelah botol dibuka tutupnya. Kolirium yang mengandung pengawet dapat
digunakan paling lama tujuh hari setelah botol dibuka tutupnya.

2. Guttae Ophthalmicae.
Tetes mata adalah larutan steril bebas partikel asing merupakan sediaan yang dibuat dan
dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. Tetes mata juga tersedia
dalam bentuk suspensi, partikel halus dalam bentuk termikronisasi agar tidak
menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea.

Hal –hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan obat tetes mata :

a. Nilai isotonisitas.
Secara ideal obat tetes mata harus memiliki nilai isotonis sama dengan larutan NaCl
0,9 % b/v. Tetapi mata masih dapat tahan terhadap nilai isotonis rendah yang setara
dengan larutan NaCl 0,6 % b/v dan tertinggi yang setara dengan larutan NaCl 2, 0 %
b/v.

b. Pendaparan
Salah satu maksud pendaparan larutan obat mata adalah untuk mencegah kenaikan
pH yang disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil oleh wadah kaca. Hal
tersebut dapat mengganggu kelarutan dan stabilitas obat. Selain itu penambahan
dapar juga dimaksudkan untuk menjaga stabilitas obat tertentu misalnya : garam –
garam alkaloid.

Air mata normal memiliki pH 7,4 secara ideal obat tetes mata memiliki pH seperti
pada air mata, tetapi karena beberapa bahan obat tidak stabil (tidak larut/ rusak/
mengendap) pada pH tersebut maka sebaiknya obat tetes mata di dapar pada pH
sedekat mungkin dengan pH air mata supaya tidak terlalu merangsang mata.

Pada larutan yang digunakan pada mata, terlebih pada mata yang luka sterilitas
adalah yang paling penting, untuk mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut.

c. Pengawet
Wadah larutan obat mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas
pada pemakaian pertama. Larutan harus mengandung zat atau campuran zat yang
sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan bakteri yang mungkin
masuk pada waktu wadah dibuka pada saat digunakan.

Pengawet yang dianjurkan

 nipagin dan nipasol


 fenil merkuri nitrat, timerosol
 benzalkonium klorid
 klorbutanol, fenil etil alcohol

Untuk penggunaan pada pembedahan , selain steril larutan obat mata tidak boleh
mengandung antibakteri karena dapat menimbulkan iritasi pada jaringan mata.

d. Pengental

Ditambahkan untuk meningkatkan kekentalan sehingga obat lebih lama kontak


dengan jaringan. Larutan obat mata yang dikentalkan harus bebas dari partikel yang
dapat terlihat. Contoh : metil selulosa, hidroksi propil selulosa, polivinil alcohol

Cara pembuatan obat tetes mata

a. Obat dilarutkan kedalam salah satu zat pembawa yang mengandung salah satu zat
pengawet , dijernihkan dengan cara penyaringan, masukkan kedalam wadah, tutup
wadah dan sterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 115-116oC selama 30 menit.

b. Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu zat
pengawet dan disterilkan menggunakan bakteri filter masukkan kedalam wadah
secara tehnik aseptis dan tutup rapat

c. Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu zat
pengawet, dijernihkan dengan cara penyaringan, masukkan kedalam wadah, tutup
rapat dan sterilkan dengan penambahan bakterisid , dipanaskan pada suhu 98-
100oC selama 30 menit.

3. Gargarisma (Gargle)
Gargarisma atau obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutan umumnya dalam
keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan. Dimaksudkan untuk
digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan.

Penandaan.

1. Petunjuk pengenceran sebelum digunakan


2. “ Hanya untuk kumur, tidak ditelan “ Contoh : Betadin Gargle.

4. Litus Oris.
Oles Bibir adalah cairan agak kental dan pemakaiannya secara disapukan dalam mulut.

Contoh : Larutan 10 % borax dalam gliserin.

5. Guttae Oris
Tetes mulut adalah obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara mengencerkan
lebih dahulu dengan air untuk dikumur-kumurkan, tidak untuk ditelan.
6. Guttae Nasales
Tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat
ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet.
Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa.

7. Inhalationes
Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot hidung atau mulut, atau disemprotkan dalam
bentuk kabut kedalam saluran pernafasan . Tetesan butiran kabut harus seragam dan
sangat halus sehingga dapat mencapai bronkhioli. Inhalasi merupakan larutan dalam air
atau gas. ( akan dibahas lebih lanjut dikelas III)

Penandaan : Jika mengandung bahan yang tidak larut pada etiket harus tertera “ Kocok
dahulu”

8. Injectiones / obat suntik


Adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspense atau serbuk yang harus
dilarutkan atau di suspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan
merobek jaringan kulit atau melukai kulit atau selaput lender.

9. Lavement / Clysma / Enema.


Cairan yang pemakaiannya per rectum/colon yang gunanya untuk membersihkan atau
menghasilkan efek terapi setempat atau sistemik Enema yang digunakan untuk
membersihkan atau penolong pada sembelit atau pembersih faeces sebelum operasi,

tidak boleh mengandung zat lendir. Juga berfungsi sebagai karminativa, emolient,
diagnostic, sedative, anthelmintic dan lain-lain. Untuk mengurangi kerja obat yang
bersifat merangsang terhadap usus , dipakai basis berlendir misalnya mucilago amyli.
Pada pemakaian per rectal berlaku dosis maksimal.

Enema diberikan dalam jumlah variasi tergantung pada umur dan keadaan penderita.
Umumnya 0,5 sampai 1 liter, tetapi ada juga yang diperpekat dan diberikan sebanyak
100 – 200 ml.

10. Douche.
Adalah larutan dalam air yang dimasukkan dengan suatu alat ke dalam vagina, baik
untuk pengobatan maupun untuk membersihkan. Karenanya larutan ini mengandung
bahan obat atau antiseptik. Untuk memudahkan, kebanyakan douche ini dibuat dalam
bentuk kering/padat (serbuk, tablet yang kalau hendak digunakan dilarutkan dalam
sejumlah air tertentu, dapat juga diberikan larutan kental yang nantinya diencerkan
seperlunya. Contoh Betadin Vaginal Douche (dikemas beserta aplikatornya)

11. Epithema /Obat kompres


Adalah cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat tempat yang
sakit dan panas karena radang atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan osmose
digunakan untuk mengeringkan luka bernanah. Contoh : Liquor Burowi, Solutio
Rivanol, campuran Borwater - Rivanol.

E.Hitungan Farmasi
Farmakope Indonesia Edisi IV memberikan 3 bentuk persen yaitu :

1. Persen bobot per bobot (b/b)


Menyatakan jumlah gram zat dalam 100 gram campuran atau larutan.

2. Persen bobot per volume (b/v)


Menyatakan jumlah gram zat dalam 100 ml larutan, sebagai pelarut dapat digunakan air atau
pelarut lain.

3. Persen volume pervolume (v/v)


Menyatakan jumlah ml zat dalam 100 ml larutan. Pernyataan persen tanpa penjelasan
lebih lanjut untuk campuran padat atau setengah padat , yang dimaksud adalah b/b, untuk
larutan dan suspensi suatu zat padat dalam cairan yang dimaksud adalah b/v dan untuk
larutan cair di dalam cairan yang dimaksud adalah v/v dan untuk larutan gas dalam
cairan yang dimaksud adalah b/V
EMULSI
1. Definisi/Pengertian

Menurut FI edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase, yang cairannya terdispersi dalam
cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil

2. Komponen Emulsi

Komponen dari emulsi dapat digolangkan menjadi 2 :

a. Kompenen dasar : kompenen /bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat dalam
emulsi
b. Kompenen tambahan : bahan tambahan yang sering ditabahkan pada emulsi utuk
memperoleh hasil yang lebih baik anatara penambah rasa, bau, dan warna

Kompenen dasar emulsi dapat dibagi menjadi 3:

1. Fase dispers-fase dalam-internal fase-fase discontinue. -yaitu zat cair yang


terbagi rata menjadi butiran kecl
2. Fase continue-fase pendispres-fase non dispres-cairan pembawa-fase
luar=yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar.
3. Fmulsiying agent-emulgent-zat pengelmusi zat yang menstabilkan emulsi

*Fase kontinue yaitu zatcair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar dari emulsi

*Elmugator berfungsi untuk mensstabikan emulsi

*Kompenen tambahan bahan tambahan untuk memperoleh hasil yang baik EX: corrigen
odoris, odoris, colouris, preservative (pengawet), anti oksidan

3. tipe emulsi

1. emulsi tipe o/w . minyak yang tersebar kedalam air

2. emulsi tipe w/o . air yang tersebar dalam minyak

4. Tujuan pemakaian emulsi

Untuk memperoleh preparat yang stabil dan ratadari campuran dua cairan yang saling
tidak bisa bercampur

*tujuan pemakaian emulsi adalah

a. digunakan sebagai obat dalam. Umumnya emulsi tipe o/w

b. digunakan sebagai bat luar, umunya emulsi tipe w/o

c. digunakan untuk injeksi umumnya tipe o/w


5. Teori terjadinya emulsi

1. teori teganagan permukan

Semakin tinggi perbedaan teganagan yang terjadi pada bidang maka zat cair akan
semakain susah untuk bercampur. Emulgator akan menurunkan menghilangkan tegangan
yang terjadi pada bidang sehingga antara kedua zat akan mudah bercampur.

2. Teori orientasi Bentuk Baji

-kelompok hidrofilik bagian emulgartor yang suka pada air

-kelompok lipofilik bagian yang suak pasa minyak

Masing-masing kelompok akan bergabung dalam zat yang sesenanginya, kelompok hidrofil
kedalam air, kelompok lipofil kedalam minyak akan menjadi tali pengikat antara air dan
minyak

HLB (hydrophyl lipophyl balance)

Semakin besar harga HLB semakin banyak kelompok suka pada air. Itu aratinya emulgator
akan mudah larut dalm air.

6. teori interparsial film

Emulgator akan diserap pada batas anatar air dan minyak, sehingga bentuk lapisn film akan
membungkus oartikel fase disper.

*stabilitas maksimum pada emulsi

1. dapat membentuk lapisan film yang kuat

2. jumlah cukup untuk menutup semuan permukan

3. dapat membentuk lapisan film dengan cepat

A. emulgator alam

gom arab baik untuk tipe o/w untuk obat dalam. Kestabilan emulsi yang dibuat dengan gom
arab berdasarkan 2 faktor

1. kerja gom sbg koloid pelindung


2. terbentuknya cairan yng kental sehingga laju pengendapan cukup kecil sedangkan
masa mudah dituang

Cara pembuatan :

Minyak padat dilebur lalu ditambahkan gom, buat corpus emulsi dengan air panas 1,5
X berat gom kemudian encerkn dan dinginkan dengan air dingin.

A. Emulgator Alam dari Tumbuhan :


 Gom Arab
 Tragacanth
 Agar-agar
 Chondrus
 Emulgator Lain
B. Emulgator alam dari hewan
 Kuning Telur
 Adeps Lanae
C. Emulgator alam dari tanah mineral
 Magnesium alumunium Silikat / Veegum
 Bentonit

B. Emulgator Buatan
 Sabun
 Tween 20 : 40 : 60 : 80
 Span 20 : 40 : 80

Emulgator dapat dikelompokan menjadi :

Anionik : Sabun Alkali, Natrium Lauryl Sulfat

Kationik : Senyawa Ammonium Kuartener

Non Ionik : Tween dan Span

Amforter : Protein, Leistin


SUSPENSI
MENURUT FI IV
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair.
1. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan
oral. Beberapa suspensi yang di beri etiket sebagai susu/magma termasuk kategori ini.
2. Suspensi obat suntik yaitu suspensi steril yang siap digunakan atau dikonstitusikan
dengan sejumlah air atau pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan untuk injeksi.
Harus mudah disuntikkan dan mudah menyumbat jarum suntik. Tidak boleh
digunakan secara intra vena dan intratekal.
3. Suspensi obat mata/ suspensi ophtalmik adalah sediaan cair steril yang
mengandung partikel-partikel terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian
mata.
Harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi/goresan pada
kornea.
Tidak boleh digunakan jika terjadi massa yang mengeras/menggumpal.
4. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus
ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
5. Suspensi topical adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair digunakan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa
suspensi yang diberi sebagai “lotio” termasuk dalam kategori ini.
STABILITAS SUSPENSI
Faktor yang mempengaruhi:
a. Ukuran partikel
Perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Semakin besar ukuran partikel
semakin kecil luas penampangnya (dalam volume yang sama).Sedangkan, luas
penampang partikel daya tekan keatas cairan makin besar sehingga memperlambat
gerakan partikel untuk mengendap.
b. Kekentalan/viskositas
Mempengaruhi kecepatan aliran dari cairan. Makin kental kecepatan alirannya
makin kecil. Kecepatan aliran mempengaruhi gerakan turunnya partikel.
Hokum stokes
V = d2( p – pO ) g / 18n
Keterangan:
V: kecepatan aliran
d2 : diameter partikel
p :berat jenis partikel
pO :berat jenis cairan
g :gravitasi
n :viskositas cairan (kekentalan)
c. Jumlah partikel/konsentrasi
Semakin besar konsentrasi partikel, makin besar kerja diendapan partikel dalam
waktu yang singkat.
d. Muatan/ sifat partikel
Suspensi terdiri dari beberapa campuran bahan sifat dan beberapa bahan tersebut
tidak selalu sama dengan demikian ada kemungkinan kerja diinteraksi antara bahan
tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut.

Dilihat dari factor tersebut, faktor c dan b merupakan faktor yang tidak dapat diubah lagi
karena muatan atau sifat alam dan konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalam
resep tersbut. Mengurangi ukuran partikel dapat dilakukan dengan pertolongan alat mixer,
homogenizer, colloid mill dan mortir. Menambah kekentalan dapat ditambah zat pengental
yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Contoh: golongan polysaccharida, golongan gom,
golongan agar, golongan selulose, golongan tanahliat, golongan organik polimer.

BAHAN PENSUSPENSI
Bahan pensuspensi dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1. Bahan Pensuspensi dari Alam
2. Bahan Pensuspensi Sintesis

Bahan Pensuspensi dari Alam


1. Dari jenis Gom
Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga membentuk mucilago
(lender). Dengan terbentuknya mucilago, maka viskositas cairan bertambah besar dan akan
menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago dipengaruhi oleh pH dan panas.
Yang termasuk golongan gom adalah :
a. Acacia (Pulvis Gummi Arabici)
Didapat dari akasia sp, dapat larut dalam air, bersifat asam, tidak larut dalam alkohol.
Viskositas optimum dari mucilago antara pH 5-9. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri,
sehingga dalam suspensi harus ditambah bahan pengawet.
Pulvis Gummosus(PGS) merupakan campuran PGA, Tragacanth dan Saccharum Album.
Untuk menaikan viskositas cairan dapat digunakan Pulvis Gummosus(PGS). Suspensi sering
disebut pula Mikstus Gojok (Mixtura Agitandae).
Banyaknya zat pengental tidak tergantung dari banyaknya serbuk, tetapi tergantung dari
besarnya volume cairan. Biasanya dengan peraturan sebagai berikut:
a) Untuk obat berkhasiat keras disuspensikan dengan PGS sebanyak 2%.
b) Untuk obat tidak berkhasiat keras disuspensikan dengan PGS sebanyak 1%.
b. Chondrus
Di peroleh dari tanaman Chondrus Al Spus atau Glargatina Mamilosa, dapat larut dalam
air, bersifat alkali,tidak larut dalam alkohol.
Ekstrak dari Chondrus disebut Carageen, banyak dipakai oleh industri makanan, mudah
dirusak bakteri jadi perlu penambahan pengawet.
c. Tragacanth
Merupakan eksudat dari tanaman Astragarus Gummifera. Tragacanth sangat lambat
mengalami hidrasi, tetapi hidrasi dapat dipercepat dengan pemanasan. Mucilago Tragacanth
lebih kental dari Gom. Tragacanth baik sebagai stabilisator suspensi saja, tetapi bukan
sebagai emulgator.
d. Algin
Diperoleh dari beberapa spesies ganggang laut. Dalam perdagangan dalam bentuk
Natrium Alginat. Suspensi Algin memerlukan bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai
suspending agent 1-2%.
e. Tanah liat
Tanah liat yang sering dipergunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi dikenal 3
macam yakni Bentonite, Hectorite, Veegum. Dalam air, mereka akan mengembang dan
mudah bergerak jika dilakukan penggojokan, disebut Tiksotropi. Sifat cairan ini tidak
dipengaruhi oleh panas dan tidak dalam air. Maka penambahan zat tersebut kedalam suspensi
dengan cara menaburkannya pada campuran suspensi. Merupakan senyawa an-organik, jadi
tidak akan terpengaruh oleh fermentasi dari bakteri.
Bahan Pensuspensi Sintesis
a. Derivat Selulose
Termasuk dalam kelompok ini :
1. Metil Selulose (Methosol J-tylose)
2. Karboksil Metil Selulose (CMC)
3. Hidroksi Metil Selulose
Misalnya= Methosol 1500, angka 1500 menyatakan viskositas. Makin tinggi angka berarti
kemampuan viskositas semakin tinggi. Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus dan tidak
beracun, sehingga banyak dipakai dalam produksi makanan. Dalam farmasi selain untuk
bahan pensuspensi juga untuk laksansia dan bahan penghancur (Desintegration) dalam
pembuatan tablet.
b. Golongan organik poliner
Yang paling terkenal dalam golongan ini adalah Carbophol 934 (merupakan nama dagang
salah satu pabrik). Sedikit larut dalam air dan bereaksi asam. Untuk memperoleh Viskositas
yang baik untuk suspensi diperlukan kadar 1%. Carbophol sangat peka terhadap panas dan
elektrolit (dapat menurunkan viskositas).
CARA MENGERJAKAN OBAT DALAM SUSPENSI

1. Suspensi dapat dibuat dengan 2 cara :


a. Metode dispersi (mencampurkan)
Mucilago(campuran suspensing agent dan air)+zat aktif, gerus ad homogen + air.
b. Metode presipitasi (pengendapan)
Zat aktif+pelarut organik( di erlenmayer), larutkan. Tuang ke mucilago(campuran
suspensing agent dan air), gerus ad homogen + air.

2. Pada pembentukan suspensi dikenal 2 sistem :


a. Sistem flokulasi
- Partikel agregat (padat) dan membentuk gumpalan
- Sendimentasi(pengendapan) cepat
- Tidak membentuk cake
- Mudah di dispersikan kembali
- Hasil akhir tidak menyenangkan.
b. Sistem deflokulasi
- Partikel bebas
- Sendimentasi(pengendapan) lambat
- Membentuk cake
- Sukar di dispersikan kembali
- Hasil akhir menyenangkan
3. Untuk membuat suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori :
a. Penggunaan prinsip flokulasi, meskipun pengendapan cepat tetapi dengan
pengocokan ringan akan terdispersi kembali
b. Penggunaan “stucture vehicle” adalah larutan hidrokoloid seperti : tilose, gom,
bentonize, dll.

Sistem pembentukan suspensi akan lebih stabil jika menggunakan sistem flokulasi dengan
metode structure vehicle.

Bahan pengawet dapat ditambahkan untuk menambah stabilitas suspensi, misal :

1. Butil p-benzoat ( 1 : 1250 )


2. Etil p-benzoat ( 1 : 500 )
3. Propil p-benzoat ( 1 : 400 )
4. Nipasol
5. Nipasin ( -+1%)
6. Fenil mercuri nitrat
7. Fenil mercuri asetat
8. Fenil mercuri klorida

PENILAIAN STABILITAS SUSPENSI

1. Volume sendimentasi
Perbandingan volume sendimentasi(Vu) terhadap volume mula-mula suspensi(Vo)
sebelum menguap.
F = Vu : Vo
2. Derajat flokulasi
Perbandingan volume sendimen akhir suspensi flokulasi(Vu) terhadap volume
sendimen akhir suspensi deflokulasi(Voc)
Derajat flokulasi = Vu : Voc
3. Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sendimentasi dan redispersibilitas, membantu
menentukan perilaku pengendapan,, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk
tujuan perbandingan.
4. Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara “freeze thraw cycling” Yaitu temperatur diturunkan sampai titik
beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali.
TABLET
PENGERTIAN MENURUT FI EDISI IV
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Warna tablet :
Tablet yang berwarna kemungkinan karena zat aktifnya berwarna, tetapi ada tablet yang
sengaja diberikan warna dengan maksud agar tablet lebih menarik, mencegah pemalsuan,
membedakan tablet yang satu dengan tablet yang lain.
B.PENGOLONGAN
1. Berdasarkan metode pembuatan
a. Tablet cetak (molding tablet) : Dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi
umumnya mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai
perbandingan.
b. Tablet kempa (tabulae compressoe) : Dibuat dengan memberikan tekanan
tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Dibuat dengan cara
dikempa, umumnya menggunakan manitol, sorbitol atau sukrosa sebagai bahan
pengikat dan bahan pengisi, mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma
untuk meningkatkan penampilan dan rasa.
Contoh tablet dengan cara di kempa : Tablet triturat, Tablet hipodermik, Tablet
Sublingual, Tablet bukal,Tablet effervesent
2. Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh:
a. Bekerja lokal
Tablet hisap untuk pengobatan pada rongga mulut. Ovula pengobatan pada
infeksi di vagina.
b. Tablet yang bekerja sistemik dapat dibedakan menjadi :
1) Yang bekerja short acting ( jangka pendek ), dalam satu hari memerlukan
beberapa kali menelan tablet.
2) Yang bekerja long acting ( jangka panjang )
2 a). Delayed action tablet ( DAT )
Kerjanya karena terlepasnya zat berkhasiat dalam selang waktu.
2 b) Repeat action tablet ( RAT )
Melepaskan sejumlah zat dan melepaskannya lagi kegiatannya berulang.
3. Berdasarkan jenis bahan penyalut.
Macam-macam tablet salut :
a. Tablet salut biasa / salut gula ( dragee/SCT ), disalut dengan gula dari
suspensi dalam air mengandung serbuk yang tidak larut. Kelemahannya waktu
penyalutan lama, dan perlu penyalut tahan air. Hal ini memperlambat disolusi
dan memperbesar bobot tablet. Tahapan pembuatan salut gula :
1) Penyalutan dasar ( subcoating ) : Untuk tablet mengandung zat yang
hygroskopis, menggunakan salut penutup (sealing coat) agar air tidak masuk
dalam tablet.
2) Melicinkan (smoothing) : Membuat tablet menjadi bulat dan licin.
3) Pewarnaan (coloring) : Dengan memberi zat warna yang dicampur pada
sirup pelicin.
4) Penyelesaian (finishing) : Proses pengeringan salut menghasilkan tablet
yang licin.
5) Pengilapan (polishing) : Tablet salut menjadi mengkilap, menggunakan
cera.
b. Tablet salut selaput (film coated tablet / FCT), disalut dengan
hidroksipropil metilselulosa, metil selulosa, hidrosi propil selulosa, Na-CMC
dan campuran selulosa asetat ftalat dengan P.E.G yang tidak mengandung air
atau mengandung air. Penyalut adalah hasil pengendapan dari pelarut yg cocok,
dikenakan ke tablet atau disemprotkan, lapisan umumnya tidak lebih dari 10%
berat tablet.
c. Tablet salut kempa (press coated tablet/PCT : Dikempa cetak dengan
massa granulat yang terdiri dari laktosa, kalsium fosfat dan zat lain yang cocok.
Mula-mula dibuat tablet inti, kemudian granul halus dan kering dikempa
disekitar tablet inti sehingga terbentuk tablet berlapis ( multi layer tablet ). Untuk
pengobatan secara repeat action.
d. Tablet salut enterik (enteric coated tablet/ECT), (tablet lepas-tunda)
bertujuan menunda pelepasan obat di lambung, penyalut yg relatif tdk boleh
larut dalam asam tetapi larut dalam usus.
e. Tablet lepas-lambat (sustained release), (efek diperpanjang, efek
pengulangan dan lepas lambat) dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan
tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan.
Tujuan penyalutan tablet adalah :
a. Melindungi zat aktif yang bersifat hygroskopis(tidak tahan udara, kelembaban atau
cahaya),
b. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak,
c. Membuat penampilan lebih baik dan menarik,
d. Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna. Misalnya enteric tablet yang
pecah di usus.
4. Berdasarkan cara pemakaian.
A. Tablet biasa / tablet telan : dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral
dengan cara ditelan, pecah di lambung
B. Tablet kunyah (chewable tablet) : Bentuk seperti tablet biasa, caranya
dikunyah dulu dalam mulut kemudian ditelan., rasanya umumnya tidak pahit.
C. Tablet hisap (lozenges, trochisi, pastiles): Tablet dihisap dalam mulut,
beraroma dan manis. Tablet ini dibuat dengan cara tuang ( dengan bahan dasar
gelatin dan atau sukrosa yang dilelehkan atau sorbitol ) disebut Pastilles atau
dengan cara kempa dengan bahan dasar gula yang disebut Trochisi. Digunakan
sebagai obat lokal pada infeksi di rongga mulut atau tenggorokan. Umumnya
mengandung antibiotik, antiseptik, adstringensia.
D. Tablet larut (effervescent tablet) : Contohnya Ca-D-Redoxon , Supradin
Effervescent tablet.
E. Tablet implantasi (pelet): Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril dan bersi
hormon steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek kulit sedikit,
kemudian tablet dimasukkan, kemudian kulit dijahit kembali. Zat khasiat akan
dilepas perlahan-lahan.
F. Tablet hipodermik (hypodermic tablet) : tablet steril, berat umumnya 30
mg, larut dalam air digunakan dengan cara melarutkan ke dalam air untuk injeksi
secara aseptik dan disuntikkan di bawah kulit ( subcutan ).
G. Tablet bukal (buccal tablet) : Digunakan dengan cara meletakan tablet
diantara pipi dan gusi.
H. Tablet sublingual : Meletakan tablet dibawah lidah (contoh: Coclocard
sublingual tab, sorbitol tab, fersorbid tab). Waktu hancur singkat sekitar 2 menit.
I. Tablet vagina (Ovula) : Pengobatan lokal dengan memasukan tablet kedalam
vagina menggunakan alat yang cara penggunaan nya tertera di etiket. Contoh:
Canesten vaginal tablet, Flagystatin, Naxogen complex vaginal tablet, Trovogen
vaginal tablet, Gyne lotrement vaginal tablet.
KOMPONEN
Zat aktif harus memenuhi syarat yang ditentukan Farmakope
a. Bahan excipient / bahan tambahan
b. Bahan pengisi(Diluent)
Untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak.Misalnya laktosa, pati,
kalsium fosfat dibase, dan selulosa mikrokristal.
c. Bahan pengikat (binder)
Untuk menyatukan atau mengikat bahan menjadi tablet, agar tablet tidak pecah dan
retak.Misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa, CMC, pasta pati
terhidrolisa, selulosa mikrokristal.
d. Bahan penghancur / pengembang (desintegran)
Membantu hancurnya tablet setelah ditelan.Misalnya pectin,cerosol,gelatin dan asam
alginat.
e. Bahan pelicin (lubrikan/ lubricant)
Untuk mencegah melekatnya tablet waktu di cetak dengan mesin tablet bahan
pelicin.Misalnya senyawa asam stearat dengan logam, asam stearat, minyak nabati.
f. Bahan pewarna (colour)
Meningkatkan nilai estetika atau untuk identitas produk. Misalnya zat pewarna dari
tumbuhan.
g. Bahan pengharum (flavour)
Menutupi rasa dan bau zat khasiat yang tidak enak (tablet isap Penisillin).Misalnya
macam-macam minyak atsiri.

CARA PEMBUATAN TABLET


Sebelum serbuk dicetak menjadi tablet, serbuk di ubah dulu menjadi granulasi yang
disebut dengan Granulasi
Tujuan granulasi adalah sebagai berikut :
1. supaya sifat alirnya baik (free-flowing) : granul dengan volume tertentu dapat mengalir
teratur dalam jumlah yang sama ke dalam mesin pencetak tablet.
2. ruang udara dalam bentuk granul jumlahnya lebih kecil jika dibanding bentuk serbuk jika
diukur dalam volume yang sama. Makin banyak udaranya, tablet makin mudah pecah.
3. pada saat dicetak, tidak mudah melekat pada stempel (punch) dan mudah lepas dari matris
(die)
Cara Pembuatan Tablet :
Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau
kemampuan kempa.
1. Granulasi basah (Wet Granulation)
- Zat khasiat + zat pengisi + zat penghancur gerus sampai homogen
- Tambahkan bahan pengikat + bahan pewarna (bila perlu)
- Ayak menjadi granul dan dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 400 - 500 C (
tidak lebih dari 600 C )
- Ayak lagi supaya menghasilkan granul dengan ukuran yang diperlukan
- Tambahkan bahan pelicin / lubrikan
- Cetak menjadi tablet dengan mesin tablet.
( z.a + z.t gah. + granul agent gerus ad massa lembab. Masukkan ke mesin granul basah.
Masukn kelemari pengering 50-60 • {ukuran masih tdk sma}. Ayak agar ukuran sama.
+pelicin. Cetak)
Cara granulasi basah menghasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan lama
dibanding cara granulasi kering.
2. Granulasi kering / slugging / pre cimpression
- Zat khasiat + zat pengisi + zat penghancur (bila perlu ditambahkan zat pengikat + zat
pelicin ) gerus ad homogen
- Kempa cetak pada tekanan tinggi ( menghasilkan tablet besar (slugging) dengan ukuran
yang tidak sama )
- Giling dan ayak ( menghasilkan granul dan ukuran partikel yang sama)
- Kempa cetak lagi sesuai ukuran tablet yang diinginkan.
( z.a + z.t gah. Cetak jadi slug. Hancurkan menjadi granul dgn ukuran yg tdk sama. Ayak
agar ukuran sama. + pelicin gah. Cetak)
Keuntungan, tidak diperlukan panas dan kelembaban dalam proses granulasi kering ini
serta penggunaan alatnya lebih sederhana. Kerugian, menghasilkan tablet yang kurang
tahan lama dibanding dengan cara granulasi basah.
Granulasi kering dilakukan karena : bahan obat termolabil dan bahan obat tdk tahan air.
3. Cetak/kempa langsung ( Direct Compressi)
dilakukan apabila:
1. jumlah zat khasiat per tabletnya cukup untuk dicetak.
2. zat khasiatnya mempunyai sifat alir yang baik (free-flowing)
3. zat khasiatnya berbentuk kristal yang bersifat free-flowing .Bahan pengisi untuk kempa
langsung yang paling banyak digunakan adalah selulosa mikrokristal, laktosa anhidrat,
laktosa semprot-kering, sukrosa yang dapat dikempa dan beberapa pati termodifikasi.
Misalnya tablet Hexamin, tablet NaCl, tablet KMnO4.
MACAM-MACAM KERUSAKAN PADA PEMBUATAN TABLET
1. Binding : kerusakan tablet yang disebabkan massa yang akan dicetak melekat pada
dinding ruang cetakan.
Penyebab nya : pencetak masih ada lemaknya atau kurang bersih, zat pelicin kurang,
massanya basah.
Cara mengatasinya : pencetak harus bersih, zat pelicin ditambah, massa jgn basah atau
kadar air granula diperhatikan.
2. Sticking / picking : pelekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah yang
disebabkan permukaan punch tidak licin, pencetak masih ada lemaknya, zat pelicin
kurang, massanya basah.
Penyebab dan cara mengatasi sama dengan binding.
3. Whiskering : terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan, terjadi
pelelehan zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi. Akibatnya pada penyimpanan
dalam botol-botol, sisi-sisi yang lebih akan lepas dan menghasilkan bubuk.
Cara mengatasi : tekanan diatur dan letak pencetakan harus tepat dengan ruang cetakan
4. Spliting/caping Spliting : lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada
bagian tengah.
5. Caping : membelahnya tablet di bagian atasnya
Penyebabnya adalah :
a. Daya pengikat dalam massa tablet kurang.
b. Massa tablet terlalu banyak fines, terlalu banyak mengandung udara sehingga setelah
dicetak udara akan keluar.
c. Tenaga yang diberikan pada pencetakan tablet terlalu besar, sehingga udara yang
berada di atas massa yang akan dicetak sukar keluar dan ikut tercetak.
d. Formulanya tidak sesuai
e. Die dan punch tidak rata (mortir dan stamper)
6. Motling : terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan tablet.
Cara mengatasi : mencampur dengan terampil.
7. Crumbling : tablet menjadi retak dan rapuh. Penyebabnya adalah kurang tekanan
pada pencetakan dan zat pengikatnya kurang.
Cara mengatasi : tekanan ditambah dan zat pengikat juga ditambah.
SYARAT-SYARAT TABLET
Syarat-syarat yang dipenuhi oleh tablet adalah :
1. Keseragaman ukuran
Menurut FI III :
Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet lebih dari 3x dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal
tablet.
2. Keseragaman Bobot
Digunakan pada tablet tidak bersalur
Menurut FI III :
 Timbang 20 tablet
 Hitung bobot rata-rata
Penyimpanan bobot Rata-rata (%)
Bobot Rata-Rata
A B
Kurang dari 25mg 15,0 30,0
26mg sampai dengan 150mg 10,0 20,0
151mg sampai dengan 300mg 7,5 15,0
Lebih dari 300mg 5,0 10,0
 Timbang tablet satu persatu
 Syarat :
 Pada kolom A
Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih
besar dari bobot yang ditetapkan pada kolom A.
 Pada kolom B
Tidak boleh 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata
lebih dari harga yang ditetapkan pada kolom B.
 Dapat juga menggunakan 10tablet dengan syarat : tidak ada 1 tablet pun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom A
dan kolom B.
Menurut FI IV :
Tablet harus memenuhi syarat keseragaman bobot dan keseragaman kandungan.
Tablet harus memenuhi syarat keseragaman bobot seperti yang tertera pada
keseragaman sediaan.
FI IV mensyaratkan bahwa :
- Tablet bersalut
- Tablet yang mengandung zat aktif 50mg atau kurang
- Tablet yang bobot zat aktifnya lebih kecil dari 50% bobot sediaan
Tablet diatas harus memenuhi syarat uji keseragaman berarti yang tertera pada
keseragaman sediaan yang pengujiannya dilakukan tiap tablet.
3. Waktu Hancur
Menurut FI III
Menggunakan 5 tablet.
Syarat :
- Tablet tidak bersalut waktu hancurnya tidak lebih dari 15menit.
- Tablet bersalut gula dan selaput waktu hancurnya tidak lebih dari 60 menit.
- Tablet bersalut enterik waktu hancurnya lebih dari 3jam dan kurang dari 4jam.
Menurut FI II
Syarat :
Tablet bukal dan sublingual waktu hacurnya tidak lebih besar dari 4jam.
Menurut FI IV
Tablet yang digunakan untuk test waktu hancur 6 tablet, jika tidak memenuhi syarat
ditambah 12tablet.
Syarat :
- Tablet vagina waktu hancurnya tidak lebih dari 30menit
- Tablet bukal waktu hancurnya tidak lebih dari 4jam
- Tablet sublingual : lihat masing-masing monografi
- Tablet salut enterik : lihat masing-masing monografi
- Tablet bersalut : lihat masing-masing monografi
- Tablet tidak bersalut : lihat masing-masing monografi
4. Kekerasan Tablet
Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui kekerasannya agar tablet
tidak terlalu rapuh atau terlalu keras. Alat yang disebut dengan “Hardness Tester”.
5. Keregasan Tablet
Yaitu persen bobot yang hilang setelah digoncang. Penentuan keregasan atau
kerapuhan tablet dilakukan terutama oada waktu tablet akan dilapis (coating). Alat
yang digunakan yaitu “friabilitator faster”.
Cara :
- Bersihkan 20 tablet dari debu, kemudian timbang bobotnya (sebegai w1 gram)
- Masukkan tablet kedalam alat
- Nyalakan alat tersebut selama 4 menit.
- Keluarkan tablet, lalu bersihkan dari debu kemudia ditimbang (W2 gram).
Kerapuhan tablet yang didapat :
W1 – W2 x 100%
W1
Batas kerapuhan yang diperoleh maksimal 0,8%

6. Test Disolusi (Dissolution test)


Untuk obat yang kelarutannya dalam air terbatas disolusi akan lebih berarti pada
waktu hancur.
STERILISASI

STERILISASI adalah proses kerja agar suatu bahan obat,alat atau tempat dapat bebas dari
semua jasad renik atau mikroba baik yang patogen maupun tidak patogen bersama dengan
sporanya

Tujuan sterilisasi adalah untuk MENCEGAH TERJADINYA INFEKSI SEKUNDER

Sebelum melakukan sterilisasi kita harus memperhatikan STABILITAS, EFEKTIVITAS


DAN WAKTU untuk mendapatkan keadaan steril yang cepat, efisien dan sesuai dengan sifat
kimia bahan.

Cara penyeterilan yang ada di FI III adalah :


a. Cara A : Pemanasan dalam otoklaf
b. Cara B : Pemanasan dengan bakterida
c. Cara C : Penyaringan
d. Cara D : Pemanasan kering
e. Teknik Aseptik

Cara penyeterilan yang ada di FI IV adalah :


a. Sterilisasi uap : Otoklaf
b. Stelirisasi panas kering : Oven
c. Sterilisasi gas : Gas etilen oksida
d. Sterilisasi dengan radiasi ion : Radio isotop/radiasi gamma
e. Sterilisasi dengan penyaringan : Penyaring bakteri
f. Proses Aseptik

Macam sediaan yang harus dibuat steril adalah :


a. Obat tetes mata (guttae ophthalmicae)
b. Obat cuci mata (collyrium)
c. Salep mata (oculenta)
d. Injeksi (injectio)
e. Infus intravenus

PEMANASAN KERING:

Yang di panaskan adalah udara kering berdasarkan oksidasi O2 udara


Suhu 150°-160°C
Waktu lama ,antara 1-2 jam (Pemijaran :20 detik)
Untuk bahan obat atau alat yg tahan pemanasan tinggi

1. Pemanasan Kering
FI III disebut CARA D (PEMANASAN KERING)

F IV disebut STERILISASI PANAS KERING

Contoh : Alat-alat (gelas piala,gelas ukur,pipet ukur,erlenmeyer,botol-botol,corong) dan


bahan obat yg tahan pemanasan tinghi(minyak lemak,vaselin)

2. Pemijaran
Dipakai api gas tidak berwarna
Contoh : Benda logam (pinset,penjepit krus) dan bahan obat (ZnO,NaCl,talk)

PEMANASAN BASAH
Yang dipanaskan adalah air yang menjadi uap air (koagulasi)
Waktu singkat (30 menit-1jam) dan suhu rendah (max 116’C)
Digunakan untuk injeksi pada pembawa berair

1. Pemanasan Dalam Otoklaf


Menurut FI III : Cara A (Pemanasan dalam Otoklaf) sedangkan di FI IV : Sterilisasi Uap
(Otoklaf)
2. Pemanasan dengan Air
Lama penyeterilan dihitung sejak air mendidih, namun spora tidak akan mati.
Bakterisida seperti (Fenol 5%, Lysol 2-3%) akan memepersingkat waktu. Beberapa alat
kedokteran dapat disterilkan dengan cara ini, khusus untuk alat suntik harus dibuka.
3. Tyndalisasi atau Pasteurisasi
Digunakan untuk bahan yang TIDAK TAHAN PANAS TINGGI, TIDAK DAPAT
DISARING (emulsi, suspensi)
Cara : Panaskan pada suhu 70-80’C selama 40-60 menit untuk mematikan mikroba
vegetatif. Diamkan pada suhu 30’C selama 24 jam, lalu panaskan kembali selama 3-5 hari
berturut-turut.
4. Dengan Uap Air Mengalir pada suhu 100’C
Cara : Bahan dan alat yang akan disterilkan dimasukkan setelah air mendidih dan
keluar uapnya. (Larutan Vit. C, Cocain HCL, ZnSO, Acid Boric)

STERILISASI DENGAN PENAMBAHAN ZAT TERTENTU


Menurut FI III : Sterilisasi B
Zat yang biasa ditambahnkan adalah Desinfektan, Antibiotik dan Antiseptik. Cara ini
TIDAK DAPAT DIGUNAKAN untuk Sterilisasi Dosis Tunggal secara parenteral karena
adanya penambahan bakterisida.

STERILISASI DENGAN PENYINARAN


Sinar UV Sinar Gamma Sinar X dan Sinar katoda
 Gelombang 200 - 2600 A  Digunakan isotop radio  Mempunyai intensitas
 Digunakan untuk aktif, misalnya Cobalt 60. tinggi yang dapat
mensterilkan ruangan, mematikan mikroba.
udara, obat suntik.  Yang disterilkan :
 Pekerja perlu dilindungi Penisillin-Na,
dari sinar UV karena dapat Streptomycinsulfat,
mempengaruhi kulit dan Hidrolisat protein,
mata. Hormon, pituitarium,
insulin, vaksin influensa,
vaksin cacar.
 Vit C tidak bisa di
sterilkan dgn cara
ini,karena dapat
mengakibatkan perubahan
warna.

STERILISASI DENGAN PENYARINGAN BAKTERI


FI III : Cara C ( Penyaringan ) FI IV : Sterilisasi dengan Penyaringan
Lapisan larutan disaring melalui penyaring bakteri steril, diisikikan ke dalam wadah steril
kemudian di tutup kedap menurut teknik aseptic.
Cara ini digunakan untuk bahan obat yang tidak tahan pemanasan tetapi larut dalam air
serta apat dilakukan dengan cepat

Kerugian/keburukan memakai penyaring bakteri :


a. Ada yang sukar dicuci : porselain, kieselguhn
b. Ada yang mengabsorpsi bahan obat
c. Ada yang bersifat alkalis (seitz filter) dan penyaring asbes melepaskannya ke dalam
larutan
d. Hanya digunakan untuk bentuk larutan berair. Tidak untuk larutan berminyak.
e. Masih memerlukan zat bakterisida, virus hanya dikurangi saja
f. Filtrat yang diperoleh belum bebas dari virus.

Cara menyaring, ada dua cara :


a. Dengan tekanan positif : penyaring ditekan dengan tekanan yang lebih dalam dan
besar dari udara luar
b. Dengan tekanan negatif : penyaring dihisap (penampung divakumkan).

Cara memersihkan penyaring bakteri :


a. Dengan menyeot air bersih berlawanan arah dengan cara penyaringan atau dengan
larutan HCL panas lalu dibilas.
b. Memasak dengan larutan Natrium Karbonat 2% lalu dibilas (protein akan hancur
karena Ph S,S). Dapat pula dengan NANO3 1% kalium perklorat
c. Penyaring bakteri disterilkan dengan cara : pemanasan kering, pemijaran, otoklaf atau
secara kimiawi.
TES KEBOCORAN

Celupkan seluruh unit penyaring dalam air, lalu hubungkan dengan pompa, masukkan
udara. Apabila terjadi gelembung kecil – kecil rata, berarti tidak bocor. Bila ada yang besar
berarti bocor atau retak.

Menurut bahan yang dipakai ada 4 macam penyaring :


a. Penyaring dari tanah porselain/kieselguhr.
- Penyaring pasteur chamberland
- Penyaring berkfeld
b. Penyaring asbesi, penyaring Seitz E K
c. Penyaring dari gelas : Yena, Pyrex
d. Penyaring dari senyawa selulose/kolodion.

STERILISASI ASEPTIK

Cara ini dengan teknik memperkecil kemungkinan terjadinya cemaran mikroba


seminimal mungkin. Digunakan untuk bahan obat yang tidak dapat disterilkan dengan cara
pemanasan atau dengan cara penyaringan.

Cara kerja aseptis :

a. Semua alat, bahan, pelarut dan ruang kerja yang dipakai lebih dahulu disterilkan lebih
dahulu dengan cara yang cocok dan bahan disiapkan dalam jumlah berlebih.
b. Perencanaan alat harus seteliti mungkin dan pekerja harus benar paham maksud
pekerjaan ini
INJEKSI

A. PENGERTIAN
Menurut FI III
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan,emulsi, atau suspensi yg harus dilarutkan
atau didispersikan lebih dahulu sblm digunakan yg disuntukkan dengan cara merobek
jaringan kedlm kulit atau melalui kulit atau selaput lender.

Menurut FI IV
Injeksi adalah sediaan steril untuk kegunaan parenteral, digolongkan menjadi 5 jenis
yang berbeda, yaitu :
1. Obat atau larutan atau emulsi yg digunakan untuk injeksi disebut Injeksi…
2. Sediaan padat kering atau cairan pekat tidak mengandung dapar,pengencer atau
bahan tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah penambahan pelarut yang
sesuai memenuhi syarat injeksi atau dapat dibedakan dari nama bentuknya …steril
3. Sediaan seperti tertera pada (2) tetapi mengandung satu atau lebih dapar,
pengencer atau bahan tambahan lain, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya
…untuk injeksi
4. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak
disuntikkan secara intra vena atau ke dalam saluran spinal dan dapat dibedakan
dari nama bentuknya, suspense…steril
5. Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutanyang
memenuhi persyaratan untuk suspense steril setelah penambahan bahan pembawa
yang sesuai dan dapat dibedakan dari nama bentuknya …steril untuk suspensi.
Penggolongan

1. Injeksi intraderma atau intrakutan (ik)


Umunya berupa larutan atau suspemsi dlm air. Volume 0,1-0,2 ml. digunakan
untuk tujuan diagnose. Contoh : Schick’s test dan Mantoux test.

2. Injeksi subkutan atau hipoderma (sk)


Disuntikkan kejaringan dibawah kulit. Volume tidak lebih dari 1ml.

3. Injeksi intramuskulair (im)


Disuntikkan kedalam jaringan/otot. Volume tidak lebih dari 4ml. larutan hingga
20ml tapi hanya disuntikkan ke otot dada. Larutan atau suspense dlm air atau dlm
minyak.

4. Injeksi intavenus (iv)


Disuntikkan kedalam pembuluh darah. Harus isotonis/hipertonis. Boleh larutan,
emulsi tipe o/w dengan diameter tidak lebih dari 5mikrometer dan tidak boleh dlm
bentuk suspense. Jika volume lebih dari 10ml tidak boleh mengandung pirogen
dan jika volume lebih dari 15ml tidak boleh mengandung bakterisida.
Infundabilia (infus intravena)
Infundabillia adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pyrogen dan
isotonis terhadap darah dan disuntikkan kedlm vena.
 Boleh larutan, emulsi tipe o/w dengan diameter tidak lebih dari 5mikrometer
dan setelah dikocok harus homogen.
 Kecuali dinyatakan lain infundabillia tdk boleh mengandung bakterisida dan
zat dapar.

Tujuan ada 4, yaitu :


a. Mengganti cairan tubuh dan meimbangi jumlah electron dalam tubuh. Contoh
: solution glukosa isotonis, solution psisiologica ringeli.
b. Dalam bentuk larutan koloid dapat digunakan sbg pengganti darah. Contoh :
larutan koloid PVP 3,5%
c. Untuk menambah kalori. Contoh : infus glukosa, asam-asam amino pada
pasien yang tidak mau makan, tidak dapat menelan.
d. Sbg obat, diberikan dlm jumlah besar dan terus menerus bila tidak dpt
disuntikkan scr biasa. Contoh : obat kanker, antibiotic, anaestetika, hormone
yg larut dlm air,vitamin.

Syarat-syarat infuse :

a. Steril
b. Jernih
c. Harus isotonis,isohidris,isoioni
d. Harus bebas pyrogen
e. Memenuhi syarat keseragaman volume
f. Jika bentuk emusi dibuat dgn tipe O/W, diameter fase dlm tidak lebih dari
5mikrometer, jika dikocok harus tetap homogen dan tdk menunjukkan
pemisahan
g. Tidak boleh mengandung bakterisida dan zat dapar.

Perbedaan injeksi dan infus intravena, yaitu :


No. Perbedaan Injeksi Infus intravena
1. Maksud Pengobatan scr 4 tujuan
parenteral
2. Volume 1-10 ml (vol. kecil) Lebih dari 10ml
3. Alat dan cara injeksi Infuse/transfusi
4. Waktu Sebentar Lama
5. Pembawa Air,etanol,minyak Hanya air
6. Isohidris Tidak selalu Harus
7. Isotonis Tidak selalu Harus
8. Isoioni Tidak selalu Harus
9. Bebas pyrogen Tidak selalu Harus
10. Kemasan Wadah tunggal/ganda Wadah tunggal
5. Injeksi intra arterium (ia)
Disuntikkan kedlm pembuluh darah tepi atau perifer. Volume 1-10ml. tidak boleh
mengandung bakterisida.

6. Injeksi intraker atau intra kardial (i kd)


Disuntikkan lgsg ke otot jantung/ventriculus. Tidak boleh mengandung
bakterisida. Hanya digunakan dalam keadaan gawat.
7. Injeksi intratekal (it) intraspinal, intradural
Disuntikkan kedlm sum-sum tulang belakang (antara 3-4 atau 5-6 lumba
vertebra).volume tidak lebih dari 20ml. tidak boleh mengandung bakterisida.
Wadah dlm dosis takran tunggal. Larutan harus isotonis.

8. Injeksi intra artikulus


Disuntikkan ke dalam cairan sendi dalam rongga sendi,

9. Injeksi subkonjungtiva
Disuntikkan pada selaput lender bawah mata. Volume tidak lebih dari 1ml.

10. Injeksi peridural (pd), extradural, epidural.


Disuntikkan kedlm ruang epidural, terletak diatas durameter, lapisan penutup
terluar dari otak dan su,m-sum tulang belakang.

11. Injeksi intrasisternal (is)


Disuntikkan kedalam saluran sumsum tulang belakang pada dasar otak.

12. Injeksi intra peritoneal (ip)


Disuntikkan kedalam rongga perut. Penyerapan cepat, bahaya infeksi besar dan
jarang dipakai.

13. Injeksi intrabursa


Disuntikkan ke dalam bursa subacromillis atau bursa elecranon.

B. Keuntungan dan kekurangan injeksi


Keuntungan :
1. Kerja obat cepat
2. Dapat untuk obat :
 Yang rusak oleh saluran cerna
 Yang merangsang saluran cerna
 Tidak diabsorbsi pada saluran cerna
3. Takaran/dosis obat terjamin
4. Dapat sbg depot terapi
5. Dapat diberikan pada pasien yg tidak bias menelan atau muntah
6. Steril

Kekurangan :
1. Karena kerja obat cepat, jika terjadi kesalahan sukar mengambil tindakan
pencegahannnya
2. Pemberian obat lebih sukar dan memerlukan tenaga khusus
3. Sakit pada bekas suntikkan/anak-anak takut disuntik
4. Kemungkinan infeksi lebih besar dibandingkan per oral
5. Tidak ekonomis/lebih mahal

C. Komponen dan Syarat Obat Suntik


Komponen obat suntik terdiri dari :
1. Bahan obat
2. Pelarut
3. Bahan pembantu
3.1 pencapai isotonis
3.2 pencapai pH optimum
3.3 pencapai isoioni
3.4 bakterisida
3.5 pemati rasa setempat
3.6 stabilisator
4. wadah

penjelasan

1. bahan obat
bahan obat harus memenuhi syarat yang tercantum dalam farmakope Indonesia
2. pelarut / pembawa
 pelarut dan zat pembawa air
 pelarut dan pembawa bukan air
o pelarut dan zat pembawa air
umumnya di pakai air. Karena mudah, murah, dan dapat diterima baik
oleh tubuh
aqua pro injectione adalah pelarut pilihan untuk larutan injeksi,
terbuat dari aqua bidestillata.
Aqua pro injection
a) yang digunakan untuk pembuatan obat suntik : aqua bidest r.p.
b) yang digunakan untuk pelarut serbuk p.i. : aqua bidest
disterilkan dengan cara A atau C segera setelah
diwadahkan.

Aqua pro injectione bebas udara (CO₂)


a) untuk pembuatan obat suntik : didihkan aqua pro injection r.p.
selama tidak kurang 10 menit sambil mencegah kontak dengan
udara
b) untuk pelarut serbuk pro injection : aqua pro injectione
bebas udara disterilkan dengan cara A segera setelah
diwadahkan

Syarat Aqua pro Injectione menurut FI III :

a. Netral (tidak asam/basa)


b. Kandungan ion sama dengan aquadest
c. Kandungan ammonia albuminoid sama dengan aqua
demeneralisata
d. Sisa penguapan tidak lebih dari 0,003% b/v
e. Memenuhi syarat pirogenitas dan sterilitas yang tertera pada uji
keamanan hayati

o Pelarut dan pembawa tidak berair


Alasan penggunaan :
a. Bahan obat sukar larut dalam air
b. Bahan obatnya terurai dalam air (tidak stabil)
c. Dikehendaki efek depot terapi
Syarat pelarut bukan air :

a. Dari sudut farmakologis harus inert


b. Dapat diterima dengan baik oleh tubuh
c. Dapat diserap dengan baik
d. Tidak berbahaya dalam jumlah yang disuntikkan
e. Tidak mengganggu khasiat obat
f. Tidak mengganggu penetapan kadar, identifikasi dan
pemeriksaan lain yang ditentukan untuk obat

Zat pembawa dan pelarut bukan air dibagi 2 golongan :

1. Golongan minyak lemak (oleum sesami, oleum arachidis,


oleum olivarum)
Syarat yang harus dipenuhi :
1) Memenuhi syarat olea pinguia/minyak lemak
2) Jernih pada suhu 10°C
3) Tidak berbau asing/tengik
4) Bilangan asam 0,2 – 0,9
5) Bilangan iodium 9 – 128
6) Bilangan penyabunan 185 – 200
7) Bebas minyak mineral
2. Golongan bukan minyak lemak
a. Benzyl benzoate
b. Propilen glikol
c. Etanol
d. Glycerine
e. Polystilen glikol
f. Etil asetat

“obat suntik dengan minyak sebagai pelarut tidak boleh disuntikkan ke dalam
pembuluh darah, hanya boleh disuntikkan ke dalam otot”

3. Bahan pembantu
1) Pencapai isotoni
Suatu larutan dikatakan istoni apabila :
a. Tekanan osmosi nya sama dengan tekanan osmose cairan tubuh
(tekanan osmose larutan 0,9% NaCl
b. Titik bekunya sama dengan titik beku cairan tubuh -0,52°C

Isotonis perlu diperhatikan pada penyuntikan :

a) Sub kutan, karena dapat menyebabkan rasa sakit, nekrose (sel-sel


jaringan rusak)
b) Intralumbal, dapat menyebabkan rangsangan pada selaput otak
c) Infusi dapat menimbulkan haemolisa bila larutan hipotonis (pecahnya
sel butir darah merah)

Larutan hipertonis lebih bisa diterima tubuh daripada hiptonis

Kadar zat terlarut berbanding lurus dengan dengan tekanan osmose dari
larutan tsb. Jika kadar zat terlarut kecil, maka tekanan osmose kecil.

Jika dua macam cairan yang dipisah oleh suatu selaput semipermeable yang
mempunyai tekanan osmose yang berlainan, maka cairan (air) selalu akan
mengencerkan larutan yang lebih pekat, agar kedua sisi selaput seimbang.

 Pada suntikan hipotonis :


 Sel tubuh mengembang
 Dapat pecah
 Pada suntikan hipertonis :
 Sel mengerut
 Larutan hipertonis lebih bisa ditahan tubuh daripada hipotonis
 Tubuh dapat mengimbangi penyimpangan ±10%

2) Pencapai pH optimal
Isohydris = pH larutan obat suntik sama dengan pH cairan tubuh
Sering terjadi obat dibuat sesuai dengan pH optimal obat, karena tidak tahan
pada pH cairan tubuh.
Antara isohydri atau pH optimal, kita lebih mengutamakan pH optimal.
 Fungsi pengaturan pH suatu larutan :
a) Menjamin stabilitas obat (mencegah perubahan warna larutan, efek
terapi optimal obat, menghindari terjadinya reaksi obat)
b) Mengurangi sifat merangsang beberapa obat/perasaan sakit waktu
disuntukkan
 Pengaturan PH dapat dilakukan dengan cara :
a) Penambahan zat tunggal (asam untuk alkaloida, basa untuk sulfa-
sulfa
b) Penambahan larutan dapar

3) Pencapai isoioni
Pada penyuntikan larutan jumlah besar, sebaiknya susunan ion dalam larutan
disesuaikan dengan ion-ion dalam darah
Obat infus sebaiknya mengandung : K, Mg, Ca, selain Na dan Cl

4) Penambahan bakterisida/bakteriostatika (pengawet)


Dimaksudkan untuk mempertahankan sterilitas dalam pemakaian dan
membantu proses sterilisasi yang temperaturnya tidak cukup mensterilkan.
 Bakterisida harus ditambahkan pada :
o Obat suntik yang dibuat secara aseptis
o Obat suntik yang disterilkan dengan cara penyaringan dengan
penyaring bakteri
o Obat suntik yang disterilkan dengan pemanasan selama 30
menit pada suhu 98-100°C
o Obat suntik yang diberikan dalam wadah takaran ganda
 Bakterisida tidak boleh ditambahkan pada obat suntik :
o Sekali penyuntikan intra vena melebihi 15 ml
o Cara penyuntikan secara intra arterium, intra kor, intra
tekal/intrasisterna/peridura/subarachnoid

Contoh bakterisida yang dipakai untuk obat suntik dan tercantum dalam FI III:

Fenol 0,5 % b/v, chlorbutanol 0,5 % b/v, kresol 0,3% b/v, klorkresol 0,1 %
b/v, fenil raksa II nitrat 0,001% b/v.

 Syarat bakteriostatika :
o Memenuhi syarat-syarat bahan tambahan seperti yang tertera
pada ketentuan umum FI
o Harus mempunyai daya bakteriostatika yang cukup besar
o Stabil pada waktu sterilisasi

5) Penambahan zat pemati rasa setempat (anaestetika local)


Tujuan : mengurangi rasa sakit pada tempat dilakukan penyuntikan. Misal :
procain dalam injeksi penicillin dalam minyak, novocain dalam injeksi B-
compleks, benzilalkohol dalam injeksi luminal Na

6) Bahan Stabilisator
u/ menjaga stabilitas larutan injeksi dalam penyimpanan. Stabilisator
digunakan untuk :
- Mencegah terjadinya oksidasi oleh udara, dengan cara :
(a) Mengganti udara di atas larutan injeksi dengan gas inert,
misalnya gas N₂ atau gas CO₂.

(b) Zat pengkhelat spt EDTA 0,01 – 0,075 %


* Zat antioksidan yang sering sering digunakan dalam larutan
berair:
1)) Asam Askorbat 0,5%
2)) Na. Bisulfit 0,15%
3)) Na. Metabisulfit 0,2%

*Zat antioksidan yang sering digunakan dalam larutan berminyak:


1)) Tokoferol 0,5%
2)) Butil Hidroksi Anisol (BHA) 0,02%
3)) Butil Hidroksi Toluen (BHT) 0,02%

c) Mencegah terjadinya endapan alkaloid oleh sifat alkalis dari gelas.


Untuk ini dapat dengan menambah chelating agent EDTA ( Etilen
Diamin Tetra Asetat ) untuk mengikat ion logam yang lepas dari
gelas / wadah kaca atau menambah HCl sehingga bersuasana
asam.

d) Mencegah terjadinya perubahan pH dengan menambah larutan


dapar.

e) Memperbesar larutan obat (Solubilizing agent)

1)) Pelarut organic yang dapat campur dg air; etanol,


propilenglikol, gliserin (melarutkan fenobarbital dlm Solutio
petit).
2)) etilendiamin menambah kelarutan teofilin.
3)) Dietilamin menambah kelarutan barbital.
4)) Niasinamid dan Na sasilislat menambah kelarutan Vit. B2.
5)) Keratinnum, Niasinamid dan Lesitin u/ menambah kelarutan
senyawa steroid.
6)) Surfaktan yang non ionic = Inj. Hormon.

4. Wadah dan Tutup


u/ injeksi dibuat dari kaca atau plastic.
Dapat juga dibedakan lagi menjadi :
- Wadah dosis tunggal ( single dose ), wadah untuk sekali pakai misalnya
ampul. Ditutup dengan cara melebur ujungnya dengan api sehingga tertutup
kedap tanpa penutup karet.

- Wadah dosis ganda ( multiple dose ), wadah untuk beberapa kali


penyuntikan, umumnya ditutup dengan karet dan alumunium, misalnya vial (
flakon ) , botol.

-Cairan infuse digunakan botol infuse (uk +- 500 ml); Plastik atau botol gelas.

** Wadah plastic/flabottle (terdiri dari polietilen, polipropilen atau


polikarbonat) yg lembut; bahan ini tembus cahaya spt kaca dan dpt di sterilkan
dgn gas etilen oksid.

Kelebihan: 1) netral scr kimiawi; 2) Tidak berat & tidak pecah shgg mudah
diangkut; 3) tidak perlu penutup karet.

Kekurangan: Dapat ditembus dgn uap air; bila disimpan slm setahun pda suhu
kamar akan kehilangan air sebanyak 1%; ditembus gas CO2; mengendapkan
karbonat.

Syarat wadah kaca :

1. Tidak boleh bereaksi dengan bahan obat

2. Tidak boleh mempengaruhi khasiat obat.

3. Tidak boleh memberikan zarah / partikel kecil ke dalam larutan injeksi.

4. Harus dapat memungkinkan pemeriksaan isinya dengan mudah.

5. Dapat ditutup kedap dengan cara yang cocok.

6. Harus memenuhi syarat " Uji Wadah kaca untuk injeksi ".
Syarat gelas / kaca:

1. Gelas harus netral, tidak bersifat alkali yg dapat menaikkan pH larutan


injeksi.
2. Pada waktu menutup ampul, gelas mudah dibakar.
3. Gelas tidak mudah pecah dan waktu ampul dipotong tidak mengeluarkan
pecahan gelas yang lembut.

Tutup karet :

Digunakan pada wadah dosis ganda yang terbuat dari gelas / kaca. Tutup karet
dibuat dari karet sintetis atau bahan lain yang cocok. Untuk injeksi minyak ,
tutup harus dibuat dari bahan yang tahan minyak atau dilapisi bahan pelindung
yang cocok.

a. Syarat fisika:
- Bila ditusuk tidak boleh rusak. Tidak boleh ada bagian yang melekat
pd jarum.
- Lubang bekas ditusuk harus di tutup kembali.
- Kenyal dan lentur.
b. Kimia (dipanasi 120 C 1/2 jam dgn air yg harus:
- pH 5,2-7
- Tetap jenrih, tidak berwarna, boleh pahit sedikit.
- 100 ml larutan jika diuapkan sisa tidak lebih dari 10 mg.
- Tidak boleh mengandung pirogen.
- Uap yg tdk menghitamkan kertas timbale asetat.

Cara sterilisasi :
masukkan tutup karet ke dalam labu berisi larutan bakterisida, tutup, sterilkan dengan
cara sterilisasi A, biarkan selama tidak kurang dari 7 hari. Bakterisida yang digunakan
harus sama dengan bakterisida yang digunakan dalam obat suntiknya dengan kadar 2
kalinya dengan volume untuk tiap 1 gram karet dibutuhkan 2 ml.

Tutup karet yang mengandung Na-pirosulfit, sebelum dipakai harus direndam


dalam larutan bakterisida yang mengandung Na-pirosulfit 0,1 % selama tidak
kurang dari 48 jam.

D. SYARAT-SYARAT INJEKSI
1. Keseragaman bobot / volume
2. Uji kejernihan
3. Uji sterilitas
4. Uji kebocran
5. Uji pirogenitas
Kriteria injeksi:
1. Larutan jernih, tidak berwarna (kecuali suspense dan warna dari obatnya)
2. Steril
3. Jika memungkinkan Isotonis;Isohidris;Ioioni
4. Memenuhi syarat keseragaman bobot (u/ injeksi yg harus dilarutkan atau
disuspensikan dulu)
5. Memenuhi syarat keseragaman volume u/ injeksi bentuk cairan
6. u/ injeksi yg 1x pemakaian lebih besar 10 ml, harus bebas pirogen.

Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Keseragaman Bobot

Pemeriksaan keseragaman volume

Untuk injeksi dalam bentuk cairan, volume isi netto tiap wadah harus
sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan. Kelebihan volume yang dia
jurkan tertera dalam daftar berikut:

2. Pemeriksaan Kejernihan

Digunakan untuk menetapkan ada tidaknya bakteri, jamur dan ragi


yang hidup dalam sediaan yang diperiksa. Dilakukan dengan teknik aseptik
yang cocok.
Sebelum dilakukan uji sterilitas, untuk zat-zat :
a. Pengawet : larutan diencerkan dahulu, sehingga daya pengawetnya
sudah tidak bekerja lagi.
b. Antibiotik : daya bakterisidanya diinaktifkan dulu, misalnya pada
Penicillin ditambah enzym Penicillinase.

Menurut FI. ed.III, pemeriksaan ini dilakukan sebagai berikut :

a. Dibuat perbenihan A untuk memeriksa adanya bakteri yang terdiri


dari:

i. Perbenihan thioglikolat untuk bakteri aerob , sebagai


pembanding digunakan Bacillus subtilise atau Sarcina lutea.

ii. Perbenihan thioglikolat yang dibebaskan dari oksigen


terlarut dengan memanaskan pada suhu 1000 selama waktu yang
diperlukan, untuk bakteri anaerob, sebagai pembanding digunakan
Bacteriodes vulgatus atau Clostridium sporogenus.

b. Dibuat perbenihan B untuk memeriksa adanya jamur dan ragi,


untuk itu dipakai perbenihan asam amino, sebagai pembanding
digunakan

Candida albicans Penafsiran hasil : zat uji dinyatakan pada suhu 300 –
320 selama tidak kurang dari 7 hari, tidak terdapat pertumbuhan jasad
renik.

4. Pemeriksaan kebocoran

4.1 injeksi dgn pemanasan

Ampul: disterilkan dgn cara terbalik (ujung dilebur), yg bocor isinya akan kosong atau
berkurang setelah di sterilisasi.
Vial : setelah disterilkan, dlm keadaan masih panas masukkan ke dlm larutan biru
(metilen 0,1%) yg dingin, wadah yg bocor larutannya akan berwarna biru.

4.2 Injeksi tanpa pemanasan/aseptis

Dgn memasukkan ked lm eksikator dan divakumkan, wadah yg bocor isinya akan
terhisap keluar.

5. pemeriksaan Pirogen: Dpt dilakukan dgn cara LAL atau hewan percobaan

Pirogen: hasil metabolisme mikroorganisme dgn kadar 0,001-0,01g /BB dpt larut dlm air,
tahan pemanasan & menimbulkan demam bila disuntikan. Untuk larutan injeksi yg
1×pemakaian volumenya >10ml harus bebas pirogen.

1) Cara menghilangkan pirogen:


a. Alat yg tahan pemanasan (jarum/alat suntik) dipanaskan pada suhu 250°C.
b. Air untuk injeksi bebas pirogen: didihkan dgn H₂O₂ selama 1 jam, suling dgn
campuran KMnO₄ dan NaOH.
c. Cara absorbsi:
 Dgn penyaring bakteri asbes
 Lematkan kolom Al₂O₃
 Panaskan dlm arang pengabsorbsi(carbo adsorben) pada suhu 60°C 0,1%
selama 15 menit , sesekali diaduk,lalu disaring dgn kertas saring rangkap 2.
d. Sinar gamma: membilas dgn aqua pro injection bebas pirogen, karena pirogen larut
dlm air.

2) Cara mencegah terjadiny pirogen


a. Air suling, harus segera digunakan setelah disuling.
b. Waktu disuling jgn ada air yg memercik.
c. Alat penampung & cara menampung air suling harus seaseptis mungkin

3) Sumber pirogen
a. Air suling yg dibiarkan lama
b. Wadah larutan seperti glucose.NaCl,Na Sitrat

4) Cara melakukan uji pirogenitas


a. Cara LA: Limlus, Amoebocyte Lysate
b. Hewan percobaan: kelinci dgn bobot tertentu , di beri diet seragam selama 1
minggu, mempunyai suhu awal antara 38-39,8°C. beda suhu awal tidak > dari
0,2°C

Ad. 1 Penurunan Titik Beku (ptb)

Ptb sebanding dgn besarnya tekanan asmose, ptb cairan tubuh -0,52°C

0,52 − b₁. C
𝐵=
b₂

B = bobot zat tambahan ( NaCl ) dlm gram tiap 100 ml larutan

0,52= adalah titik beku cairan tubuh

b₁ = ptb zat khasiat

C =konsentrasi dlm satuan % b/v zat khasiat

b₂ = ptb zat tambahan ( NaCl )

ex:
R/ Methadon HCL 10 mg

mf. Isot. C. NaCl ad. 10 ml

a = 0,101 (PTB Methadon HCl) b = 0,576 (PTB. NaCl)

Maka NaCl yang diperlukan supaya larutan isotonis adalah ..

A. 0,088 g B. 0,073 g C. 0,885 g D. tidak perlu ditambah

Jawab : C Methadon HCL = 10 mg/10 ml 0,100 gram/ 100 ml 0,1% b/v

0,52 − b₁. C
𝐵=
b₂
0,52−0,1×0,101
Agar isotonis, maka 𝐵 = 0,576

B = 0,885243

Jadi bobot NaCl yang masih diperlukan untuk tiap 100 cc = 0,885243≈ 0,088 gram

Ad. 2 Ekivalensi NaCl (E)

(E) adalah sekian gram NaCl yg menimbulkan tekanan asmose yg sama dgn yg
disebabkan 1 gram zat terlarut.

Rumus ekivalensi:
V= W.E.V’

V= (W₁×E₁)+(W₂×E₂)+…. ×111,1
Ket:

V' = Volume larutan yang sudah isotonis dalam satuan ml.

W = bobot zat aktif dlm gram.

E = Nilai ekivalensi zat aktif.

Ex:

R/ AtSO₄ 0,1

Scopolamin HBr 0,1

m.f. sol isot NaCl ad 10 ml

Berapa NaCl yg diperlukanuntuk membuat larutanya isotonis?

Dik= ekivalen AtSO₄ =0,13


Ekivalen Scopolamin HBr= 0,12

Ekivalen NaCl= 1

Jwb:

V=[ (W₁×E₁)+(W₂×E₂)+(W₃×E₃)] ×111,1

10= [(0,1×0,13)+(0,1×0,12)+(W₃×1)]×111,1

=(0,025+ W₃)×111,1

W₃= 0,065 g

Jd NaCl yg harus ditambahkan 0,065 g

Anda mungkin juga menyukai