Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEGAWAT DARURATAN

PENCATATAN DAN PELAORAN PERBEKALAN KESEHATAN

KELOMPOK 5

POLTEKKES KEMENKES KUPANG


PRODI FARMASI
2021/2022

KATA PENGENTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Kami  sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan
kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan
sehari-hari. 
Kami merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyelesaian makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini. Sekian dan Terima kasih

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGENTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

A. Latar Belakang.......................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ……..……………..………………………………………………………4


BAB II.......................................................................................................................................5

PEMBAHASAN.......................................................................................................................5

A. Pencatatan dan Pelaporan Mutasi Obat dan PerbeKes...........................................5

B. Tujuan Pencatatan dan Pelaporan Mutasi Obat dan PerbeKes.............................5

C. Manfaat Pencatatan dan Pelaporan Mutasi Obat dan PerbeKes............................6

D. Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan Mutasi Obat dan PerbeKes...........................6

E. Sarana Pencatatan dan Pelaporan Mutasi Obat dan PerbeKes..............................7

F. Prosedur Pencatatan dan Pelaporan Obat Dan Bahan Farmasi.............................9

G. Alur Pelaporan Obat dan Bahan Farmasi..............................................................10

H. Periode Laporan Obat dan Bahan Farmasi...........................................................11

I. Faktor Pendukung Pencatatan dan Pelaporan Obat Dan Bahan Farmasi...........11

BAB III....................................................................................................................................12

PENUTUP...............................................................................................................................12

A. Kesimpulan.............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana demi bencana sering menimpa bangsa Indonesia. Kerawanan
bencana ini ditandai dengan banyaknya bencana yang terjadi, seperti gempa bumi,
tsunami, letusan gunung api, banjir, tanah longsor, angin puting beliung, kekeringan,
kebakaran hutan dan lahan kegagalan teknologi, konflik sosial, pandemik yang
mengakibatkan korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis. Selain itu kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari kepulauan
yang berjumlah sekitar 17.000 pulau merupakan hambatan tersendiri dalam memberikan
pertolongan bagi korban bencana. Kesulitan yang ada semakin bertambah dengan adanya
kendala sarana komunikasi dan transportasi yang terbatas.
Upaya penanggulangan bencana telah menjadi perhatian serius pemerintah
dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana. Namun masalah akibat bencana tidak semuanya bisa dicegah, sehingga yang
dapat dilakukan adalah meminimalisasi dampak bencana (disaster risk reduction). Upaya
penanggulangan krisis kesehatan dimulai sejak sebelum terjadinya bencana yaitu
kegiatan kesiapsiagaan, pencegahan maupun mitigasi untuk mengantisipasi datangnya
bencana, pada saat kejadian bencana yaitu masa tanggap darurat sampai masa rehabilitasi
dan rekonstruksi. Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan dalam situasi bencana
merupakan salah satu unsur yang sangat vital dalam pelayanan kesehatan pada keadaan
bencana. Oleh karena itu diperlukan adanya persediaan obat dan perbekalan kesehatan
sebagai Buffer bila terjadi bencana. Buffer ini harus tersedia mulai dari tingkat
kabupaten/kota, provinsi, sampai di pusat.
Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan pada penanggulangan bencana
sebaiknya sesuai dengan kebutuhan, agar obat dan perbekalan kesehatan pada saat
kesiapsiagaan, tanggap darurat, rekonstruksi dan rehabilitasi dapat dikelola dengan baik.
Untuk itu diperlukan pedoman pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan pada
penanggulangan bencana yang diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi semua
stakeholder dan instansi terkait, termasuk donatur yang akan memberikan sumbangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari pencatatan obat dan pelaporan obat ?
2. Apa tujuan pencatatan dan pelaporan obat?
3. Apa saja manfaat dari pencatatan dan pelaporan ?
4. Apa saja sarana dalam pencatatan dan pelaporan obat?
5. Bagaimana prosedur pencatatan dan pelaporan obat ?
6. Bagaimana alur pelaporan obat ?
7. Apa faktor penghambat pencatatan dan pelaporan obat?
8. Apa faktor pendukung pencatatan dan pelaporan obat?

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pencatatan Dan Pelaporan Mutasi Obat dan PerbeKes
Obat merupakan bagian yang esensial pada pelayanan kesehatan. Karena
pengelolaan obat wajib dicoba dengan baik, benar, efisien, efektif serta berkepanjangan.
Pengelolaan obat serta perbekalan bahan farmasi dan perbekalan kesehatan yang meliputi
aktivitas perencanaan serta permintaan, penerimaan, penyimpanan serta distribusi,
pencatatan serta pelaporan, dan pengawasan serta penilaian pengelolaan obat. Perbekalan
obat serta bahan farmasi dan perbekalan kesehatan hendaknya dicoba secara maksimal
agar bisa mencapai serta menjamin jumlah yang pas dalam penyimpanan, waktu dalam
mendistribusikan, pas dalam pemakaian serta pas mutunya dari tiap unit pelayanan
kesehatan.Pencatatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk menyatukan keluarnya
transaksi perbekalan obat. Pencatatan ini memudahkan petugas pada melaksanakan
penelusuran apabila ada kualitas obat yang sesuai dengan standarnya ditarik bagi
peredaran.Kartu yang umum digunakan pada pencatatan ini adalah kartu stok serta kartu
stok induk yang dapat dicoba secara manual maupun digital, sebaliknya melaporkan
pencatatan serta pendataan kegiatan administrasi obat, bahan farmasi, serta perbekalan
Kesehatan yang tersaji kepada pihak yang berkepentingan.( Direktorat Jenderal Bina
Farmasi serta Perlengkapan Kesehatan, 2010).
Pencatatan, pelaporan obat serta bahan farmasi yang dibutuhkan adalah suatu
aktivitas yang memiliki tujuan untuk membuat obat, serta bahan secara tertib, baik yang
diterima,ditaruh, digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan kesehatan yang lain.
Pencatatan bermanfaat bagi petugas dalam melaksanakan pelacakan serta penarikan obat
yang mutunya standar. Sebaliknya pencatatan serta pelaporan informasi obat di Instalasi
Farmasi Kabupaten/Kota dicoba untuk membuat penyelenggaraan administrasi obat yang
diterima, ditaruh, disalurkan, serta yang digunakan di pelayanan kesehatan. Dalam
pencatatan aktivitas serta pelaporan obat, penanda yang digunakan buat evaluasinya
merupakan perbandingan antara pencatatan obat pada kartu stok serta jumlah raga obat.
Penanda ini digunakan untuk menggambarkan tingkatan keakuratan sistem pencatatan
stok yang mencerminkan kondisi raga obat secara nyata. Pencatatan stok obat yang tidak
akurat menyebabkan kekurangan stok obat.

B. Tujuan Pencatatan Dan Pelaporan Mutasi Obat dan PerbeKes


Pencatatan memiliki tujuan untuk menyatukan semua keluar masuknya
perbekalan farmasi atau pun barang medis habis pakai di lingkungan instalasi farmasi,
sebagai persyaratan dari Kementerian Kesehatan dan BPOM, sebuah hasil pencatatan
dapat menjadi dasar akreditasi bagi rumah sakit atau puskesmas, pencatatan sebagai audit
dasar, dan dokumentasi farmasi. (Kemkes RI2016).
Tujuan pencatatan juga untuk menjamin agar barang-barang yang ada dalam
persediaan digunakan secara efisien sesuai kebutuhan sehingga tidak terjadi kekurangan
atau bahkan setiap kejadian penumpukkan stok obat tidak terjadi. Pelaksanaan
pencatatan yang dilakukan dengan baik dan teratur serta terus menerus bertujuan dalam
peningkatan pengawasan alur masuk dan keluar obat serta bahan farmasi demi
menghindari kesalahan dalam mengatur obat. Hasil yang diperoleh digunakan sebagai
dokumentasi dan digunakan untuk pelaporan. Pencatatan pelaporan dapat dicoba secara
manual memakai kartu stok serta kartu stok induk maupun secara digital. Pelaporan
jumlah obat serta perbekalan bahan farmasi, laporan penggunaan psikotropik serta
narkotik dicoba secara berkala setiap satu kali dalam sebulan. Laporan stok obat, dan
pilihan serta penerimaan dicoba setiap kuartal.
Dimensi yang digunakan jumlah dalam penilaian, pelaporan obat, serta
perbekalan bahan merupakan penilaian waktu (bertepatan pada pengusulan serta
bertepatan pada pesan perintah kerja), penilaian (RAB serta perjanjian jual beli) serta
harga satuan dan penilaian merk ( Menurut Depkes RI)
Tujuan pencatatan dan pelaporan, yakni sebagai berikut.
1. Sebagai bukti yang menyatakan bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai rencana.
2. Sumber informasi dan data dalam merencanakan kebutuhan selanjutnya.
3. Sumber data untuk melakukan pengendalian dan pengaturan sediaan obat.
4. Sumber data membuat laporan.
5. Tersedianya data yang akurat untuk evaluasi.
6. Tersedianya informasi yang tepat dan jelas.
7. Tersedianya arsip yang untuk memudahkan pencarian data surat dan laporan.
8. Mengetahui kekurangan yang terjadi dalam perbekalan obat.
9. Laporan diadakan bertujuan untuk menyediakan data, informasi yang sebagai bahan
evaluasi juga memudahkan penelusuran surat dan tersedianya arsip yang laporan.

C. Manfaat Pencatatan dan Pelaporan Mutasi Obat dan PerbeKes


Manfaatnya adalah sebagai berikut:
1. penggunaan anggaran yang tumpah tindih dan tidak tepat guna.
2. Membuat penilaian, pemakaian, dan perencanaan menjadi terpadu.
3. Menyamakan tanggapan antara pemakai obat dan penyedia anggaran.
4. Mengestimasikan dengan tepat kebutuhan obat.
5. Sebagai koordinasi antara penyedia anggaran dan pemakai obat.
6. Pemanfaatan dana pengadaan obat lebih optimal.
7. Untuk mengetahui persediaan perbekalan farmasi dengan cepat.
8. Bentuk pertanggungjawaban bagi petugas penyimpanan dan pendistribusian.
(Depkes, 2010)

D. Kegiatan Pencatatan Dan Pelaporan Mutasi Obat dan PerbeKes


Dicoba dalam gedung Puskesmas tepatnya di gudang farmasi puskesmas,
kamar obat, kamar suntik, Unit Gawat Darurat Puskesmas, dan Poli Puskesmas,
pencatatan serta pelaporan yang dicoba dengan memakai :
1) Kartu stok.
2) Laporan Konsumsi serta Permintaan Obat.
3) Laporan Konsumsi serta Permintaan Obat bagian unit.

1. Penyelenggaraan Pencatatan
a) Gudang Puskesmas Masing-masing obat mutasi obat (diterima atau dikeluarkan)
dari serta ke gudang harus dicatat pada buku Penerimaan serta Kartu Stok, serta
pemakaian permintaan obat ( LPLPO) terbuat dari informasi yang tercatat pada
Kartu stok serta informasi pemakaian obat yang dicatat setiap hari. Informasi yang
tercatat dalam Laporan Konsumsi serta Lembar Permintaan Obat merupakan
informasi yang hendak jadi laporan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
b) Kamar Obat Jumlah obat yang dikeluarkan setiap hari kepada penderita harus
dicatat dalam buku catatan konsumsi obat setiap hari. Sebaliknya konsumsi laporan
permintaan obat ke gudang obat bersumber serta pada informasi catatan pada buku
konsumsi setiap hari serta stok yang tersisa.
c) Kamar Suntik jika terdapat obat yang ingin digunakan hingga obat tersebut wajib
dimohon terlebih dahulu di gudang obat. Kemudian sehabis konsumsi, obat wajib
dicatat pada buku pemakaian obat suntik serta jadi sumber informasi buat
permintaan obat.
d) Puskesmas Keliling, Puskesmas Pembantu serta Posko Kesehatan Desa Jumlah
obat yang dikeluarkan setiap hari kepada penderita harus dicatat dalam buku
catatan konsumsi obat setiap hari. Sebaliknya konsumsi laporan permintaan obat ke
gudang obat bersumber serta pada informasi catatan pada buku konsumsi setiap
hari serta stok yang tersisa.
e) Klinik Rumah Tahanan Pencatatan menggunakan sub unit LPLPO. Sebaliknya
konsumsi laporan permintaan obat ke gudang obat bersumber serta pada informasi
catatan pada buku konsumsi setiap hari serta stok yang tersisa.
E. Sarana Pencatatan Dan Pelaporan Mutasi Obat dan PerbeKes
Fasilitas yang digunakan untuk mencapai tujuan dari pencatatan serta
pelaporan obat di Puskesmas merupakan kartu stok, Laporan Konsumsi serta Lembar
Permintaan Obat (LPLPO), pesan fakta benda keluar, serta penerimaan buku dan
pengeluaran. LPLPO yang terbuat dari petugas Puskesmas wajib pasti informasi, posisi
serta dikirim tepat waktu dan ditaruh serta diarsip dengan baik.
1. Kartu stok serta kartu stok induk
Penyimpanan obat, sediaan bahan farmasi, dan Perlengkapan kesehatan harus dicoba
pencatatan memakai kartu stok. Nama obat ataupun bahan farmasi, wujud sediaan
serta kekuatan obat ataupun sediaan sediaan farmasi, jumlah persediaan, bertepatan
pada penerimaan, angka dokumen serta asal penerimaan, jumlah yang diterima, angka
yang diterima, angka dokumen serta tujuan, jumlah yang diserahkan, angka batch
serta kedaluwarsa tiap penerimaan ataupun Sejumlah obat serta sediaan bahan
farmasi, serta dibubuhi paraf ataupun fakta diri petugas yang ditunjuk adalah
informasi yang wajib dicatat dalam kartu stok. Pencatatan stok bisa dicoba secara
manual maupun elektronik yang terkomputerisasi dengan sistem yang sudah
divalidasi, berusaha mencari serta bisa dicetak. Kartu stok obat memiliki guna sebagai
berikut:

a) Mencatat jumlah mutase (pendapatan serta pengeluaran) jumlah sediaan farmasi.


Tercantum keadaan raga, tidak ada batch serta bertepatan pada kadaluarsa sediaan
farmasi.
b) Informasi mutasi satu jenis obat ataupun sediaan bahan farmasi wajib dicatat di setiap
satu kartu stok.
c) Informasi yang ada pada kartu stok yang digunakan untuk menyusun laporan dan
membuat perencanaan kebutuhan obat serta sediaan bahan farmasi periode
selanjutnya.
Kartu stok obat memiliki khasiat buat:
a) Mengenali berapa jumlah persediaan obat dengan pas serta kilat.
b) Penataan laporan.
c) melakukan perencanaan, pengadaan serta pendistribusian.
d) Persediaan Pengendalian. 5. Suatu wujud pertanggung jawaban untuk Petugas.
e) Selaku perlengkapan bantu kontrol untuk Kepala Unit Pengelola Obat Publik serta
Perbekalan Kesehatan/ Bendaharawan Obat. (Depkes, 2010)

2. LPLPO (Laporan Penggunaan dan Lembar Permohonan)


LPLPO merupakan Laporan Penggunaan serta Lembar Permohonan (LPLPO)
berbentuk formulir khusus yang digunakan oleh pelayanan kesehatan untuk
memberitahukan jumlah ketersediaan obat serta sediaan bahan farmasi serta
digunakan untuk permintaan obat yang dicoba oleh sarana pelayanan (Puskesmas).
LPLPO adalah sesuatu pengelolaan terhadap obat baik dari segi konsumsi, distribusi,
tingkat stok, kebutuhan obat kesehatan dengan tujuan agar konsumsi yang dilakukan
dengan baik. Tidak hanya itu LPLPO diharapkan dapat menyediakan informasi serta
data yang akurat yang dibutuhkan kapan saja oleh unit diatasnya dalam melakukan
fungsi pengelolaan obat dengan baik dan pengaturan serta pengendalian terhadap unit
di bawahnya. Pada dasarnya LPLPO cuma dicoba oleh Instalasi Farmasi tingkat
Kabupaten/Kota. Tetapi di sebagian tempat, format LPLPO juga digunakan di
Puskesmas dengan permintaan dari Puskesmas Pembantu. Puskesmas memberi tahu
(LPLPO) kepada DinKes Kabupaten/Kota yang berikutnya tidak boleh diberikan
persetujuan terhadap permintaan obat dari Kepala DinKes Kabupaten/Kota. Formulir
LPLPO ini dipakai untuk mencatat konsumsi obat pada periode bulan berjalan serta
menikmati permintaan obat bulan selanjutnya di puskesmas.

LPLPO memiliki fungsi sebagai:


a) Bukti pelaksanaan kegiatan pengeluaran obat di Unit Pengelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan.
b) Sebagai bukti dari obat yang diterima oleh Rumah Sakit atau Puskesmas
c) Sebagai surat pengantar atas permintaan atau pesanan obat dari Puskesmas yang
ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Isi dalam LPLPO meliputi:
a) Nomor dan tanggal pelaporan dan/atau permintaan
b) Nama Puskesmas yang bersangkutan
c) Nama Kecamatan menurut daerah kerja Puskesmas
d) Nama Kabupaten/Kota menurut daerah Kecamatan yang bersangkutan
e) Nama Puskesmas yang bersangkutan
f) Bulan yang bersangkutan untuk satuan kerja Puskesmas
g) Jika hanya melaporkan data dan residu stok obat yang digunakan dalam nama
bulan yang bersangkutan
h) Jika ingin mengajukan permintaan obat (termasuk pelaporan data obat) yang
diisikan menggunakan periode distribusi obat yang bersangkutan (Depkes, 2010).
3. Pengisian Dokumen Bukti Mutasi Obat diisi dengan :
a) Nomor obat yang berurutan pada daftar.
b) Nama dan kekuatan obat yang bersangkutan
c) Satuan bentuk sediaan, Jumlah.
4. SBBK (Surat Bukti Barang Keluar)
SBBK adalah Surat yang dikeluarkan untuk menjadi bukti ketika terdapat barang yang
dikeluarkan oleh puskesmas, salah satu barang tersebut dapat berupa obat-obatan atau
sebuah perbekalan farmasi.
SBBK memiliki fungsi sebagai berikut:
a) Sebagai alat bukti pengiriman barang kepada UPT lainnya.
b) Sebagai alat bantu pendeteksi kegiatan logistik.
5. Penerimaan Buku
Buku penerimaan merupakan dokumen yang dijadikan bukti adanya kegiatan
transaksi dan keterangan mengenai pemesanan obat yang dilakukan. Fungsi Buku
Penerimaan: Bukti Transaksi Obat dan Bukti Pemesanan Obat.

F. Prosedur Pencatatan Dan Pelaporan Obat Dan Bahan Farmasi


1. Pencatatan
Data yang dikumpulkan adalah tentang barang barang seperti obat dan sediaan
bahan farmasi yang dikeluarkan, jumlah obat dan bahan farmasi yang digunakan,
jumlah obat masuk dan bahan farmasi yang diterima, obat dan bahan farmasi hilang,
rusak atau kadaluwarsa. Data dikumpulkan dan dicatat setiap hari, setiap perjalanan
pemindahan obat (pengeluaran, pendapatan, lenyap, hancur atau kadaluarsa) pada
kartu stok. Serta apabila pencatatan dilakukan melalui sistem Online maka data dapat
lebih tepat waktu atau mendekati waktu mutasi sebenarnya.
Pencatatan manual berbasis, setiap pencatatan memiliki bentuk dan kegunaan kertas
yang berbeda, yaitu :
 Catatan penyimpanan : berisikan informasi tentang obat dalam masa penyimpanan,
dan terdiri dari banyak kartu stok yang memiliki informasi lebih mendalam tentang
spesifikasi obat-obatan.
 Catatan transaksi : berisikan informasi tentang produk yang keluar masuk instalasi
farmasi melalui cara transaksi, misal catatan penjualan dan pembelian atau
pemesanan obat.
 Catatan pemakaian (konsumsi): berisikan informasi tentang produk yang
dikonsumsi oleh pasien, atau yang digunakan oleh penyedia layanan kesehatan.
(JSI, nd)
2. laporan
Informasi pada LPLPO merupakan perpaduan perpaduan informasi bersumber
pada masing-masing unit bagian LPLPO. Pembuatan LPLPO jadi 3 rangkap, buat
Kepala Dinas Kesehatan, Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, serta Puskesmas. Setelah
melalui Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota membagikan LPLPO ke Dinkes
Kabupaten/Kota, buat pengisian jumlah yang diserahkan. Sehabis LPLPO yang sudah
diajukan diparaf bersama ketua Dinas Kabupaten/Kota hingga tiap tiap rangkap
hendak diberikan kepada Kepala Dinas Kesehatan, Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota
serta satu rangkap LPLPO hendak dibalikkan di pusat kesehatan masyarakat.

Jenis Laporan:
 Laporan dinamika yang ditunjukkan oleh laporan yang terbuat bersama Dinas
Kebugaran Kabupaten/ Kota kepada Walikota/ Bupati memakai di Ketua Dinas
Kebugaran Provinsi yang dicoba setiap 3 bulan satu kali serta kepada Provinsi ke
Departemen Kebugaran.
 Informasi tahunan atau bentuk pengurusan obat Kabupaten/Kota informasi yang
hendak dikirim kepada Dinas Kesehatan Provinsi serta selesainya dihimpun
bersama Dinas Kesehatan Provinsi kemudian dikirimkan kepada Departemen
Kesehatan (Direktoran Jenderal Binakefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010).

G. Alur Pelaporan Obat Dan Bahan Farmasi


Pada proses pelaporan selain dengan cara manual menggunakan kertas, pihak
instalasi farmasi dapat menggunakan pendekatan teknologi informasi dan komunikasi.
Salah satu yang paling banyak digunakan adalah spreadsheet, SIMO, e-logistik dan
sistem farmasi lainnya. Puskesmas sebagai pihak yang dengan langsung berinteraksi
dengan pasien tentu akan aktif menggunakan obat-obatan, pengeluaran transaksi dan
pemasukan yang terjadi tentu saja instalasi farmasi puskesmas. Karena itu pencatatan
transaksi sediaan obat diperlukan untuk selanjutnya dilaporkan secara bertingkat
mulai dari tingkat kabupaten/kota, provinsi/pemda, hingga ke tingkat pusat. Pada
tingkat kabupaten/kota, puskesmas melakukan pelaporan dan permintaan dalam
bentuk Penggunaan Lembar serta Permintaan Obat (LPLPO) untuk lalu
didistribusikan oleh Gudang farmasi Kabupaten/Kota cocok bersama aplikasi dan
disesuaikan dalam LPLPO. Sedangkan ditingkat dan permintaan kegiatan sosial
lainnya. Sementara untuk kebutuhan obat program, peran tingkat Provinsi adalah
sebagai fasilitator yang mengelola alokasi obat ke puskesmas atau rumah sakit yang
telah ditentukan (Sanjaya & Hidayat, 2013). Dan ditingkat Pusat, laporan yang
digunakan untuk kebutuhan prakiraan, mengalokasikan dana pusat, dan sebagai fungsi
supervisi atau pengawasan. Penulisan serta pemberitahuan obat serta kebugaran
perlengkapan yang dapat dilaksanakan dari tingkat paling rendah yaitu puskesmas.

H. Periode Laporan Obat Dan Bahan Farmasi


Pemberitahuan LPLPO di informasikan kepada Dinas Kesehatan paling lambat
bertepatan pada 5 setiap bulannya, karena di peringkat Kabupaten/Kota wajib
melakukan ringkasan informasi LPLPO yang tidak boleh akan diberitahukan kepada
Dinas Kesehatan Provinsi dengan waktu selambat-lambatnya pada 10 tiap bulan.
Pencatatan pemberitahuan setiap bulan bersama ketua gudang obat pada Pusat
kesehatan masyarakat serta ketua gudang kewajiban agar tidak ingin bisa
terimplementasinya pemberitahuan obat dan teratur serta sempurna pada Pusat
kesehatan (Najoan et al., 2019).
a) Faktor Penghambat Pencatatan Dan Pelaporan Obat Dan Bahan Farmasi
Jam kerja yang singkat dan beban kerja yang berat akan berpengaruh pada
hasil dari pencatatan pelaporan obat. Di saat beban kerja semakin berat dan jam kerja
tingkat akan membuat petugas farmasi menjadi sangat sibuk sehingga memungkinkan
terjadinya kelalaian, seperti lupa mencatat langsung di kartu stok saat mutasi obat
serta kurang teliti dalam penulisan nama, jumlah dan jenis obat. Selanjutnya, petugas
kurang atau bahkan tidak memahami bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan
yang benar-benar akibat kurangnya pengalaman dan pengetahuan.
Kurangnya pengalaman dan pengetahuan yang disebabkan oleh tidak
dilakukan pelatihan sebelumnya. Hal tersebut dapat menyebabkan keterlambatan
pencatatan dan pelaporan (Husnawati et al., 2016). Selain itu dalam pencatatan dan
pelaporan dibutuhkan kecepatan dan ketepatan dalam pelaksanaannya. Hal tersebut
harus didukung dengan fasilitas yang memadai, namun di banyak tempat pelayanan
kesehatan masih belum memiliki fasilitas yang memadai, seperti jumlah komputer
yang sedikit. Kekurangan membuat petugas harus melakukan pencatatan secara
manual, kadang-kadang harus menulis di kertas kosong, kadang juga harus melakukan
pencatatan dalam penggunaan. Keterbatasan lainnya adalah tidak tersedia wifi dan
ruangan khusus untuk menyimpan data-data (Sanjaya & Hidayat, 2016).

I. Faktor Pendukung Pencatatan Dan Pelaporan Obat Dan Bahan Farmasi


Dana menjadi salah satu pendukung terjalanya sebuah program atau kegiatan.
Dengan dana yang besar membantu proses pencatatan dan pelaporan van membutuhkan
ATK Selain itu dana bisa digunakan untuk pelaksanaan pelatihan bagi petugas yang
belum berpengalaman serta dapat membeli beberapa fasilitas lain yang dirasa kurang.
Selain dana, teknologi yang mencukupi juga sangat dibutuhkan dalam kehidupan saat ini
karena adanya bantuan dari teknologi akan membuat suatu pekerjaan lebih mudah
diselesaikan. Sama halnya dengan proses pencatatan dan pelaporan obat dapat dikerjakan
dengan cepat menggunakan teknologi yang canggih.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengelolaan obat adalah sebuah kegiatan yang meliputi bagian persiapan,
penyediaan, perolehan, pengarsipan, pengontrolan, penulisan, serta pemberitahuan obat
nan dikelola dengan maksimal buat mengklaim teraihnya ketentuan total serta tipe
perlengkapan farmasi serta memakai asal muasal daya misalnya daya, anggaran, serta
fitur lunak pada rangka mencapai akhir nan diresmikan pada bermacam taraf unit kerja.
Bagi Kementerian Kesehatan RI 2010, penulisan serta pemberitahuan obat
serta bahan-bahan yang ada di alam aktivitas yang memiliki tujuan untuk menatalaksana
obat serta bahan kimia secara tertib serta tertib, baik yang diterima, ditaruh, terutama
digunakan di pusat kesehatan masyarakat atau bidang jasa kebugaran sebagainya. Ada
pula akhir dari penulisan yang dibuat untuk menjelaskan produk produk nan terdapat
pada sediaan dipakai sebagai efektif cocok untuk keperluan lalu tak ada kelemahan
ataupun penimbunan. Sebaliknya pelaporan bertujuan untuk membuat penuhi kebutuhan
komunikasi secara manajerial antara Departemen Kesehatan dengan Pemerintah
Wilayah, Tubuh Pemeriksa Keuangan, serta auditor eksternal.
Pencatatan dan pelaporan dapat dilakukan sebagai panduan bersama memakai
kartu stok serta kartu stok atau secara digital mengikuti perkembangan teknologi instalasi
dan dapat digunakan di semua tingkat instalasi farmasi. Faktor penghambatan pencatatan
dan pelaporan karena jam yang singkat dan beban kerja, petugas yang kurang atau tidak
memahami sistem pencatatan dan pelaporan, kurangnya pengetahuan dan pengalaman,
keterbatasan alat teknologi, struktur dan koordinasi dalam organisasi tersebut, serta
sumber daya manusia dan manajemen waktu. Sedangkan faktor pendukung dapat berupa
dana, teknologi yang memadai, ketelitian dalam pekerjaan, serta pengalaman bekerja.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/504663798/Kelompok-7-Makalah-Pencatatan-dan-Pelaporan-
Obat-dan-Bahan-Farmasi
https://id.scribd.com/doc/249721807/Kepmenkes-059-2011-Pedoman-Pengelolaan-Obat-dan-
Perbekalan-Kesehatan-Pada-Penanggulangan-Bencana-pdf
Kepmenkes-059-2011-Pedoman-Pengelolaan-Obat-dan-Perbekalan-Kesehatan-Pada-
Penanggulangan-Bencana-pdf

Anda mungkin juga menyukai