PENGELOLAAN OBAT
DOSEN PENGAMPU
Drs. Asrizal, Apt, M.Kes
DISUSUN OLEH
Kelompok 1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi
pendidikan dalam profesi keguruan.
Makalah ini, kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
KELOMPOK 1
i
DAFTAR ISI
3.1. Kesimpulan......................................................................................................... 11
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun rumusan masalah ini yang timbul dari latar belakang di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun yang tujuan yang akan di dapat dalam penyusunan makalah ini adalah
sebagai berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pengelolaan obat merupakan sebuah rangkaian pengendalian obat mulai dari proses
seleksi, pengadaan, distribusi, hingga penggunaan. Pengelolaan obat berhubungan erat
dengan anggaran dan belanja instalasi kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, dan apotek
(Satibi, 2014). Faktor – faktor yang mempengaruhi pengelolaan obat sangat menentukan
keberhasilan pengelolaan obat di rumah sakit, puskesmas, dan apotek. Sebaiknya rumah
sakit, puskesmas, dan apotek berpedoman pada formularium nasional dan e-catalogue obat
yang berisi daftar spesifikasi, harga, dan penyedia obat.
3
2.3. Perencanaan Pengelolaan Obat
Tahap dari perencanaan obat adalah upaya penetapan jenis, jumlah, dan mutu obat
sesuai dengan kebutuhan, dengan tujuan memperkirakan jenis dan jumlah kebutuhan obat
dengan kebutuhan riil periode mendatang, meningkatkan penggunaan obat secara rasional,
dan meningkatkan efisiensi penggunaan obat. Adapun di dalamnya terdapat kriteria obat dan
metode dalam penentuan kebutuhan. Berikut adalah penjelasan tentang kriteria obat dan
metode dalam penentuan kebutuhan.
a. Kriteria obat
Dikategorikan jenisnya menjadi obat untuk penyelamat jiwa/pertolongan
pertama/emergensi/kedaruratan medic, obat pelayanan kesehatan dasar tanpa pemeriksaan
penunjang/laboratorium, obat yg digunakan berkesinambungan dari penanganan rujukan
(pkm induk/rs), dan obat program kesehatan yang disesuaikan dengan kondisi wilayah
setempat.
b. Metode dalam penentuan kebutuhan
Dibagi menjadi dua, yaitu metode konsumsi yang berdasarkan data penggunaan tiap jenis
obat pada periode sebelumnya diproyeksikan untuk kebutuhan periode berikutnya dan
metode morbiditas (epidemiologi) yang berdasarkan pada pola penyakit dan standar
terapi.
a. Waktu
Dibagi menjadi rutin (sesuai jadwal dari penyuluh kesehatan masyarakat), dan khusus
(permintaan meningkat, untuk penanganan kejadian luar biasa).
b. Administrasi
Ada aspek obyek dengan penanggung jawab kepala penyuluh kesehatan masyarakat.
c. Penentuan jumlah permintaan
4
Dibagi menjadi metode konsumsi, morbiditas dan menimbang frekuensi distribusi obat
oleh penyuluh kesehatan masyarakat.
d. Cara penghitungan kebutuhan obat
SO = SK+WK+WT-SS
Keterangan:
SO = Stok optimum yang dipesan
SK = Stok kerja (stok pada periode berjalan), yaitu pemakaian rata-rata/periode distribusi
WK = Waktu kekosongan obat (hari) dikalikan dengan pemakaian rata-rata harian
SS = Sisa stok persediaan obat
Penyimpanan obat adalah suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk melindungi
obat yang disimpan dari resiko kehilangan, kerusakan, pencurian serta gangguan fisik yang
dapat merusak mutu obat dengan tujuan agar obat yang tersedia di unit pelayanan kesehatan
dapat terjaga mutunya. Adapun didalamnya terdapat aspek/syarat yang harus dipenuhi, yaitu
sebagai berikut.
a. Persyaratan gudang
1) Cukup luas, minimal 3x4 m2 (pelayanan kesehatan masyarakat)
2) Ruang kering, tidak lembab
3) Ventilasi cukup
4) Pencahayaan cukup (jendela berteralis)
5) Lantai dari tegel/semen, bila perlu ada pallet
6) Sudut antara lantai dan dinding tidak tajam
7) Pintu dengan kunci ganda
8) Lemari narkotika dan psikotropika yaang selalu terkunci
9) Sebaiknya ada pengatur suhu ruang
b. Pengaturan penyimpanan obat
1) Obat disusun alfabetis
2) Obat dirotasi dengan sistem FIFO & FEFO
3) Obat disimpan pada rak
4) Obat yang disimpan dilantai diletakkan di atas pallet
5) Tumpukan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk
5
6) Cairan dipisahkan dari padatan
7) Sera, vaksin, obat suppose disimpan dalam lemari pendingin
c. Kondisi penyimpanan
1) Kelembaban, karena udara lembab mempengaruhi obat yang tidak tertutup.
Pencegahannya adalah menyediakan ventilasi yang cukup dan jendela dalam kondisi
terbuka, menyimpan obat pada tempat yang kering, serta obat disimpan didalam
wadah.
2) Sinar matahari. Terutama untuk obat berbentuk cairan, larutan dan injeksi harus
mewaspadai sinar matahari. Adapun pencegahannya dengan menggunakan botol/vial
warna gelap, jangan simpan di udara terbuka (lemari), jendela diberi gorden dan kaca
jendela dicat putih.
3) Temperatur/panas. Untuk sediaan salep, krim, suppositoria disimpan dilemari
pendingin (T= 4-8 derajat celcius). Beberapa obat yang harus disimpan di lemari
pendingin : vaksin, sera dan produk darah, antitoksin, insulin, injeksi ABU, injeksi
oksitosin. Untuk DPT, DT, TT, vaksin dan kontrasepsi jangan dibekukan karena akan
rusak.
4) Kerusakan fisik. Dengan waspada pada penumpukan, hindari kontak benda tajam.
5) Kontaminasi bakteri. Ini dapat dicegah dengan wadah tertutup rapat.
6) Pengotoran. Dengan pencegahan berupa konstruksi dan pembersihan.
7) Jika kondisi ruangan terbatas/sempit maka gunakan sistem 2 rak. Rak A sebagai rak
pelayanan dan B untuk persediaan. Jumlah obat di rak A dan B disesuaikan dengan
periode permintaan dan waktu tunggu. Misalnya untuk periode 4 bulan dan waktu
tunggu 1 bulan, maka jumlah yang disimpan di rak A sebanyak ¾ bagian dan ¼
bagian di rak B.
d. Tata cara penyimpanan
1) Pengelompokan yang berdasarkan jenis sediaan, efek farmakologis dan disusun secara
alfabetis.
2) Pengaturan penyimpanan, dengan sistem FIFO atau FEFO.
3) Pencatatan pada kartu stok.
6
e. Pengamatan mutu
Ini dilakukan setiap sebulan sekali dan adapun poin-poin yang diperhatikan didalamnya
adalah seperti tabel dibawah ini.
Tahap distribusi merupakan tahapan dari siklus manajemen obat yang sangat penting
dan kompleks, bahkan pada proses penyimpanan dan distribusi dapat menghabiskan
komponen biaya yang signifikan dalam anggaran kesehatan dengan tujuan memenuhi
kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja pelayanan kesehatan.
Untuk di puskesmas misal UGD, kamar obat, dan unit inap.
7
2.7. Pelayanan Obat
Pelayanan Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian
informasi mengenai obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti
terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau
masyarakat dengan tujuan agar pasien mendapat obat sesuai dengan resep dan mendapat
informasi tentang era penggunaan, penyimpanan, efek samping, dan lain-lain. Untuk
resepnya dikategorikan menjadi umum, askes, dan gratis yang disimpan minimal 2 tahun.
Semua jenis obat yang tersedia di puskesmas dan unit-unitnya yang berasal dari
berbagai sumber anggaran dapat digunakan untuk melayani semua kategori pengunjung
pelayanan kesehatan atau unit
Pencatatan dan pelaporan obat merupakan serangkaian kegiatan dalam rangka penata
usahaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan
maupun yang digunakan di unit-unit pelayanan kesehatan dengan tujuan Sebagai bukti bahwa
suatu kegiatan telah dilakukan. Selain itu juga sebagai sumber data untuk melakuakn
pengaturan dan pengendalian, serta sebagai sumber data untuk pembuatan laporan. Adapun
sarananya seperti Buku penerimaan obat, kartu stok, buku catatan penggunaan obat harian,
laporan pemakaian dan lembar permintaaan obat (LPLPO), buku obat rusak, kadaluwarsa,
buku narkotika serta obat psikotropika.
Merupakan tahapan penanganan obat yang sudah tidak layak dipakai dan dikonsumsi
demi menjaga mutu pelayanan kesehatan serta melindungi pasien dari bahaya penggunaan
obat rusak dan kadaluarsa. Obat rusak dan kadaluarsa tidak boleh digunakan lagi karena mutu
9
dan keamanannya sudah tidak terjamin lagi. Adapun prinsip yang diterapkan didalamnya,
yaitu sebagai berikut.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pengelolaan obat merupakan tahapan penting dalam unit pelayanan kesehatan, karena
didalamnya terdapat tahapan-tahapan dimulai dari perencanaan hingga pengelolaan pada obat
yang sudah rusak dan kadaluarsa dimana tiap tahapannya memiliki peran penting seperti yang
sudah dijelaskan pada tinjauan pustaka. Adapun yang berperan dalam tahapan pengelolaan
obat seperti kepala pelayanan kesehatan masyarakat, apoteker, hingga unit pelayanan
kesehatan itu sendiri yang saling berhubungan dan bekerja sama dalam pengelolaan obat agar
dapat didistribusikan dan memberikan manfaat yang optimal serta efektif pada pasien di unit
pelayanan kesehatan masing-masing daerah
3.2. Saran
Kita sebagai calon perawat yang profesional tentunya harus memiliki pengetahuan
tentang bagaimana meningkatkan potensi kesembuhan dari pasien. Salah satu yang penting
dalam melakukan hal tersebut adalah dengan memahami dan mengetahui apa dan bagaimana
proses pengelolaan obat, dimulai dari perencanaan hingga pemberian informasi obat pada
pasien. Dengan memahami hal ini, kita mampu memberikan pengobatan yang optimal dan
efisien kepada pasien.
11
DAFTAR PUSTAKA
Boku, Y., Satibi, & Yasin, N. M. (2019). Evaluasi Perencanaan dan Distribusi
Obat Program di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Diakses pada 18
Oktober 2022, dari https://doi.org/10.22146.
12