Anda di halaman 1dari 21

Praktik farmasi klinik dalam proses

penggunaan obat

Oleh : Lica Hanifah


Nim:1902006
Prodi S1 Farmasi
• Proses perencanaan merupakan salah satu fungsi yang penting
dalam manajemen logistik obat di rumah sakit.

• Menteri Kesehatan telah menetapkan Keputusan Nomor:


1121/MENKES/SK/XII/2008 tentang Pedoman Teknis
Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, dan untuk
mengatur penunjukan atau penugasan tersebut pemerintah
telah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun
2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007
• Perencanaan dilakukan untuk menetapkan jenis dan jumlah
obat dan perbekalan kesehatan yang tepat sesuai dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan dasar. Dalam merencanakan
pengadaan obat diawali dengan kompilasi data kemudian oleh
instalasi farmasi diolah menjadi rencana kebutuhan obat
dengan menggunakan teknik atau metode tertentu
• Pedoman perencanaan:
• 1. DOEN, Formularium Rumah Sakit, standar terapi dan
ketentuan rumah sakit yang berlaku.
• 2. Data catatan medik pasien.
• 3. Anggaran yang tersedia.
• 4. Penetapan prioritas.
• 5. Siklus penyakit.
• 6. Sisa persediaan.
• 7. Data pemakaian periode yang lalu (berasal dari semua unit
instalasi yang ada di dalam rumah sakit.
• 8. Rencana pengembangan.
• Kendala perencanaan:
• 1. Perencanaan obat yang terlalu banyak dan di lain pihak
terjadi kekosongan (stock out).
• 2. Pilihan item obat kurang tepat sehingga terjadi duplikasi.
• 3. Pemilihan obat yang harganya mahal dan tidak digunakan
padahal ada item obat lain yang harganya lebih murah
Tahapan yang dilalui dalam proses perencanaan 0bat adalah:

• 1. Tahap pemilihan obat, di mana pemilihan obat didasarkan


pada Obat Generik terutama yang tercantum dalam Daftar
Obat Esensial Nasional (DOEN), dengan harga berpedoman
pada penetapan Menteri Kesehatan.
• 2. Tahap kompilasi pemakaian obat, untuk memperoleh
informasi:
• a. Pemakaian tiap jenis obat pada masing-masing unit pelayanan
kesehatan (ruangan/depo) pertahun.
• b. Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total
pemakaian setahun seluruh unit pelayanan kesehatan
(ruangan/depo). C
• Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat secara periodik.
TAHAPAN PERHITUNGAN PERENCANAAN OBAT

Metode Konsumsi
• Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa
data konsumsi obat tahun sebelumnya.

Keunggulan metode konsumsi:


• a. Data yang dihasilkan akurat.
• b. Tidak memerlukan data penyakit dan standar pengobatan.
c. Kekurangan dan kelebihan obat kecil.

Kelemahan metode konsumsi:


a. Tidak dapat diandalkan sebagai dasar penggunaan obat dan
perbaikan preskripsi. b. Tidak memberikan gambaran morbiditas
Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan metode konsumsi perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut
a. Pengumpulan dan pengolahan data.
b. Analisa data untuk informasi dan evaluasi.
c. Perhitungan perkiraan kebutuhan obat.
d. Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana.

Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan dengan metode konsumsi:


a. Daftar obat.
b. Stok awal.
c. Penerimaan.
d. Pengeluaran.
e. Sisa stok.
f. Obat hilang/rusak, kadaluwarsa.
g. Kekosongan obat.
h. Pemakaian rata-rata obat pertahun.
i. Waktu tunggu.
j. Stok pengaman.
k. Perkembangan pola kunjungan
• Rumus yang digunakan adalah

RP =(PR+SP +SP+WT) + SS
Keterangan:
RP= rencana pengadaan
PR= pemakaian rata-rata x 12 bulan
SP = Stokpengaman 10%-20%
WT = waktu tunggu 3-6 bulan
SS= sisa stok
Contoh:
Pemakaian parasetamol tablet selama tahun 2015 (Januari-Desember) sebanyak 2.500.000 tablet untuk
pemakaian selama 10 (sepuluh) bulan. Pernah terjadi kekosongan selama 2 (dua) bulan. Sisa stok per 31
Desember 2015 adalah 100.000 tablet. (1 kaleng parasetamol tablet @ 1000 biji atau 1 box tablet
parasetamol @ 100 biji).
a. Pemakaian rata-rata Parasetamol tablet perbulan tahun 2015 adalah 2.500.000 tablet/10 ═ 250.000 tablet.
b. Pemakaian Parasetamol tahun 2015 (12 bulan) = 250.000 tablet × 12 = 3.000.000 tablet.
c. Pada umumnya stok pengaman berkisar antara 10%-20% (termasuk untuk mengantisipasi kemungkinan
kenaikan kunjungan). Misalkan berdasarkan evaluasi data diperkirakan 20% = 20% × 3.000.000 tablet =
600.000 tablet.
d. Pada umumnya waktu tunggu berkisar antara 3 s/d 6 bulan. Misalkan leadtime diperkirakan 3 bulan = 3 ×
250.000 tablet = 750.000 tablet.
e. Kebutuhan Parasetamol tahun 2015 adalah = PR + SP + WT, yaitu: 3.000.000 tablet + 600.000 tablet +
750.000 tablet = 4.350.000 tablet.
f. Rencana pengadaan Parasetamol untuk tahun 2016 adalah: hasil perhitungan kebutuhan – sisa stok =
4.350.000 tablet – 100.000 tablet = 4.250.000 tablet = 4250 kaleng/botol @ 1000 tablet atau 42500 box
tablet parasetamol.
• Metode Morbiditas (Epidemiologi)
adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola
penyakit. Faktor yang perlu diperhatikan adalah perkembangan
pola penyakit, waktu tunggu, dan stok pengaman.

Contoh perhitungan Metode Morbiditas (epidemiologi)


Menghitung masing-masing obat yang diperlukan per penyakit.
Sebagai contoh pada pedoman pengobatan untuk penyakit diare
akut pada orang dewasa dan anak-anak digunakan obat oralit
dengan perhitungan sebagai berikut.
a. Anak-anak: Satu episode diperlukan 15 (lima belas) bungkus
oralit @ 200 ml. Jumlah episode 18.000 kasus. Maka jumlah
oralit yang diperlukan = 18.000 × 15 bungkus = 270.000
bungkus @ 200 ml.
b. b. Dewasa: Satu episode diperlukan 6 (enam) bungkus oralit
@ 1 liter. Jumlah episode 10,800 kasus. Maka jumlah oralit
yang diperlukan = 10.800 × 6 bungkus = 64.800 bungkus @
1000 ml/1 liter
• Analisis ABC (Always, Better, Control).

• Analisa ABC mengelompokkan item perbekalan kesehatan


berdasarkan kebutuhan dananya.
• Kelompok A: Penyerapan dana sekitar 70%.
• Kelompok B: Penyerapan dana sekitar 20%.
• Kelompok C: Penyerapan dana sekitar 10% dari jumlah dana
perbekalan kesehatan keseluruhan.
Skrining resep
• Skrining resep merupakan salah satu pelayanan kefarmasian baik
di apotek maupun di rumah sakit yang dapat digunakan untuk
memperkecil atau meminimalkan terjadinya kesalahan
(medication error) dalam peresepan obat, sehingga tercapai
pengobatan yang rasional.
• Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam skrining resep yakni
kelengkapan administratif, kesesuaian farmasetik dan
pertimbangan klinis. Resep obat dikatakan memenuhi persyaratan
sesuai peraturan yang berlaku jika memenuhi unsur sebagai
berikut.
• 1. Tanggal dan tempat ditulisnya resep (inscriptio).
• 2. Aturan pakai dari obat yang tertulis (signatura).
• 3. Paraf/tanda tangan dokter yang menulis resep (subcriptio).
• 4. Tanda buka penulisan resep dengan R/(invecatio).
• 5. Nama obat, jumlah dan cara membuatnya (praescriptio atau
ordinatio).
Pendidikan dan konseling penderita
• Kegiatan konseling dapat diberikan atas inisiatif langsung dari
apoteker mengingat perlunya pemberian konseling karena
pemakaian obat-obat dengan cara penggunaan khusus, obat-
obat yang membutuhkan terapi jangka panjang sehingga perlu
memastikan untuk kepatuhan pasien meminum obat
• Beberapa pengamatan yang dapat dilakukan adalah :
• a. Menghitung waktu pengulangan pemberian / perolehan obat
(refill)
• b. Menghitung jumlah obat yang tersisa pada saat pengulangan
pemberian / perolehan obat ( refill )
• c. Mewawancara pemahaman pasien tentang cara penggunaan
obat (dosis, cara minum obat, waktu minum obat, dll )
• d. Menanyakan kepada pasien apakah gejala penyakit yang
timbul berkurang atau hilang, atau ada perbaikan dari kondisi
sebelumnya.
“Mengerti kebutuhan, keinginan, dan pilihan dari pasien”
• (1) Menentukan Kebutuhan konseling tidak terjadi bila pasien
datang tanpa ia sadari apa yang dibutuhkannya. Seringkali
pasien datang tanpa dapat mengungkapkan kebutuhannya,
walaupun sebetulnya ada sesuatu yang dibutuhkan. Oleh karena
itu dilakukan pendekatan awal dengan mengemukakan
pertanyaan terbuka dan mendengar dengan baik dan hati-hati.

• (2) Perasaan Apoteker harus dapat mengerti dan menerima


perasaan pasien (berempati). Apoteker harus mengetahui dan
mengerti perasaan pasien (bagaimana perasaan menjadi orang
sakit) sehingga dapat berinteraksi dan menolong dengan lebih
efektif
SASARAN KONSELING
• Pemberian konseling ditujukan baik untuk pasien rawat jalan maupun pasien rawat
inap. Konseling dapat diberikan kepada pasien langsung atau melalui perantara.
Perantara yang dimaksud disini adalah keluarga pasien, pendamping pasien, perawat
pasien, atau siapa saja yang bertanggung jawab dalam perawatan pasien. Pemberian
konseling melalui perantara diberikan jika pasien tidak mampu mengenali obat-
obatan dan terapinya, pasien pediatrik, pasien geriatrik.

Konseling pasien rawat jalan diutamakan pada pasien yang :


• 1. Menjalani terapi untuk penyakit kronis, dan pengobatan jangka panjang. (Diabetes,
TBC, epilepsi, HIV/AIDS, dll )
• 2. Mendapatkan obat dengan bentuk sediaan tertentu dan dengan cara pemakaian
yang khusus Misal : suppositoria, enema, inhaler, injeksi insulin dll.
• 3. Mendapatkan obat dengan cara penyimpanan yg khusus. Misal : insulin dll
• 4. Mendapatkan obat-obatan dengan aturan pakai yang rumit, misalnya : pemakaian
kortikosteroid dengan tapering down.
• 5. Golongan pasien yang tingkat kepatuhannya rendah, misalnya : geriatrik, pediatri.
• 6. Mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit ( digoxin, phenytoin, dll )
• 7. Mendapatkan terapi obat-obatan dengan kombinasi yang banyak (polifarmasi)
Konseling pasien rawat inap
Konseling pada pasien rawat inap, diberikan pada saat pasien
akan melanjutkan terapi dirumah. Pemberian konseling harus
lengkap seperti pemberian konseling pada rawat jalan, karena
setelah pulang dari rumah sakit pasien harus mengelola sendiri
terapi obat dirumah. Selain pemberian konseling pada saat akan
pulang, konseling pada pasien rawat inap juga diberikan pada
kondisi sebagai berikut :
Pasien dengan tingkat kepatuhan dalam minum obat
rendah. Kadang-kadang dijumpai pasien yang masih dalam
perawatan tidak meminum obat yang disiapkan pada waktu
yang sesuai atau bahkan tidak diminum sama sekali. Adanya
perubahan terapi yang berupa penambahan terapi, perubahan
regimen terapi, maupun perubahan rute pemberian.
Cara pendekatan dalam meningkatkan kepatuhan
• 1. Berkomunikasi dengan pasien
• 2. Informasi yang tepat
• 3. Strategi untuk mencegah ketidakpatuhan

• Berkomunikasi dengan pasien . Berkomunikasi secara alamiah


ikut melibatkan pasien (ikut berpartisipasi) dalam berinteraksi
dan keputusan atau pemecahan masalah dibuat oleh pasien
sendiri. - Komunikasi yang terbuka dan intensif - Metode dalam
berkomunikasi: verbal dan non verbal
• Informasi yang tepat berkaitan obat : kebenaran, instruksi yang
lengkap termasuk berapa banyak, kapan, berapa lama
penggunaan obatnya dan bagaimana jika obat lupa diminum. -
Informasi tentang penyakit, kapan dan bagaimana pemakaian
obat akan berguna. -Informasi tentang efek samping
Lanjutan..
• Strategi untuk mencegah ketidakpatuhan –
-Apoteker bekerjasama dengan dokter untuk mempermudah
jadwal pengobatan dengan menurunkan jumlah obat,
menurunkan interval dosis perhari dan penyesuaian regimen
dosis untuk penggunaan terbaik pasien sehari-hari.
- Menyediakan alat bantu pengingat dan pengaturan
penggunaan obat, misalnya alarm, chart. - Mengingatkan pasien
dengan telepon atau surat untuk pembelian (refill) obat kembali.
- Mengembangkan pengertian dan sikap mendukung di pihak
keluarga pasien dalam mengingatkan penggunaan obat.
Dalam pelayanan konseling obat kegiatan pendokumentasian sangat
diperlukan.
• Tujuan pendokumentasian pelayanan konseling obat adalah :
• 1. Mendapatkan data / profil pasien
• 2. Mengetahui riwayat penyakit pasien
• 3. Memantau kepatuhan pasien dalam berobat
• 4. Mengevaluasi pemahaman pasien tentang pengobatan
• 5. Menyediakan data jika terjadi tuntutan pada kesalahan
penggunaan obat
• 6. Menyediakan data untuk evaluasi kegiatan kefarmasian.
• 7. Menyediakan data untuk evaluasi terapi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai