Anda di halaman 1dari 8

NOTULEN MATERI PELAYANAN FARMASI KLINIK

Pemateri : Apt. Liza Mardianty, S. Farm


Moderator : Taufik Sunandar, S. Farm
Notulen : Ai Nurhayati, S. Farm

Puskesmas Nusaherang merupakan Faskes pertama sehingga jaringannya lebih sempit,


dalam artian pelayanan kefarmasiannya tidak terlalu banyak. Farmasi klinik di puskesmas
hampir sama dengan di Rumah Sakit namun lebih sedikit, dan teknis pelayanan kefarmasian di
Puskesmas nusaherang berdasarkan PERMENKES No.43 tahun 2016.

A. Deskripsi
Pelayanan Farmasi Klinik Pelayanan yang langsung dan bertanggung jawab yang diberikan
kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan resiko terjadinya
efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan dan menjamin kualitas hidup pasien.
Harapan dari pelayanana farmasi klinik adalah outcome terapi yang berjalan dengan baik.
Puskesmas Nusaherang merupakan puskesmas yang menyediakan Rawat Jalan, tidak rawat inap.

B. Jenis – Jenis Pelayanan Farmasi


1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Alur pelayanan resep :
1) Pasien menyerahkan resep
2) Petugas menerima resep
3) Petugas memeriksa resep
- Pengkajian resep dan informasi obat disertai dengan keterangan yang
dicantumkan dibelakang resep. Di antaranya : Nama Obat, Sediaan, Dosis, Cara
Pakai, Penyimpanan, Indikasi, Efek samping, dan tanda tangan pasien.
- Kejelasan tulisan resep, aturan pakai, dan dosis rasional
- Kelengkapan resep secara administrasi, farmasetik dan klinis
- Dilakukan pemeriksaan ketersediaa
- Alur penulisan resep masih menggunakan acuan akreditasi tahun 2018
- Berdasarkan kesepakatan di Puskesmas Nusaherang, Jika dalam resep tidak
dituliskan kekuatan sediaan obat yang dibutuhkan maka akan di ambil kekuatan
sediaan obat paling kecil (misal dituliskan Amlodipin tanpa ditulis besar kekuatan
sediaannya, dan yang tersedia adalah 10mg dan 5mg. maka yang di ambil adalah
Amlodipin 5mg)
4) Resep lengkap  Petugas akan menyediakan obat
Resep tidak lengkap dikembalikan ke unit pelayanan (BP, KIA, BNPBS, POLI
GIGI)
5) Petugas menyerahkan obat kepada pasien/keluarga pasien disertai dengan Pemberian
Informasi Obat
- Sebelum obat diserahkan kepada pasien, dilakukan pengecekan kembali dan
pemberian etiket. Etiket yang baik adalah etiket yang juga mencantumkan nama
obat, khasiat, dan rincian jam untuk terapinya.
- Untuk pasien Tuberkulosis disediakan etiket khusus untuk 2 fase pengobatan
yaitu fase intensif dan fase lanjutan, pada fase intensif pasien akan mengkonsumsi
obat TB selama 2 bulan dengan dosis terapi yang diberikan tiap hari, sedangkan
pada fase lanjutan pengobatan diberikan selama 4 bulan dengan dosis terapi 3 kali
seminggu yaitu senin, rabu, dan jum’at. Pengambilan obat dilakukan setiap 2
minggu, dimana pengambilannya di khususkan pada hari rabu dan di ruangan
intensif dengan petugas khusus.
- Obat yang diresepkan dan diberikan PIO kepada pasien akan didokumentasikan di
buku PIO.
6) Pasien yang telah menerima obat dan Informasi Obat dipersilahkan pulang
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pada pelayanan informasi obat disertai dengan formulir khusus. Formulis PIO
sendiri boleh diberikan kepada siapapun, tidak hanya pasien atau keluarga pasien, tapi
juga boleh diberikan kepada dokter, perawat, dll.
Pada formulir PIO terdapat beberapa keterangan yang harus diisi, salah satunya
ada metode pio yang dapat diisi sesuai dengan metode pio yang diberikan baim secara
langsung, melalui telepon, wa,dll. Dalam formulir tersebut akan dituliskan pertanyaan
apa yang diajukan, dan dicantumkan jawaban juga referensi yang digunakan untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan.
Salah satu PIO yang sudah dilakukan adalah pertanyaan yang di ajukan pasien
yaitu kenapa simvastatin dikonsumsi malam hari, ini karena kadar kolesterol akan
meningkat pada malam hari.
3. Konseling
Salah satu metode edukasi pengobatan secara tatap muka atau wawancara dengan
pasien dan atau keluarganya yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman pasien yang membuat terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat.
Tujuan konseling sendiri adalah untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan pasien juga keluarga pasien sehingga kualitas hidup pasien akan menjadi
lebih baik.
Saat dilakukan konseling, yang terlebih dahulu diajukan adalah 3 prime question,
baru kemudian dilanjutkan dengan penjelasan terapi.
4. Visite Pasien (khusus puskesmas rawat inap)
Tidak dilaksanakan karena juga tidak ada pelayanan rawat inap.
Kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara mandiri
atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara
langsung dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang
tidak dikehendaki (ROTD).
5. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Tidak dilaksanakan
Bertujuan untuk meningkatkan efektifitas terapi dan menurunkan ROTD
6. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat untuk menjamin obat yang
digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional)
7. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home care)
Kunjungan atau pendampingan pasien untuk pelayanan kefarmasian di rumah
dengan persetujuan pasien atau keluarga terutama bagi pasien khusus yang membutuhkan
perhatian lebih.
Kegiatan ini belum dilakukan karena juga sedang pandemi, untuk meminimalisisr
kontak dengan pasien.
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

C. Pasien Prioritas
1. Pasien Pediatrik
2. Pasien Geriatri
3. Pasein Polifarmasi
4. Pasien dengan antibiotik
5. Pasien penyakit kronis (TB, DM, AIDS, epilepsi)
6. Pasien yang mendapatkan obat dengn indeks terapi sempit (Digoksin, fenitoin, teofilin)
7. Pasien dengan gagal organ eliminasi (gangguang fungsi hati/ginjal)

SESI PERTANYAAN

1. Nama : Fitri Jueriah


Pertanyaan : Bagaimana tindakan/solusi apabila pasien yg sedang dilakuka PTO
kemudian kemudian pasien tersebut meninggal.. Tindakan selanjutnya itu
bagaimana..??
Jawaban : Sebetulnya kegiatan PTO belum di lakukan di Puskesmas
Nusaherang.
Apabila pasien meninggal saat menjalankan PTO, maka harus
dilakukan crosscheck terlebih dahulu atas alasan apa pasien meninggal.
Jika PTO sudah dilakukan sesuai SOP maka PTO selesai. Kecuali ada
indikasi bahwa pasien meninggal karena kesalahan pemberian obat atau
dosis, maka harus ditelusuri.
Jika pada proses PTO pasien tidak mengalami perbaikan dan
malah bertambah parah, maka harus dilakukan pengkajian ulang. Misal
dalam kasus ini pasien vertigo yang tidak membaik dan malah terjadi rasa
sakit yang di alami pada kakinya, maka harus di evaluasi apakah ada salah
satu obat atau faktor lain yanvg menyebabkan kaki pasien sakit. Setelah
selesai ditelusuri dan ditemukan penyebabnya maka hal tersebut bisa
disampaikan kepada apoteker dan apoteker akan mendiskusikannya
kembali dengan dokter bersangkutan terhadap terapi pasien.

2. Nama : Ai Nurhayati
Pertanyaan : Dituliskan bahwa ada beberapa pasien prioritas seperti pasien
dengan penyakit DM, TBC, AIDS, dan Epilepsi. Apakah setiap pasien
penderita penyakit tersebut dipastikan mendapat PTO? Dan biasanya
berapa lama pto dilakukan terhadap pasien?
Jawaban : Pada pelaksanaan di lapangan, kegiatan PTO belum bisa
dilaksanakan karena beberapa hal, salah satunya adalah terbatasnya tenaga
kefarmasian di Puskesmas. Untuk beberapa contoh pasien yang ada di
Puskesmas Nusaherang seperti TB (+- 30 pasien), DM (+-), Epilespi (+- 3
pasien), dan AIDS (-) secara teori dapat dilakukan selesksi terlebih dahulu
bagi pasien pasien tersebut untuk mendapatkan PTO dari Apoteker,
misalnya pasien TB yang mengalami komplikasi dengan penyakit lain,
atau pasien TB geriatri maupun pediatri, atau pasien dengan tingkat
kepatuhan yang rendah.
Sedangkan untuk konseling dilakukan terhadap pasien (misal
pasien TB, DM) pada awal terapi agar ada pemahaman bagi pasien saat
akan melaksanakan terapi. khusus untuk pasien TB konseling akan
dilakukan pada saat pengobatan TB dimulai dan saat peralihan dari terapi
fase intensif ke fase lanjutan karena adanya perubahan jadwal terapi bagi
pasien. Disediakan buku khusus untuk pencatatan pasien TB dimana
dicantukna juga keterangan berat badan pasien apakan meningkat atau
turun sehingga akan mempengaruhi penyesuaian pada dosis obat.
3. Nama : Erna Nur’aini
Pertanyaan : a. Bagaimana peran Apoteker dlm meningkatkan adherence pada
pasien TB?
b. Pernahkah ditemukan kejadian efek samping obat pada pasien?
Bagaimana cara mengatasinya?
c. Home pharmacy care biasanya berapa kali utk setiap pasien?
Jawaban : peran apoteker dalam meningkatkan adherence terapi pasien TB
dengan memahamkan agar pasien tidak lupa, dan juga salah satu inovasi
etiket yang digunakan.
Form TB-09, info kapan pasien harus mengambil obat tapi tidak
dicantumkan info BB pasien dan juga tidak ada info sisa obat pasien saat
pengambilan kembali. Ini berpengaruh terhadap kepastian pengobatan pasien, jika
ada sisa obat pada saat jadwal pengambilan obatnya maka cari tahu kenapa ada
obat tersisa dan berikan pemahaman kembali bahwa jika pasien tidak patuh akan
ada beberapa kerugian yang diterima pasien.
Untuk kejadian Efek samping parah itu tidap pernah terjadi, efek samping
obat yang terjadi biasanya hanya efek samping ringan seperti rasa kantuk setelah
terapi dengan menggunakan CTM. Untuk yang parah belum pernah terjadi
sehingga belum pernah dilakukan penanganan secara langsung. Secara teori ini
harus dilakukan pelaporan dimana harus sesuai dengan buku acuan, dicari tahu
penyakit utama dan penyakit penyerta pasien, kemudian ditantakan efek samping
obat yang dirasakan pasien, kapan waktu terjadinya, apakah sebelumnya pernah
merasakan efek seperti itu dan cek riwayat pasien untuk memastikan efek
samping obat kemudian dicatat dan diinformasikan kepada pasien bahwa pasien
menderita alergi obat, ini harus ditulis di rekam medik dengan tinta merah dan
harus ada pelaporan ke BPOM.
4. Nama : Ayu Lestari
Pertanyaan : Sejauh ini seberapa jauhkan tingkat keberhasilan kegiatan farmasi
klinik dalam memberikan outcome Terapi pada pasien di Puskesmas
Nusaherang ?
Jawaban : dari data apoteker sebelumnya belum ada analisa khusus untuk
mengetahui berapa persen keberhasilan Puskesmas Nusaherang terhadap outcome
terhadap keberhasilan terapi pasien. Sebetulnya bisa dilihat dari pelayanan farmasi,
keefektifan penggunaan obat dan antibiotik, akan tetapi belum dilakukan analisa
tersendiri.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai