Anda di halaman 1dari 15

PELAYANAN FARMASI

1. Seorang Ibu MRS, nyeri saat urinasi disertai mual. Riwayat gagal ginjal, DM tipe 2. CrCl
18 mL/mnt, TD 170/100. Diagnosis ISK, terapi kotrimoksazol 2x2 tab, kaptopril 3x25 mg,
diltiazem 3x30 mg, aspilet 1x1 tab, metoklopramid 3x1 amp, antasida 3x1 sdm. Buat
rancangan SOAP
2. Kriteria obat PTO
3. Strategi (a) resistensi antibiotik, (b) penggunaan obat bebas/OTC
4. Langkah/upaya sebagai apoteker untuk mengatasi MESO
5. Cara pemesanan obat di faskes
6. Sistem rujuk balik di era JKN
7. Sisa persediaan deksametason 0,75 mg = 5 botol @1000 tablet. Pemakaian triwulan 60
botol @1000 tablet. Waktu tunggu 5 hari kerja. (a) stok optimum triwulan berikutnya (b)
permintaan kebutuhan obat

Jawaban
1. Rancangan SOAP
- Subjektif (S): pasien wanita, nyeri saat urinasi, mual, riwayat penyakit: gagal
ginjal, ISK, dan diabetes tipe 2, riwaya terapi: kotrimoksazol (antibiotik) sehari
dua kali dua tablet, captopril (antihipertensi) sehari tiga kali 25 mg, diltiazem
(antihipertensi) sehari tiga kali 30 mg, aspilet/aspirin (antiplatelet) sehari satu kali
satu tablet, metoklopramid (antiemetic) sehari tiga kali satu amp, antasida (anti
asam) sehari tiga kali satu sendok makan.
- Objektif (O): Creatinine clearance (CrCl) = 18 ml/menit (normal: 100-130
ml/menit), tekanan darah = 170/100 mmHg (normal: 120/80 mmHg)
- Assessment (A): CrCl pasien di bawah normal → indikasi kerusakan ginjal; tekanan
darah tinggi → indikasi hipertensi → sudah mengkonsumsi obat antihipertensi (captopril
dan diltiazem) → tekanan darah masih tinggi → indikasi kegagalan terapi; nyeri saat
urinasi → gejala ISK → kegagalan terapi (Ketidakberhasilan pengobatan dalam
mencapai target), interaksi obat captopril-antasida dan captopril-aspilet (dapat
menurunkan efektivitas captopril),
- Planning (P):
● Rekomendasi pengujian laboratorium: kadar urea dalam darah untuk
mengetahui kondisi fungsi ginjal, kultur mikroba dalam urin untuk
menentukan apakah pasien mengalami resistensi antibiotik dan/atau
komplikasi ISK, pengukuran kadar gula darah (GDP, GDPP)
● Pengaturan jadwal minum obat (menghindari interaksi obat), penggantian
obat jika terbukti pasien mengalami resistensi antibiotik, pemberian obat
antidiabetes jika terbukti kadar gula darah pasien tidak terkontrol
● Penelusuran mengenai kepatuhan minum obat, konsumsi obat/suplemen
lain selama pengobatan
● Monitoring kepatuhan pasien (penggunaan antibiotik)
● Konseling pasien (diet, olahraga, kebersihan diri dan lingkungan)
2. Kriteria obat PTO
Kriteria prioritas PTO:
- Berdasarkan pasien
● Ibu hamil/menyusui
● Lansia dan anak-anak
● Pasien dengan gangguan fungsional organ
● Pasien yang menerima obat-obat toksik
● Pasien perawatan intensif
- Berdasarkan jenis obat:
● Obat dengan indeks terapi sempit
● Sering menimbulkan ADR
● Obat yang bersifat nefrotoksik, hepatotoksik, sitotoksik, antikoagulan
- Berdasarkan regimen terapi:
● Cara penggunaan khusus (seperti menggunakan insulin injeksi, ovula,
suppositoria, inhaler)
● Polifarmasi
● Aturan pakai
● Rute pemberian
● Pemantauan khusus

3. Strategi penanganan resistensi antibiotik dan penggunaan obat bebas/OTC


- Penanganan resistensi antibiotik
● Identifikasi risiko/kejadian resistensi antibiotik (analisis SWOT)
● Penetapan tatalaksana penggunaan/peresepan terapi antibiotik
(standardisasi penggunaan antibiotik)
● Pelaksanaan surveilans penggunaan antibiotik secara nasional
(koordinasi lintas sektor)
● Pengawasan/pengontrolan penggunaan antibiotik
● penyuluhan/edukasi pasien dan masyarakat terkait penggunaan antibiotik
● Pembangunan fasilitas, peningkatan kompetensi profesional kesehatan
● Pengendalian penggunaan antibiotik untuk hewan
- Penggunaan obat bebas/OTC
● Apoteker mengidentifikasi keluhan pasien ketika datang ke apotek, dan
memberi saran yang tepat berdasarkan keluhan pasien (pemberian obat
OTC atau menyarankan ke dokter)
● Pemberian informasi obat ke pasien secara lengkap dan jelas (kegunaan, cara
pakai, dosis, cara penyimpanan, batas waktu pemakaian obat → jika dalam 3 hari
gejala tidak mereda sarankan untuk ke dokter)
● penyuluhan/edukasi kepada masyarakat terkait swamedikasi yang aman
● Mengidentifikasi dan mencegah penggunaan obat yang tidak rasional
- Penurunan angka kematian ibu dan bayi
● Penyediaan sarana dan prasarana kesehatan
● Penyediaan data kesehatan terintegrasi
● Pemenuhan dan pemerataan sumber daya manusia
● Promosi kesehatan kepada masyarakat
- Penurunan dan pencegahan tuberkulosis
● Peningkatan deteksi TB pada keluarga pasien TB dan/atau lingkungan
sekitarnya
● Penyelesaian masalah under-reporting pengobatan TB
● Meningkatkan kepatuhan pengobatan TB → konseling pasien, pharmaceutical
care
● Perbaikan sistem deteksi dan terapi MDR TB (pengadaan jaringan klinik
MDR TB dan akses terapi MDR TB)
● Edukasi TB pada masyarakat
● Perbaikan kondisi lingkungan
● Peningkatan sensitivitas diagnosis
- Penurunan stunting
● Intervensi spesifik gizi pada remaja, ibu hamil, bayi, balita, dan ibu
● Peningkatan ekonomi keluarga, program air bersih dan sanitasi
● Edukasi gizi, akses pendidikan
● Pembangunan infrastruktur (sarana dan prasarana kesehatan
masyarakat)

4. Upaya apoteker mengatasi ESO


- Mengidentifikasi obat-obat yang berisiko menimbulkan ESO
- Mendeteksi kejadian ADR secara tepat
- Penelusuran informasi ESO secara mendalam (data pustaka, penelitian,
kejadian di tempat lain, riwayat pada pasien)
- Mengevaluasi laporan ESO (dapat menggunakan algoritma naranjo)
- Membuat laporan MESO
- Melaporkan kejadian ESO ke pusat MESO nasional
- Evaluasi obat-obat pada formularium
- Bertanggung jawab dalam seleksi dan pemberian obat
- Pemberian informasi obat ke dokter, perawat, dan nakes lain
- Penyuluhan ke masyarakat terkait ESO

5. Cara pengadaan obat di layanan kesehatan (puskesmas)


Proses perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi per tahun dilakukan secara berjenjang
(bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian Obat dengan
menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Selanjutnya
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap
kebutuhan Sediaan Farmasi Puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan pada
anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan Obat, buffer stock,
serta menghindari stok berlebih. Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan pemerintah daerah setempat.

6. Sistem rujuk balik JKN


Sistem rujukan JKN dilaksanakan berjenjang dan timbal balik antara fasilitas kesehatan
primer, sekunder, dan tersier. Awalnya pasien akan mendatangi fasilitas kesehatan
primer untuk dilakukan diagnosis penyakit pasien. Jika pada faskes primer penegakan
diagnosis tidak dapat dilakukan (pasien perlu diagnosis radiologi atau lab khusus yang
ada pada faskes tingkat lanjut) atau tidak tersedia obat untuk penyakit pasien (obat
tertentu tidak tersedia di puskesmas karena aturan perundang-undangan) maka pasien
dapat dirujuk ke faskes sekunder atau tersier. Pasien yang dirujuk ke faskes tingkat
lanjut akan menjalani diagnosis dan/atau perawatan. Jika kondisi pasien sudah stabil
tetapi perlu pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang, maka pasien dapat
dirujuk balik ke fasilitas kesehatan dibawahnya (faskes primer/sekunder) untuk
menjalani perawatan selanjutnya (pada faskes primer tersedia obat yang dibutuhkan
pasien)

7. Diketahui:
- SK = 60 botol/3 bulan (1 botol = 1000 tablet) = 60000 tablet/3 bulan
SK per bulan = 20 botol/bulan
SK per hari (hari kerja dalam sebulan 25 hari) = 0,8 botol = 800 tablet/hari
WT = 5 hari
SWT = 800 tablet/hari x 5 hari = 4000 tablet
WK = 0
SWK = 0
SP = 10% x 60000 tablet = 6000 tablet
SS = 5 botol = 5000 tablet
SO = SK + SWT+ SWK+ SP
SO = 60000 + 4000 + 0 + 6000 = 70000 tablet = 70 botol
Permintaan kebutuhan = SO - SS
70000 tablet - 5000 tablet = 65000 tablet = 65 botol
FARMASI SOSIAL

KUIS I bit.ly/3htJxlI

1. Apoteker instalasi rumah sakit sedang merencanakan kebutuhan tablet multivitamin untuk
kebutuhan triwulan berikutnya berdasarkan metode konsumsi. dari data konsumsi pada
beberapa periode sebelumnya diketahui penggunaan rata-rata 525 boks (1 boks = 10 strip @
10 tablet) dengan waktu tunggu rata-rata pengiriman berkisar 3 hari. untuk mengantisipasi
kekosongan stok, rumah sakit menetapkan stok penyangga sebesar 30 boks. saat ini tersedia
di rumah sakit sebanyak 25 boks. durasi kerja dalam 1 bulan rata-rata sekitar 25 hari. Berapa
jumlah strip yang dipesan? Uraikan secara jelas tahapan perhitungannya!

Penyelesaian:
Rata-rata penggunaan per bulan = 525 boks/3 bulan = 175 boks/bulan
Rata-rata penggunaan per hari = 175 boks/bulan / 25 hari kerja/bulan = 7 boks/hari
A = 525 boks
B = LT x rata-rata penggunaan per hari = 3 hari x 7 boks/hari = 21 boks
C = 0 → tidak ada waktu kekosongan obat
D = 30 boks
E = 25 boks
F = 0 → tidak ada persediaan yang dipinjam

Kebutuhan = A + B + C + D
Kebutuhan = 525 + 21 + 0 + 30 boks
Kebutuhan = 576 boks

Jumlah barang yang dipesan = A + B + C + D - (E+F)


Jumlah barang yang dipesan = 525 + 21 + 0 + 30 - (25 - 0) boks
Jumlah barang yang dipesan = 551 boks

1 boks = 10 strip, maka 551 boks = 551 boks x 10 strip/boks = 5.510 strip
Jadi jumlah strip multivitamin yang harus dipesan adalah 5.510 strip

2. Apoteker tanggap bencana sedang merencanakan kebutuhan sirup amoksisilin untuk


kebutuhan penanggulangan penyakit otitis media di daerah bencana berdasarkan metode
epidemiologi. Dari data PKM di daerah tersebut diketahui terdapat sekitar 100 orang anak
dengan bobot rata-rata 25 kg, prevalensi penyakit 50%. Dari literatur diketahui dosis umum
untuk terapi 40 mg/kg perhari dalam dosis terbagi 3 kali sehari selama 9 hari. Untuk antisipasi
lonjakan kasus, ditetapkan stok penyangga 10% dari kasus yang terjadi. Sediaan yang beredar
di pasaran adalah sirup amoksisilin 125mg/5mL dengan kemasan 60mL. Berapa jumlah botol
yang perlu dibawa? Uraikan secara jelas tahapan perhitungannya!

Penyelesaian:
Prediksi jumlah anak yang mengalami otitis media = 100 anak x 50% = 50 anak
Dosis amoksisilin yang dibutuhkan per anak = 40 mg/kg/hari x 25 kg x 9 hari = 9000 mg
Sirup amoksisilin yang tersedia = 125 mg/5 ml x 60 ml/botol = 1500 mg per botol
Jumlah sirup amoksisilin yang dibutuhkan per anak = 9000 mg / 1500 mg/botol = 6 botol

Satu orang anak memerlukan 6 botol amoksisilin untuk 9 hari, maka untuk 50 orang anak
dibutuhkan sirup amoksisilin sebanyak = 6 botol/anak x 50 anak = 300 botol
Jadi jumlah sirup amoksisilin yang perlu dibawa adalah 300 botol

—----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

KUIS II bit.ly/3IzvG9u

1. Apoteker rumah sakit akan melakukan pemesanan infus untuk penggunaan pada periode
tertentu berdasarkan data kebutuhan dengan memperhatikan prinsip ekonomi (economic order
quantity/EOQ). Diketahui penggunaan rata-rata sekitar 1,6 juta botol infus setiap tahun. Biaya
pemesanan Rp.45 juta, biaya penyimpanan 25% dari harga beli dan harga beli Rp.13 ribu
/botol. Persediaan pengaman 60.000 botol dan waktu pengiriman 2 minggu; setiap pemesanan
infus harus minimal 100.000 botol.

Berapa jumlah efektif yang harus di order setiap kali pemesanan? uraikan secara jelas tahapan
perhitungannya!

Penyelesaian:
Ca = U = 1.600.000 botol infus per tahun
O = Rp 45.000.000/pesan
C = Rp 13.000/botol
H = 25%
SS = 60.000 botol
LT = 2 minggu
pemesanan minimal 100.000 botol

EOQ = 2 x u x o h x c
EOQ = 2 x 1.600.000 botol x Rp 45.000.000 25% x Rp 13.000/botol
EOQ = 14400 x 1010 Rp 3.250
EOQ = 4,43 x 1010
EOQ = 210.475 botol infus

Jadi jumlah efektif yang harus di order setiap kali pemesanan adalah 210.475 botol infus

2. Kapan harus dilakukan pemesanan ulang dan berapa kali pemesanan dilakukan dalam 1
tahun? uraikan secara jelas tahapan perhitungannya!

Penyelesaian:
Reorder point = LT x Ca x SS
Reorder point = (2/52 tahun x 1.600.000 botol/tahun) + 60.000 botol = 121.538 botol
Jadi pemesanan dilakukan saat persediaan di gudang tersisa 121.538 botol infus

Jumlah pemesanan dalam setahun = EOI


EOI = 2 x oh x u x c
EOI = 2 x Rp 45.000.00025% x 1.600.000 botol x Rp 13.000/botol
EOI = 90.000.0005.200.000.000
EOI = 0,0173
EOI = 0,1315 tahun 7 kali dalam setahun
EOI = 6,8 minggu 7 minggu → setiap 7 minggu
EOI = 48 hari → setiap 48 hari

Jadi pemesanan dilakukan setiap 48 hari atau setiap 7 minggu sekali, sehingga dalam setahun
dilakukan pemesanan sebanyak 7 kali

3. Jika ada promo dari perusahaan A menawarkan 400.000 botol dengan penurunan biaya
pengiriman menjadi Rp.35 juta dan harga beli menjadi Rp.12 ribu/botol. Apakah penawaran ini
menguntungkan atau tidak? uraikan secara jelas tahapan perhitungannya!

Penyelesaian:
Penawaran EOQ dari perusahaan (promo) = Q’ = 400.000 botol
Biaya pengiriman dengan promo = O' = Rp 35.000.000/pesan
Harga beli dengan promo = C' = Rp 12.000/botol

TIC dengan promo:


TIC’ = TCC’ + TOC’ + SSC’
TIC’ = [(H x C’ x Q’)/2] + [O’ x (U/Q’)] + [H x C’ x SS]
TIC’ = [(25% x Rp 12.000/botol x 400.000 botol)/2] + [Rp 35.000.000 x (1.600.000 botol/400.000
botol)] + [25% x Rp 12.000/botol x 60.000 botol]
TIC’ = [Rp 600.000.000] + [Rp 140.000.000] + [Rp 180.000.000]
TIC’ = Rp 920.000.000

TIC sebelum promo:


TIC = TCC + TOC + SSC
TIC = [(H x C x Q)/2] + [O x (U/Q)] + [H x C x SS]
TIC = [(25% x Rp 13.000/botol x 210.475 botol)/2] + [Rp 45.000.000 x (1.600.000 botol/210.475
botol)] + [25% x Rp 13.000/botol x 60.000 botol]
TIC = [342.021.875] + [Rp 342.083.382] + [Rp 195.000.000]
TIC = Rp 879.105.257

TIC tanpa promo lebih rendah dibandingkan TIC dengan promo dari perusahaan, sehingga
dapat disimpulkan penawaran tersebut tidak menguntungkan

—----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KUIS III bit.ly/3IQmAWh

1. Apoteker di apotek menerima resep berisi tablet Amlodipin 5 mg sebanyak 30 tablet dan
menghitung harga yang perlu dibayarkan oleh pasien. Diketahui apotek memperoleh obat dari
PBF dengan harga netto apotek (HNA) sebesar Rp. 37.500,- untuk pembelian sebanyak 5 boks
(1 boks = 3 strip @ 10 tablet). Harga tersebut belum termasuk discount sebesar 10% dan belum
termasuk pajak. Apotek menetapkan margin sebesar 20% dan tuslah – embalase sebesar
Rp5.000 setiap resep.

Penyelesaian:
Pembelian apotek = 5 boks x 3 strip/boks x 10 tablet/strip = 150 tablet
HNA (Harga netto apotek) = Rp 37.500 → untuk 150 tablet
HNA per tablet = Rp 37.500/150 tablet = Rp 250/tablet
Diskon PBF = 10% = 250-(250x0,1) = 0,9
PPN = 10% = 250+(250x0,1) = 1,1
Profit marginal = 20% = 250+(250x0,2) = 1,2

HJA (Harga jual apotek) = HNA x PPN x Profit marginal


HJA = Rp 250 x 0,9 x 1,1 x 1,2 = Rp 297/tablet

Jumlah pesanan dalam resep = 30 tablet


Tuslah-embalase = Rp 5.000

Harga jual resep (HJR) = (HJA x jumlah obat) + Embalase + tuslah


HJR = (Rp 297/tablet x 30 tablet) + Rp 5.000
HJR = Rp 13.910

2. Apotek Cinta Kasih sedang melakukan perhitungan laba rugi per 31 Desember 2019. Diketahui
(nilai dalam satuan ribu rupiah):
- Aktiva : Rp. 357.123
- Kewajiban (utang, dll) : Rp. 207.131
- Ekuitas (pemilik dan cadangan) : Rp. 149.992
- Jumlah penjualan kontan : Rp. 753.536
- Jumlah penjualan kredit : Rp. 357.882
- Persediaan awal : Rp. 237.885
- Pembelian : Rp. 756.336
- Persediaan akhir : Rp. 231.698
- Beban usaha (gaji, dll) : Rp. 260.647

a. Berapa nilai harga pokok penjualan / HPP? Uraikan secara detail tahap perhitungannya!

Penyelesaian:
Persediaan awal : Rp. 237.885
Pembelian : Rp. 756.336
Persediaan akhir : Rp. 231.698

HPP (Harga pokok penjualan) = (persediaan awal + pembelian) - persediaan akhir


HPP = (Rp. 237.885 + Rp. 756.336) - Rp. 231.698 = Rp 762.523

b. Berapa nilai return of investment / ROI? Uraikan secara detail tahap perhitungannya!

Penyelesaian:
Jumlah penjualan kontan = Rp. 753.536
Jumlah penjualan kredit = Rp. 357.88
Total Penjualan = Rp. 753.536 + Rp. 357.88 = Rp 1.111.418
Beban usaha (gaji, dll) = Rp. 260.647
Ekuitas (pemilik dan cadangan) - modal : Rp. 149.992

Penghasilan bersih = laba kotor penjualan - total biaya usaha


Penghasilan bersih = (penjualan - HPP) - total biaya usaha
Penghasilan bersih = (Rp 1.111.418 - Rp 762.523) - Rp. 260.647
Penghasilan bersih = Rp 88.248

ROI (Return of investment) = penghasilan bersih/modal x 100%


ROI = Rp 88.248/Rp 149.992 x 100% = 58,8%

c. Berapa nilai return on assets / ROA? Uraikan secara detail tahap perhitungannya! Bagaimana
interpretasi terhadap nilai ROA ini?

Penyelesaian:
Kewajiban (utang, dll) : Rp. 207.131
Ekuitas (pemilik dan cadangan) : Rp. 149.992
Total harta = Rp 357.123
Penghasilan bersih = Rp 88.248

ROA (Return of assets) = laba bersih/total harta x 100%


ROA = Rp 88.248/Rp 357.123 x 100%
ROA = 24,7%

Nilai ROA lebih dari 12% menunjukkan menunjukkan bahwa dana yang tersedia (hutang dan
modal) telah digunakan secara efektif

d. Berapa nilai NPM (nett profit margin)? Uraikan secara detail tahap perhitungannya! Bagaimana
interpretasi terhadap nilai NPM ini?

Penyelesaian:
Penghasilan bersih = Rp 88.248
Total Penjualan = Rp 1.111.418

NPM (Nett profit margin) = penghasilan bersih/penjualan x 100%


NPM = Rp 88.248/Rp 1.111.418 x 100%
NPM = 7,9%

NPM berada di atas kisaran 5-7,5% sehingga profit yang diperoleh sudah baik

e. Berapa nilai perputaran persediaan? Uraikan secara detail tahap perhitungannya! Bagaimana
interpretasi terhadap nilai ITOR ini?

Penyelesaian:
Persediaan awal : Rp. 237.885
Persediaan akhir : Rp. 231.698
Persediaan rata-rata = (persediaan awal + persediaan akhir)/2
Persediaan rata-rata = (Rp. 237.885 + Rp. 231.698)/2 = Rp 234.791,5
HPP = Rp 762.523

ITOR (Inventory & Turnover Ratio) = HPP/persediaan rata-rata


ITOR = Rp 762.523/Rp 234.791,5
ITOR = 3 kali

ITOR berada dibawah kisaran 5-12 kali per tahun menunjukkan bahwa perputaran persediaan
belum baik (terjadi penumpukan barang inventory) sehingga perlu ditingkatkan (misalnya
dengan cara promosi)

f. Berapa lama payback period? Uraikan secara detail tahap perhitungannya! Bagaimana
interpretasi terhadap nilai PBP ini?

Penyelesaian:
Aktiva - total investasi : Rp. 357.123
Penghasilan bersih = Rp 88.248

PBP (Payback period) = total investasi/penghasilan bersih


PBP = Rp. 357.123/Rp 88.248
PBP = 4,1 tahun

PBP diperoleh pada 4,1 tahun menunjukkan jangka waktu pengembalian nilai investasi sudah
baik
MANAJEMEN MUTU

Pertanyaan Jawaban

1. Definisi mutu Secara sederhana mutu didefinisikan sebagai


pemenuhan terhadap keinginan/persyaratan pelanggan.
Mutu dapat diartikan sebagai kesesuaian (pemenuhan
standar tertentu) antara karakteristik suatu produk/jasa
dengan ekspektasi konsumen. Dalam artian yang
sempit mutu adalah perbandingan keinginan
(konsumen) dengan kenyataan (produk/jasa yang
diperoleh)

Secara spesifik, mutu obat adalah pemenuhan


kesesuaian obat dengan spesifikasi kompendial dan
kesesuain efek farmakologi/khasiat yang telah
ditetapkan

2. Faktor yang mempengaruhi - Harga


kepuasan pelanggan - Waktu penyampaian (kemudahan mendapatkan
barang/jasa)
- Mutu barang/jasa

Harga dan waktu penyampaian merupakan faktor


eksternal perusahaan yang dipengaruhi oleh kondisi
moneter negara, kondisi geografis, dan daya beli
masyarakat. Sedangkan mutu merupakan faktor internal
perusahaan yang sepenuhnya bergantung pada
perusahaan (proses /kegiatan di perusahaan berkaitan
dengan pembentukan mutu barang/jasa)

3. Alasan adopsi sistem mutu - Membangun dan mempertahankan


reputasi/nama baik perusahaan
- Penurunan biaya produksi (Efisiensi biaya produksi)
→ penurunan kerugian akibat kegagalan produk
- Meningkatkan kepercayaan konsumen →
meningkatkan pangsa pasar
- Meningkatkan kepuasan konsumen
- Meningkatkan tampilan produk/jasa
- Mempermudah akses pemasaran secara global
(dampak internasional)
- Pertanggungjawaban terhadap produk/jasa
(perlindungan konsumen)

4. Biaya mutu Biaya mutu adalah biaya yang dikeluarkan untuk


memproduksi barang/jasa yang bermutu dengan
mengurangi/menghilangkan pemborosan biaya akibat
memproduksi barang/jasa yang gagal
Biaya mutu terdiri dari:
- Biaya pencegahan, meliputi biaya perencanaan
mutu, perancangan proses produksi, biaya
proses, biaya pelatihan, dan termasuk biaya
survei kebutuhan konsumen
- Biaya penilaian, meliputi biaya pengujian mutu,
biaya operasional pengujian (operator dan
peralatan)
Sedangkan biaya yang dikeluarkan akibat memproduksi
produk yang gagal terdiri dari
- Biaya kegagalan internal, meliputi biaya
pemusnahan produk, biaya produksi ulang, biaya
kegagalan proses, biaya karena menjual barang
dengan harga murah
- Biaya kegagalan eksternal, meliputi biaya
penanganan keluhan konsumen, biaya recall
(pengembalian produk yang gagal), biaya ganti
rugi/asuransi, biaya nama baik (implisit),
hilangnya kepercayaan konsumen

5. Delapan prinsip - Berfokus pada kepuasan pelanggan


manajemen mutu - Kepemimpinan (komitmen dan keterlibatan
manajemen puncak)
- Keterlibatan secara efektif semua personel
- Pendekatan proses
- Pendekatan sistem untuk pengelolaan
- Perbaikan berkesinambungan
- Pengambilan keputusan berdasarkan fakta
- Kemitraan (hubungan saling menguntungkan)
dengan pemasok (supplier)

6. Definisi dan bagan Total Total quality management (TQM) adalah suatu sistem
Quality Management manajemen yang berfokus pada mutu dengan
melibatkan partisipasi semua anggota/personel
organisasi/perusahaan

Bagan TQM
Visi dan misi perusahaan yang jelas → (yang) berfokus pada
kepuasan pelanggan → kepemimpinan yang efektif
(komitmen dan keterlibatan manajer puncak) → (yang ber-)
fokus pada mutu/kualitas → (ber-) orientasi (pada) proses →
keterlibatan (semua) personel → (membangun) kemitraan
dengan pemasok → (melakukan) perbaikan
berkesinambungan → (berujung pada) perbaikan bisnis

7. Konsep dasar Total Quality Konsep dasar TQM yaitu:


Management - Komitmen dan keterlibatan manajemen puncak
untuk mendukung upaya pencapaian mutu
- Berfokus pada kepuasan konsumen
- Melibatkan secara efektif semua tenaga kerja
yang ada
- Perbaikan berkelanjutan pada proses produksi
dan bisnis
- Memandang dan memperlakukan pemasok
sebagai mitra
- Melakukan dan menegakkan pengukuran kinerja
pada semua proses

8. Definisi pelayanan Pelayanan adalah tindakan yang diberikan suatu pihak


kepada pihak lain baik yang dapat dilihat (eksplisit)
maupun yang tidak dapat dilihat (implisit)

9. Desain sistem pelayanan Sistem pelayanan yang baik dicerminkan dari mutu
yang baik pelayanan yang diberikan. Penilaian suatu pelayanan
berdasarkan dimensi mutu pelayanan yang terdiri dari:
- Credibility: kepercayaan konsumen dengan
pemberi jasa
- Security: rasa aman terhadap jasa yang
diberikan
- Reliability: keandalan dan konsistensi jasa
- Responsiveness: daya tanggap pemberi jasa
- Competence: kemampuan dan keterampilan
pemberi jasa
- Accessibility: kemudahan untuk bertemu dengan
pemberi jasa
- Courtesy: keramahan pemberi jasa
- Communication: kemampuan komunikasi yang
efektif antara penerima dan pemberi jasa

10. Teknik perbaikan mutu - Analisis pareto: menggambarkan urutan


klasifikasi masalah dari kiri ke kanan
berdasarkan ranking (tinggi ke rendah). Analisis
pareto membantu mengidentifikasi masalah yang
mempengaruhi mutu yang paling penting untuk
segera diselesaikan
- Histogram: merupakan visualisasi data yang
menggambarkan tingkat variasi proses tetapi
tidak mengurut ranking, menunjukkan hubungan
kemampuan proses dan spesifikasi mutu
- Lembar pengecekan: mengidentifikasi masalah
yang sering dilakukan, bertujuan untuk menjamin
pengumpulan data secara teliti dan akurat untuk
pengendalian proses dan penyelesaian masalah
- Diagram sebab-akibat (diagram ishikawa):
menggambarkan garis-garis/simbol yang
menunjukkan hubungan antara akibat dan
penyebab suatu masalah, bertujuan untuk
menemukan akar masalah sebenarnya
- Diagram penyebaran: mengidentifikasi
hubungan/korelasi antara dua variabel yang
digambarkan pada sumbu ordinat (y) dan absis
(x)
- Diagram alir: menunjukkan urutan proses yang
terjadi, bertujuan untuk mengidentifikasi tahapan
yang menimbulkan masalah dan personel yang
bertanggung jawab
- Diagram time series: menunjukkan perubahan
karena berbagai faktor dari waktu ke waktu,
untuk monitoring dan evaluasi perkembangan
- Grafik kendali mutu: menggambarkan variasi
yang harus dikontrol, untuk menentukan apakah
proses dalam keadaan terkendali atau tidak
terkendali.

11. Manfaat ISO untuk - Menciptakan sistem manajemen yang baik untuk
perusahaan mencapai sasaran organisasi/perusahaan
- Mempertahankan dan meningkatkan mutu
secara berkesinambungan
- Memberi keyakinan kepada internal perusahaan
dan konsumen bahwa mutu kualitas akan/telah
tercapai
- Memperluas dan mempertahankan pangsa
pasar
- Mengurangi biaya akibat kegagalan produksi
- Memudahkan pengendalian berbagai aktivitas
- Memuaskan pelanggan
- Meningkatkan kemampuan/kinerja

12. Definisi ISO 17025 ISO/IEC 17025 adalah standar persyaratan kompetensi
laboratorium pengujian, berupa persyaratan-persyaratan
umum untuk berbagai jenis dan ukuran organisasi yang
melakukan pengujian dan/atau kalibrasi, mencakup
pengujian/kalibrasi dengan metode baku atau metode
yang dikembangkan internal laboratorium

13. Lima persyaratan ISO Persyaratan ISO 17025 terdiri dari:


17025 - Persyaratan umum
● Ketidakberpihakan
● Kerahasiaan
- Persyaratan struktur
● Legalitas hukum laboratorium
● Manajemen laboratorium
● Ruang lingkup dan kegiatan laboratorium
● Struktur organisasi
● Tanggung jawab pengelola sistem
manajemen
● Efektivitas dan integritas sistem
manajemen
- Persyaratan sumber daya
● Personalia
● Fasilitas dan kondisi lingkungan
● Peralatan
● Ketelusuran metodologi
● Produk dan jasa dari penyedia eksternal
- Persyaratan proses
● Kaji ulang permintaan, tender, dan
kontrak, pemilihan, verifikasi, dan validasi
metode
● Pengambilan contoh
● Penanganan barang atau bahan yang
diuji
● Rekaman teknis
● Evaluasi ketidakpastian
● Penjaminan keabsahan hasil
● Pelaporan hasil
● Keluhan
● Pekerjaan yang tidak sesuai
● Pengendalian data dan manajemen
informasi
- Persyaratan sistem manajemen
● Dokumentasi sistem manajemen
● Pengendalian doumen sistem
manajemen
● Pengendalian rekaman
● Tindakan terhadap risiko dan peluang
● Perbaikan
● Tingdakankorektid
● Audit internal
● Tinjauan manajemen

Anda mungkin juga menyukai