Anda di halaman 1dari 3

UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL TA 2020/2021

PROGRAM STUDI PASCASARJANA (S2)


FAKULTAS FARMASI

MATA KULIAH/SKS : Pelayanan Farmasi / 2


SEMESTER : 1 (satu)
HARI/TANGGAL DIUJIKAN : Minggu, 1 Agustus 2021
PUKUL : 09.00-11.00
DOSEN PENGAMPU : Dr. apt. Samuel Budi Harsono, M.Si.
SISTEM UJIAN : TERBUKA

Nama : M. Ari Wisnu


NIM : 252020536U
Minat : Manajemen Farmasi

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan ringkas dan jelas! Kerjakan secara urut
nomor!
(Soal boleh dibawa pulang mahasiswa)
1. Bagaimana cara kita sebagai Apoteker di RS menjamin agar pemberian obat pada pasien
dapat rasional dan tepat? Jelaskan!
2. Jelaskan hubungan antara medication error dengan efek samping obat! Berikan contoh
kasusnya!
3. Bagaimanakah cara anda sebagai apoteker di RS untuk melakukan pemantauan terapi obat
agar tidak muncul efek samping obat pada kasus pasien dengan diagnosa systemic lupus
erymatosus?
4. Bagaimana cara kita melakukan pemantauan terapi obat pada pasien dengan kondisi
a. Diagnosa:
stroke hemorhagic, diabetes tipe II, ulkus diabetikum, nefropati diabetikum,
pneumonia, sepsis, syok sepsis
b. Kondisi pasien
Pasien lemah, gelisah, sulit berkomunikasi, kondisi umum lemah, kesadaran
sommnolen
Tekanan Darah : 110/60 mmmHg
Nadi : 100 x/ menit
RR : 32x/ menit
Suhu : 360C
c. Hasil laboratorium:
Procalsitonin 8,58 ng/mL (nilai rujukan <0,5)
Analisa urine: jumlah bakteria 4373 /µl (nilai rujukan 0-100)
HbA1c : 12,7% (nilai rujukan 4-6,5)
Glukosa puasa: 159 mg/dl (nilai rujukan 70-99)
Leukosit : 34 /µL ( nilai rujukan 0-20)
d. Obat yang diresepkan:
Metronidazole infus 500 mg/8 jam (iv)
Ceftazidime 1 gram/24 jam (iv)
Moxifloxacin 400 mg/ 24 jam (iv)
Novorapid insulin: bolus 10-10-10
Aspilets : 80mg / 24 jam
Pertanyaan:
1. Bagaimana cara monitoring pemberian antibiotik pada pasien tersebut
2. Apakah didalam pemberian obat tersebut terjadi clinical error pada pasien?

Jawaban
1. Cara kita sebagai Apoteker di RS menjamin agar pemberian obat pada pasien dapat
rasional dan tepat
a. Obat benar, ketika pasien menerima obat untuk mengecek apakah sesuai antara keluhan
dengan obat yang diterima.
b. Indikasi, efikasi, keselamatan dan kenyamanan pasien yaitu obat yang diterima pasien
telah sesuai indikasi penyakit pasien dan telah efikasi dan memiliki kenyaman buat
digunakan pasien untuk menyelamatkan pasien.
c. Dosis, cara penggunaan, durasi sesuai yaitu obat yang diberikan telah disesuaikan
dosisnya untuk keadaan pasien dan penggunaan obat dijelaskan harus seperti apa yang
benar jika pasien belum tahu serta durasi penggunaan obat yang sesuai disampaikan kepada
pasien.
d. Pasien benar, tidak kontra indikasi, kemungkinan efek samping minimal yaitu,
mengecek kembali nama pasien yang menerima obat benar sesuai diresep, pasien tidak
memiliki kontra indikasi melalui data atau ditanyakan dan kemungkinan obat yang telah
digunakan memiliki kemungkinan efek samping minimal ketika dikonsumsi pasien.
e. Dispensing betul, yaitu proses pemberian obat yang dimulai dari penyiapan dan
penyerahan obat kepada pasien
f. kepatuhan pasien, pasien yakinin patuh dalam pengobatan dengan melakukan konsultasi
kepada apoteker ketika ada hal yang membuat pasien tidak nyaman dalam mengonsumsi
obat.

2. Hubungan antara medication error dan efek samping obat yaitu pengaruh yang
ditimbulkan kepada pasien yang sama-sama membahayakan pasien, ketika terjadi
medication error dapat berdampak kepada obat yang diterima pasien dan memiliki
kemungkinan besar munculnya efek samping kepada pasien karena obat yang diterima
tidak sesuai.
Contoh kasusnya Seorang pasien wanita usia 51 tahun dengan gangguan mental, gangguan
bipolar, hipotiroid dan Parkinson. Kemudian diberikan resep lihium karbonat 150 mg/
kapsul namun terjadi kesalahan pasien diberikan lithum karbonat dengan dosis yang lebih
tinggi yaitu 300 mg/apsul. Selain itu, dokter tidak mengevaluasi perubahan yang terjadi
pada pasien yaitu pasien mengalami diare selama 3 hari namun setelah pemeriksaan
selanjutnya pasien sudah tidak diare. Dokter mencatat symptom pasien sudah membaik dan
mencatat keluhan pasien yaitu peningkatan kontraksi otot dan kekauan otot dan memburuk
sehingga mengalam ketidakstabilan dan sangat lemah. Dokter menyuruh pasien untuk tes
darah namun tidak memperhatikan kadar lithium sebulan setelah pemberian lihium
akhirnya pasien diperiksa ke rumah sakit dan kadar lithium dalam darah pasien yaitu 6,8
mEq/L keadaan pasien semakin memburuk pasien mengalami dehidrasi berat persisten dan
hipotensi serta gagal ginjal akut akibat toksisitas lithium dan akhirnya meninggal dunia.

3. Cara sebagai apoteker di RS untuk melakukan pemantauan terapi obat agar tidak muncul
efek samping obat pada kasus pasien dengan diagnosa systemic lupus erymatosus.
a. Dilakukan monitoring yang sering untuk mengetahui keadaan pasien (data klinis)
b. Dipisahkan waktu mengonsumsi obat yang mungkin berinteraksi (penganturan waktu)
c. Dimulai dari dosis terendah untuk beberapa obat yang tetap harus dikonsumsi
d. Dilakukan pengurangan dosis pada obat-obat yang harus bersamaan dikonsumsi

4. Pemantauan terapi obat pada pasien


1. Cara monitoring pemberian antibiotik pada pasien
a. Kadar urea, kadar kreatinin serum dalam darah, gangguan hati
b. Mual muntah
c. Gula darah
2. Terjadi clinical error pada pasien karena menerima resep obat antibiotik sebesar 60%
dari total resep yang melebihi 22,7% dari standar persentase peresepan obat antibiotik
berdasarkan WHO 1999.

Anda mungkin juga menyukai