Anda di halaman 1dari 62

Farmakologi Natural

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 1


Dasar Umum Farmakologi

• Ruang lingkup farmakologi


• Definisi – Definisi
• Farmakope dan Nama Obat
• Perkembangan Sejarah Obat
• Penggolongan Obat
• Macam Sediaan Umum
• Cara – Cara Pemberian Obat
• Teori reseptor, dosis dan respon obat, dan
indeks terapi
• Konsep interaksi obat dan mekanisme

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 2


Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 3
Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 4
Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 5
FARMAKOLOGI
• Definisi :
Farmakon : obat dan Logos : Ilmu.
Farmakologi :
1. Ilmu pengetahuan segala sesuatu tentang obat-obatan (Univ. Sriwijaya,

1994)

2. Ilmu tentang obat-obatan (Katzung)


3. Ilmu yang mempelajari setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi
proses hidup (Farmakologi dan terapi ed.IV, 1995)
4. Ilmu yang mempelajari respon makhluk hidup terhadap pemberian
obat/Zat kimia (Forkom, 1999)
Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 6
Farmakologi :

 Suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang obat dan

pengobatan dalam seluruh aspeknya, yaitu: sifat-sifat

kimiawi dan fisikanya, kegiatan fisiologis,

resorpsi(resapan), dan nasibnya dalam organisme hidup

(ADME*)

*)ADME = Absorpsi,Drs.Distribusi, Metabolism, Exresi


Agus Suprijono, M.Kes, Apt 7
Pengertian Farmakologi

 Farmakologi dalam arti luas adalah ilmu yg


mempelajari asal usul obat,sifat fisika kimia obat,
cara mencampur dan membuat obat, efek
terhadap fungsi biokimia dan faal, cara kerja
absorbsi, distribusi, biotransformasi dan
ekskresi, penggunaan dalam klinik dan efek
toksiknya.
 Farmakologi dalam arti sempit adalah ilmu yang
mempelajari penggunaan obat untuk diagnosis,
pencegahan dan cara penyembuhan penyakit.
Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 8
Ruang Lingkup Farmakologi
Farmakologi mencakup beberapa bagian ilmu :
 Farmakognosi : pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari
tanaman, mineral dan hewan. Ekstrak Ginkoa biloba (penguat daya
ingat), bawang putih (antikolesterol), tingtur hyperici (antidepresi),
ekstrak fever few (pencegah migrain)
 Biofarmasi, ilmu yang mempelajari pengaruh pembuatan/formula
sediaan farmasi terhadap efek terapeutik obat.
 Farmakokinetika, meneliti perjalanan obat atau nasib obat mulai dari
saat pemberiannya,bagaimana absorbsinya, transport dalam darah dan
distribusinya ke tempat kerjanya dan jaringan lain.
 Farmaceutical availability (ketersediaan farmasi) : ukuran waktu yang
diperlukan oleh obat untuk melepaskan diri dari bentuk sediaannya dan
siap untuk proses absorpsi

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 9


• Farmakodinamika, mempelajari efek yang
diberikan obat terhadap tubuh.
• Toksikologi, pengetahuan tentang efek racun
obat terhadap tubuh
• Farmakoterapi, mempelajari penggunaan obat
untuk mengobati penyakit atau gejala2nya.
• Macam sediaan Larutan – suspensi – emulsi –
serbuk – kapsul – tablet – enterik coated –
long acting.

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 10


Farmakope
• Farmakope adalah buku resmi yang ditetapkan
hukum dan memuat standarisasi Obat-obat
penting, persyaratannya akan identitas, kadar
kemurnian serta metode analisa dan resep sediaan
farmasi

• ForNas adalah Buku yang memuat komposisi dari


beberapa ratus sediaan farmasi

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 11


Farmakope :
• Jilid I (th.1962)
• Jilid II (th.1965)
• Mengandung bahan2 galenika & resep
• Edisi II (12-11-1972) revisi jilid I & 2
• Edisi III (th.1979)
• Edisi IV (th.1996)
• Ekstra Farmakope (1-8-1974)
• Buku Persyaratan Mutu Obat Resmi

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 12


Sejarah Perkembangan Obat
Obat pertama kali yang digunakan berasal dari tanaman/jamu.
Dianggap kurang memuaskan, mulai melakukan isolasi zat aktif
Menghasilkan serangkaian zat-zat kimia sebagai obat :
Efedrin : Ephedra vulgaris (stimulan, penekan nafsu makan,
pereda hidung tersumbat dan hypotensi)
Atropin : Atropa belladona (antikolinergik)
Morfin : Papaver somniferum (buah candu/opium)
Digoksin : Digitalis lanata (glikosida jantung)
Reserpin : Rauwolfia serpentina (Pule pandak, tekanan darah
tinggi (hipertensi), sakit kepala, vertigo, insonmnia,
radang empedu, epilepsi, bisul, serta luka akibat gigitan
ular atau kalajengking
Vinblastin dan vinkristin : Vinca rosea/Tapak Dara (Diabetes
Melitus Hipertensi Leukimia Asma dan bronkhitis Kurang
darah Radang perut dan disentri Gondok, bengkak, bisul
Luka bakar Kanker)
Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 13
Sejarah perkembangan obat

 Yang dimaksud dengan obat adalah semua zat


baik kimiawi, hewani maupun nabati yang dalam
dosis layak dapat menyembuhkan. (depkes RI
1991)
 Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-
bahan yang digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi. (
depkes RI 2005)
Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 14
Menurut Ansel (1985), obat adalah zat yang
digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa
sakit, serta mengobati atau mencegah
penyakit pada manusia maupun hewan.
Obat dalam arti luas adalah setiap zat kimia
yang dapat mempengaruhi proses hidup,
maka farmakologi merupakan ilmu yang
sangat luas cakupannya.(bagian farmakologi,
fakultas Kedokteran Universitas Indonesia).

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 15


 Obat yang pertama kali digunakan adalah obat
yang berasal dari tanaman yang dikenal dengan
obat tradisional atau jamu.
 Obat-obat ini digunakan dalam bentuk rebusan
atau ekstrak dengan aktivitas yang seringkali
berbeda-beda, tergantung dari asal tanaman dan
cara pembuatannya
 Dianggap kurang memuaskan, muncul para ahli-
ahli kimia mulai mencoba mengisolasi zat-zat
aktif yang terkandung dalam tanaman-tanaman
sehingga menghasilkan serangkaian zat-zat kimia
sebagai obat.
Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 16
 Pendobrakan yang sesungguhnya baru mencapai
dengan penemuan dan penggunaan obat-obat
kemoterapeutik Sulfanilamid (1935) dan
Penisillin (1940).
 Sejak tahun 1941 ilmu – ilmu kimia, fisika dan
kedokteran berkembang dengan pesat.
 Penemuan – penemuan obat baru menghasilkan
500 macam obat setiap tahunnya, sehingga
obat-obat kuno semakin terdesak oleh obat-obat
baru.
 Sekarang banyak dikembangkan kembali
pengobatan dengan bahan alam (back to nature)

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 17


OBAT
(Keputusan Menkes RI No, 193/ Kab B VII / 71)

Obat :
o Adalah sediaan atau panduan bahan yang dipergunakan untuk
mempengaruhi dan menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan
penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan,
peningkatan kesehatan, dan kotrasepsi

o Pada Hakekatnya OBAT = RACUN (DRUGS)


Tentang cara memberikan dan dosis. Sifat Racun suatu obat
berbanding terbalik dengan dosis.
Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 18
OBAT (medicines, drugs)
Sifat alami obat
Ada yang padat (aspirin, atropin), cair (nikotin, etanol), gas (NO2) -
menentukan cara pemberian obat terbaik
Ada yang bersifat asam lemah atau basa - akan mempengaruhi nasib
mereka dalam tubuh, karena perbedaan pH di berbagai kompartemen
tubuh akan mempengaruhi derajat ionisasinya
Ukuran obat
Bervariasi, dari sangat kecil (Li, BM: 7) sampai sangat besar (alteplase,
protein dengan BM 59.050) - rata-rata BM 100-1000 - akan
mempengaruhi kemampuannya berikatan dengan reseptor atau
mencapai tempat aksinya
 Bentuk obat - harus fit dengan reseptornya seperti kunci dan gembok

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 19


OBAT
Contoh : Tablet  Bukan obat seluruhnya

Komponen :
Misal: Paracetamol 500 mg,
_ Khasiat/Obat berat obat > 500mg

_ Pengisi (Bahan2 normal : Amillum, Manihot, Oryzea Sativa)

_Pelincir (untuk membantu produksi, talkum stearat (Bedak)

_Pengembang (CMC, Cellulosa Metil Carboksi)

_Pewarna (Flavouring Agent)

_Perasa (Flavouring Agent)

_Pengikat (Seperti bahan pengisi)

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 20


Bahan tidak bereaksi dg jumlah kecil/cukup
As. Mefenamat (Ponstan) 500mg  Penghilang rasa nyeri.
Paracetamol  Antipiretik (Panas)
Supositoria
Stresolit rectal

1 bets/batch  Satu kali masa produksi obat


Jadi semisal ada obat yang mengalami salah komposisi dan pengguna

melapor bahwa obat ini tidak sesuai, maka, semua edaran obat
yang memiliki bets sama, akan ditarik di tempat pendistribusiannya
diseluruh toko obat, apotik,
Drs. Agusmaupun rumah
Suprijono, M.Kes, Apt sakit 21
Dasar pengelompokan obat
1. Menurut kegunaanya :
- Untuk menyembuhkan (terapeutik)
- Untuk mencegah (profilaktik)
- Untuk diagnosis (diagnostik)
2. Cara penggunaannya :
- Medicamentum usum internum
- Medicamentum usum eksternum
3. Cara kerjanya :
- Lokal
- sistemik Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 22
4. Menurut Undang-undang :
- Narkotika (Obat bius)
- Psikotropika (obat berbahaya)
- Keras ( daftar G = Geverlijk)
- Obat Bebas Terbatas
- Obat Bebas
5. Menurut sumbernya :
- Tumbuhan : digitalis lanata (digoksin), kulit
pohon kina (kina), papaver somniverum
(morfin)
Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 23
- Hewan : minyak ikan ,adap lanae, insulin
- Mineral : vaselin, magnesium, alumunium
- Mikroba : antibiotik penisillin
6. Menurut bentuk dan sediaan obat :
- Bentuk padat
- Bentuk Setengah padat
- Bentuk Cairan /larutan
- Bentuk Gas

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 24


7. Menurut proses fisiologis dan biokimia :
- Obat farmakodinamis : yang bekerja terhadap host
dengan jalan mempercepat atau memperlambat
proses fisiologis atau fungsi biokimia tubuh. Contoh :
hormon diuretika, hipnotika, obat otonom
- Obat kemoterapeutis, dapat membunuh parasit dan
kuman di dalam tubuh host. Hendaknya obat ini
memiliki kegiatan farmakodinamis yang sekecil-kecilnya
terhadap host, contoh : antibiotik, antijamur, obat-obat
neoplasma (onkolitik, sitostatik)
- Obat diagnostik merupakan obat pembantu untuk
melakukan diagnosis (pengenalan penyakit), misalnya
BaSO4 digunakan untuk diagnosis penyakit saluran
pencernaan, Na propanoat dan asam iod organik untuk
sal empedu
Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 25
Menurut Permenkes RI No.
949/Menkes/Per/VI/2000
Penandaan
1. Obat bebas
2. Obat bebas terbatas
3. Obat keras
4. Obat wajib apotek
5. Obat narkotika K
6. Obat psikotropika

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 26


Menurut Permenkes RI
No. 949/Menkes/Per/VI/2000
Obat yang dapat Minyak kayu putih,
dijual bebas kepada OBH, OBP,
Obat Bebas umum tanpa resep Paracetamol, Vit. C,
dokter B Komplex, dll.

Obat bebas yang Antihistamin,


Obat Bebas pada penjualannya klorokuin, kalii
Terbatas (W : disertai tanda kloras, suppositoria,
waarschuwing) peringatan. dll.

Obat berbahaya jika Adrenalin,


Obat Keras
(G : Gevaarlijk)
pemakaiannya tidak
berdasarkan resep
dokter.
antibiotika,
antihistamin, dll.
K
Obat keras yang Linestrenol, antasid,

K
dapat diserahkan salbutamol,
OWA oleh apoteker tanpa basitrasin krim,
resep dokter. ranitidin, dll.

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 27


Zat atau obat yang berasal dari Tanm. Papaver
tanaman atau bukan, sintetis atau somniferum,
semisintetis yang dapat kokain, ganja,
Narkotika menyebabkan penurunan atau heroin, morfin,
perubahan kesadaran, hilangnya opium, kodein, dll.
rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri.
Zat atau obat baik alamiah Lisergida,

K
maupun sintetis bukan narkotika psilosibina,
yang berkhasiat psikoaktif melalui amfetamin,
Psikotropika pengaruh selektif pada SSP yang diazepam,
menyebabkan perubahan khas fenobarbital,
pada aktifitas mental dan perilaku. klordiazepoksida,
dll.

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 28


Penggolongan obat
1. Obat bebas, obat yang ditandai dengan lingkaran
berwarna hijau dengan tepi lingkaran berwarna
hitam. Obat bebas umumnya berupa suplemen
vitamin dan mineral, obat gosok, beberapa
analgetik-antipiretik, dan beberapa antasida.
Penandaan obat bebas diatur berdasarkan S.K. Menkes Rl
Nomor 2380/A/SKA/I/1983 tentang tanda khusus untuk obat
bebas dan obat bebas terbatas.
Tanda khusus untuk obat bebas yaitu bulatan berwarna hijau
dengan garis tepi warna hitam, seperti terlihat pada gambar
berikut:

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 29


OBAT BEBAS
 Tingkat keamanan pemakaiannya cukup tinggi.

 Dpt diperoleh secara bebas tanpa Resep (R/)

 Obat golongan ini dapat dibeli di Apotek, toko

obat, Swalayan, toko kelontong atau warung.


• Tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika,
obat keras, obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di
Depkes R.I.

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 30


2. Obat Bebas Terbatas, obat yang ditandai
dengan lingkaran biru dengan tepi lingkaran
berwarna hitam. Obat-obat yang umumnya
masuk golongan ini antara lain obat batuk,
obat influenza, analgetik-antipiretik,
antiseptik, obat tetes mata untuk iritasi
ringan. Obat golongan ini hanya dapat dibeli
di Apotek dan toko obat berizin.

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 31


Penandaan: Keputusan Menteri Kesehatan Rl No.
2380/A/SK/VI/83 tanda khusus untuk obat bebas
terbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan garis
tepi berwarna hitam

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 32


OBAT BEBAS TERBATAS
Daftar "W“ "Waarschuwing" artinya peringatan.

Obat bebas terbatas adalah Obat Keras yang dapat diserahkan


kepada pemakainya tanpa resep dokter, bila penyerahannya
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
.Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli
dari pabriknya atau pembuatnya

.Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus


mencantumkan tanda peringatan yang tercetak sesuai cth
Tanda peringatan tersebut berwarna hitam, berukuran
panjang 5 cm, lebar 2 cm dan memuat pemberitahuan
berwarna putih

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 33


P No. 1 : Awas! Obat Keras
Bacalah aturan memakainya

P No. 2 : Awas! Obat Keras


Hanya untuk kumur jangan ditelan (Listerin,
Betadin obat kumur)
P No. 3 : Awas! Obat Keras
Hanya untuk bagian luar dari badan

P No. 4 : Awas! Obat Keras


Hanya untuk dibakar
P No. 5 : Awas! Obat Keras
Tidak boleh ditelan
P No. 6 : Awas! Obat Keras
Obat untuk wasir jangan ditelan
Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 34
(hemoroid)
3. Obat Keras, obat yang pada kemasanya
ditandai dengan lingkaran yang didalamnya
terdapat huruf K berwarna merah yang
menyentuh tepi lingkaran berwarna hitam.
Obat keras merupakan obat yang hanya bisa
didapatkan dengan resep dokter.
Obat yang umumnya masuk golongan ini
antara lain obat jantung, obat hipertensi,
antibiotik, hormon, dan beberapa obat ulkus
lambung. Obat golongan ini hanya dapat
diperoleh di Apotek dengan resep dokter.
Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 35
OBAT KERAS (DAFTAR G)
 Obat daftar G menurut bahasa Belanda "G" singkatan dari
"Gevaarlijk" artinya berbahaya jika pemakaiannya tidak
berdasarkan resep dokter.
 Penandaan : Berdasarkan Keputusan Menteri KesehatanRepublik
Indonesia No. 02396/A/SKA/III/1 986 adalah "Lingkaran bulat
berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan tulisan
hurf K didalamnya

Contoh : Antibiotik, Antihistaminik

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 36


OBAT KERAS (DAFTAR G)
• Sesuai dengan Ordonansi Obat Keras St. No. 419 tgl 22 Desember

1949

• Obat G punya khasiat mengobati, menggiatkan, mendesinfeksi

tubuh manusia

• Pada kemasan tertulis : HARUS DENGAN RESEP DOKTER

• Semua obat baru masuk daftar G, kecuali telah dinyatakan lain oleh

DEPKES (Badan POM)

• Semua obat dengan substansi daftar G adalah termasuk daftar G,

kecuali dinyatakan lain oleh DEPKES

Karena DEPKES = Badan POM telah memiliki izin dari pemerintah untuk bertugas
Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 37
sebagai pengawas Obat dan Makanan
YANG MASUK OBAT DAFTAR G
1. Semua obat suntik (kecuali yg termasuk Narkotika & Psikotropika) {intravena, intra muscular,
subkutan}
2. Semua antibiotika {ketahui dulu jenis antibiotika/mikrobanya ; klora Fenikol  Salmonella}
3. Semua preparat Sulfat except SG dalam jml tertentu
4. Semua preparat hormon
5. Papaverin (Antispasmodik)
6. Belladonna & Atropin (Antispasmodik)
7. Adrenalin (Ephineprin, local anestesi)
8. Semua preparat pyrazolone ; Pyramidon dan Phenylbutazon
9. Digitalis (cardiac drug such as dobutamin, dopamin)
10. Antihistamin (namun ada beberapa yg sudah masuk daftar P)
11. Anastesi lokal
12. Nitroglycerin, nitrat, nitrit untuk angina pektoris
13. Zat Radioaktif
14. Semua Obat Baru
Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 38
4. Obat Narkotika, merupakan zat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan (UURI No. 22
Th 1997 tentang Narkotika)

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 39


Obat narkotika bersifat adiksi dan penggunaanya
di awasi ketat, sehingga obat golongan
narkotika hanya diperoleh di Apotek dengan
resep dokter asli (tidak dapat menggunakan
copy resep).contoh obat narkotika, opium
coca, ganja/marijuana, morfin, heroin, dll.
Dalam bidang kesehatan obat-obat narkotika
biasa digunakan sebagai anastesi/obat bius
dan analgetik/obat penghilang rasa sakit.

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 40


OBAT GOLONGAN NARKOTIKA (DAFTAR O)
• Merupakan obat yang mempengaruhi SSP ; mendepresi (opium, morphin, heroin),

menstimulasi (cocain).

• Most in nature, Papaverin Somniferum, Erythroxyton coca, Canabis sativa

• Sintetis ; pethidin, methedon, nisentil


DASAR HUKUM ;
1. UU RI no. 9 th ‘76 ttg Narkotika (direvial)
2. UU RI no.22 th ’97 tgl 1 Sept 2009

• Ketentuan Peresepan ;
- Hanya dengan resep dokter
- Harus resep baru (tidak boleh diulang).
- Jml R/ nerk injeksi harus dilengkapi dengan tulisan jumlah. Ex: R/ Morphin HCL X (sepuluh)
- Membuat laporan pemakaian setiap bulan ke Kanwil / Dinkes setempat (termasuk pemakaian bahan
baku)
- Narkotika yg sdh tidak diresep di Indonesia (Cocain, Heroin, Cannabis ; Morphin masih u/ terapi nyeri
hebat spt pengobatan Kanker Terminal)
Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 41
OBAT GOLONGAN NARKOTIKA (DAFTAR O)
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang narkotika,
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukantanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang
dibedakan ke dalam golongan I, II dan III.
Contoh: Tanaman Papaver Somniferum; Tanaman Koka; Tanaman
Ganja; Heroina ("Putaw"); Morfina; Opium; Kodeina
Penandaan :
Penandaan narkotika berdasarkan peraturan yang terdapat dalam
Ordonansi Obat Bius yaitu
Tanda:

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 42


PENGELOMPOKAN GOLONGAN NARKOTIKA
1. Narkotika Golongan I
Punya potensi sangat tinggi, menyebabkan ketergantungan hanya u/ tujuan

pengembangan IPTEK bukan untuk terapi {ex; heroin, cocain, cannabis, THC

(tetrahidrokanabinol) ; marijuana, Hydro canabinol, papaver (opium), ganja}

2. Narkotika Golongan II

Potensi tinggi, menyebabkan ketergantungan. Dapat digunakan u/ terapi {ex;

Metadon, Fentanyl, Morphine, Phetidine u/ ANASTESI}

3. Narkotika Golongan III

Potensi ringan, menyebabkan ketergantungan, dapat digunakan untuk terapi. {ex:

Codein bentuk garam non narkotika}


Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 43
UU RI no.5 Tahun ‘97 tentang Psikotropika

OBAT GOLONGAN PSIKOTROPIKA (OKT)


Adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sitetis bukan narkotika, yang

bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada SSP yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

• Mendepresi SSP : Diazepem, phenobarbital, amo-pento-secobarbital,

metaqualone (hipnotika)

 Merangsang SSP : Amphetamine, dexa-metha-amphetamine, XTC

 Halusinogen : LSD (Lysergic acid diethylamine)

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 44


Golongan I,II,III dan IV untuk
Golongan Obat Psikotropika
Golongan I
- tidak digunakan dalam terapi, tapi hanya untuk ilmu pengetahuan.
Potensi sidrom ketergantungan amat kuat. contoh: LSD, MDMA
(Metilen dioksi metamfetamin) Ectasy
Golongan II
- dapat digunakan dalam terapi dan ilmu pengetahuan. Potensi sidrom
ketergantungan kuat. Contoh: Amfetamin, Metamfetamin (Shabu-
shabu)
Golongan III
- banyak digunakan dalam terapi dan ilmu pengetahuan. Potensi
sidrom ketergantungan sedang. Contoh: Pentobarbital
Golongan IV
- sangat luas digunakan dalam terapi dan ilmu pengetahuan.
Potensi sidrom ketergantungan ringan. Contoh: Fenobarbital,
Diazepam
Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 45
Golongan Obat Psikotropika

Penandaan :
Lingkaran bulat berwarna merah dengan huruf K berwarna
hitam yang menyentuh garis tepi yang berwarna hitam

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 46


Obat Wajib Apotek (OWA)
Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh
apoteker di apotek tanpa resep dokter.

 Peraturan tentang Obat Wajib Apotek berdasarkan Keputusan Menteri


Kesehatan No. 924/Menkes/Per/X/1 993, dikeluarkan dengan
pertimbangan sebagai berikut :
 Pertimbangan yang utama: obat yang diserahkan tanpa resep
dokter, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
rnenolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan,
dengan meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan
rasional.
 Pertimbangan yang kedua untuk peningkatan peran apoteker di
apotek dalam pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi serta
pelayanan obat kepada masyarakat.
 Pertimbangan ketiga untuk peningkatan penyediaan obat yang
dibutuhkan untuk pengobatan sendiri.
Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 47
Obat Wajib Apotek (OWA)

• Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria


obat yang dapat diserahkan:
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di
bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada
kelanjutan penyakit.
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
5. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 48


Obat Wajib Apotek (OWA)

Contoh obat wajib apotek No. 1 (artinya yang pertama kali ditetapkan)
Obat kontrasepsi : Linestrenol (Exluton 28) (1 siklus)
Obat saluran cerna : Antasid dan Sedativ/Spasmodik (20 tablet)
Obat mulut dan tenggorokan : Salbutamol (20 tablet)

Contoh obat wajib apotek No. 2


Bacitracin Cream (1 tube)
Clindamicin Cream (1 tube)
Flumetason Cream (1 tube), dll
Obat Wajib Apotek No.3 :
Ranitidin
Asam fusidat
Alupurinol, dll

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 49


Obat Generik
 Obat generik obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam
Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
 Contoh parasetamol generik berarti obat yang dibuat dengan
kandungan zat aktif parasetamol, dipasarkan dengan nama
parasetamol, bukan nama merek seperti Panadol (Glaxo), Pamol
(Interbat), Sanmol (Sanbe)
 Produsen obat dalam negeri lebih banyak mengeluarkan obat me-
too, alias versi generik dari obat yang telah habis masa patennya
yang lalu diberi merek dagang.
 Kalangan perusahaan farmasi di Indonesia yang lokal cenderung
memposisikan produk semacam ini sebagai “obat paten” (mungkin
karena mereknya didaftarkan di kantor paten), walau sebenarnya
lebih tepat disebut branded generic alias obat generik bermerek

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 50


Obat Generik
Obat generik dibagi lagi menjadi 2 yaitu generik berlogo
dan generik bermerk (branded generic):
 Obat generik berlogo yang lebih umum disebut obat
generik saja adalah obat yang menggunakan nama zat
berkhasiatnya dan mencantumkan logo perusahaan
farmasi yang memproduksinya pada kemasan obat
 Obat generik bermerk yang lebih umum disebut
obat bermerk adalah obat yang diberi merk
dagang oleh perusahaan farmasi yang
memproduksinya.

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 51


Obat Paten
• Obat Paten / Spesialite adalah Obat milik suatu perusahaan
dengan nama khas yang dilindungi hukum
• Ex. Amoxan, Sanmol
 Obat paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset
dan memiliki masa paten yang tergantung dari jenis obatnya.
Menurut UU No. 14 Tahun 2001 masa berlaku paten di
Indonesia adalah 20 tahun.
 Selama 20 tahun itu, perusahaan farmasi tersebut memiliki hak
eksklusif di Indonesia untuk memproduksi obat yang dimaksud.
Perusahaan lain tidak diperkenankan untuk memproduksi dan
memasarkan obat serupa kecuali jika memiliki perjanjian khusus
dengan pemilik paten.
 Setelah obat paten berhenti masa patennya, obat paten
kemudian disebut sebagai obat generik (generik= nama zat
berkhasiatnya).
Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 52
Obat Paten
Dibawah dilampirkan Daftar Obat yang habis hak patennya tahun 2007 - 2009
yang dikutip dari Express Scripts and Generic Pharmaceutical Association
Lotrel (Amlodipine and benazepril) - Novartis Jan. 31, 2007
Norvasc (Amlodipine) - Pfizer Jan. 31, 2007
Actiq (Fentanyl transmucosal) - Cephalon Feb. 5, 2007
Aceon (Perindopril) - Solvay Feb. 21, 2007
Alocril (Nedocromil) - Allergan April 2, 2007
Imitrex (Sumatriptan) - GlaxoSmithKline June 28, 2007
Geodon (Ziprasidone) - Pfizer Sept. 2, 2007
Coreg (Carvedilol) - Glaxo Sept. 5, 2007
Meridia (Sibutramine ) - Abbott Dec. 11, 2007
Mavik (Trandolapril) - Abbott Dec. 12, 2007
Tequin (Gatifloxacin) - Glaxo Dec. 25, 2007
Zyrtec (Cetirizine) - Pfizer Dec. 25, 2007
Clarinex (Desloratadine) - Schering-Plough 2007
Fosamax (Alendronate) - Merck Feb. 6, 2008
Camptosar (Irinotecan) - Pfizer Feb. 20, 2008
Effexor/XR (Venlafaxine) - Wyeth June 13, 2008
Zymar (Gatifloxacin) - Allergan June 25, 2008
Dovonex (Calcipotriene) - Bristol-M. Sq. June 29, 2008
Kytril (Granisetron) - Roche June 29, 2008
Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 53
Obat Paten
Risperdal (Risperidone) - Janssen June 29, 2008
Depakote (Divalproex sodium) - Abbott July 29, 2008
Advair (Fluticasone and salmeterol) - Glaxo Aug. 12, 2008
Serevent (Salmeterol) - Glaxo Aug. 12, 2008
Casodex (Bicalutamide) - Bristol-M Squibb Oct. 1, 2008
Trusopt (Dorzolamide) - Merck Oct. 28, 2008
Zerit (Stavudine) - Bristol-M Squibb Dec. 24, 2008
Lamictal (Lamotrigine) - Glaxo Jan. 22, 2009
Vexol (Rimexolone) - Alcon Labs Jan. 22, 2009
Avandia (Rosiglitazone) - Glaxo Feb. 28, 2009
Topamax (Topiramate) - Johnson & J 26, 2009
Glyset (Miglitol) - Pfizer July 27, 2009
Xenical (Orlistat) - Roche Dec. 18, 2009
Valtrex (Valacyclovir ) - Glaxo Dec. 23, 2009
Avelox (Moxifloxacin) - Bayer Dec. 30, 2009

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 54


OBAT PALSU
Obat yang diproduksi oleh yang tidak berhak berdasarkan
peraturan perundang undanganyang berlaku atau produksi
obat dengan penandaan yang meniru obat lain yang telah
memiliki izin edar
OBAT ASLI
 Obat yang didapat langsung dari bahan bahan alam
(indonesia), terolah secara sederhana atas dasar
pengalaman, dan digunakan dalam pengobatan
tradisional
OBAT BARU
Obat yang terdiri dari satu atau campuran beberapa bahan obat
sebagai bagian yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat
(pengisi, pelarut, dll) atau komponen lain yang belum dikenal,
sehingga belum diketahaui khasiat dan keamanannya
Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 55
Peran obat
Obat merupakan salah satu komponen yang
tidak dapat tergantikan dalam pelayanan
kesehatan.
Obat berperan sangat penting dalam
pelayanan kesehatan karena penanganan dan
pencegahan berbagai penyakit tidak dapat
dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat
atau farmakoterapi.
Peran obat secara umum :
1. Penetapan diagnosis
2. Untuk pencegahan penyakit
Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 56
3. Penyembuhan penyakit
4. Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
5. Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan
tertentu
6. Peningkatan kesehatan
7. Mengurangi rasa sakit.

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 57


• Sebelum obat diberikan kepada pasien dan tiba
pada tujuannya dalam tubuh yaitu tempat
kerjanya atau target site,obat harus mengalami
banyak proses.
• Dalam garis besarnya proses-proses dibagi
dalam tiga tingkat yaitu fase biofarmasi, fase
farmakokinetika, dan fase farmakodinamika.

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 58


Biofarmasi
• Biofarmasi adalah ilmu bagian yang bertujuan
menyelidiki pengaruh pembuatan sediaan
obat atas kegiatan terapeutisnya.
• Efek obat tidak hanya tergantung dari faktor
farmakologi saja tetapi juga dari bentuk
pemberian dan terutama dari formulasinya.

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 59


Faktor formulasi yang dapat mengubah efek
obat dalam tubuh
a) Bentuk fisik zat aktif : amorf atau kristal,
kehalusannya.
b) Keadaan kimiawi : ester, garam, kompleksnya
dan sebagainya.
c) Zat pembantu : zat pengisi, zat pelekat, zat
pelicin, zat pelindung, dan sebagainya.
d) Proses teknik yang digunakan membuat
sediaan : tekanan mesin tablet, alat
emulgator, dan sebagainya.
Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 60
Skema obat dalam bentuk tablet

Tablet Tablet pecah, obat Absorbsi obat


granul pecah Tersedia Distribusi tersedia efek
Interaksi
zat aktif Biotransform dengan
terlepas & asi reseptor di
Dengan terlarut untuk Ekskresi untuk tempat kerja
Zat aktif resorpsi bekerja

Fase Fase Fase


Biofarmasi Farmakokinetik Farmakodinamik

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 61


Fase-fase melarut dari tablet

Tablet granul2 terlepas zat aktif terlepas zat aktif melarut

Drs. Agus Suprijono, M.Kes, Apt 62

Anda mungkin juga menyukai