Anda di halaman 1dari 52

BAB 1 DAN BAB 2

NAMA : RENADA JINGGA KUSUMANINGRUM


KELAS :X-A
ABSEN :23
JURUSAN :FARMASI
BAB 1
Pengertian dan sejarah farmasi
Ilmu resep sebenarnya dikenal saat timbunya penyakit semenjak adanya manusia didunia ini mulai muncul
peradaban dan terjadi penyebaran penyakit yang dilanjutkan dengan usaha masyarakat untuk melakukan usaha
pencegahan penyakit.
 Berikut adalah ilmuwan-ilmuwan yang berjasa dalam
perkembangan farmasi dan kedokteran:
 Hippocrates (460-370 SM)
Beliau adalah Dokter Yunani yang memperkenalkan farmasi dan kedokteran secara ilmiah.
Beliau juga dijuluki sebagai
“BAPAK ILMU KEDOKTERAN”.
 Dioscorides (Abad I setelah Masehi)
Beliau adalah seorang ahli Botani Yunani orang pertama yang menggunakan tumbuhan sebagai
ilmu fFarmasi Terapan.

 Galen (130-200 M)
Beliau adalah Dokter dan ahli Farmasi dari Yunani yang menggunakan Obat-obatan dari alam, formula, dan sediaan
farmasi “FARMASI GALENIKA”.
 Phillipus Aureolus Theophrastus Bombastus Von Hohenheim (1493-1541 M) / Paracelsus
Beliau adalah seorang Dokter dan ahli Kimia yang berasal dari Swiss, sangat besar perubahan beliau terhadap
Farmasi yaitu menyiapkan bahan obat spesifik dan mengenalkan zat kimia sebagai obat internal.
Ilmu farmasi berkembang pesat sehingga terpecah menjadi ilmu yang
lebih khusus yaitu :
 FARMAKOLOGI atau ILMU KHASIAT OBAT
ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dengan aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisikanya, sumber/asal usulnya, kegiatan
fisiologis/ efek terhadap tubuh, cara kerja, absorpis, dan nasibnya dalam tubuh.
 FARMAKOGNOSI
Ilmu yang mempelajari pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman (bentuk makroskopi dan mikroskopi) dan
zat aktifnya, dan berasal dari mineral dan hewan.
 GALENIKA
ilmu yang mempelajari pembuatan sediaan /preparat obat dengan cara sederhana dibuat dari bahan alam (tumbuhan dan hewan).
 KIMIA FARMA
Ilmu yang mempelajari tentang kimia obat dan berhubungan zat anorganik atau organic, baik untuk pengobatan,
analisis/pemerksaan, maupun pembekuaan. Obat yang digunakan untuk terapi bias dibedakan menjadi 3 yaitu :
a. Obat farmakodinamis
obat yang bekerja mempercepat atau memperlambat proses fisiologi atau fungsi biokimia dalam tubuh. misalnya
hormone, diuretika, dll.
b. Obat kemoterapeutis
Obat yang dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh inang. Obat ini memilikinya aktivitas farmakodinamika
sekecil-kecilnya dan membunuh sebanyak mungkin parasit, mikroorganisme dan obat
neoplasma.
c. Obat diagnostik
Obat pembantu melakukan diagnosis (pengenalan penyakit).
KETENTUAN KEFARMASIAN DAN KEFARMAKOPE INDONESIA

Pendahuluan Buku resmi yang ditetapkan hukum dan memuat standardisasi obat penting serta persyaratannya akam identitas,
kadar kemurnian dan sebagiannya. Metode analisis dan resep sediaan farmasi disebut Farmakope. Setiap negara memiliki
farmakope nasionalnya dan obat resmi yang dimuatnya merupakan obat dengan nilai terapi yang telah dibuktikan oleh
pengalaman lama atau riset baru. Buku ini diharuskan tersedia pada setiap apotek.Jilid 1 dikeluarkan pada tahun 1962 sedangkan
jilid ke 2 pada tahun 1965, mengandung bahan galenika dan resep.
Farmakope Indonesia jilid I dan II telah direvisi menjadi Farmakope Indonesia Edisi II yang mulai berlaku sejak 12 November 1972.
Pada tahun 1979 terbit Farmakope Indonesia Edisi III kemudian Farmakope Indonesia Edisi IV terbit pada tahun 1996

Farmakope Indonesia, telah diterbitkan sebuah buku persyaratan mutu obat resmi yang mencakup zat, bahan obat, dan sediaan
farmasi, banyak digunakan di Indonesia, tetapi tidak dimuat dalam Farmakope Indonesia. Buku ini diberikan nama Ekstra
Farmakope Indonesia 1974 dan telah diberlakukan sejak 1 Agustus 1974 sebagai buku persyaratan mutu obat resmi di samping
Farmakope Indonesia.Pada tahun 1996 telah diterbitkan sebuah buku dengan nama Formularium Indonesia yang memuat
komposisi dari beberapa ratus sediaan farmasi yang diminta di apotek. Buku ini sudah direvisi pula dan edisi kedua dari buku ini
telah diberlakukan per 12 November 1978 dengan nama Formularium Nasional.
KETENTUAN UMUM FARMAKOPE INDONESIA
Dalam melakukan kegiatan di apotek, dari mempersiapkan bahan sampai penyerahan obat, kita harus berpedoman pada buku resmi
farmasi yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan, antara lain Farmakope. Buku ini memuat persyaratan kemurniaan, sifat kimia
dan fisika, cara pemeriksaan, serta beberapa ketentuan lain yang berhubungan dengan obat-obatan.
Ketentuan Umum Farmakope Indonesia Hampir setiap negara mempunyai buku farmakope sendiri, seperti:
 Farmakope Indonesia milik negara Indonesia
 United State Pharmakope (U.S.P) milik Amerika
 British Pharmakope (B.P) milik Inggris
 Nederlands Pharmakope milik Belanda

Sebelum Indonesia mempunyai farmakope, yang berlaku adalahfarmakope Belanda . Baru tahun 1962 pemerintah RI menerbitkan buku
farmakope yang pertama, dan semenjak itu farmakope Belanda dipakai sebagai referensi saja.
Buku-buku farmasi yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan:
 Farmakope Indonesia edisi I jilid I terbit tanggal 20 Mei 1962.
 Farmakope Indonesia edisi I jilid II terbit tanggal 20 Mei 1965
 Formularium Indonesia (FOI) terbit 20 Mei 1966.
 Farmakope Indonesia edisi II terbit 1 April 1972
 Ekstra Farmakope Indonesia terbit 1 April 1974
 Formularium Nasional terbit 12 Nopember 1978
 Farmakope Indonesia III terbit 9 Oktober 1979
 Farmakope Indonesia IV terbit 5 Desember 1995
Farmakope Indonesia Edisi V
 udul
Farmakope Indonesia edisi V.

 Status resmi dan pengakuan hukum


Teks Resmi Farmakope terdiri dari monografi, lampiran, dan ketentuan umum.Monografi Resmi adalah monografi yang tercantum
sebagai monografi dalam Farmakope. Judul yang tercantum dalam monografi adalah nama resmi dari monografi tersebutB.ahan
resmi adalah bahan aktif obat, bahan tambahan farmasi, komponen lain, atau komponen sediaan jadi yang judul monografinya
tidak mencakup indikasi sifat-sifat bentuk jadi tersebuSte.diaan
resmi adalah sediaan obat jadi, sediaan setengah jadi atau produk dari satu atau lebih bahan resmi atau produk yang
diformulasikan dan digunakan untuk pasien.

 Monografi dan lampiran


Monografi mencantumkan nama bahan, definisi, spesifikasi, dan persyaratan lain yang berkaitan dengan pengemasan,
penyimpanan, dan penandaan. Spesifikasi dalam monografi meliputi jenis pengujian, prosedur pengujian, dan kriteria penerimaan
untuk memastikan identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian bahan. Untuk ketentuan umum yang spesifik berkaitan dengan
bagian monografi, lihat Komponen monografi.

 Komponen monografi Rumus Molekul


Pencantuman rumus molekul untuk bahan aktif, pada suatu monografi, dimaksudkan untuk memperlihatkan kesatuan secara
kimia, seperti disebutkan dalam nama kimia yang lengkap dan mempunyai kemurnian mutlak (100%).
Bahan Tambahan
Bahan tambahan yang dianggap tidak sesuai untuk sediaan resmi, tidak boleh digunakan jika:
1. Melebihi jumlah minimum yang dibutuhkan untuk menyebabkan efek yang diharapkan.
2. Keberadaannya mengganggu ketersediaan hayati, efek terapi atau keamanan dari yang disebutkan dalam sediaan
resmi.
3. Mengganggu penetapan kadar dan uji-uji lain yang dimaksudkan untuk penentuan kesesuaian dengan

standar farmakope.
Udara dalam wadah sediaan resmi, bila perlu, dikeluarkan atau diganti dengan karbondioksida, helium, argon, atau
nitrogen, atau campuran gas-gas tersebut. Fungsi gas tersebut tidak perlu dicantumkan dalam etiket.

Bahan Tambahan dan Eksipien dalam Bahan Resmi


Bahan resmi hanya boleh mengandung bahan-bahan tambahan tertentu yang diperbolehkan seperti tertera pada monografi
masing-masing. Nama dan jumlah bahan tambahan tersebut harus dicantumkan dalam etiket.

Bahan Tambahan dan Eksipien dalam Sediaan Resmi


Bahan tambahan dan eksipien yang sesuai ditambahkan ke dalam sediaan resmi untuk meningkatkan stabilitas, manfaat,
atau penampilan atau untuk memudahkan pembuatan. Bahan pewarna dapat ditambahkan dalam sediaan resmi kecuali
sediaan parenteral dan sediaan untuk mata. Komposisi bahan dasar dan penyiapan sediaan salep dan supositoria dapat
bervariasi untuk mempertahankan kesesuaian konsistensi dalam kondisi iklim yang berbeda, mempertahankan konsentrasi
bahan aktif, dan agar ketersediaan hayati, efek terapi, dan keamanan sediaan tidak terganggu.
Identifikasi

Ketika uji identifikasi dilakukan, semua persyaratan dari prosedur spesifik harus terpenuhi. Kegagalan suatu bahan untuk
memenuhi persyaratan uji identifikasi menunjukan adanya ketidaksesuaian dengan etika dan palsu.

Penetapan kadar

Penetapan kadar bahan dan sediaan resmi dicantumkan dalam monografi masing-masing.

Unit potensi biologi

Bahan yang tidak sepenuhnya dapat dikarakterisasi secara kimia atau fisika, perlu menunjukkan aktivitas biologi dalam unit
potensi, yang mengacu pada baku pembanding yang telah ditetapkan secara resmi. Unit potensi biologis didefinisikan oleh
World Health Organization (WHO) untuk International Biological Standards and International Biological Reference Preparations
dinyatakan sebagai Unit Internasional (UI). Monografi mengacu pada satuan yang dinyatakan dengan Baku Pembanding
Farmakope Indonesia sebagai "Unit FI". Untuk produk biologi, unit potensi mengacu pada Unit Internasional.
Senyawa Asing dan Cemaran
Untuk membatasi senyawa tersebut sampai pada jumlah yang tidak memengaruhi bahan pada kondisi penggunaan
biasa.
Cemara lain
Beberapa kategori bahan aktif berikut ini tidak perlu memenuhi uji persyaratan cemaran lain:
1. Produk fermentasi dan turunan semi-sintesis.
2. Radiofarmaka.
3. Produk biologi.
4. Produk turunan-bioteknologi.
5. Peptida.
6. Produk herbal.
7. Bahan mentah yang berasal dari tanaman atau hewan.
8.Bahan yang diketahui bersifat toksik tidak boleh dinyatakan sebagai cemaran lain.
9. Uji kinerja
Jika uji keseragaman kandungan dilakukan menggunakan metode analisis yang sama dengan Penetapan kadar,
dengan memperhatikan perbedaan yang dapat diterima pada prosedur penyiapan.
Baku Pembanding Fl
Baku Pembanding FI adalah senyawa yang telah disetujui keabsahan penggunaannya sebagai pembanding dalam
pengujian dan penetapan kadar berdasarkan Fl (seperti tertera pada Baku Pembanding Farmakope Indonesia <11>). Jika
suatu pengujian atau penetapan kadar monografi perlu menggunakan baku pembanding dan bukan Baku Pembanding FI,
dapat digunakan suatu bahan yang memenuhi semua persyaratan dalam monografi. Jika etiket baku pembanding tidak
mencantumkan potensi atau kadar tertentu, kemurniannya dianggap 100,0% pada peng gunaan resmi. Kecuali dinyatakan
lain pada monografi masing-masing atau ketentuan umum, penggunaan baku pembanding mengacu pada petunjuk yang
tertera pada sertifikat pengujian.
Pengujian dan prosedur
Cara berlaboratorium yang baik
cara berlaboratorium yang baik harus dipatuhi, termasuk langkah pencegahan, perlengkapan pelindung, dan konsistensi
tahapan pengujian bahan kimia serta prosedur yang digunakan. Sebelum memulai pengujian, penguji harus memahami
risiko terkait bahan kimia, serta teknik dan cara melindunginya. Farmakope ini tidak dimaksudkan untuk menjelaskan risiko
atau tahapan perlindungan.Prosedur Otomatis Baik prosedur otomatis maupun manual yang mempunyai prinsip dasar
kimia yang sama dinyatakan setara.

Metode dan prosedur lain


Metode dan/atau prosedur lain dapat digunakan jika lebih unggul dalam ketepatan, kepekaan, presisi, selektifitas, atau
penyesuaian terhadap otomatisasi atau penyederhanaan data menggunakan komputer, atau dalam keadaan khusus.
Prosedur dan metode lain harus divalidasi sesuaVialidasi Prosedur dalam Farmakope <1381> dan harus dapat
dibuktikan memberikan validitas yang setara atau lebih baik. Apabila prosedur lain atau metode alternatif memberikan
hasil yang berbeda dengan metode Farmakope, yang dianggap benar adalah hasil yang menggunakan prosedur
Farmakope.

Bahan yang dikeringkan, dipijarkan, anhidrat, atau bebas pelarut


Prosedur pengujian dapat menggunakan bahan yang belum dikeringkan atau dipijarkan dan hasilnya diperhitungkan terhadap
bahan yang dikeringkan, dipijarkan atau anhidrat, menggunakan faktor yang diperoleh dari hasil Penetapan Susut
Pengeringan, Sisa Pemijaran atau Kadar Air seperti tertera pada monografi masing-masing. Jika kandungan air atau
senyawa mudah menguap memengaruhi prosedur, lakukan pengeringan bahan sebelum penetapan seperti tertera pada
monografi masing- masing.Jika dipakai istilah "menggunakan zat yang telah dikeringkan" dan tidak ada penjelasan cara
pengeringannya, digunakan cara seperti tertera pada Penetapan Susut Pengeringan <731> atau metode Gravimetri dalam
Penetapan Kadar Air
<1031>.Apabila dinyatakan "keringkan dalam hampa udara (pengurangan tekanan) di atas pengering", dapat digunakan
desikator hampa, piston pengering hampa, atau pengering hampa lain yang sesuai.
Pemijaran sampai bobot tetap
Kecuali dinyatakan lain "Pemijaran sampai bobot tetap" pemijaran harus dilanjutkan pada suhu 800° +25° hingga hasil dua
penimbangan berturut-turut berbeda tidak lebih dari 0,50 mg setiap g zat yang digunakan; penimbangan kedua dilakukan
setelah pemijaran kembali pada waktu yang sesuai.

Pengeringan sampai bobot tetap


"Keringkan sampai bobot tetap" berarti pengeringan harus dilanjutkan hingga pada perbedaan dua kali penimbang
asilan berturut-turut tidak lebih dari 0,50 mg setiap g zat yang digunakan; penimbangan kedua dilakukan setelah
pengeringan kembali selama waktu yang sesuai

Penyiapan larutan

Penyaringan
Jika dalam prosedur dikatakan "saring" tanpa penjelasan lebih lanjut, cairan disaring menggunakan kertas saring ket yang
sesuai hingga diperoleh filtrat jernih. Karena adanya kemungkinan efek dari kertas saring, sejumlah volume filtrat awal
sebaiknya dibuang.

Larutan
Larutan untuk pengukuran kuantitatif harus dibuar menggunakan zat yang ditimbang atau diukur saksama (lihat bagian
Lebih kurang). Pernyataan (1 dalam 10) mempunyai arti 1 bagian volume cairan atau I bagian bobor zat padat yang harus
diencerkan atau dilarutkan dalam sejumlah pengencer atau pelarut yang sesuai untuk membuat bagian atau volume akhir
10. Kecuali dinyatakan lain pernyataan (20:5:2) berarti campuran beberapa cairan dengan perbandingan volume seperti
yang disebutkan.
Penyesuaian larutan
Apabila diseburkan kadar tertentu dalam prosedur, larutan dengan normalitas atau molaritas lain dapat digunakan. asal tidak
memperbesar kesalahan pengukuran. Kecuali dinyatakan lain, kadar zat harus disiapkan dalam rentang sepuluh persen (10%) dari
nilai yang ditetapkan. Pada kasus khusus, yaitu prosedur disesuaikan dengan kisaran kerja instrumen, kadar larutan dapat berbeda
lebih dari sepuluh persen (10%) dari nilai yang ditetapkan dengan penyesuaian perhitungan. Setiap perubahan harus berada dalam
rentang validasi instrumen. Apabila diperlukan. pengaturan pH, baik menggunakan asam maupun basa yang tidak disebutkan
kepekatannya, dapat digunakan asam atau basa yang sesuai.

Larutan Pereaksi
Penjelasan mengenai larutan pereaksi dapat dilihat pada Larutan pereaksi dalam Pereaksi, Indikator, dan Larutan. Penggunaan
larutan pereaksi lain atau perubahan larutan pereaksi perlu divalidasi.

Larutan Indikator
Kecuali dinyatakan lain, penggunaan larutan indikator dalam suatu prosedur lebih kurang 0,2 ml atau 3 tetes larutan. Kecuali
dinyatakan lain, sejumlah sediaan yang digunakan harus cukup untuk menjamin kesesuaian hasil pengujian.

Tablet
Jika dalam penetapan kadar tablet disebutkan "timbang dan serbukkan tidak kurang dari" sejumlah tablet, berarti tablet yang
telah dihitung ditimbang terlebih dahulu kemudian diserbukkan. Sejumlah serbuk yang digunakan harus ditimbang saksama
karena mewakili seluruh tablet.
Kapsul
Jika dalam penetapan kadar kapsul disebutkan "Timbang saksama tidak kurang dari sejumlah kapsul, keluarkan isi semua kapsul,
bersihkan cangkang kapsul, dan timbang saksama, hitung bobot rata-rata isi setiap kapsul. Timbang saksama sejumlah serbuk kapsul"
berarti sejumlah kapsul ditimbang saksama, kemudian dibuka secara hari-hati dan isinya dikeluarkan, cangkang kapsul dibersihkan,
digabung, dan ditimbang saksama. Hitung bobot rata-rata isi kapsul. Sejumlah isi kapsul yang digunakan harus ditimbang saksama
karena mewakili seluruh isi kapsul.

Pereaksi
Prosedur Farmakope yang valid bergantung antara lain pada kualitas pereaksi yang digunakan. Spesifikasi pereaksi tertera pada
Pereaksi, Indikator dan Larutan. Jika spesifikasi pereaksi tidak tercantum, pereaksi yang digunakan harus mempunyai mutu yang sesuai
untuk tujuan pengujian. Bahan-bahan yang ada dalam Pereaksi, Indikator, dan Larutan, termasuk indikator dan larutan pereaksi, tidak
boleh digunakan untuk tujuan terapi sehingga dalam etiketnya harus tercantum istilah "pereaksi" atau "kelas pereaksi".

Peralatan
Kecuali dinyatakan lain, spesifikasi ukuran atau tipe wadah atau perangkat tertentu dalam prosedur hanya digunakan sebagai
rekomendasi. Ukuran atau tipe lain dapat digunakan jika sesuai dengan penggunaannya.

Alat ukur
Apabila dinyatakan penggunaan labu tentukur atau alat timbang atau alat ukur jenis lain, dapat digunakan alat ini atau alat ukur lain
dengan ketelitian yang setara.

Pipet
Apabila dinyatakan penggunaan pipet, dapat digantikan dengan buret yang sesuai. Jika disebutkan piper volume, dapat digunakan
labu tentukur yang sesuai.
Pelindung Cahaya
Apabila dinyatakan wadah aktinik rendah atau tidak tembus cahaya, dapat digunakan wadah khusus yang dapat melindungi
zat dari cahaya atau wadah bening yang dilapisi atau dibungkus agar tidak tembus cahaya.

Instrumen
Penggunaan instrumen tertentu dalam monografi dapat digantikan instrumen lain dengan prinsip
dasarInstrumenpengoperasian yang sama dan mempunyai sensitivitas dan ketelitian yang setara atau lebih. Karakteristik
ini harusdisesuaikan.

Tabung dan Kolom kromatografi


Istilah yang dimaksud "diameter" adalah diameter dalam.

Pipa

Istilah yang dimaksud "diameter" adalah diameter luar.

Tangas Uap
Apabila dinyatakan penggunaan tangas uap, yang dimaksud adalah tangas dengan uap panas mengalir. Dapat juga
digunakan pemanas lain yang disertai pengatur suhu hingga suhu setara dengan uap panas mengalir.

Tangas Air
Kecuali dinyatakan lain, tangas air adalah tangas air yang mendidih kuat secara stabil.
Hasil Ujiji
Interpretasi
Nilai yang dilaporkan umumnya adalah nilai rata-rata untuk beberapa penetapan secara individual dibandingkan dengan kriteria
penerimaan. Nilai yang dilaporkan adalah hasil akhir dari prosedur pengukuran yang lengkap, seperti yang telah ditetapkan. Jika
kriteria penerimaan dinyatakan secara numerik melalui spesifikasi batas atas atau batas bawah, nilai yang diterima termasuk nilai
batas yang telah ditetapkan, tetapi bukan nilai di luar batas. Kriteria penerimaan dianggap bermakna sampai angka terakhir yang
ditampilkan.

Kadar Nominal dalam Rumus


Jika "kadar nominal" telah ditentukan, kadar dihitung berdasarkan yang tertera pada etiket. Pada prosedur penetapan kadar,
koreksi air biasanya dinyatakan dalam definisi dan pada etiket di Baku Pembanding Farmakope Indonesia (BPFI). Untuk
prosedur lainnya, koreksi untuk pengujian kandungan, potensi, atau keduanya dibuat terutama untuk penggunaan kadar pada
persamaan yang tertera dalam monografi.
Kesetaraa dalam Prosedur Titrimetri

Petunjuk untuk prosedur titrimetri disimpulkan dengan pernyataan bobot zat setara dengan setiap ml titran yang telah dibakukan.
Dalam pernyataan kesetaraan tersebut, diartikan bahwa jumlah angka bermakna dalam kadar titran sesuai dengan jumlah angka
bermakna pada bobot zat yang ditetapkan. Jika diperlukan, koreksi terhadap perhitungan yang didasarkan pada penetapan blangko
dibuat untuk semua penetapan kadar titrimetri.
Aturan Pembulatan Nilai yang diamati atau yang dihitung harus dibulatkan ke angka desimal yang telah disepakati batasnya. Angka-
angka tersebut tidak boleh dibulatkan sampai perhitungan akhir untuk nilai yang dilaporkan. Perhitungan antara (misalnya kemiringan
untuk linieritas) dapat dibulatkan untuk tujuan pelaporan, tapi nilai asli (yang tidak dibulatkan) harus digunakan untuk perhitungan
tambahan lainnya. Kriteria penerimaan adalah nilai yang sudah ditetapkan dan tidak dibulatkan. Jika diperlukan pembulatan, pastikan
hanya satu angka pada desimal terakhir. Jika angka lebih kecil dari lima,dihilangkan dan angka sebelumnya tidak dihilangkan. Jika
angka sama atau lebih besar dari lima, dihilangkan dan angka sebelumnya bertambah sebesar satu.
Istilah dan definisi
Singkatan BPFI
BPFI :Baku Pembanding Farmakope Indonesia
LK : Larutan Kolorimentri
LP : Larutan Pereaksi
LV : Larutan Volumentri yang telah dibakukan dengan petunjuk yang tertera dalam monogriafi atau
pereaksi, indicator, dan larutan.
P : Pereaksi

Lebih kurang
Pernyataan "Lebih kurang menunjukkan kuantitas dalam rentang 10%. Jika pengukuran dinyatakan dengan "diukur
saksama" atau "ditimbang saksama" ikuti pernyataan dalam Peralatan Volumetri <31> dan Timbangan dan Anak
Timbangan <41>.

Kadar Alkohol
Persentase etanol, seperti pada judul Kadar Alkohol mengacu pada persentase volume C,H,OH pada suhu 15.56°. Jika suatu
formula, pengujian, atau penetapan untuk alkohol, etil alkohol, atau etanol, digunakan monografi "Etanol". Jika pembanding
menyebutkan "C,H,OH", yang dimaksud adalah etanol mutlak (100 %). Jika prosedur menyebutkan etanol dehidrat, etanol
mutlak, etanol anhidrat, yang harus digunakan adalah monografi "Etanol Mutlak"
Bobot
Yang Atom
digunakan sebagai dasar perhitungan bobot
molekul
lain dan
Farmakope faktor pada
adalah penetapan
sesuai dengankadar
yangpada bagian
ditetapkan
oleh IUPAC
Abundances Commision
Penetapan Blangko
en Atomic Weights and listopic
Jika
dengan diperlukan
cara koreksi terhadap
penetapan blangko, suatu penetapan
penetapan dilakukan
menggunakan
seperti pada pereaksi
larutan atau yang sama,
campuran cara
yang yang sama
mengandung
zat yang
Desikator
ditetapkan, tetapi tanpa zat yang ditetapkan.
Jika
wadah "dalam desikator"
tertutup rapat menunjukkan
dengan ukuran penggunaan
yang sesuai dan
desain
rendah yang dapat mempertahankan kelembapan
Bau dengan menggunakan pengering yang sesuai.
Bau
bahan yang
yangdisebutkanhanya
bersangkutan. bersifat deskriptif dari
Persen
Digunakan tanpa kualifikasi berarti :
Untuk campuran padat dan semi padat, persen b/b
Untuk larutan
persen blv atau suspensi padatan dalam caran,
Untuk larutan cairan dalam cairan, persen viv
Untuk larutan gas dalam cairan, persen b/v.
Persentase kadar
Persentase Kadardinyatakan sebagai berikut :
Persen bobor
terlarut dalam dalam
100 g bobot (b/b) adalah jumlah g zat
larutan
Persen
zat bobot
terlarut dalam
dalam 100volume (b/v) adalah jumlah g
ml larutan
Persen volume dalam volume (v/v) adalah jumlah ml
zat terlarut dalam 100 ml larutan.
Tekanan
Ditentukan menggunakan manometer atau barometer terkalibrasa sesuai dengan tekanan yang diberikan oleh kolom
air raksa dari ketinggian yang ditetapkan.

Waktu Reaksi
Kecuali dinyatakan lain, waktu reaksi adalah 5 menit.

Bobot Jenis
Adalah bobot suatu zat di udara pada suhu 25° dibagi dengan bobot volume air yang setara pada suhu sama.

Hampa Udara
Kecuali dinyatakan lain istilah "dalam hampa udara dimaksudkan kondisi dengan tekanan udara kurang dari 20mmHg.

Desikator Hampa Udara


adalah desikator yang dapat mempertahankan kelembapan rendah pada tekanan tidak lebih dari 20 mmHg ataupada
tekanan lain yang ditetapkan dala
Air

 Air sebagai bahan dalam produk resmi


Sebagai bahan dalam produk resmi, harus. Air dalam prosedur Farmakopememenuhi persyaratan.
 air yang sesuai dengan monografi
kecuali dinyatakan lam, harus digunakan "Air Murni" Definisi untuk Air kemurnian tinggi dan Air Bebas Karbondiokida
tercantum dalam Wadah<1271>.
Bobot dan Ukuran
Bobot dan ukuran yang digunakan di dalam Farmakope adalah sistem metrik.
 Molalitas diberi simbol m, adalah jumlah gram molekul zat yang dilarutkan dalam 1 kg pelarut.
 Molaritas diberi simbol M, adalah jumlah gram molekul zat yang dilarutkan dalam pelarut hingga volume 11.
 Normalitas diberi simbol N, adalah jumlah gram ekuivalen zat yang dilarutkan dalam pelarut hingga volume11.

Satuan bobot dan ukuran serta singkatannya yang sering digunakan dalam Farmakope adalah sebagai berikut.
Wadah dan Penyimpanan

Penyimpanan pada kondisi yang tidak ditentukan


Jika tidak ada petunjuk dan pembatasan yang khusus pada Wadah dan penyimpanan monografi atau pada etiketnya. kondisi
penyimpanan harus pada ruang dengan suhu terkendali, terlindung dari lembap, dan jika perlu terlindung dari cahaya. Tanpa
memperhatikan jumlah, zat tersebut harus terlindung dari lembap, pembekuan, dan suhu berlebih, dan jika perlu terlindung dari
cahaya selama pengangkutan atau distribusi.

Wadah
Suatu tempat penyimpanan bahan yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan bahan. Wadah langsung adalah wadah
yang langsung berhubungan dengan bahan sepanjang waktu. Tutup adalah bagian dari wadah dan sebelum diisi, wadah harus bersih.
Wadah dan tutup tidak boleh memengaruhi bahan yang disimpan di dalamnya baik secara kimia maupun secara fisika, yang dapat
mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu, atau kemurniannya hingga tidak memenuhi persyaratan resmi.
Terdapat berbagai macam wadah yang dapat digunakan sebagai tempat penyimpanan sediaan farmasi, diamaranya:

 Kemasan tersegel
Wadah suatu bahan steril, untuk pengobatan mata atau telinga, kecuali yang disiapkan segera sebelum diserahkan atas dasar resep,
harus disegel dan isinya tidak dapat digunakan tanpa merusak segel. Bahan yang dijual tanpa resep juga harus memenuhi
persyaratan Kemasan tersegel dan penandaan sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Wadah tidak tembus cahaya
Harus dapat melindungi isi dari pengaruh cahaya, dibuat dari bahan khusus yang mempunyai sifat menahan cahaya atau dengan
melapisi wadah tersebut. Pada etiket harus disebutkan bahwa pembungkus buram diperlukan sampai isi dan wadah habis diminum
atau digunakan untuk keperluan lain. Jika dalam monografi dinyatakan terlindung cahaya", dimaksudkan agar penyimpanan dilakukan
dalam wadah tidak tembus cahaya.

 Wadah tertutup baik


Harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat dan mencegah kehilangan bahan selama penanganan, pengangkutan,
penyimpanan, dan distribusi.

 Wadah tertutup rapat


Harus melindungi isi terhadap masuknya bahan cair, bahan padat atau uap dan mencegah kehilangan, merekat, mencair atau
menguapnya bahan selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan distribusi, harus dapat ditutup rapat kembali. Wadah
tertutup rapat dapat diganti dengan wadah tertutup kedap untuk bahan dosis tunggal.

 Wadah tertutup kedap


Harus dapat mencegah menembusnya udara atau gas lain selama penanganan, pengangkutan, penyimpanandan distribusi.

 Wadah satuan tunggal


Untuk produk obat yang digunakan sebagai dosis tunggal yang harus digunakan segera setelah dibuka. Setiap wadah satuan tunggal
harus diberi etiket yang menyebutkan identitas, kadar atau kekuatan, nama produsen, nomor bets, dan tanggal kedaluwarsa.
 Wadah Dosis tunggal
Wadah satuan tunggal untuk bahan yang hanya digunakan secara parenteral. Setiap wadah Dosis Tunggal haru diberi
etika seperti Dosis Satuan Tunggal.

 Wadah Dosis Satuan


Wadah Satuan Tunggal untuk bahan yang digunakan bukan secara parenteral dalam dosis Tunggal, langusng dari
wadah.

 Wadah Dosis Satuan Ganda


Wadah yang memungkinkan dapat diambil isinya beberapa kali tanpa mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu,
atau kemurnian sisa zat dalam wadah tersebut.

 Wadah Dosis Ganda


Wadah Satuan Ganda untuk bahan yang digunakan hanya secara parenteral.

Suhu dan Kelembapan Penyimpanan

Beberapa monografi mencantumkan ketentuan khusus mengenai suhu dan kelembapan serta distribusi bahan
termasuk pengangkutan bahan kepada. Jika tidak ada petunjuk penyimpanan khusus atau pembatasan pada
monografi, tetapi etiket zat menyatakan suhu penyimpanan berdasarkan data stabilitas formula tersebut, petunjuk
penyimpanan pada etiket tersebut yang berlaku
Kondisi tersebut dijelaskan pada istilah-istilah berikut walaupun untuk penandaan pada etika dorekomendasikan untuk
mencantumkan suhi dimaksud.
 Lemari Pembeku.
Lemari Pembeku adalah suhu ruangnya antara -20°C dan -10°C.
 Dingin
Dingin memiliki suhu tidak lebih dari 8°C, lemari pendingin mempunyai suhu antara 2°C dan 8°C.
 Sejuk
Sejuk memiliki kondisi suhu antara 8°C dan 15°C
 Suhu Ruang Dingin Terkendal
Yang dipertahankan secara termostik antara 2°C dan 8°C dan penyimpangan antara 0°C dan 15°C tidak lebih dari 8°C
 Suhu Ruang
Suhu ruang pada ruang kerja tidak lebih dari 30°C.
 Suhu Ruang Terkendali
Suhu yang dipertahankan secara termostatik antara 20°C dan 25°C, penyimpangan antara 15°C dan 30°C dan lonjakan
suhu 40°C diperbolehkan selama tidak lebih dari 24 jam. Suhu Kinetik rata-rata adalah nilai suhu penyimpanan
isothermal yang mensimulasikan pengaruh non isotermal dari perubahan suhu penyimpanan.
Pada etiket bahan yang harus disimpan pada suhu hingga 25°C dan distribusikan pada tempat dengan suhu antara 8°C dan
15°C, kecuali pada monografi masing-masing.
 Hangat
Adalah kondisi suhu diatas 8°C
 Panas berlebih
Adalah kondisi suhu diatas 40°C.
 Perlindungan dari pembekuan
Disamping risiko kerusakan isi, pembekuan zat dapat menghilangkan kekuatan atau potensi, atau merusak
karakteristik zat, pada etiket harus dinyatakan bahwa zat harus terhindar dari pembekuan.
 Tempat Kering
Merupakan tempat kelembapan relative tidak lebih dari 40% atau sebanding dengan tekanan penguapan air pada
suhu lain. Penyimpanan dalam wadah untuk melindungi zat dari uap lembap, termasuk peenyimpanan dalam
bentuk ruangan, dianjurkan untuk disimpan ditempat kering.
Penandaan
Bahan pada Farmakope harus memenuhi persyaratan penandaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
sebagai persyaratan tambahan.

Jumlah zat aktif per satuan dosis

Kekuatan obat dicantumkan pada wadah, kecuali dinyatakan lain dalam monografi. Nama senyawa atau bentuk
aktif dan jumlah tiap zat aktif. Etiket yang harus menyatakan jumlah zat aktif yang ditentukan pada volume
terpindahkan<1261>.
Penggunaan desimal nol pada penandaan
Untuk meminimalkan kesalahan dalam peracikan dan penggunaan obat, jumlah zat aktif dinyatakan dalam angka
tanpa nilai decimal yang diikuti dengan angka nol, contoh 4 mg (bukan 4,0 mg).
Penandaan Obat dalam bentuk Garamnya
Penandaan bahan resmi, yaitu HCI untuk Hidroklorida, HBr untuk hidrobromida, Na untuk Natrium dan K untuk
menyingkat nama garam asam organic, ditulis pada bagian belakang nama zat (contoh : Fenobatbital Na).
Penandaan obat yang mengandung vitamin
Jumlah vitamin A,D, dan E dapat dinyatakan dalam unit FI. Jumlah A dinyatakan dalam satuan metrik
ekuivalen terhadap jumlah retinol (vitamin A dalam bentuk alkohol).

Penadaan sediaan parenteral dan topikal


Harus menyatakan semua nama zat yang ditambahkan (Zat aktif, zat tambahan, eksipien) seperti tertera pada
Bahan tambahan juga harus dicantumkan jumlah atau perbandingan, kecuali untuk zat yang ditambahkan untuk
mengatur pH atau isotonis. Pada etiket hanya disebutkan nama dan tujuan penambahan zat tersebut.

Penandaan Sediaan Elektrolit


Kadar dan dosis elektrolit untuk terapi pengganti (contohnya Natrium Klorida atau Kalium Klorida) harus
dinyatakan pada etiket dalam miliekuivalen (mEq). Etiket juga harus menyatakan kadar dalam bobot atau
persen.

Penandaan Etanol
Kandungan etanol dalam cairan harus dinyatakan pada etiket dalam persen (v/v) C,H,OH.

Tablet dan Kapsul Khusus


Etiket sediaan kapsul atau tablet tidak ditujukan untuk ditelan utuh harus menyatakan cara penggunaan
secara jelas.
Waktu Kadaluwarsa
Harus menyantumkan waktu kadaluwarsa, harus dapat dibaca oleh setiap orang, mdah dimengerti dan
ditunjukkan secara jelas bulan, tahun dan hari terakhir.

Sediaan racikan
Etiket wadah sediaan racikan resmi harus menyatakan “waktu boleh digunakan”, batas waktu setelah tanggal
tersenut sediaan racikan tidak boleh digunakan lagi. Gunakan rekomendasi “waktu boleh digunakan” maksimum
untuk sediaan non-steril yang dikemas pada wadah tertutup rapat, terlindung cahaya dan disimpan pada suhu ruang
terkendali.
BAB 2
PENGERTIAN OBAT SECARA UMUM
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan untuk mencegah, meringankan, atau menyembuhkan
penyakit Dasar surat Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.193/KabB.VII/71. Obat juga memiliki fungsi
social dan berperan sangat penting dalam pelayanan Kesehatan sesuai dengan ketentuan farmakoterapi :
1. Menetapkan diagnosis.
2. Mencegah penyakit.
3. Menyembuhkan penyakit.
4. Memulihkan (rehabilitas) kesehatan
5. Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu
6. Meningkatkan kesehatan.
7. Mengurangi rasa sakit.
Pengertian obat secara khusus
1. Obat jadi
yaitu obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, tablet, pil, kapsul, suppositoria, cairan, salep atau
bentuk yang lainnya yang mempunyai teknis sesuai dengan FI atau buku resmi yang ditetapkan oleh pemerintah.
2. Obat paten
yaitu obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si pembuat yang dikuasakannya dan dijual dalam
bungkus asli pabrik yang memproduksinya.
3. Obat baru
obat yang terdiri atas atau berisi zat yang berkhasiat atau tidak berkhasiat.
4. Obat asli
obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alami Indonesia.
5. Obat tradisional
Obat yang didapat dari bahan alam (mineral, tumbuhan, atau hewan) terolah secara sederhana atas
pengalaman dan digunakan sebagai pengobatan tradisional.
6. Obat Esensial
yaitu obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat terbanyak dan tercantum dalam
daftar obat esensial (DOEN) yang ditetapkan menteri Kesehatan Republik Indonesia.

7. Obat generic
yaitu obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam FI untuk zat berkhasiat yang dikandungnya

Kegunaan Obat Bagi Manusia Dan hewan


1. Menetapkan diagnosis, misalnya cairan kontras
2. Mencegah penyakit, misalnya vaksin.
3. Mengurangi dan menghilangkan/gejala penyakit, misalnya obat yang dipakai untuk terapi simtomatik
4. Menyembuhkan penyakit, misalnya antibiotika dan kemoterapeutika.
5. Memperelok dan memper indah badan/ bagian badan manusia, misalnya preparat-preparat kosmetik (juga
harus memenuhi syarat-syarat yang sama dengan obat yang digunakan untuk penyakit.

Penggolongan Obat
Obat menurut kegunaan obat
6. Untuk menyembuhkan (terapeutik)
7. Untuk mencegah (profilaktik)
8. Untuk diagnosis (dianogstik)
Penggolongan Obat Menurut Cara Penggunaan Obat
1. Medicamentum ad usum internum (pemakaian dalam): melalui oral, beretiket putih.
2. Medicamentum ad usum externum (pemakaian luar): melalui implantasi, injeksi, membran mukosa, rektal,
vaginal, nasal, oftalmik, aurikal, collutio/gargarisma/gargle, beretiket biru.

Penggolongan Obat Menurut Cara Kerjanya


3. Lokal: obat yang bekerja pada jaringan setempat seperti pemakaian
4. topikal Sistemik obat yang didistribusikan ke seluruh tubuh melalui oral.

Penggolongan Obat Menurut Sumber Obat


5. Tumbuhan (flora, nabati).misalnya digitalis, kina, minyak jarak
6. Hewan (fauna, hayati).misalnya minyak ikan, adeps lanae, cera
7. Mineral (pertambangan), misalnya iodkali, garam dapur, parafin, vaselin.
8. Sintetis (tiruan/buaran).misalnya kamfer sintetis, vitamin C.
9. Mikroba/fungi/jamur.misalnya antibiotik (penisilin).

Penggolongan Obat Menurut Bentuk Sediaan


10. Bentuk pada serbuk, tablet, pil kapsul, suppositoria
11. Bentuk setengah padat: salep/ungsentum, krim, pacta, ceras, gelljelly, occulenta (salejo mata).
12. Bentuk larutan potio, sirup, elikiir, obat tetes, gargatisma, cylema, ephitema, injeksi, infus intravena. Bemuk gae
inhala/spray/aerosoldouche, loto, dan mixture.
Penggolongan Obat Menurut Proses Fisiologis dan Biokimia dalam Tubuh
1. Obat farmakodinamik
Obat yang bekerja dengan jalan mempercepat atau memperlambat proses fisiologis atau fungsi biokimia dalan Tubuh.
2. Obat kemoterapetik
Obat yang dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh inang.
3. Obat diagnostic
Obat pembantu untuk melakukan diagnosis (pengenalan penyakit).
PENGGOLONGAN OBAT MENURUT UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN-PERATURAN PEMERINTAH
Distribusi dan peresepan obat diatur oleh Undang-undang dan Peraturan-peraturan Pemerintah sebagai berikut :
4. Obat bebas
5. Obat bebas terbatas = Daftar W (dahulu) = Daftar P (sekarang).
6. Obat keras = Daftar G.
7. Obat golongan Narkotika = Obat Bius = Daftar O.
8. Obat golongan Psikotropika
Obat bebas
Obat Bebas adalah obat yang dapat diperoleh secara bebas dan tidak membahayakan bagi pemakai dalam batas
dosis yang dianjurkan. Pada wadahnya atau kemasannya diberi tanda khusus berupa lingkaran dengan diameter
tertentu. wara lingkarannya hujau dengan garis tepi hitam.
Obat bebas terbatas = Daftar W = Daftar P
Obat keras yang dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dari dokter. Tanda khusus berupa lingkaran biru
tua dengan garis tepi hitam pada wadahnya atau kemasannya
Obat bebas terbatas = Daftar W = Daftar P
Obat keras yang dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dari dokter. Tanda khusus berupa lingkaran biru
tua dengan garis tepi hitam pada wadahnya atau kemasannya.
Sesuai dengan golongan obatnya tanda P atau Peringatan berupa
1. P 1: Awas! Obat keras! Baca aturan pakainya Contoh: Antimo, antihistamin.
2. P 2: Awas! Obat keras! Hanya untuk kumur. Jangan ditelan. Contoh: Kalii chloras dalam larutan, Zincum, gargarisma
kan.
3. P 3: Awas! Obat keras! Hanya untuk bagian luar badan. Contoh: Tinctura Jodii, Air Burowi, Mercurochromum dalam
larutan .
4. P 4: Awas! Obat keras ! Hanya untuk dibakar. Contoh: Rokok, sigaret ashma .
5. P 5: Awas! Obat keras! Tidak boleh ditelan. Contoh: Sulfanilamide steril 5 gram, Amonia 10% ke bawah .
6. P 6: Awas! Obat keras! Obat wasir, tidak ditelan. Contoh: Anusol suppositoria.

Daftar P dapat diperoleh tanpa resep dokter asal memenuhi ketentuan-ketentuan berikut.
7. Obat-obat dalam daftar Phanya boleh dijual dalam kemasan asli pabrik pembuatnya.
8. Waktu penyerahan obat-obat tersebut pada wadahnya harus ada tanda peringatan berupa etiket khusus
yangtercetak sesuai dengan Ketentuan Kementerian Kesehatan (tanda P), seperti yang diuraikan di atas.
Obat Keras Daftar G
adalah obat beracun yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, mendefinisikan, dan lain-lain tubuh manusia,
obat berada baik dalam substansi maupun tidak. Obat Daftar G tidak boleh dibeli bebas dan hanya boleh diserahkan
kepada seseorang dengan resep dokter. mempunyai Dosis Maximalis (D.M.), yaitu dosis tertinggi yang masih aman
diberikan kepada penderita dewasa. Bila DM dilampaui dapat berbahaya bagi penderita/pemakainya. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 02396/A/SK/VIII/1986 tentang Tanda Khusus Obat Keras Daftar G. pada
kemasan obat keras harus dicantumkan tanda berupa lingkaran bular berwarna merah dengan garis tepi berwarna
hitam dengan hurup K yang menyentuh garis tepi.
Obat-obat yang termasuk dalam Daftar G antara lain:
1. Semua obat suntik, kecuali yang sudah termasuk dalam obat golongan(di Amerika pembelian obat suntik Insulin untuk penderita diabetes
tidak memerlukan resep)
2. Semua antibiotika
3. Semua preparat Sulfa (kecuali Sulfaguanidin dalam jumlah tertentu)
4. Semua preparar hormone
5. Papaverin, narkotin/noskapin, narkein serta garam-garamnya.
6. Belladona & preparat arropine dan obat dengan "Atropine-like action.
7. Adrenalin serta garam-garamnya.
8. Digitalis serta glikosida-glikosidanya.
9. Semua preparat pirazolon, seperti piramidon, fenilbutazon.
10. Antihistamin (dengan beberapa pengecualian yang termasuk Daftar P).
11. Anestesi lokal seperti novokain/prokain, lidokain, dll.
12. Nitrogliserin dan preparat nitrat dan nitrit lainnya untuk angina pectoris
13. Secale cornuti serta preparat-preparat dan alkaloid-alkaloidnya.
14. Zat-zat radioaktif.
15. Hidantoin serta derivat-derivate.
16. Semua obat baru yang belum dikenal, kecuali dinyatakan oleh Departemen Kesehatan RI tidak membahayakan dan telah dapat izin secara
sertulis dengan diberi nomor registrasi.
ObatWajib Apotek (OWA)
ObatWajib Apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di apotek tanpa resep dokter. Peraturan tentang Obat Wajib Apotek
bendasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/Menkes/SK/V11/1990 yang telah diperbarui dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.
924/Menkes/Per/X/1993.
Contoh obar wajib apotek No. 1 (artinya yang pertama kali ditetapkan)

1. Obat kontrasepsi: linestrenol


2. Obat saluran cerna: antasida dan sedatif/spasmodik (Papaverin, atropin solfat, ckatrak Belladonac)
3. Antimual: metoklopramid HCI
4. Laksan: Bisakodil Suppositoria
5. Obat mulut dan tenggorokan: Heksetidin, triamsinolon adetonida
6. Obat saluran Nafas: bromheksin (mukolitik), terbutalin sulfat, salbutamol, karbosistein, ketotifen, aminopilin
suppositoria.
7. Obat yang memengaruhi sistem neuromuskular: methampiron, asam mefenamat, dil.
8. Antihistamin: mebhidrolin, deklorfeniramin maleat, dll.
9. Obat antiparasit: mebendazol,dll
Contoh obat wajib apotekNo. 2
10. Skopolamin tablet
11. Albendazol tablet
12. Sukralfat tablet
13. Bacitracin krim
14. Clindamicin krim
15. Flumetason krim
16. Deksametason krim
17. Diklofenak krim, dll
.
Obar Wajib Apotek No3:
18. Ranitidin, famotidine
19. Asam fusidat krim.
20. Alipurinol, Diklofenak Na,
piroksikam.
21. Gentaminin obat mata.
22. Kloramfenikol obat mata, obat
telinga.
23. Cetirizin.
24. Sproheptadin, dll.
Obat Golongan Narkotika = Obat Bius = Daftar O Pengertian
Narkotika
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadar hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan kergantungan.
Penandaan Narkotika
Penandaan narkotika bendasarkan peraturan yang terdapat dalam Ordonansi Obat Bius adalah "Paling Medili Merahpetidin,
metadon, nisenal, dil.
Penggolongan Narkotika
Narkotika Golongan I :
1. Semua bagian Papaver ferum L. (termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya).
2. Opium mentah.
3. Opium masak.
4. Tumbuhan koka .
5. Daun koka yang belum atau sudah dikeringkan F.
6. Kokain mentah
7. Kokain (metil ester-1-bemoil ekgonin).
8. Tanaman ganja (Cannabis indica) dan semua bagian tanaman genus Cannabis .
9. Tetrahydrocannabinol dan semua isomer serta semua bentuk stereo kimianya.
10. Delta-9-tetrahidrocannabinol dan semua bentuk stereo kimianya.
11. Asesorfina
12. Etorfina
13. Heroinan.
14. Tiofentanil
Narkotika Golongan II ( terdiri atas 91 jenis)
A. Alfasetilmetadol
B. Difenoksilat
C. Dihidromorfina
D. Ekgonina
E. Fentanil.
F. Metadona
G. Morfina
H. Opium
I. Peridina
J. Tebaina
K. Tebakon.
Narkotika Golongan III (terdiri atas 15 jenis)
A. Asetildihidrokodeina.
B. Dekstropropoksifena.
C. Dihidrokodeinaf.
D. Erilmorfina.
E. Kodeina.
F. Nikodikodina.
G. Nikokodinah.
H. Norkodeinad
I. Polkodina.
J. Propiram
Ketentuan-ketentuan peresepan obat narkotika :
1. Hanya didapatkan dengan resep odokter.
2. Resep tidak boleh diulang, setiap kali harus ada resep baru.
3. Resep narkotika yang berupa obat suntik.
4. Contoh : R/HCI Morphine amp 10 mg X (sepuluh).
5. Ada beberapa narkotika yang saat ini tidak lagi untuk terapi antara lain kokaina, heroin, cannabis, karena terlalu bahaya.
6. Apoteker menerima atau membuat resep yangmengandung semua jenis narkotika wajib melaporkan ke kantorwilayah
Kesehatan.
7. Sisa dari setiap jenis bahan pada akhir bulan juga dilaporkan.

Hukum pidana uu tahun 1997 cukup berat, hukuman penjara seumur hidup dan maksimalhukuman mati.

Pemesanan Narkotika
Pemesanan sediaan narkotika menggunakan surat pesanan narkotika yang ditandanganin oleh Apoteker Pengelolah
Apoteker (APA). Sedangkan pemesanan ke PT. Kimia Farma Trade and Distribution (satu-satunya PBF narkotika yang legal di
Indonesia) dengan membuat surat pemesanan khusus narkotika rangkap empat.
Penerimaan Narkotika
Penerimaan narkotika dari PBF harus diterima oleh APA atau dilakukan dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan
menandatangani faktur tersebut setelah sebelumnya dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat diterima
dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan.
Peredaran narkotika
peredaran narkotika atau penyaluran Narkotika baik dalam rangka berdagang, bukan perdagangan, maupun untuk
pemindahtanganan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Peredaran Narkotika
golongan II dan III berupa bahan baik alamiah ataupun sintetis diedarkan oleh pihak yang berhak tanpa wajib daftar.
penyaluran narkotika:
1. Importir hanya dapat menyalurkan narkotika ke pabrik obat tertentu atau l'BF sertentu
2. Pabrik obat tertentu hanya dapat menyalurkan narkonka kecksponur, PRF tenentu apotek, sarana penyimpanan
sediaan farmasi pemerintah tementu, rumah sakit, dan lembaga ilmu pengetahuan tertentu.
3. Pedagang besar farmasi tertentu hanya dapat menyalurkan narkotika ke pedagang besar farmasi tertentu lain
nya, apouck, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu, cumah sakit, lembaga ilmu
pengetahuantertentu, dan eksportir.
4. Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu hanya dapat menyalurkan narkotika ke rumah
sakitpemerintah, puskesmas, dan balas pengobatan pemerintah tertentu
5. Narkotika golongan I hanya dapat disalurkan ke pabrik obat tertentu dan/atau pedagang besar farmasi tertentu
ke lembaga ilmu pengetahuan tertentu untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan.
Penyerahan Narkotika
6. Penyerahan narkotika hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan
dokter.
7. Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada rumah sakit, puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan,
dokter dan pasien .
8. Rumah sakit, apotek, pukesmas, dan balai pengobatan hanya dapat menyerahkan narkotika kepada pasien
berdasarkan resep dokter. Narkotika dalam bentuk suntik dalam jumlah tertentu yang diserahkan dokter hanya
dapat diperoleh dari apotek.
9. Penyerahan narkotika oleh dokter hanya dapat dilaksanakan dalam hal ini :
a. Menjalankan praktik dokter dan diberikan melalui suntikan.
b. Menolong orang sakit dalam keadaan darurat melalui suntikan.
c. Menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.
Penyimpanan Narkotika
Pabrik farmasi, importir, dan PBF yang menyalurkan narkotika harus memiliki gudang khusus untuk menyimpan
narkotika dengan persyaratan sebagai berikut
1. Dinding terbuat dari tembok dan hanya mempunyai satu pintu dengan dua buah kunci yang kuat dengan merk yang
berlainan.
2. Langit-langit dan jendela dilengkapi dengan jeruji besi.
3. Dilengkapi dengan leman besi yang beratnya tidak kurang dan 150 kg serta harus mempunyai kunci yang kuat.
Apotek dan rumah sakit harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika dengan persyaratan sebagai berikut.
4. Harus terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat (tidak boleh terbuat dari
kaca).
5. Harus mempunyai kunci yang kuat.
6. Dibagi dua bagian, masing masing dengan kunci yang berlainan Bagian pertama
untuk menyimpan morfin, petidin serta persediaan narkotika, sedangkan bagian
kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari
Pelaporan Narkotika
Laporan dibuat secara rutin setiap bulan oleh pabrik, PBF, apotek dan rumah sakit yang dikirimkan/dnujukan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kotamadya/Kabupaten/Dati II dengan tembusan kepada Kepala BPOM setempatdan Arsip
yang bersangkutan.

Pemusnahan Narkotika
Pemusnahan narkotika dilakukan apabila:
7. Diproduks tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat proses
produksi.
8. Kedaluwarsa
9. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk pengembangan
ilmu pengetahuan.
10. berkaitan dengan tindak pidana.
Pemusnahan narkotika dilaksanakan oleh orang atau badan yang bertanggung jawab aras produksi dan peredaran narkotika yang
disakukan oleh pejabat yang berwenang dan membuat Berita Acara yang memuat, antara lain:
1. Hari, tanggal, bulan, dan tahun.
2. Nama Pemegang Izin Khusus (APA/dokter).
3. Nama saksi (1 orang dari pemerintah dan 1 orang dari badan/instansi yang bersangkutan).
4. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.
5. Cara pemusnahan.
6. Tanda tangan penanggung jawab apotek/pemegang izin khusus/dokter pemilik narkotik dan saksi-saksi.

OBAT GOLONGAN PSIKOTROPIKA


Pengertian Psikotropika
Menurut UU RI No. 5 Tahun 1997, Pikotropika adalah zar atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang bersifat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada Susunan Saraf Pusat (SSP) yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.
Contoh Psikotropika
1. Lisergida
2. MDMA
3. Psilosibina
4. Psilosina
5. Amfetamin
6. Flunitrazepam
7. Diazepam
8. Nitrazepam
9. Fenobarbital
10.Klordiazepoksida

Penandaan Psikotropika
Untuk psikotropika penandaan yang dipergunakan sama dengan penandaan untuk obar keras. Sebelum disahkannya UU RI
No 5 Tahun 1997 tentang Pikotropika, obat-obat Psikotropika termasuk obat keras yang pengaturannya ada di bawah
Ordonanu Obat Keras Stbl 1949 Nomor 419 Hanya saja karena efeknya dapat mengakibatkan sadrom ketergantungan, dulu
disebut Obar Keras Tertentu Dengan demikian, untuk Psikotropika penandaannya berupa lingkaran bulat berwarna merah,
dengan huruf K berwarna hitam yang menyentuh garis tepi yang berwarna hitam.
Ketentuan-Ketentuan Peresepan Psikotropika
1. Puikotropika golongan I
Obat-obat golongan ini memiliki potensi ketergantungan yang sangat tinggi, hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan,
jadi obat tidak diberikan dengan resep, kecuali khusus untuk penelitian.
2. Pukotropika golongan II
Obat-obat golongan ini boleh diresepkan, tetapi harus disadar bahwa obat ini mempunyai potensi ketergantungan yang kuat,
apalagi diberikan dalam jangka waktu lama.
3. Psikotropika golongan III
Obat-obat golongan ini boleh direseplan tetapi juga berpotensi ketergantungan yang sedang .
4. Psikotropika golongan IV
Obat-obat golongan ini sering kali diberikan dalam resep oleh dokter umum atau pun oleh dokter spesialis Sebagian besar
obat ini adalah depresan SSP..
Pemesanan Psikotropika
Pemesanan psikotropika dengan surat pemesanan rangkap 2, diperbolehkan lebih dari 1 item obat dalam satu surat pesanan, boleh
memesan ke berbaga PBF .
Penerimaan Psikotropika
Penerimaan psikotropika dari PBF harus diterima oleh APA atau dilakukan dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan
menandatangani faktur tersebut setelah sebelumnya dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada diterima dilakukan
pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah psikotropika yang dipesan.
Penyimpanan Psikotropika
Penyimpanan obat psikotropika diletakkan di leman yang terbuat dari kayu (atau bahan lain yang kokoh dan kuat). Leman tersebut
mempunyai kunci (tidak harus terkunci) yang dipegang oleh asisten apoteker sebagai penanggung jawab yang diberi kuasa oleh APA.
Peredaran Psikotropika
1. Penyaluran
a. Penyaluran psikotropika hanya dilakukan oleh pabrik obat, PBF, dan sarana penyimpanan sedias farmasi pemerintahan (SPSFP).
b. PBF hanya dapat menyalurkan psikotropika ke PBF lainnya, apotek, SPSFP, rumah sakit, lembaga pendidikan.

c. Psikotropika golongan I hanya dapat disalurkan oleh pabrik obat dan PBF ke lembaga penelitian dan atau lembaga pendidikan
guna kepentingan ilmu pengetahuan.
d. Psikotropika yang dapat digunakan untuk ilmu pengetahuan hanya dapat disalurkan oleh pabrik obat dan PBF ke lembaga
penelitian dan lembaga pendidikan, atau di impor langsung oleh lembaga penelitihan dan lembaga pendidikan.
2. Penyerahan
a. Penyerahan psikotropika hanya dapat dilakukan oleh apoteker, rumah sakit, pukesmas, balai pengobatan (BP), dan dokter.
b. Apoteker hanya dapat menyerahkan psikotropika ke apotek lainnya, rumah sakit, pukesmas, dokter, penggunaan / pasien.
c. Rumah sakit, BP, dan pukesmas menyerahkan psikotropika berdasarkan resep dokter.
d. Apotek, rumah sakit, BP, dan pukesmas menyerahkan psikotropika berdasarkan resep dokter.
e. Dokter menyerahkan psikotropika dalam hal menjalankan praktikterapi dan diberikan melalui suntikan, menolong orang sakit
Pemusnahan Psikotropika
Pemusnahan pukotropika dilaksanakan dalam hal:
1. Berhubungan dengan tindak pidana
2. Diproduku tanpa memenuhi standar.
3. Kedaluwana.
4. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau ilmu pengetahuan
Pemusnahan pukotropika dilaksanakan oleh orang atau badan yang bertanggung jawab atas produksi dan peredaran
paikotropika yang disaksikan oleh pejabat yang berwenang dan membuat Berita Acara Pemusnahan yang memuat antara lain :
5. Han, tanggal. bulan, dan tahun.
6. Nama pemegang in khusus (APA/dokter).
7. Nama saksi (1 orang dari pemerintah dan I orang dari badanfinstansi yang bersangkutan).
8. Nama dan jumlah pukotropika yang dimusnahkan.
9. Cara pemusnahan
10. Tanda tangan penanggung jawab apotik/pemegang itin khusus/dokter pemilik pakotropika dan saksi-saksi.

Prekursor Narkotika dan Psikotropika


Obat prekursor dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
11. Prekursor Narkotika (Kepmenkes No. 890/1998)
Prekursor narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan narkotika. Jenis
prekursor narkotika adalah anhidrida asam asetas, aseton, asam klorida, asam sulfat, etil eter, kalium permanganat, menil etil
keton, dan toluen
2. Prekursor Pikotropika (Kepmenkes No. 917/1997)
Prekursor puikotropika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan
psikotropika. Jenis prekursor pukotropika yaitu asam N-asetil antranilat, efedrin, ergometrin, ergotamin, isosafrol, asam
lisergat, 3.4-metilen-dioksi-fenil p-propanon, 1-fenil-2-propanon, piperonal, pseudoefedrin dan safrol.
JENIS OBAT DAN BAHAN OBAT
Jenis obat dan/atau bahan obat yang ditulis dibelakang "R/" pada resep dapat berupa obur baku, obat paten, obut jadi atau preparat
standar, ataupan campuran yang merupakan komposisi sendiri dan dokter yang menulis resep. Ketiga bentuk di atas dapat
mengandung hanya satu zat runggal yang berkhasiat sebagai obat pokok (medium cardinale), atau merupakan kombinan dari beberapa
obar pokok dengan atau tanpa obat penunjang (medium adju), korgen, dan zehikulum.

Obat paten
Keuntungan obat paten adalah sebagai berikut
1. Dokter cepat menulis resep
2. Penderita tidak lama menunggu obatnya di apotek karena semua telah tersedia.

Kerugian obar paten adalah sebagai berikut


3. Obat paten relatif mahal, jauh lebih mahal dan yang dapat diperhitungkan tentang isinya. Ini disebabkan"everhead" yang tinggi
(iklan, "sales promotion melalus para detailer, contoh-contoh obat yang dibagikan dan sebagainya). Pada akhirnya yang harus
membayar semua itu adalah konsumen, sermasuk penderita.
4. Kalau obat paten merupakan produk kombinasi dan dokter kurang paham tentang isi/ jenis bahan obat yang dikandungnya serta
jumlah dari tap jenis itu, ini dapat mengakibatkan penderita juga mendapat zat/bahan obar yangsebetulnya tidak diperlukannya,
atau pun dosis yang tidak sesuai dengan kebutuhannya.
5. Suatu “obat konveksi” belum tentu sesuai dengan “kebutuhan semua penderita”. Apakah penderita disesuaikan dengan obat yang
ada? Atau obat disesuaikan dengan kebutuhan riil penderita?
6. Mengingat kemungkinan di atas, dapat terjadi duplikan pemberian bahan obat yang diminum penderita, bila lebih dari satu "R/"
diberikan sekaligus.
Obat Jadi atau Preparat Standar
Pada prinsipnya pemberian obat jadi atau preparat standar mempunyai keuntungan dan kerugian yang sandengan obar paten, kecuali
harganya yang mungkin lebih murah (overhead lebih kecil).
Obat Menurut Komposisi Dokter Sendiri
Keuntungan menggunakan obat yang komposisinya diresepkan oleh dokter sendiri, yaitu dapat memberikan terapi individual
untuk pasien. Dengan begitu segala sesuatu mengenai obat yang diberikan kepada penderitanya perhinungkan secara
khusus untuk penderita yang bersangkutan, sesuai dengan sumpah dokter "kesehatan pendeng senantiasa saya utamakan”.
OBAT BERACUN
1. Dalam praktik sehari-hari, bahaya bahan yang dipergunakan sebagai obat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu
: Bahan obat yang relatif tidak beracun
2. Bahan obat dinyatakan relatif tidak beracun, apabila obat tersebut memiliki dosis aman yang relative
3. Bahan obat yang sudah pasti berupa racun
4. Obat dinyatakan beracun, apabila obat tersebut memiliki dosis aman yang relatif kecil (misalnya,HC, fenobarbital,
dosis mg).
Sifat racun sesuatu obat berbanding terbalik dengan dosis semakin kecil dosis aman yang dapat diberikan berarti semakin
besar toksisitas obat. Demi keamanan, semua obat beracun harus disimpan dalam lemari terkunci,tidak saja di apotek,
tetapi juga di tempat praktik dokter.
UU dan Peraturan-peraturan Pemerintah membagi obat-obat beracun dalam empat kelompok, yaitu
5. Daftar Obat Narkotika.
6. Daftar Obart Psikotropika.
7. Daftar Obat Keras, dan
8. Daftar Obat Bebas Terbatas

SINONIM OBAT
Nama-nama yang bermacam-macam untuk satu (jenis) obat disebut sinonim. Nama obat yang ditulis di resep dapat berupa:
9. Nama resmi
10.Nama generik
11.Nama paten
Penulisan nama obat dalam resep oleh dokter
1. Bila dokter menuliskan nama paten dari pabrik tertentu pada resep, apotek wajib menyerahkan obat paten dari pabrik yang
diminta dan tidak boleh memberikan obat dari pabrik lain.
2. Bila dokter menuliskan nama generik (ataupun nama kimia) yang ditulis di resep, apotek boleh memberikan keluaran pabrik
mana pun yang isinya sama dengan nama generik tersebut (resep dengan obat lebih murah harganya dari resep obat
paten).
3. Bila dokter yang menulis resep tidak secara mutlak menghendaki obat keluaran pabrik tertentu (atau misalnya lupa lama
generik obatnya), ditulis "loco" yang berarti "pengganti" di depan nama obat. Misalnya "loco Erythrocyn. Dengan demikian,
apotek dapat memberikan obat tersebut dengan nama generiknya, yang minyapersis sama dengan isi obat patennya, yaitu
eritromisin.

Waktu penggunaan obat yang penting adalah


4. Sebelum makan ante coenam, [pada resep disingkat dengan ac. (untuk obat pembuka nafsu makan)]
5. Sesudah makan post coenam, [pada resep disingkar dengan p.c. (untuk asetosal, preparat Fe. Digitalis dan lain-lain yang
menyebabkan iritasi pada dinding lambung).
6. Sedang/waktu makan durante coenam, [pada resep disingkat dengan d.c. (untuk enzim yang membantu pencernaan).]
7. Malam/sebelum tidur ante noctem, [pada resep disingkat dengan a.n. (untuk obat hipnotika, sebagian besar obat penenang,
laksatif yang bekerja lambat seperti fenolftalein dan derivat antrakinon yang mempunyai onset of action setelah 6-8jam). ]
8. Pagi hari mane, [pada resep tertulis mane (untuk laksatif seperti magnesa sulfas dengan "omer of action cepat, diuretika dengan
"duration of action sampai 10-12 jam. Jika obat tersebut diberikan pada malam hari, akan sangat mengganggu ketenangan tidur
pasien)]
9. Sesudah buang air besar post defaccatio, [pada resep disingkat dengan post defaec (untuk suppositoria anal yang jika tidak
diberikan post defaccatio, kemungkinan obat belum sempat bekerja sudah dikeluarkan bersama facces).]
CARA PENYIMPANAN OBAT

Secara umum obat harus disimpan sedemikian rupa sehingga tidak berubah oleh pengaruh kelembapan udan suhu, dan
umat/cahaya.
1. Bahan obat yang rusak atau basah karena kelembapan udara harus disimpan dalam wadah yang kedap atau wadah yang
udaranya kering.
2. Bahan obat yang rusak karena suhu, harus disimpan sesuai dengan petunjuk cara penyimpanannya. Kalau pada wadah obat
tercantum “disimpan pada suhu 4-10°C”, dapat ditempatkan dalam lemari es bagian bawah contoh serum dan vaksin.
3. Bahan obat yang dirusak oleh sinar cahaya, terutama cahaya UV. harus disimpan dalam wadah yang tidak tembus cahaya UV.
4. Obat-obat beracun harus disimpan dalam lemari terkunci. Ini penting sekali bagi obat-obat yang tergolong narkotika.

TANGGAL KEDALUWARSA OBAT


yang setelah tanggal/waktu tertentu keamanan pemakaiannya tidak dapat dipertanggung jawabkan lagi. Bila kedaluwarsa, sesuatu
obat tidak lagi memenuhi syarat untuk dipergunakan. Suhu penyimpanan obat sangat berpengaruh; kalau suatu obat tidak disimpan
sesuai dengan aturan suhunya, ada kemungkinan jauh sebelum tanggal kedaluwarsa yang tercantum obat itu sudah rusak Tanggal
kedaluwarsa obat ada kaitannya dengan waktu paruh penyimpanan obat (shelf half life). Shelf half life salah waktu saat daya kerja
obat hanya separuhnya.
Tanggal kedaluwarsa obat (expired daze) dicantumkan pada wadah obat
JIKA ADA SALAH PENULISAN
MOHON DIMAAFKAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai