Anda di halaman 1dari 8

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK


DAN KELUARGA BERENCANA
PUSKESMAS BADAU
Alamat: JL. Bukit Perak, Kecamatan Badau Kode Pos 78767
puskbdu@gmail.com

4.4.1.EP
e
Dilakukan tata laksana kasus tuberkulosis mulai dari diagnosis, pengobatan,
pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut sesuai dengan kebijakan,
pedoman/panduan, dan prosedur yang telah ditetapkan ( R, D, O, W).

R : SOP tata laksana kasus tuberkulosis

D : Telaah rekam medis pasien TB


TATALAKSANA KASUS TBC

No.Dokumen : 008/PUSK-
BDU/UKM
-
LAB/2023
No.Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit : 11 Januari 2023
Halaman : 1/6
PUSKESMAS
Ns.Sari Kemala Dewi, S.Kep
BADAU
NIP. 198907102015021001

Pengertian TB Paru adalah suatu penyakit menular pada paru yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis
Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-langkah memberikan
pelayanan klinis TB paru sesuai standar profesi kepada pasien di
Puskesmas Badau
Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Badau Nomor 5 Tahun 2023 tentang
Kebijakan Pelayanan Klinis Puskesmas Badau

Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun


2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis

1/6
Prosedur 1. Petugas mencuci tangan
2. Petugas menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan
transmisi
3. Petugas memanggil pasien yang telah dilakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital oleh perawat
4. Petugas melakukan anamnesis dan mendapatkan hasil
anamnesis berupa:
a. Keluhan utama: batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih
b. Keluhan tambahan: dahak bercampur darah, batuk darah, sesak
napas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang
lebih dari satu bulan
c. Faktor resiko: kontak erat dengan pasien TB, tinggal di daerah

2/6
padat penduduk, wilayah kumuh, pengungsian dan orang yang
bekerja dengan bahan kimia yang beresiko menimbulkan paparan
infeksi paru.
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan menemukan hasil berupa:
a. Pada awal permulaan perkembangan penyakit umumnya tidak
ditemukan kelainan
b. Pada auskultasi dapat terdengar suara napas bronkhial/ amforik/
ronkhi basah/ suara napas melemah di apex paru, tanda-tanda
penarikan paru, diafragma dan mediastinum
6. Petugas merencanakan pemeriksaan penunjang antara lain:
a. Pemeriksaan dahak mikroskopik langsung/ sputum BTA SPS
(Sewaktu-Pagi-Sewaktu)
b. Pemeriksaan TCM (Tes Cepat Molekuler)
c. Pemeriksaan foto toraks
7. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
penunjang (dahak mikroskopik)
a. Pasien di diagnosis menderita TB paru terkonfirmasi bakteriologis
jika hasil pemeriksaan dahak mikroskopik SP positif 1 atau 2
b. Jika hasil pemeriksaan dahak negatif:
1) Petugas merujuk ke RS untuk pemeriksaan TCM atau foto toraks
2) Petugas memberikan terapi antbiotik non OAT dan non kuinolon
selama 1-2 minggu jika pasien tidak bisa dirujuk. Jika tidak ada
perbaikan, pasien dapat didiagnosis TB paru terkonfirmasi klinis
dengan catatan memiliki faktor resiko antara lain: terbukti ada
kontak erat dengan pasien TB, ada penyakit komorbid (HIV/
DM), tinggal di wilayah beresiko TB
8. Petugas meminta pasien TB baru untuk didampingi oleh PMO (Pengawas
Minum Obat)
9. Petugas menjelaskan tentang TB meliputi penyebab, cara
penularan, cara pencegahan, pengobatan dan prosedur

3/6
pengobatan TB, efek samping obat, pemeriksaan dahak untuk evaluasi
pengobatan, pemeriksaan kontak serumah
10. Petugas menanyakan komitmen pasien TB dan PMO untuk
persetujuan pengobatan, melampirkan fotocopi KTP atau KK
11. Petugas melakukan wawancara dan mengisi form TB 01 dan TB 02
12. Petugas menyerahkan OAT dan menjelaskan cara dosis dan cara minum
OAT:
A. Pengobatan TBC pada orang dewasa
1) Petugas menyediakan panduan OAT kategori 1 dalam bentuk paket
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) terdiri dari 2 atau 4 jenis obat
dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien
2) Kategori 1 : (HRZE) 4 (HR) 3, panduan OAT ini diberikan untuk
pasien baru :
a) Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis
b) Pasien TB paru terdiagnosa klinis
c) Pasien TB paru Ekstra paru
3) Petugas memberikan terapi dengan panduan OAT KDT
kategori 1 : (HRZE) 4 (HR) 3 sebagai berikut.
a) Berat badan 30 – 37 kg diberikan tahap awal selama 56 hari dosis
2 tablet dan tahap lanjutan selama 16 minggu dengan dosis 2
tablet setiap 3 kali seminggu
b) Berat badan 38 – 54 kg diberikan tahap awal selama 56 hari dosis
3 tablet dan tahap lanjutan selama 16 minggu dengan dosis 3
tablet setiap 3 kali seminggu
c) Berat badan 55 – 70 kg diberikan tahap awal selama 56 hari dosis
4 tablet dan tahap lanjutan selama 16 minggu dengan dosis 4
tablet setiap 3 kali seminggu
d) Berat badan ≥70 kg diberikan tahap awal selama 56 hari dosis 5
tablet dan tahap lanjutan selama 16 minggu dengan dosis 5 tablet
setiap 3 kali seminggu
4) Petugas memberikan OAT yang pertama diminum oleh pasien
didepan petugas supaya pasien mengerti cara minum OAT dan

4/6
untuk mengetahui apakah ada alergi terhadap OAT
5) Petugas menjelaskan waktu minum OAT perut dalam keadaan
kosong atau 2 jam setelah makan
6) Waktu pasien pulang, petugas memberi bekal OAT untuk 2
minggu.
7) Petugas menjelaskan tentang efek samping OAT dan motivasi untuk
minum OAT secara teratur dan sampai selesai pengobatan
8) Pada tahap lanjutan pasien minum OAT 3 kali dalam seminggu
9) Petugas menimbang berat badan pasien setiap kali mengambil OAT
untuk menyesuaikan pemberian dosis OAT
B. Pengobatan TBC pada anak
1) Panduan OAT Anak dalam bentuk kombinasi dosis tetap atau OAT
KDT
2) Petugas memberikan terapi dengan panduan OAT KDT
kategori Anak sebagai berikut.
a. Berat badan 5 – 7 kg diberikan tahap awal HRZ (75/50/150)
selama 60 hari dosis 1 tablet dan tahap lanjutan HR (75/50)
selama 120 hari dengan dosis 1 tablet setiap hari
b. Berat badan 8 – 11 kg diberikan tahap awal HRZ (75/50/150)
selama 60 hari dosis 2 tablet dan tahap lanjutan HR (75/50) selama
120 hari dengan dosis 2 tablet setiap hari
c. Berat badan 12 – 16 kg diberikan tahap awal HRZ
(75/50/150) selama 60 hari dosis 3 tablet dan tahap lanjutan HR
(75/50) selama 120 hari dengan dosis 3 tablet setiap hari
d. Berat badan 17 – 22 kg diberikan tahap awal HRZ
(75/50/150) selama 60 hari dosis 4 tablet dan tahap lanjutan HR
(75/50) selama 120 hari dengan dosis tablet setiap hari
e. Berat badan 23 – 30 kg diberikan tahap awal HRZ
(75/50/150) selama 60 hari dosis 5 tablet dan tahap lanjutan HR
(75/50) selama 120 hari dengan dosis 5 tablet setiap hari
f. Berat badan ≥30 kg diberikan tahap awal HRZ (75/50/150)
selama 60 hari dosis 6 tablet dan tahap lanjutan HR (75/50)
selama 120 hari dengan dosis 6 tablet setiap hari atau

5/6
menggunakan KDT dewasa
3) Petugas memberikan OAT yang pertama diminum oleh pasien
didepan petugas supaya pasien mengerti cara minum OAT dan untuk
mengetahui apakah ada alergi terhadap OAT
4) Petugas harus memberikan obat dengan cara ditelan atau dimasukan
air dalam sendok, obat tidak boleh dibelah dan tidak boleh digerus
5) Pada fase intensif pasien minum obat selama 2 bulan dengan dosis
setiap hari minum dan kontrol setiap 2 minggu sekali untuk melihat
kemungkinan adanya efek samping
6) Pada fase lanjutan pasien minum obat selama 4 bulan dengan dosis
setiap hari minum dan kontrol setiap 2 minggu sekali atau 1 bulan
7) Apabila ada kenaikan berat badan maka dosis obat
menyesuaikan berat badan
8) Petugas memberi motivasi kepada keluarga untuk minum obat secara
teratur
13. Petugas melakukan pemantauan kemajuan pengobatan TB:
a. Melakukan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis dengan dua
contoh uji dahak pada akhir bulan ke-2, akhir bulan ke-5 dan ke-6
b. Menganjurkan pasien tetap melanjutkan pengobatan ke tahap lanjutan
jika hasil pemeriksaan dahak tetap positif pada akhir bulan ke-2 dan
menganjurkan pemeriksaan dahak ulang pada akhir bulan ke 3
c. Menetapkan pasien terduga TB-RO jika pada pemeriksaan akhir
bulan ke 3 hasil pemeriksaan dahak tetap positif
d. Pasien yang hasil pemeriksaan dahak ulang pada akhir bulan ke-2
negatif, dijadwalkan untuk pemeriksaan dahak ulang pada akhir bulan
ke-5. Jika hasilnya negatif pengobatan dilanjutkan hingga seluruh
dosis pengobatan selesai dan dilakukan pemeriksaan ulang dahak
kembali pada akhir pengobatan. Jika hasilnya positif pasien
ditetapkan sebagai pasien terduga TB-
RO

6/6
e. Pada pasien TB paru dengan BTA negatif (konfirmasi klinis),
pemantauan dilakukan dengan melihat perbaikan kondisi klinis
14. Petugas melakukan KIE:
a. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit
tuberkulosis
b. Pengawasan ketaatan minum obat dan kontrol secara teratur
c. Pola hidup sehat dan sanitasi lingkungan
15. Petugas mempertimbangkan kriteria rujukan:
a. Pasien dengan sputum BTA (-), klinis (+) tapi tidak menunjukkan
perbaikan setelah pengobatan dalam jangka waktu tertentu
b. Pasien dengan sputum BTA (-), klinis (-/ meragukan)
c. Pasien dengan sputum BTA tetap (+) setelah jangka waktu
tertentu
d. TB dengan komplikasi/keadaan khusus (TB dengan komorbid)
e. Suspek TB-MDR
16. Petugas mendokumentasikan layanan secara lengkap dalam rekam
medis.

Unit Terkait 1. Poli TB


2. Laborotarium

7/6

Anda mungkin juga menyukai